BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kolesterol adalah lipida struktural (pembentuk struktur sel) yang berfungsi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel yang terdiri atas LDL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Kulit udang yang diperoleh dari pasar Kebun Roek Ampenan kota

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi

EFEK INFUS DAUN SELEDRI (Apium graviolens L.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kolesterol selain diperoleh dari makanan, juga diproduksi di hati dari lemak jenuh. Jadi, penurunan kadar kolesterol serum dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis) DAN APLIKASINYA SEBAGAI PENGAWET ALAMI UNTUK UDANG SEGAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jaringan di dalam tubuh untuk memperbaiki diri secara perlahan-lahan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat adanya penimbunan

4. Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. Kitin dan kitosan merupakan biopolimer yang secara komersial potensial

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kitosan dihasilkan dari kitin dan mempunyai struktur kimia yang sama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak

ANTIHIPERLIPIDEMIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif eksploratif dan

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam pembuluh darah yang kadarnya tinggi akan membuat endapan / kristal

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian R. Mia Ersa Puspa Endah, 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh logam berat sudah sangat

Pendahuluan kebutuhan energi basal bertahan hidup Lemak sumber energi tertinggi asam lemak esensial Makanan mengandung lemak Pencernaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sintesis, pengangkutan ekskresi kolesterol

BAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang

BAB I PENDAHULUAN. 2014). Penyakit metabolik dan degeneratif saat ini tidak hanya menyerang usia lanjut,

Metabolisme lipid. Metabolisme lipoprotein plasma Metabolisme kolesterol

BAB I PENDAHULUAN. industri tapioka, yaitu : BOD : 150 mg/l; COD : 300 mg/l; TSS : 100 mg/l; CN - :

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. hal dasar dalam kehidupan untuk menunjang semua aktivitas mahkluk hidup. Kesehatan

MONASTEROL OBAT PENURUN KOLESTEROL DENGAN BAHAN ALAMI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Osteoarthritis (OA) 2.2 Glukosamin hidroklorida (GlcN HCl)

BAB I PENDAHULUAN. lemak oleh manusia, akhir-akhir ini tidak dapat dikendalikan. Hal ini bisa

BAB I PENDAHULUAN. Kitosan merupakan kitin yang dihilangkan gugus asetilnya dan termasuk

PENDAHULUAN. Jawa Barat dikenal sebagai sentra populasi domba mengingat hampir

TINJAUAN PUSTAKA. adalah tanah-tanah bereaksi masam (ph rendah) dan miskin unsur hara, seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam tumbuhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyukai makanan siap saji yang memiliki kandungan gizi yang tidak seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapi oleh masyarakat indonesia dalam 10 tahun belakangan ini. Hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Fenomena ini disambut baik sebagai wujud kemajuan. pembangunan dan perkembangan teknologi. Namun, di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.1 Pengertian 1.2 Etiologi dan Faktor Resiko 1.3 Patofisiologi Jalur transport lipid dan tempat kerja obat

Mitos dan Fakta Kolesterol

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi

I. PENDAHULUAN. Kolesterol adalah salah satu komponen lemak yang dibutuhkan oleh tubuh dan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kulit Pisang Ambon dan Kulit Pisang Kepok. Tenggara, termasuk Indonesia. (Warintek, 2011)

Tingkat Cholesterol Apa artinya, Diet dan Pengobatannya

TINJAUAN PUSTAKA. jantan maupun betina muda berumur 6-8 minggu yang dipelihara secara intensif,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. a. Perokok aktif adalah orang yang memang sudah merokok.

TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk meningkatkan kemampuan jantung dan paru-paru serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Kemajuan sektor perindustrian di Indonesia yang semakin meningkat

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. kondisi yang disebut aterosklerosis yaitu penyempitan atau pengerasan pembuluh darah. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sekaligus dapat memberdayakan ekonomi rakyat terutama di pedesaan.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Kolesterol 2.1.1 Pengertian kolesterol Kolesterol adalah lipida struktural (pembentuk struktur sel) yang berfungsi sebagai komponen yang dibutuhkan dalam kebanyakan sel tubuh. Kolesterol merupakan bahan yang menyerupai lilin, sekitar 80% dari kolesterol diproduksi oleh hati dan selebihnya diperoleh dari makanan yang kaya kandungan kolesterol seperti daging, telur dan produk berbahan dasar susu. Kolesterol sangat berguna dalam membantu pembentukan hormon, vitamin D, lapisan pelindung sel syaraf, membangun dinding sel, pelarut vitamin (vitamin A, D, E, K) dan mengembangkan jaringan otak pada anak-anak (Silalahi, 2006). 2.2.2 Biosintesis kolesterol Biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi 5 tahap, yaitu: (a) Sintesis mevalonat dari asetil-coa. (b) Unit isoprenoid dibentuk dari mevalonat melalui pelepasan C 2. (c) Enam unit isoprenoid mengadakan kondensasi untuk membentuk senyawa antara skualen. (d) Skualen mengalami siklisasi untuk menghasilkan senyawa steroid induk, yaitu lanosterol. (e) Kolesterol dibentuk dari lanosterol setelah melewati beberapa tahap lebih lanjut, termasuk pelepasan tiga gugus metil (Murray, 2003). 2.1.3 Metabolisme kolesterol Kolesterol diabsorpsi di usus dan ditransport dalam bentuk kilomikron menuju hati, kolesterol dibawa oleh VLDL (Very Low Density Lipoprotein) untuk membentuk LDL melalui perantara IDL (Intermediate Density Lipoprotein). LDL 7

8 akan membawa kolesterol ke seluruh jaringan perifer sesuai dengan kebutuhan. Sisa kolesterol di perifer akan berikatan dengan HDL dan dibawa kembali ke hati agar tidak terjadi penumpukan di jaringan. Kolesterol yang ada di hati diekskresikan menjadi asam empedu yang sebagian dikeluarkan melalui feses, sebagian asam empedu diabsorpsi oleh usus melalui vena porta hepatik yang disebut dengan siklus enterohepatik (Widman, 1995). 2.1.4 Lipoprotein Lipid plasma yang utama adalah kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak bebas yang tidak larut dalam cairan plasma. Agar lipid plasma dapat diangkut dalam sirkulasi, maka susunan molekul lipid tersebut perlu di modifikasi ke dalam bentuk lipoprotein yang bersifat larut dalam air. Zat-zat lipoprotein bertugas mengangkut lipid dari tempat sintesisnya menuju tempat penggunaannya (Kosasih et al., 2008). Lipoprotein dapat dibedakan menjadi: (a) Kilomikron adalah bentuk awal lipoprotein, partikel ini diproduksi oleh sel usus halus yang berasal dari lemak dan protein yang dimakan. Kilomikron membawa trigliserida dari makanan ke jaringan lemak dan otot rangka, dan juga ke hati (Tan dan Rahardja, 2007). (b) VLDL adalah lipoprotein yang terdiri atas 60% trigliserida dan 10-15% kolesterol. VLDL disekresi oleh hati untuk mengangkut kolesterol ke jaringan perifer (Tan dan Rahardja, 2007). (c) LDL merupakan lipoprotein pengangkut kolesterol terbesar pada manusia. Partikel LDL mengandung trigliserida sebanyak 10% dan kolesterol 50%. LDL merupakan metabolit VLDL, fungsinya membawa kolesterol ke jaringan perifer (untuk sintesis membran plasma dan hormon steroid). Kadar LDL plasma tergantung dari banyak faktor termasuk kolesterol

9 dalam makanan, asupan lemak jenuh, kecepatan produksi dan eliminasi LDL dan VLDL (Suyatna et al., 1995). (d) Komponen HDL ialah 13% kolesterol, kurang dari 5% trigliserida dan 50% protein. HDL penting untuk membersihkan trigliserida dan kolesterol dalam plasma. Kadar HDL menurun pada kegemukan, perokok, penderita diabetes yang tidak terkontrol (Suyatna et al., 1995). Ada dua jenis lipoprotein yang penting dalam distribusi kolesterol, yakni HDL dan LDL. HDL mengangkat kolesterol ke hati untuk dimetabolisme, selanjutnya LDL membawa kolesterol ke sel-sel yang memiliki molekul reseptor untuk LDL, dan dengan bantuan reseptor, LDL dapat memasuki sel untuk dimanfaatkan oleh sel. Semua jenis kolesterol sangat penting keberadaannya dalam tubuh. Akan tetapi, bila kadar yang dimiliki melebihi kadar normalnya dapat menyebabkan gangguan dalam tubuh. 2.1.5 Hiperkolesterolemia Hiperkolesterolemia adalah suatu kondisi yang ditandai dengan tingkat kolesterol yang sangat tinggi dalam darah. Peningkatan kolesterol dalam darah disebabkan kelainan pada tingkat lipoprotein. Tingginya kadar kolesterol dalam tubuh menjadi pemicu munculnya berbagai penyakit (Sutedjo, 2006). Hiperkolestrolemia dapat diklasifikasikan menjadi:(a) Hiperkolesterolemia primer adalah gangguan lipid yang terbagi menjadi dua bagian, yakni hiperkolesterol poligenik dan hiperkolesterol familiar. Hiperkolesterol poligelik disebabkan oleh berkurangnya daya metabolisme kolesterol, dan meningkatnya penyerapan lemak. Hiperkolesterolemia familiar adalah meningkatnya kadar kolesterol yang sangat dominan (banyak) akibat ketidakmampuan reseptor LDL. Penderita biasanya akan mengalami gangguan penyakit jantung koroner (PJK)

10 dengan kadar kolesterol mencapai 1.000 mg/dl. (b) Hiperkolesterolemia sekunder terjadi akibat penderita mengidap suatu penyakit tertentu, stres, atau kurang gerak (olahraga). Berbagai macam obat juga dapat meningkatkan kadar kolesterol. Wanita yang telah memasuki masa menopause (berhenti haid) jika diberi terapi estrogen dapat mengalami peningkatan kadar kolesterol (Wiryowidagdo, 2002). (c) Hiperkolesterolemia turunan terjadi akibat kelainan genetis atau mutasi gen pada tempat kerja reseptor LDL, sehingga menyebabkan pembentukkan jumlah LDL yang tinggi atau berkurangnya kemampuan reseptor LDL. Kejadian ini ditandai dengan kadar kolesterol yang mencapai 400 mg/dl dan kadar HDL dibawah 35 mg/dl, meskipun penderita sering berolahraga, memakan makanan berserat, jarang mengkonsumsi lemak hewani dan tidak merokok (Suharti, 2006). 2.1.6 Ekskresi kolesterol Sekitar setengah dari kolesterol yang dikeluarkan dari tubuh diekskresikan dalam feses setelah diubah menjadi garam empedu. Selebihnya diekskresi sebagai steroid netral. Sebagian besar kolesterol yang disekresi melalui empedu diserap kembali, dan dianggap sebagai kolesterol yang berperan sebagai pra zat untuk sterol yang berasal dari mukosa usus. Sebagian besar ekskresi garam-garam empedu diserap kembali ke dalam sirkulasi vena porta, kemudian dibawa kembali ke hati, dan diekskresi kembali melalui empedu. Ini dikenal sebagai sirkulasi enterohepatik. Garam-garam empedu yang tidak diserap akan diekskresi dalam feses (Kee, 2007). 2.1.7 Aterosklerosis Aterosklerosis adalah penumpukan endapan jaringan lemak (atheroma) dalam nadi. Zat-zat yang merangsang terbentuknya aterosklerosis disebut

11 aterogenik. Pengendapan lemak seperti ini disebut plak, terutama terdiri atas kolesterol dan esternya, dan cenderung terjadi di titik-titik percabangan nadi sehingga mengganggu aliran darah di tempat-tempat yang memiliki aliran darah tidak begitu deras. Nadi-nadi tertentu rentan terhadap plak, termasuk nadi-nadi koroner yang memasok darah ke otot-otot jantung, nadi-nadi yang memasok darah ke otak, dan nadi-nadi pada kaki (Silalahi, 2006). Aterosklerosis terbagi atas tiga tahap yaitu tahap pembentukan sel busa, pembentukan plak pada jaringan, dan lesi majemuk. Tahap awal aterosklerosis disebabkan oleh adanya kadar LDL yang tinggi pada sirkulasi, LDL ini dapat terjebak di dalam intima dan mengalami oksidasi. Peristiwa oksidasi merangsang permukaan sel untuk menarik monosit ke dalam intima. Monosit di dalam intima berubah menjadi makrofag dan memakan LDL teroksidasi. Makin banyak LDL yang dimakan menyebabkan makrofag penuh sehingga makrofag berbentuk seperti busa. Pada tahap berikutnya terjadi pertumbuhan sel otot polos pada pembuluh darah dari lapisan tengah menuju bagian dalam dinding pembuluh. Pertumbuhan ini menyebabkan terbentuknya plak dan mengakibatkan penyempitan lumen pembuluh darah. Semakin lama pertumbuhan sel maka semakin besar plak dan memperkecil lumen. Selanjutnya plak makin majemuk dengan terjadinya penambahan kalsium dan unsur-unsur lain yang dibawa oleh darah. Hal ini dapat mengakibatkan sobekan dan pendarahan yang merupakan tahap awal lesi majemuk (Silalahi, 2006). Proses terjadinya penyumbatan pembuluh darah dapat dilihat pada Gambar 2.1.

12 Gambar 2.1 Proses penyumbatan pembuluh darah (MedicineNet.inc) 2.2 Tinjauan tentang Udang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, namun belum dimanfaatkan secara optimal (Sugandhy et al., 2009). Salah satu sumber hayati adalah udang. Udang merupakan salah satu jenis biota laut yang bernilai ekonomis tinggi. Saat ini budidaya tambak udang telah berkembang dengan pesat, karena dihandalkan untuk meningkatkan ekspor non migas (Kaban, 2006). Tubuh udang terdiri atas dua bagian, yaitu bagian depan dan bagian belakang. Bagian depan disebut bagian kepala, yang terdiri atas bagian kepala dan dada yang menyatu. leh karena itu dinamakan kepala-dada (cepholothorax). Bagian perut (abdomen) terdapat ekor di bagian belakangnya. Seluruh tubuh tertutup oleh kerangka luar yang disebut eksoskeleton, yang terbuat dari bahan kitin (Suyanto et al., 2001). Bagian kepala beratnya kurang lebih 36-49%, bagian daging antara 24-41%, dan kulit 17-23% dari total berat badan (Purwaningsih, 2000). Limbah yang dihasilkan dari proses pembekuan udang, pengalengan udang dan pengolahan kerupuk udang berkisar antara 30-75% dari berat udang. Dengan demikian jumlah bagian yang terbuang dari usaha pengolahan udang cukup tinggi. Limbah kulit udang mengandung konstituen utama yang terdiri atas protein,

13 kalsium karbonat, kitin, pigmen, abu dan lain-lain. Limbah udang masih merupakan masalah yang perlu dicarikan upaya pemanfaatannya, untuk memberikan nilai tambah pada usaha pengolahan udang dan menanggulangi masalah pencemaran lingkungan yang ditimbulkan (Kaban, 2006). Alternatif untuk mengatasi fenomena limbah lingkungan ini adalah dengan memanfaatkan kulit udang menjadi produk kitosan. Kitosan merupakan turunan dari kitin yang banyak terdapat dalam kulit luar hewan golongan crustaceae seperti udang, lobster dan kepiting (Kusumaningsih et al., 2004). Kitosan sangat banyak dimanfaatkan dalam industri diantaranya dalam industri farmasi, biokimia, bioteknologi, pengawetan, kosmetik, dan digunakan untuk pengompleks ion logam berat yang terdapat dalam air permukaan dan limbah industri. 2.3 Kitin dan Kitosan 2.3.1 Kitin Kitin berasal dari bahasa Yunani chitin, yang berarti kulit kuku, yang merupakan komponen utama dari eksoskeleton invertebrata, crustaceae, insekta, dan juga dinding sel dari fungi. Komponen ini berfungsi sebagai komponen penyokong dan pelindung. Kitin merupakan salah satu sumber polisakarida alam yang terbesar jumlahnya setelah selulosa. Kitin adalah suatu polimer anhidro N- asetil-d-glukosamin, mempunyai massa molekul relatif besar yaitu sekitar 1,2.10 6 g/mol. Kitin mempunyai rumus kimia (C 8 H 13 N 5 ) n dengan struktur [β-(1-4) 2- asetamida-2-deoksi-d-glukosa] (Kusumaningsih et al., 2004). Secara umum kitin mempunyai bentuk fisik berupa kristal berwarna putih hingga kuning muda, tidak berasa, tidak berbau dan memiliki berat molekul yang

14 besar dengan nama kimia Poly N-acetyl-D-glucosamine atau beta (1-4) 2- acetamido-2-deoxy-d-glucose. Struktur kitin dan selulosa dapat dilihat pada Gambar 2.2 dan 2.3 di bawah ini : Gambar 2.2 Struktur kitin (Kusumaningsih et al., 2004) Gambar 2.3 Struktur selulosa (Kusumaningsih et al., 2004) Secara struktural terdapat perbedaan antara kitin dengan selulosa dilihat dari gugusnya, kitin termasuk ke dalam heteropolimer dan selulosa termasuk homopolimer. Kitin merupakan polimer alamiah (biopolymer) dengan rantai molekul yang sangat panjang dengan rumus molekul yaitu [C 8 H 13 5 N] n. Rumus molekul tersebut mempunyai berat molekul adalah [203,19] n (Apsari et al., 2010). Secara kualitatif adanya kitin dapat dideteksi dengan reaksi warna Van Wesslink. Pada cara ini, kitin direaksikan dengan I 2 dalam KI yang memberikan warna coklat, kemudian jika ditambahkan asam sulfat berubah warnanya menjadi violet. Perubahan warna dari coklat hingga menjadi violet menunjukkan reaksi positif adanya kitin. Secara kuantitatif untuk mengidentifikasi suatu senyawa kitin dilakukan dengan analisis FTIR.

15 Hasil analisis gugus fungsi kitin dari kulit udang dengan FTIR dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Karakteristik kitin kulit udang (Stuart, 2003) Gugus fungsi H N H ulur C H ulur C = ulur N H bengkokan CH 3 C C N H kibasan Bilangan gelombang (cm -1 ) kitin literatur 3448 3300 3250 2891,1 1680 1640 1560 1530 1419,5 1072,3 750 650 2.3.2 Kitosan Kitosan merupakan turunan dari kitin dengan struktur [β-(1-4)-2-amina -2- deoksi-d-glukosa] merupakan hasil dari deasetilasi kitin. Kitosan merupakan suatu polimer yang bersifat polikationik. Keberadaan gugus hidroksil dan amino sepanjang rantai polimer mengakibatkan kitosan sangat efektif mengikat kation ion logam berat maupun kation dari zat-zat organik (protein dan lemak). Interaksi kation logam dengan kitosan terjadi melalui pembentukan kelat koordinasi oleh atom N gugus amino dan gugus hidroksil (Tao-Lee et al., 2001). Kitosan juga dapat membentuk sebuah membran yang berfungsi sebagai adsorben pada waktu terjadinya pengikatan zat-zat organik maupun anorganik oleh kitosan. Hal ini yang menyebabkan kitosan lebih banyak manfaatnya dibandingkan dengan kitin (Windholz, 1983 dalam Sanjaya et al., 2007). Kitosan merupakan kopolimer D-glucosamine dan N-acetyl-Dglucosamine dengan ikatan ß-(1-4) yang diperoleh dari deacetylasi enzimatik dari polisakarida kitin. Kitosan mempunyai nama kimia Poly d-glucosamine (beta(1-4) 2-amino-2-deoxy-D-glucose dengan struktur seperti pada Gambar 2.4.

16 Gambar 2.4 Struktur kitosan (Kusumaningsih et al., 2004) Kitosan banyak diaplikasikan dalam berbagai bidang. Hal tersebut dikarenakan adanya gugus amino pada posisi C 2 dan juga karena gugus hidroksil primer dan sekunder pada posisi C 3 dan C 6. Adanya gugus fungsi tersebut menyebabkan kitosan memiliki reaktivitas kimia yang tinggi (Marganov, 2003). Kitosan merupakan senyawa yang tidak larut dalam air, namun hanya larut dalam asam organik dan mudah berinteraksi dengan zat-zat organik lainnya seperti protein (Karthikeyan et al., 2004). Kitosan larut dalam asam anorganik seperti asam nitrat, HCl, asam perklorat, dan H 3 P 4 setelah dikocok dan dipanaskan untuk waktu yang lama (Li et al., 1992), asam amino dalam kitosan membentuk larutan kental yang digunakan untuk membentuk gel dalam berbagai bentuk seperti partikel, membran, lapisan, serat dan spon (Jin et al., 2003). Kitosan banyak digunakan dalam aplikasinya di bidang farmasi, kedokteran, pengolahan limbah dan pangan karena mudah dicerna dan toksisitasnya sangat rendah (Singla et al., 2001), memperlihatkan aksi biologis dengan menyerap logam berat (Singla et al., 2001; Lifeng et al., 2005). Pada bidang kesehatan kitosan banyak digunakan sebagai penyerap lemak (Singla et al., 2001; Ueno et al., 2001), dan hipokolesterolemia (Antoni, 2005). Penelitian secara in vitro menunjukkan bila kitosan dicampur dengan kolesterol akan terjadi reaksi pengikatan, sehingga kolesterol tidak lagi bebas

17 (Hawab, 2002). Terikatnya molekul kolesterol oleh kitosan diharapkan dapat mengurangi masuknya kolesterol berlebih ke dalam peredaran darah. 2.3.3 Pembuatan kitin menjadi kitosan Selain kitin, di dalam eksoskeleton crustacea juga terdapat protein, material anorganik terutama kalsium karbonat, pigmen dan sebagian kecil lemak. Secara umum pemurnian kitin secara kimiawi terdiri dari dua tahap yaitu tahap demineralisasi dan tahap deproteinisasi (Zakaria, 1997). Untuk hasil yang lebih baik biasanya dilanjutkan dengan proses depigmentasi. a. Demineralisasi Mineral dalam kulit udang dapat mencapai sekitar 40-50% tiap berat bahan kering (Hargono et al., 2008). Proses demineralisasi dilakukan dengan menggunakan larutan asam klorida encer. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan garam-garam anorganik atau kandungan mineral yang ada pada kitin terutama kalsium karbonat dan kalsium phospat dalam jumlah kecil. Reaksi yang terjadi pada proses demineralisasi adalah sebagai berikut: Ca 3 (P 4 ) 2(s)+ 6HCl (aq) CaC 3(s) + 2HCl (aq) H 2 C 3(g) 3CaCl 2(aq) + 2H 3 P 4(l) CaCl 2(aq) + H 2 C 3(g) C 2(g) + H 2 (l) b. Deproteinisasi Protein dalam kulit udang mencapai sekitar 25-40% dari bahan keringnya (Hargono et al., 2008), protein tersebut berikatan kovalen dengan kitin. Dalam proses ini kulit udang direaksikan dengan larutan natrium hidroksida panas dalam waktu yang relatif lama. Adapun tujuan dari proses ini untuk memisahkan atau melepas ikatan-ikatan antara protein dan kitin.

18 c. Depigmentasi Penghilangan zat-zat warna dilakukan pada waktu pencucian residu setelah proses demineralisasi dan proses deproteinasi. Pada proses ini hasil dari proses deproteinasi direaksikan lebih lanjut dengan menggunakan reagensia pemutih berupa natrium hipoklorit (NaCl) atau peroksida, proses depigmentasi bertujuan untuk menghasilkan warna putih pada kitin. d. Deasetilasi Proses deasetilasi merupakan proses pembentukan kitosan dari kitin menggunakan NaH untuk mengganti gugus asetamida dengan gugus amino (Hargono et al., 2008). Hasil analisis gugus fungsi kitosan dari kulit udang dengan FTIR dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Karakterisasi kitosan kulit udang (Stuart, 2003) Gugus fungsi Bilangan gelombang (cm -1 ) kitosan literatur H 3450 N H ulur 3335 C H ulur 2891 NH 2 guntingan 1655 N H bengkokan CH 3 1419,5 C C 1072,3 NH 2 kibasan dan pelintiran 850 750 N H kibasan 715 e. Mekanisme reaksi pembentukan kitosan dari kitin Reaksi pembentukan kitosan dari kitin merupakan reaksi hidrolisis suatu amida oleh suatu basa. Kitin bertindak sebagai amida dan NaH sebagai basanya. Mula-mula terjadi reaksi adisi, gugus H - masuk ke dalam gugus NHCCH 3 kemudian terjadi eliminasi gugus CH 3 C - sehingga dihasilkan suatu amina yaitu kitosan (Mahatmanti, 2001). Mekanisme pembentukan kitosan dari kitin dapat dilihat dari persamaan Gambar 2.5 di bawah ini:

19 CH 3 NH Kitin H NH CH 3 H H CH 3 NH H H H NH H CH 3 H + H CH 3 NH H H H NH H CH 3 NH H H H NH 2 + Gambar 2.5 Reaksi pembentukan kitosan dari kitin (Champagne, 2002) 2.4 Tinjauan tentang Simvastatin 2.4.1 Sifat fisikokimia simvastatin Kitosan Sifat fisikokimia simvastatin (Moffat et al., 2004) adalah sebagai berikut: memiliki rumus molekul C 2 5H 3 8 5 dengan berat molekul 418,6 g/mol. Simvastatin memiliki titik lebur 135 0 C sampai 138 0 C dengan pemberian dalam bentuk serbuk kristal putih, tidak larut dalam air, n-heksana, dan asam klorida tetapi larut dalam kloroform, dimetil sulfoksida, metanol, etanol, polietilen glikol, NaH, dan propilen glikol. Struktur simvastatin dapat dilihat pada Gambar 2.6. Gambar 2.6 Struktur simvastatin (Moffat et al., 2004)

20 2.4.2 Mekanisme kerja Simvastatin merupakan senyawa yang diisolasi dari jamur Penicillium citrinum, senyawa ini memiliki struktur yang mirip dengan HMG-CoA reduktase. Simvastatin bekerja dengan cara menghambat HMG-CoA reduktase secara kompetitif pada proses sintesis kolesterol di hati. Simvastatin menghambat HMG- CoA reduktase pada proses mengubah asetil-coa menjadi asam mevalonat (Witztum, 1996). Simvastatin jelas menginduksi suatu peningkatan reseptor LDL dengan afinitas tinggi. Efek tersebut meningkatkan kecepatan ekstraksi LDL oleh hati, sehingga mengurangi simpanan LDL plasma (Katzung, 2002). Simvastatin merupakan prodrug dalam bentuk lakton yang harus dihidrolisis terlebih dulu menjadi bentuk aktifnya yaitu asam β-hidroksi di hati, hasil hidrolisis itu lebih dari 95% berikatan dengan protein plasma. Konsentrasi obat bebas di dalam sirkulasi sistemik sangat rendah yaitu kurang dari 5%, dan memiliki waktu paruh 2 jam. Sebagian besar obat diekskresi melalui hati. Dosis awal pemberian obat adalah sebesar 5-10 mg/hari, dengan dosis maksimal 80 mg/hari. Pemberian obat dilakukan pada malam hari (Witztum, 1996). 2.4.3 Efek samping Efek samping dari pemakaian Simvastatin adalah miopati. Insiden terjadinya miopati cukup rendah (<1%). Akan tetapi, pada pasien dengan risiko tinggi terhadap gangguan otot, pemberian simvastatin harus diperhatikan (Suyatna et al., 1995). Wanita hamil tidak boleh menggunakannya karena berdaya teratogen (mengakibatkan cacat pada bayi), lagi pula kolesterol mutlak dibutuhkan bagi pengembangan janin (Tan dan Rahardja, 2007).

21 2.5 Perkembangan Penelitian Pemanfaatan Kitosan Telah dilakukan pula penelitian yang mengungkapkan bahwa serat kitosan dapat menghambat penyerapan lemak baik secara in vitro maupun in vivo pada hewan percobaan seperti tikus maupun pada tubuh manusia. Penelitian oleh suatu tim di Laboratorium Biokimia IPB (2002) menunjukkan bahwa secara in vitro (dalam tabung) molekul kitosan dapat mengikat molekul kolesterol sampai 18,6%. Uji yang dilakukan pada tikus percobaan menunjukkan bahwa penambahan kitosan 5% pada pakan selama 20 minggu dapat mengurangi level kolesterol darah hingga 65%. Pada penelitian selanjutnya disimpulkan bahwa pada kondisi normal kitosan mampu menyerap lemak 4-5 kali dibandingkan dengan serat lain. Hasil uji klinik dilaporkan bahwa kadar kolesterol berkurang hingga 32% setelah menggunakan kitosan selama lima minggu (Han et al., 1999; Nadrazky, 2006). Efek suplementasi serat kitosan dengan omega-3 dalam minyak ikan terhadap trigliserida plasma dan kolesterol total pada pekerja obes mampu menurunkan kadar kolesterol darah setelah 21 hari pemberian kitosan (Syarief, 2011). Hal yang sama juga dilaporkan pada itik petelur yang diberikan kitosan (Pagala, 2010; Pagala dan Indriyani, 2010). Penggunaan tepung rajungan dalam ransum mampu meningkatkan efisiensi pakan dan menurunkan kadar lemak tubuh tikus putih (Wiyatna et al., 2006). Pemanfaatan cangkang kepiting sebanyak 500 mg/hari pada hewan percobaan dapat menurunkan kadar kolestrerol sebesar 15,38% selama 16 hari (Suharyanto, 2011). Sedangkan Suarsana (2012) melaporkan pemberian kitosan kadar 2% dan 4% dapat menurunkan kadar total kolesterol, trigliserida, kadar kalsium serta fosfat serum kelinci dan tidak berpengaruh terhadap kadar glukosa darah. Pemberian kitosan sebanyak 2,5% dan

22 5% dalam pakan tidak mempengaruhi berat badan tikus pada kondisi pakan standar tetapi pada kondisi pakan hiperkolesterol dapat menurunkan berat badan dan berat liver, menurunkan kadar total kolesterol, LDL kolesterol serta trigliserida dan menaikan HDL kolesterol dalam serum berturut-turut penurunan kadar total kolesterol pada kondisi pakan standar adalah 92,18±4,45 dan 122,42±6,03 pada kondisi pakan hiperkolesterol adalah 49,09±10,60 dan 80,93±6,39 (Martati dan Lestari, 2008). Penggunaan 5 g kitosan di dalam 50 ml lemak kambing berpengaruh terhadap persentase penyerapan kolesterol sebanyak 30,93% dan pada waktu operasi 60 menit menunjukkan derajat penyerapan kolesterol sebesar 45,46% (Hargono et al., 2008).