EFESIENSI PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN YANG BERBEDA PADA IKAN BETOK (Anabas testudineus) Surel:

dokumen-dokumen yang mirip
Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya Mahasiswa Program Studi Perikanan dan Kelautan. Abstract

PENGARUH SUMBER ASAM LEMAK PAKAN BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN IKAN BOTIA Botia macracanthus Bleeker

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani**

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA

PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) YANG DIBERI PAKAN BUATAN BERBASIS KIAMBANG

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :

II. BAHAN DAN METODE

PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus.

Pertumbuhan Benih Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch) dengan Pemberian Pakan Tambahan Berupa Maggot

PENGARUH PADAT TEBAR TINGGI DENGAN PENGUNAAN NITROBACTER TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias sp.) FENLYA MEITHA PASARIBU

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

KINERJA PERTUMBUHAN IKAN GABUS (Channa striata) DAN DINAMIKA KUALITAS AIR PADA BERBAGAI WADAH PEMELIHARAAN Heriansah 1) dan Dian Nisa Fitri Aspari 2)

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 4(2) : (2016) ISSN :

Pengaruh Pemberian Jenis Pakan yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch)

J. Aquawarman. Vol. 2 (2) : Oktober ISSN : Abstract

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 di

PEMBERIAN PAKAN BUATAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT (Oreochromis sp) YANG DIPELIHARA DALAM HAPPA. Elrifadah. Abstract

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus

PENGARUH DOSIS PAKAN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS Cyprinus carpio DAN IKAN BAUNG Macrones sp DENGAN SISTEM CAGE-CUM-CAGE

PENENTUAN PEMBERIAN PAKAN DAN UKURAN BENIH SAAT TEBAR PADA PEMBESARAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)

PENGARUH KETINGGIAN AIR YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUPBENIH IKAN LELE SANGKURIANG

Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Gabus (Channa striata) yang Diberi Pakan Buatan Berbahan Baku Tepung Keong Mas (Pomacea sp.

BAB 4. METODE PENELITIAN

SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG CACING TANAH DALAM PAKAN UNTUK PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN BAUNG (Mystus nemurus CV ABSTRAK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

PENGGUNAAN TEPUNG DAGING DAN TULANG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PROTEIN HEWANI PADA PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

RESPONS PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) YANG DIBERI PAKAN BUATAN BERBASIS LIMBAH SAYURAN

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(1) : (2013) ISSN :

Pengaruh Ketinggian Air yang Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh Sumber Makanan yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Ikan Kelabau Padi (Osteochilus melanopleura) yang Dipelihara Dalam Hapa di kolam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

PEMBERIAN PAKAN PELET YANG DICAMPUR PUPUK ORGANIK CAIR BIOTON TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT (Oreochromis sp)

PENGARUH KADAR PROTEIN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy)

Efektivitas Suplemen Herbal Terhadap Pertumbuhan dan Kululushidupan Benih Ikan Lele (Clarias sp.)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 40 hari pada bulan Agustus sampai dengan

PENGARUH PERBEDAAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN Tubifex sp. TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU PERTUMBUHAN BENIH IKAN GABUS (Channa striata)

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo

PENGARUH KADAR PROTEIN DAN RASIO ENERGI PROTEIN PAKAN BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN BENIH IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum)

III. BAHAN DAN METODE

Oleh: RINIANINGSIH PATEDA NIM: Telah Diperiksa dan Disetujui Untuk Diuji. Mengetahui, KetuaJurusan/Program StudiBudidayaPerairann

JURNAL. THE EFFECT OF GIVEN SKIN SEED IN GREEN BEANS ON GROWTH RATE OF CATFISH (Clarias sp)

PEMBERIAN PAKAN PELET DAN BAHAN BAKU LOKAL TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) Jolanda Sitaniapessy 1

Tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan bawal air tawar (Collosoma sp.) dengan laju debit air berbeda pada sistem resirkulasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Maret - 25 April 2012 di Laboratorium

PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN LARVA IKAN BETOK (Anabas testudinieus) oleh

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas

Ahmad Kurnia Vardian¹, Subandiyono¹ *, Pinandoyo¹

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan.

II. BAHAN DAN METODE

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

PENGEMBANGAN DAN APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK BUDIDAYA IKAN KERAPU MACAN, Epinephelus fuscoguttatus DI KERAMBA JARING APUNG

Jurusan Teknologi Perikanan, Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Nopember

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN KOMERSIAL TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN KERAPU BEBEK (CROMILEPTES ALTIVELIS)

PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20, 40 DAN 60 EKOR/LITER DALAM SISTEM RESIRKULASI

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian Jenis nutrien Kandungan (%) 2.2 Metode Penelitian Rancangan Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan selama 2 bulan pada bulan Februari-April 2015,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH FOTOPERIODE TERHADAP PERTUMBUHAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) ABSTRAK

Pengaruh Pemberian Viterna Plus dengan Dosis Berbeda pada Pakan terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

BAB III BAHAN DAN METODE

PEMELIHARAAN IKAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) YANG DIBERI PAKAN PELET DAN IKAN RUCAH DI KERAMBA JARING APUNG

Cahyono Purbomartono.)t!, Hartoyo') dan Agus Kurniawan')

PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN, Pangasius sp.

BAB 4. METODE PENELITIAN

PERGANTIAN PAKAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN PANJANG LARVA IKAN SEPAT COLISA (Trichogaster lalius)

ke dalam bak filter. Berdasarkan Anonim (2011 ) waktu tinggal dapat dihitung dengan rumus :

HASIL DAN PEMBAHASAN Padat Tebar (ekor/liter)

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 4(1) :1-8 (2016) ISSN :

Angki Ismayadi, Rosmawati, Mulyana Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Djuanda Bogor

Pembesaran Benih Ikan Sidat dengan Jenis Pakan yang Berbeda

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

PENGARUH PADAT PENEBARAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus gouramy Lac. UKURAN 2 CM

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

II. BAHAN DAN METODE

Laju Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) dengan Pemberian Pakan yang Berbeda

282 Jurnal Perikanan (J. FISH. Sci) X (2) : ISSN:

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 3(1) :70-81(2015) ISSN :

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL

PENGARUH PEMBERIAN Lemna sp. SEBAGAI PAKAN DALAM BUDIDAYA IKAN NILEM ORGANIK

ARTIFICIAL SUBSTRATES INCREASED SURVIVAL AND GROWTH OF HYBRID CATFISH (Clarias gariepinus and C. macrocephalus)

PENGARUH PERBEDAAN TINGKAT PROTEIN DAN RASIO PROTEIN PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN SEPAT (Trichogaster pectoralis) ABSTRAK

UJI PERBANDINGAN PAKAN PELLET DAN CUMI-CUMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN KERAPU MACAN (Efinephelus fuscoguttatus)

Effect of Different Protein Levels for Growth and Survival Rate of Baung ( Mystus nemurus

PERBANDINGAN KARBON DAN NITROGEN PADA SISTEM BIOFLOK TERHADAP PERTUMBUHAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus)

Erma Yunita Islami, Fajar Basuki*, Tita Elfitasari

BAB IV HASIL. Pertumbuhan. Perlakuan A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%) gurame. Pertambahan

EVALUASI PENGGUNAAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN NILEM (Osteochilus hasseltii)

Transkripsi:

EFESIENSI PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN YANG BERBEDA PADA IKAN BETOK (Anabas testudineus) Helmizuryani 1) dan Boby Muslimin 1) 1) JL. Jendral A. Yani 13 Ulu Palembang 30263, Telp/Fax: 0711-511731 Surel: helmizuryani@gmail.com; boby.m84@gmail.com ABSTRACT Feed are important internal factor which affected fish growth. Climbing perch is one of domestication fish from natural place, but to optimalize aquaculture activity we should knowing how much artificial feeds necessary for climbing perch become big size (consumption). This research conducted in mini hatchery Mulia at Plaju, Palembang from Januari until Juni 2015. This research was done by experiment methode using completely randomized design with different protein feedsas treatments & be repeated three times, P1(28 %), P2 (30%) and P3 (32%). During fish rearing, P3 showed highly survival rate 92,5% and the lowest on P1 80%. The best growth showed on P3 1,43 cm and 2,68 gr. The lowest on P2 0,82 cm and 1,38 gr. The parameter of water quality showed good value on temperature, ph, ammonia and oxygen for fish live tolerance. According growth and survival rate value, the next reserach were observe ratio between artificial feed and final weight called Feed Conversion Ratio (FCR), through research results good efeciency on artificial feed with 32% protein level for climbing perch. Keywords: artificial feed, climbing perch, effeciency, protein. ABSTRAK Pakan merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan ikan. Ikan betok salah satunya yang masih terdapat di alam yang sekarang sudah dapat terdomestikasi, namun untuk kegiatan budidaya ikan perlu juga diketahui berapa banyak pakan yang dibutuhkan ikan betok hingga mencapai masa dewasa. Penelitian ini telah dilakukan di kolam Unit Pembenihan Ikan (UPR) Mulia Plaju pada bulan Januari sampai Juni 2015. Penelitian ini dilakukan dengan cara eksperimen dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan pengulangan sebanyak tiga kali yaitu perlakuan Persentase pakan berbeda, dengan Perlakuan: P1 (Pemberian pakan pelet dengan kandungan protein 28 %), P2 (Pemberian pakan pelet dengan kandungan protein 30 %) dan P3 (Pemberian pakan pelet dengan kandungan protein 32 %). Pemeliharaan ikan dengan persentase pakan didapatkan hasil sementara dengan kelangsungan hidup tertinggi pada perlakuan P3 (pelet dengan kadar protein 32%) sebesar 92,50 dan yang terendah P1 (Pelet dengan kadar protein 28%) sebesar 80,00%, pertumbuhan panjang tertinggi terdapat pada perlakuan P3 (pelet dengan kadar protein 32%) sebesar 1,43 cm sedangkan yang terendah pada P2 (Pelet dengan kadar protein 30%) 0,82 cm dan pertumbuhan berat tertinggi terdapat pada perlakuan P3 (pelet dengan kadar protein 32%) sebesar 2,68 gr sedangkan yang terendah pada P2 (pelet 607

dengan kadar protein 30%) sebesar 1,38 gr. Untuk paramater kualitas air baik suhu, ph, amoniak dan oksigen masih layak untuk kelangsungan hidup ikan yang dipelihara. Dengan diketahuinya pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan betok, maka tahap selanjutnya yang akan dihitung adalah mengetahui rasio antara pakan dan bobot berat badan akhir yang lebih dikenal dengan istilah Feed Conversion Ratio (FCR) yang pada penelitian menunjukkan pelet dengan kadar protein level 32% memberikan hasil efesiensi yang baik. Kata kunci : efesiensi, ikan betok, pakan, protein. PENDAHULUAN Ikan betok (Anabas testudineus) merupakan salah satu ikan air tawar dengan habitat di rawa dan sungai. Sumatera Selatan adalah kawasan inland water yang memilki keanekaragaman hayati, untuk memenuhi kebutuhan protein hewani berupa ikan, masyarakat mendapatkannya dengan menangkap ikan, namun dalam perkembangannya aktivitas manusia dan populasi yang meningkat, sehingga mengakibatkan ruas perairan yang mengecil, pencemaran, dan berdampak kepada hasil tangkapan ikan yang tidak optimal. Hal inilah yang menjadikan pemikiran untuk pengembangan budidaya perikanan secara berkelanjutan, khususnya untuk ikan-ikan endemik, salah satunya adalah ikan betok. Sudah terdapat studi yang mempelajari tentang domestikasi ikan betok, salah satu faktor yang penting untuk pertumbuhan ikan betok dengan metode akuakultur adalah pakan. Makanan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan ikan. Untuk merangsang pertumbuhan, diperlukan jumlah dan mutu makanan yang tersedia dalam keadaan cukup serta sesuai dengan kondisi perairan (Asmawi, 1986). Makanan yang didapat oleh ikan digunakan untuk kelangsungan hidup, kelebihannya baru untuk pertumbuhan. Jadi, kalau menginginkan pertumbuhan yang baik maka yang diperhatikan sejumlah makanan yang melebihi kebutuhan untuk pemeliharaan tubuh (Jangkaru, 608

1974). Kecukupan dan mutu makanan bagi induk merupakan faktor yang paling penting untuk memproduksi induk dengan kualitas yang prima. Kadar protein yang direkomendasikan oleh makanan ikan berbanding terbalik dengan ukuran ikan, semakin besar ukuran ikan semakin kecil kadar protein yang diperlukan. Pada induk ikan mas dan lele kadar protein yang direkomendasikan adalah 28-32% (NRC,1981). Jumlah makanan yang diberikan pada umumnya sekitar 2-3% berat badannya per hari. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilakukan di Unit Pembenihan Rakyat (UPR) Mulia, Plaju, Palembang pada bulan Maret 2015 sampai dengan bulan September 2015. Bahan-bahan yang digunakan adalah benih ikan betok yang berumur 3 bulan, dengan rata- ukuran benih ikan 4 cm & 3 gram yang dipelihara dalam kolam tanah berukuran 20x8x3 m 3 dengan wadah waring berukuran 50x50x75 cm 3 sebanyak 9 unit, dengan padat tebar dalam waring 30 ekor/waring. Lama pemeliharaan 3 bulan (90 hari). Pakan yang diberikan berupa pelet komersil dengan kadar protein 28-32%. Pakan diberikan sebanyak 2-3% dari berat populasi, yang diberikan pada pagi, siang dan sore hari. Pengukuran kualitas air meliputi, suhu air dan udara, ph, kadar oksigen terlarut, kadar karbon dioksida terlarut, yang dilakukan per dua minggu. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL), dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan : Perlakuan P1: pemberian pakan pelet komersil dengan kadar protein 28 %, Perlakuan P2 : pemberian pakan pelet komersil dengan kadar protein 30 % dan Perlakuan P3: pemberian pakan pelet komersil dengan kadar protein 32 %. Parameter yang diamati meliputi : 609

1. Kelangsungan hidup yaitu jumlah ikan yang masih hidup setelah waktu tertentu. Ikan diamati setiap hari untuk dilihat kematiannya dan dicatat. Nilai kelangsungan hidup dihitung dengan menggunakan rumus (Effendi, 2004), Jumlah ikan yang masih hidup SR ikan = ---------------------------------------- x 100 % Jumlah ikan awal 2. Pertumbuhan dengan menghitung Pertambahan Berat dan pertambahan panjang dengan menggunakan rumus (Effendi, 2004) : Wm = Wt Wo, dimana : Wm = Pertambahan berat mutlak ikan (gr), Wt = Berat akhir ikan (gr), Wo = Berat awal ikan (gr) dan Lm = Lt Lo, Dimana : Lm = Pertambahan panjang mutlak ikan (cm), Lt = Panjang akhir ikan (cm), Lo = Panjang awal ikan (cm). Hasil pengamatan ditabulasi dalam Tabel RAL dan dianalisa dengan menggunakan analisa F. Bila hasil analisa didapatkan nilai F Hitung < F Tabel (5 % dan 1 %) maka tidak dilakukan uji lanjutan namun bila F Hitung > F Tabel maka dilakukan uji lanjutan berdasarkan KK (koefisien keragaman). Nilai rataan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan akan ditampilkan dalam bentuk kurva atau histogram. Nilai rataan pertumbuhan, kelangsungan hidup ikan, akan ditampilkan dalam bentuk kurva atau histogram. HASIL Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh data mengenai, pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan betok dengan pakan kandungan protein berbeda. Data-data yang diperoleh selama penelitian terlihat pada Tabel dibawah ini : 610

Kelangsungan Hidup Seminar Nasional Sains & Teknologi VI Tabel 1. Data kelangsungan hidup ikan betok selama penelitian Perlakuan Ulangan 1 2 3 TP ratarata MP1 80,00 83.33 83.33 246.66 82.22 MP2 80,00 80,00 90,00 250.00 83.33 MP3 90,00 86.67 96.67 273.34 91.11 Sumber Pengolahan data primer 770.00 85.56 92.00 90.00 88.00 86.00 84.00 82.00 80.00 78.00 76.00 91.11 82.22 83.33 MP1 MP2 MP3 Perlakuan Gambar 2. Grafik rata-rata kelangsungan hidup ikan betok selama penelitian Dari Tabel 1 dan Gambar 2 di atas terlihat tingkat kelangsungan hidup ikan betok dengan pakan kandungan protein berbeda selama penelitian tertinggi pada perlakuan P3 (pelet dengan kadar protein 32%) sebesar 91,11% diikuti P2 (pelet dengan kadar protein 30%) sebesar 83,33% dan yang terendah P1 (Pelet dengan kadar protein 28%) sebesar 82,22%. Dari data yang diperoleh selanjutnya dilakukan perhitungan analisa sidik ragam. Hasil analisis sidik ragam dari data tersebut terlihat pada Tabel 2. 611

Tabel 2. Hasil analisis sidik ragam kelangsungan hidup ikan betok tn SK db JK KT F hit F tab 5% Perl 2 140.86 70.43 3.36 tn 5.14 Galat 6 125.92 20.99 Total 8 266.78 : Berpengaruh tidak nyata kk : Dari data hasil analisis keragaman menunjukan bahwa perlakuan pakandengan kandungan protein berbeda berpengaruh tidak nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup (SR) benih ikan betok, dimana F hitung lebih kecil dari F Tabel 5%. Oleh karena itu tidak perlu dilakukan uji lanjut. Tabel berikut ini menampilkan hasil pertumbuhan panjang ikan betok dengan pakan kandungan protein berbeda. Tabel 4. Data pertumbuhan panjang ikan betok selama penelitian Perlakuan Ulangan rata-rata TP 1 2 3 (cm) MP1 1.44 2.71 0.64 4.79 1.60 MP2 2.14 1.23 1.64 5.00 1.67 MP3 2.30 1.78 2.38 6.45 2.15 16.24 1.80 Sumber Pengolahan data primer 612

Panjang (cm) Seminar Nasional Sains & Teknologi VI 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 1.60 1.67 2.15 0.00 MP1 MP2 MP3 Perlakuan Gambar 3. Grafik rata-rata pertumbuhan panjang ikan betok selama penelitian Dari Tabel 4 dan Gambar 3 di atas terlihat pertumbuhan panjang tertinggi terdapat pada perlakuan MP3 (pelet dengan kadar protein 32%) sebesar 2,15 cm sedangkan yang terendah pada MP1 (Pelet dengan kadar protein 28%) 1,60 cm Dari data yang diperoleh selanjutnya dilakukan perhitungan analisa sidik ragam. Hasil analisis sidik ragam dari data tersebut terlihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil analisis sidik ragam pertumbuhan panjang benih ikan betok SK db JK KT F hit F tab 5% Perl 2 0.55 0.28 0.59 tn 5.14 Galat 6 2.82 0.47 Total 8 3.37 tn : Berpengaruh tidak nyata kk : Dari data hasil analisa keragaman menunjukan bahwa perlakuan dengan pakan kandungan protein berbeda berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan panjang ikan betok, dimana F hitung lebih kecil dari F Tabel 5. Oleh karena itu tidak dilakukan uji lanjut. 613

Data berikut ini menunjukkan hasil pertumbuhan berat ikan betok dengan pakan kandungan protein berbeda. Tabel 6. Data pertumbuhan berat benih ikan betok selama penelitian Ulangan Perlakuan TP ratarata 1 2 3 (gr) MP1 2.96 0.22 0.04 3.22 1.07 MP2 2.68 1.58 2.07 6.33 2.11 MP3 2.20 6.92 1.24 10.35 3.45 19.90 2.21 Sumber Pengolahan data primer 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 3.45 2.11 1.07 MP1 MP2 MP3 Gambar 4. Grafik rata-rata pertumbuhan berat ikan betok selama penelitian Dari Tabel 6 dan Gambar 4 di atas terlihat pertumbuhan berat tertinggi terdapat pada perlakuan MP3 (pelet dengan kadar protein 32%) sebesar 3,45 gr sedangkan yang terendah pada P1 (pelet dengan kadar protein 28%) sebesar 1,07 gr. Dari data yang diperoleh selanjutnya dilakukan perhitungan analisa sidik ragam. Hasil analisis sidik ragam dari data tersebut terlihat pada Tabel 7. 614

Tabel 7. Hasil analisis sidik ragam pertumbuhan berat ikan betok SK db JK KT F hit F tab 5% Perl 2 8,51 4,26 1,04 tn 5.14 Galat 6 24,45 4,08 Total 8 32,97 tn : Berpengaruh tidak nyata kk : Dari data hasil analisa keragaman menunjukan bahwa perlakuan dengan pakan kandungan protein berbeda berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan berat ikan betok, dimana F hitung lebih kecil dari F Tabel 5%. Oleh karena itu tidak perlu dilakukan uji lanjut. Konversi pakan selama penelitian menunjukkan jumlah pakan yang diberikan menjadi pertumbuhan berat yang dipelihara selama 90 hari dengan data sebagai berikut Tabel 8. Konversi pakan Perlakuan Ulangan Ulangan Ulangan 1 2 3 TP Ratarata MP1 5,04 5,38 5,22 15,64 5,21 MP2 5,06 5,18 5,13 15,37 5,12 MP3 5,13 4,61 5,23 14,97 4,99 Sumber Pengolahan data primer 45,99 15,33 615

5.25 5.20 5.15 5.10 5.05 5.00 4.95 4.90 4.85 Konversi Pakan 5.21 5.12 4.99 MP1 MP2 MP3 Gambar 5. Konversi Pakan yang diberikan ikan betok Dari data yang diperoleh selanjutnya dilakukan perhitungan analisa sidik ragam. Hasil analisis sidik ragam dari data tersebut terlihat pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil analisis sidik ragam konversi pakan ikan betok SK db JK KT F hit F tab 5% Perl 2 0,08 0,04 0,83 5.14 Galat 6 0,29 0,05 Total 8 0,37 tn : Berpengaruh tidak nyata kk : Dari data hasil analisa keragaman menunjukan bahwa perlakuan konversi pakan berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan berat ikan betok, dimana F hitung lebih kecil dari F Tabel 5%. Oleh karena itu tidak perlu dilakukan uji lanjut. 616

PEMBAHASAN Derajat kelangsungan hidup dapat digunakan sebagai salah satu indikator keberhasilan suatu kegiatan budidaya ikan. Jika diperoleh nilai SR yang tinggi pada suatu kegiatan budidaya, maka dapat dikatakan bahwa kegiatan budidaya yang dilakukan telah berhasil dan sebaliknya jika diperoleh nilai SR yang rendah maka kegiatan budidaya kurang berhasil. Salah satu faktor yang menentukan kelangsungan hidup ikan adalah pakan, pemberian pakan yang cukup kuantitas dan kualitas akan meningkatkan kelangsungan hidup ikan yang dipelihara, sebaliknya kekurangan pakan akan berdampak terhadap kesehatan ikan dan akan menurunkan kelangsungan hidup ikan yang dipelihara. Pakan diperlukan untuk pertumbuhan, kesehatan ikan dan untuk peningkatan mutu produksi. Untuk keperluan tersebut ikan memerlukan nutrien berupa protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral yang kebutuhannya berbeda sesuai dengan umur dan jenis ikan (Suwirya et al.,2001). Tingkat keberlangsungan hidup merupakan keberlangsungan pertumbuhan ikan betok terhadap pemberian jenis makanan. Hal ini didukung oleh ketersediaan makanan dan media tempat hidup benih ikan betok masih dalam batas toleransi. Namun dalam pemberian pakan, harus juga disesuaikan dengan kualitas pakan yang dapat mempengaruhi perubahan kualitas air. Pakan terbagi menjadi dua jenis, yaitu pakan hidup dan pakan tidak hidup (pellet). Nilai kelangsungan hidup benih ikan betok dengan pakan pelet kandungan protein berbeda berkisar antara 80,00 sampai dengan 92,50%. Nilai kelangsungan hidup tertinggi terdapat pada perlakuan P3 sebesar 92,50% dengan pemberian pakan pellet kandungan protein 32%. Hasil penelitian ini lebih besar dari hasil penelitian (Mookerjee and Maumdar (1946) dalam Alam, et al 2010) dimana Ikan betok yang dipelihara 617

dengan pakan yang memiliki kandungan protein sekitar 35-45% memiliki tingkat kelangsungan hidup antara 75-89%. Tingginya kelangsungan hidup benih ini disebabkan karena protein yang terkandung dalam pakan yang diberikan mendukung untuk kelangsungan hidup benih ikan betok, disamping itu kadar protein 32 % jumlah protein dan energi seimbang sehingga nutrisi yang ada dalam pakan terserap secara sempurna. Sedangkan pada perlakuan dengan kadar protein 28 % energi yang dibutuhkan dalam pencernaan protein lebih besar dan tidak seimbang sehingga ikan kelebihan protein dan mengalamai dideaminasi dan tidak dibutuhkan oleh ikan. Energi dalam pakan terlalu tinggi akan menurunkan konsumsi pakan selanjutnya asupan nutrient menjadi pakan sehingga ikan sulit untuk bertahan hidup. Hal ini menyatakan bahwa semakin banyak energi yang dibutuhkan oleh ikan maka akan berpengaruh terhadap asupan nutrisi dan mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Untuk merangsang pertumbuhan optimum diperlukan jumlah dan mutu makanan yang tersedia dalam keadaan cukup serta sesuai dengan kebutuhan. Selanjutnya pertumbuhan akan terjadi jika jumlah makanan yang dimakan melebihi dari pada yang dibutuhkan untuk mempertahankan hidup (Rahmi, 2012). Kecepatan pertumbuhan sangat tergantung pada jumlah pakan yang diberikan, ruang suhu, kedalaman air, kandungan oksigen dalam air, dan parameter kualitas air lainya. Makanan yang didapat oleh ikan terutama digunakan untuk pergerakan, pemulihan organ tubuh yang rusak, setelah itu kelebihan makanan yang didapatkan digunakan untuk pertumbuhan (Asyari, 2007). Selanjutnya Fujaya (2004) menyatakan bahwa, pertumbuhan dipengaruhi oleh beberpa faktor yaitu genetik, hormone dan lingkungan. Selanjutnya pertumbuhan akan terjadi jika jumlah makanan cukup untuk mempertahankan hidupnya. 618

Pada pertumbuhan panjang dan berat ikan betok dengan kandungan protein berbeda tertinggi terdapat pada perlakuan pellet dengan kadar protein 32 % yaitu sebesar 1, 43 cm untuk panjang ikan dan 2,68 gram untuk berat ikan betok. Komposisi pakan, cara pemberian pakan, waktu pemberian pakan, genetik dan kondisi lingkungan adalah merupakan faktor yang menentukan terhadap pertumbuhan ikan dan daya tahan hidup ikan terhadap penyakit dalam suatu sistem akuakultur (Setiawati,2004 dalam Akbar et al., 2012). Selanjutnya (Schaperclaus dalam Extrada et al.,2013) menyatakan bahwa pertumbuhan hanya akan terjadi jika energi makanan yang dimakan lebih banyak dari pada energi yang diperlukan untuk mempertahankan berat tubuhnya (maintenance). Diduga semakin tinggi protein pada pakan ikan maka laju pertumbuhan berat dan panjang ikan akan meningkat. Kemudian hasil penelitian Nertz (1972) dalam Extrada et al., (2013) terhadap benih ikan salmon menunjukkan bahwa semakin tinggi kandungan protein dalam pakan, maka semakin tinggi pula laju pertumbuhan ikan. Jumlah dan kualitas protein akan mempengaruhi pertumbuhan ikan (Helver, 1988). Jadi kandungan protein 32% meningkatkan pertumbuhan benih ikan betok. Pertumbuhan ikan betok yang baik membutuhkan pakan dengan protein berikisar antara 25-40% (Mahmood, 2004; Mollahand Hossain, 1990; Ghosh & Das 2004; Alam et al., 2010 dalam Bungas et al., 2013) dan ikan betok yang dipelihara dengan pellet yang mengandung 40% protein memiliki pertumbuhan yang lebih baik (Bungas et al., 2013). Sedangkan pertumbuhan panjang dan berat ikan betok terendah terdapat pada perlakuan pellet dengan kadar protein pellet 28 % sebesar 0,82 cm untuk panjang dan 1,38 gram untuk berat. Ini diduga kandungan protein 28 % masih kurang untuk meningkatkan laju pertumbuhan ikan karena energi yang dihasilkan oleh protein digunakan ikan untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Kekurangan protein dalam 619

pakan mengakibatkan pertumbuhan yang rendah karena protein yang disimpan didalam jaringan akan dirombak menjadi sumber energi sehingga pertumbuhan energi menjadi lambat. Selanjutnya (Witjaksono, 2009 dalam Extrada et al.,2013 ) menyatakan energi yang dimanfaatkan pada ikan yang memiliki labirin, khususnya ikan lele salah satunya dimanfaatkan untuk pengambilan oksigen ke permukaan, semakin tinggi jarak permukaan untuk mengambil oksigen, maka semakin besar kebutuhan energi yang mempengaruhi pertumbuhan. Begitu juga dengan ikan betok yang sering bergerak kearah permukaan untuk mencari makanan dan mengambil oksigen sehingga energi yang didapat dari makanan banyak digunakan untuk bergerak dari pada untuk pertumbuhan. Untuk efesiensi pakan terjadi pada pakan dengan protein 32%, dengan pemberian pakan secara ad station sebanyak 5% dari berat badan ikan, akan mendapatkan hasil antara 4,61-5,23. Pemberian pakan dengan total 3% dari bobot ikan melalui pemberian pakan ke ikan betok berupa pelet menunjukkan hasil konversi yang lebih tinggi, yaitu 7,51 (Torang, 2012). Oleh karena itu kandungan dan gizi dalam pelet akan memberikan dampak pada tingkat efesiensi pakan ikan betok. KESIMPULAN a. Kelangsungan ikan betok dengan persentase pakan tertinggi pada perlakuan P3 (pelet dengan kadar protein 32%) sebesar 91,11% dan yang terendah P1 (Pelet dengan kadar protein 28%) sebesar 82,22%. b. Pertumbuhan panjang tertinggi terdapat pada perlakuan P3 (pelet dengan kadar protein 32%) sebesar 2,15 cm sedangkan yang terendah pada P1 (Pelet dengan kadar protein 28%) 1,60 cm 620

c. Pertumbuhan berat tertinggi terdapat pada perlakuan P3 (pelet dengan kadar protein 32%) sebesar 3,45 gr sedangkan yang terendah pada P1 (pelet dengan kadar protein 28%) sebesar 1,07 gr d. Efesiensi tingkat konversi pakan ikan betok didapatkan dengan pemberian pelet dengan kandungan protein 32% yang menghasilkan nilai konversi 4,61 5,23. DAFTAR PUSTAKA Akbar S, Marsoedi, Soemarno, & Kusnendar E. 2012. Pengaruh Pemberian Pakan yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscoguttatus) pada Fase Pendederan di Keramba Jaring Apung (KJA). Jurnal Teknologi Pangan 1(2): 93-101. Alam J, Mustafa G, & Islam M. 2010. Effects of some artificial diets on the growth performance, survival rate and biomass of the fry of climbing perch, Anabas testudineus (Bloch, 1792). Journal of Nature and Science 8 (2): 36-42. Asmawi S. 1986. Pemeliharaan Ikan dalam Keramba. Jakarta: Gramedia. Asyari. 2007. Pentingnya Labirinth bagi Ikan Rawa. Jurnal Bawal (5) : 161-167. Bungas K, Afriati D, Marsoedi, & Halim H. Effects of Protein on The Growth of Climbing Perch Anabas testudineus Galam type, in Peat Water. International Research Journal of Biological Sciences 2(4):55-58. Efffendi I. 2004. Pengantar Akuakultur. Penerbit swadaya. Jakarta. Extrada E, Ferdinand HT, & Yulisman. 2013. Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Gabus (Channa striata) pada Berbagai Tingkat Ketinggian Air Media Pemeliharaan. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia 1(1): 103-114. Fujaya Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Cetakan pertama. Rineka Putra. Jakarta. Ghosh M, & Das SK. 2004. Effect of dietary protein levels on the growth of Anabas testudineus (Bloch) fingerlings. Indian J. Fish.51(4):425-430. Helver JE. 1988. Fish Nutrition. Second Edition. Academic press, Inc. San Diego. California. Jangkaru Z. 1974. Makanan Ikan. Lembaga Penelitian Perikanan Darat Direktoral Jendral Perikanan. Bogor. 621

Mahmood S, Ali MS, & Anwar-ul-Haque M. 2004. Effect of Different Feed on Larva / Fry of Climbing Perch, Anabas testudineus (Bloch), in Bangladesh; II, Growth and Survival, Pakistan. J.Zool.36 (1):13-19. Mollah MFA, & Hossain MA.1990. Effects of artificial diets containing different protein - levels on growth and feed efficiency of catfish (Clarias batrachus L.). Indian J.Fish.37(3): 251-259. NRC (National Research Council). 1981. Nutrient requirements of goats. National Academy Press, Washington DC. USA. Suwirya K, Giri NA, & Marzuqi M. 2001. Pengaruh n-3 HUFA terhadap pertumbuhan dan efisiensi pakan yuwana ikan kerapu bebek Cromileptes altivelis. J. Penelitian. Torang I. 2012. Tingkat Konversi Pakan Komersil pada Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch) akibat pemberian pakan tambahan Magot. Journal of Tropical Fisheries 7 (2):663-667. Rahmi A. 2012. Pemeliharaan Ikan Betok (Anabas testudineus) dengan Pemberian Pakan yang Berbeda. (Skripsi). Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah 622