BAB I PENDAHULUAN. ciptaan-nya, tidak terkecuali manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. 3 Sesuai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

BAB I PENDAHULUAN. nafsu syahwat semata, melainkan memiliki tujuan yang lebih dari itu di antaranya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. menghimpit, menindih atau berkumpul, sedangkan arti kiasanya ialah watha

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kasus yang terbanyak di Pengadilan tersebut.hal ini berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

BAB I PENDAHULUAN. dan diabadikan dalam Islam untuk selama-lamanya. Pernikahan secara terminologi adalah sebagaimana yang dikemukakan

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SAMPANG. NOMOR: 455/Pdt.G/2013.PA.Spg.

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya, baik pada manusia, hewan, maupun, tumbuh-tumbuhan. Ia adalah

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang

BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KEBOLEHAN PENDAFTARAN PENCATATAN PERKAWINAN PADA MASA IDDAH

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG ISBAT NIKAH. Mengisbatkan artinya menyungguhkan, menentukan, menetapkan

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. mensyariatkan perkawinan sebagai realisasi kemaslahatan primer, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dalam ikatan yang sah sebagaimana yang diatur dalam Islam,

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

BAB I PENDAHULUAN. insan (yang berlainan jenis) untuk selama-lamanya sampai ajal menjemput,

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perkawinan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Quran dan

pengadilan menganggap bahwa yang bersangkutan sudah meninggal.

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan agar hidup berdampingan, saling cinta-mencintai dan. berkasih-kasihan untuk meneruskan keturunannya.

Hukum Pernikahan Janda Dalam Masa Iddah Menurut Pandangan Ulama Palangka Raya. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,

segera melaksanakannya. Karena perkawinan dapat mengurangi kemaksiatan, baik

BAB IV. ANALISIS DASAR DAN PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM DALAM PENETAPAN PENGADILAN AGAMA BLITAR NO. 0187/Pdt.P/2014/PA.BL

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB I PENDAHULUAN. kalangan manusia, tetapi juga terjadi pada tumbuhan maupun hewan. Perkawinan

BAB IV ANALISA TENTANG TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN DI BAWAH UMUR. A. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawin di Bawah Umur

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

P U T U S A N. Nomor XXX/Pdt.G/2013/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV. Agama Bojonegoro yang menangani Perceraian Karena Pendengaran. Suami Terganggu, harus mempunyai pertimbangan-pertimbangan yang

BAB IV ANALISIS DATA. A. Pemahaman Masyarakat Desa Surabaya Udik Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur Mengenai Mahar

PUTUSAN Nomor : 002/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan dalam agama Islam disebut Nikah yang berarti

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRAKTIK PENJATUHAN TALAK SEORANG SUAMI MELALUI TELEPON DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP DISSENTING OPINION DALAM PUTUSAN PERKARA CERAI GUGAT (Studi Putusan Nomor 0164/Pdt.G/2014/PA.Mlg)

BAB I PENDAHULUAN. antara mereka dan anak-anaknya, antara phak-pihak yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

Amir Syarifudin, Garis-Garis Besar FIQIH, (Jakarta:KENCANA. 2003), Hal-141. Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Ushul Fiqih, (Jakarta: AMZAH.

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia untuk menikah, karena menikah merupakan gharizah insaniyah (naluri

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM NO: PERLAWANAN TERHADAP PUTUSAN VERSTEK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu perkawinan yang di lakukan oleh manusia bukanlah persoalan nafsu

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

A. Analisis Tradisi Standarisasi Penetapan Mahar Dalam Pernikahan Gadis dan. 1. Analisis prosesi tradisi standarisasi penetapan mahar

tradisi jalukan pada saat pernikahan. Jalukan adalah suatu permintaan dari pihak

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sangat penting dalam realita

BAB I PENDAHULUAN. Selain ayat al-qur an juga terdapat sunnah Rasulallah SAW yang berbunyi:

Nomor : 561/Pdt.G/2011/PA.Tbh.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan sunnah Rasul yang dilakukan oleh kaum muslim

THE PERSPECTIVE OF PALANGKA RAYA ISLAMIC RELIGIOUS ADVISER OF WIDOW MARRIAGE LAW IN THE IDDAH PERIOD. Jauharataun ABSTRACT

BAB V PEMBAHASAN. A. Praktek Dan Pemahaman Masyarakat Desa Pinggirsari Kecamatan Ngantru tentang Kafa ah Dalam Perkawinan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, perkawinan merupakan kehidupan yang berpijak pada rasa

BAB I PENDAHULUAN. dalam surat ar-rum ayat 21 sebagai berikut: Artinya: Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-nya ialah Dia menciptakan

Islam adalah satu-satunya agama yang haq dan diridhoi Alloh SWT yang. disampaikan melalui nabi Muhammad SAW kepada seluruh umat manusia agar

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PERKAWINAN DI BAWAH UMUR TANPA DISPENSASI KAWIN PENGADILAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

P U T U S A N Nomor XXXX/Pdt.G/2016/PA.Ktbm DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELARANGAN NIKAH DIKALANGAN KIAI DENGAN MASYARAKAT BIASA DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP

P U T U S A N Nomor : XXX/Pdt.G/2012/PA.Ktbm

BAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DALAM BUKU II SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan makhluk-nya di dunia ini berpasang-pasangan agar mereka bisa

dengan amanat pasal 27 ayat 1 Undang-undang Nomor 14 tahun 1970 tentang Kekuasaan Kehakiman. Peraturan tersebut menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu?

BAB IV ANALISIS MAṢLAḤAH TENTANG POLIGAMI TANPA MEMINTA PERSETUJUAN DARI ISTRI PERTAMA

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH HUKUM NIKAH BEDA AGAMA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERTIMBANGAN HAKIM MENGABULKAN CERAI GUGAT DENGAN SEBAB PENGURANGAN NAFKAH TERHADAP ISTERI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konsep Islam penyelesaian dengan jalan damai disebut dengan

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA DENGAN PROSES PERDAMAIAN DI MAHKAMAH SYARI AH KUCHING SARAWAK MALAYSIA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

BAB IV ANALISIS TERHADAP METODE IJAB QABUL PADA MASYARAKAT SUKU SAMIN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG

A. Pertimbangan Hukum Hakim dalam Perkara Perceraian Putusan. mediator yang tujuannya agar dapat memberikan alternatif serta solusi yang terbaik

Prosiding Peradilan Agama ISSN:

PUTUSAN Nomor : 301/Pdt.G/2011/PA.Pkc.

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERNIKAHAN SIRRI SEORANG ISTRI YANG MASIH DALAM PROSES PERCERAIAN

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

------Pengadilan Agama Poso yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu. pada tingkat pertama telah menjatuhkan putusan atas perkara Cerai Talak

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. perdamaian dengan cara mediasi. Bagi orang yang beragama Islam akan

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam agama Islam mempunyai kedudukan yang sangat

BAB IV ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM TERHADAP SITA MARITAL ATAS MAS KAWIN PASCA PERCERAIAN. (Studi Penetapan Perkara Nomor 626/Pdt.G/2008/PA.

BAB I PENDAHULUAN. politik, sosial, dan lain sebagainya. Permasalahan-permasalahanan tersebut kerap

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perempuan dari kedua jenis tersebut Allah menjadikan mereka saling

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga adalah manifestasi dari miniatur masyarakat. Sebagaimana Islam telah mengatur tata cara berhubungan dalam sebuah keluarga baik mengenai sejumlah hak dan kewajiban, akhlak, sampai pada rasa saling mencintai satu sama lain. Islam membangun hubungan antara anggota keluarga untuk menciptakan pandangan yang tepat berdasarkan hakikat fitrahnya, yang selanjutnya tidak akan menimbulkan kesenjangan diantaranya, yakni dengan pernikahan. 1 Pernikahan merupakan ikatan batin seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Islam pernikahan masuk dalam kategori ibadah. 2 Pernikahan juga merupakan salah satu sunnatullah atas seluruh ciptaan-nya, tidak terkecuali manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. 3 Sesuai dengan firman Allah Swt. dalam surat Ar-Rum [30]: 21 bahwa, 1 Amru Abdul Karim Sa dawi, Wanita dalam Fikih Al-Qaradhawi, Alih bahasa Muhyiddin Mas Rida, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2009, h. 98. 2 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, h. 7. 3 Abdul Azziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahab Sayyed Hawwas, Fiqh Munakahat: Khitbah, Nikah, dan Talak, Alih bahasa Abdul Majid Khon, Jakarta: Amzah, 2009, h. 37. 1

2 Artinya: Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tandatanda bagi kaum yang berfikir. 4 Telah diterangkan dalam Islam, tujuan perkawinan ialah mentaati perintah Allah Swt. untuk memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat, dengan mendirikan rumah tangga yang damai dan teratur. 5 Namun, ketika terjadi perpecahan rumah tangga, maka hal ini menandakan bahwa tujuan pernikahan tidak tercapai dan berujung pada perpisahan dengan jalan perceraian. Dalam Fiqih Imam Syafi i, Abu Dawud meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad Saw. bersabda, Tidak ada perbuatan halal yang lebih dimurkai Allah selain talak. (HR. Abu Dawud dengan sanad yang shahih dan al- Hakim yang menshahihkan hadis ini). Kemudian para ulama telah sepakat bahwa talak itu disyariatkan. 6 M. Ansyari MK, berkaitan dengan aturan administratif perceraian dalam bukunya yang berjudul Hukum Perkawinan di Indonesia menjelaskan bahwa: Dalam Pasal 65 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Jo Pasal 39 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 ditegaskan bahwa: Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan setelah Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua 4 Dewan Penterjemah, Al Qur an dan Terjemahannya, Madinah: Mujamma Al Malik Fahd Li Thiba at Al Mush-haf, 1971, h. 644. 5 Yunus Mahmud, Hukum Perkawinan dalam Islam, Jakarta: CV Al Hidayah, 1964, h. 1. 6 Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi i: Mengupas Masalah Fiqhiyah Berdasarkan Al- Qur an dan Hadits 2, Jakarta: Almahira, 2010, h. 580.

3 belah pihak. Selanjutnya di dalam angka 7 Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 ditegaskan bahwa: Undang- Undang Perkawinan bertujuan antara lain melindungi kaum wanita pada umumnya dan pihak istri pada khususnya 7 Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa sebuah perceraian tidak akan dinyatakan sah apabila pihak yang bersangkutan tidak mendatangkan hakamain 8 untuk mengurus perihal cerai. Seseorang yang mengajukan sidang perceraian ke Pengadilan Agama, akan secara cermat diproses sampai pada bukti autentik perceraian yakni Akta Cerai. Dengan demikian perceraian yang diproses adalah perceraian resmi secara agama dan hukum Indonesia serta mempunyai kekuatan hukum tetap. Selanjutnya ada kewajiban masa iddah bagi wanita yang mengalami perceraian. Telah ditegaskan dalam Al-Qur an bahwa dalam keadaan apapun yang dialami pihak wanita, ia wajib melaksanakan iddah. Allah Swt. berfirman, Artinya: Dan para istri yang diceraikan (wajib) menahan diri mereka (menunggu) tiga kali quru Q.S. Al-Baqarah [2]: 228. 9 7 M. Ansyari MK, Hukum Perkawinan di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, h. 76. Lihat: Tim Penyusun, Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan & Kompilasi Hukum Islam, Bandung: Citra Umbara, 2011. 8 Hakamain adalah dua orang utusan atau delegasi yang dikirim oleh pihak suami istri yang akan dilibatkan dalam penyelesaian sengketa antara keduanya. Lihat: Insyafli, Integrasi antara Mediasi dan Hakamain Min Jihatil Hakim, http://www.pabengkulukota.go.id/foto/integrasi%20antara%20mediasi%20dan%20hakamain%20min%20jihatil %20hakim.pdf, di akses pada 20 November 2015. 9 Dewan Penterjemah, Al Qur an, 1971, h. 55.

4 Telah dijelaskan dalam Al-Qur an, bahwa ada beberapa adab ber- iddah, yakni tidak keluar rumah dan tidak berhias, baik dikarenakan cerai hidup atau cerai mati. Tentu perintah dalam Al-Qur an memiliki hikmah di setiap aturannya. Adapun penyesuaian hukum dari adab perempuan janda dalam konteks kekinian dapat di kaji menggunakan teori kaidah ushul fikih yang berbunyi, االحكام بتغري االزمنة واالمكنة واالحوال,تغري Perubahan hukum itu berdasarkan perubahan zaman, tempat dan keadaan. Artinya, perubahan hukum sesuai dengan perubahan situasi dan kondisi suatu zaman, namun tetap berada dalam ketentuan yang disyariatkan. Misalnya janda dengan profesi sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil) di zaman sekarang, maka diberi keringanan hukum atas dirinya untuk berhias dengan wajar dan tidak berlebih-lebihan. Tetap menjaga tujuan utama dijalankannya masa iddah sebagai masa transisi dengan menyempurnakan adab. Agar tidak menimbulkan indikasi untuk melakukan pernikahan dalam masa iddah. 10 Jumhur ulama kecuali Imam Hasan al Basri sepakat mengatakan bahwa salah satu perkara yang wajib dilaksanakan perempuan dalam masa iddah adalah ihdad. Yaitu meninggalkan perbuatan seperti berhias diri agar tidak menarik perhatian laki-laki lain. 10 Rasyid Rijani, Kaidah Fiqh tentang Pencatatan Perkawinan dan Perceraian, http://konsultasi-hukum-online.com/2013/05/kaidah-kaidah-fiqhiyyah-tentang-pencatatanperkawinan-di-kua-dan-perceraian-di-pengadilan-agama/, di akses pada 20 November 2015.

5 Dalam Al-Qur an, tidak dibenarkan bagi perempuan-perempuan yang sedang menjalani masa iddah untuk bersuami lagi. 11 Ketentuan mengenai keharaman nikah dalam masa iddah ini juga disebutkan dalam Kompilasi Hukum Islam (selanjutnya di sebut KHI) Indonesia BAB VI Pasal 40 huruf b tentang Larangan Kawin, bahwa dilarang melangsungkan pernikahan apabila seorang wanita masih berada dalam masa iddah dengan pria lain. 12 Firman Allah Swt.:... Artinya: Dan janganlah kamu ber'azam (bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis 'iddah-nya Q.S. Al Baqarah [2]: 235. 13 Dalam proses observasi yang penulis lakukan semasa menjalani mata kuliah Praktek Peradilan I di Pengadilan Agama, penulis menemukan salah satu kasus perkara perceraian. Setelah cerai selesai diputuskan, berlakulah iddah perempuan tadi. Kemudian dalam kurun beberapa bulan, pihak wanita (janda) sudah melaksanakan kembali pernikahan baru dengan orang lain, dengan nikah sirri atau pernikahan bawah tangan. 14 Kemudian penulis melakukan observasi lagi di KUA Kecamatan Jekan Raya, dan mendapati pasangan tersebut melakukan nikah ulang di KUA untuk mendapatkan Akta 11 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 3, Alih bahasa M. Ali Nursyidi dan Hunainah M. Thahir Makmun, Jakarta: PT. Pena Pundi Aksara, 2009, h. 117. 12 Tim Penyusun, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Kompilasi Hukum Islam, Bandung: Fokus Media, 2007, h. 16. 13 Dewan Penterjemah, Al Qur an, 1971, h. 59. 14 Hasil observasi penulis dalam mata kuliah Praktek Peradilan I pada bulan April tahun 2013. Melalui hasil observasi awal, diketahui bahwa nikah sirri yang dilakukan oleh pelaku hukum dijadikan sebagai celah untuk melanggar ketentuan hukum iddah yang seharusnya.

6 Nikah secara resmi. Hal ini justru menyebabkan permasalahan, karena pasangan tersebut mencoba mengalihkan perhatian KUA setempat agar terlihat berstatus duda dan janda yang telah habis masa iddah-nya. Adapun salah satu bentuk kepedulian umat Islam mengenai tujuan hukum Islam yang harus dicapai dalam hal nikah, talak, dan iddah, diwujudkan dengan adanya perhatian khusus dari Ulama besar Islam khususnya di Palangka Raya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ustadz Yamin Mukhtar pada pertemuan pertama, bahwa kasus hukum seperti ini merupakan perihal yang harus diperhatikan secara khusus karena berkaitan langsung dengan dampak-dampak hukum yang akan terjadi setelahnya. Selanjutnya, berpedoman dengan kaidah fikih siyasah dijelaskan bahwa, ت ما ا م ت ت اا رل ا ر ا ة ت من ف ن أ ل و ط ب ا اا أ ل ت أ ل ت ت ا ة Tindakan imam terhadap, ت ت ت رل ف ا أ لا ا rakyatnya harus dikaitkan dengan kemaslahatan. 15. Ini menunjukkan bahwa Ulama (sebagai imam umat Islam) dalam menfatwakan sesuatu yang bertujuan untuk kemashlahatan, dapat diambil sebagai panutan. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merasa tertarik untuk menelusuri lebih dalam mengenai hukum pernikahan janda yang belum habis masa iddah-nya. Selanjutnya pembahasan akan diperkaya dengan pandangan Ulama Palangkaraya yang berlandaskan Hukum Islam dan Hukum Perkawinan di Indonesia. Menanggapi perihal di atas, maka penulis 15 Nurvita Diah Rahayu, Kaidah Fiqhiyah, http://nurvita-diahrahayu.blogspot.co.id/2012/03/kaidah-fiqhiyah.html, di akses tanggal 20 November 2015.

7 mengangkat judul: HUKUM PERNIKAHAN JANDA DALAM MASA IDDAH MENURUT PANDANGAN ULAMA PALANGKA RAYA. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana hukum pernikahan janda dalam masa iddah menurut pandangan Ulama Palangka Raya? 2. Apa landasan hukum yang digunakan untuk menjawab permasalahan pernikahan janda dalam masa iddah menurut pandangan Ulama Palangka Raya? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu: 1. Untuk mengetahui dan mencermati hukum pernikahan wanita janda yang masih berada dalam masa iddah menurut pandangan Ulama Palangka Raya. 2. Untuk mengetahui dan mencermati pandangan Ulama Palangka Raya mengenai landasan hukum apa yang dipakai untuk menuntaskan masalah pernikahan janda dalam masa iddah. D. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini terbagi dua, yaitu:

8 1. Kegunaan teoritis a. Memperluas wawasan penulis di bidang hukum keluarga, khususnya pada konsep iddah dalam ranah munakahat. b. Diharapkan dapat menarik minat para peneliti lain untuk mengembangkan penelitian selanjutnya pada bidang yang serupa, secara lebih mendalam dan berkesinambungan. c. Sebagai bahan masukan untuk menumbuhkembangkan pengetahuan ilmiah, khususnya dalam bidang fikih munakahat dan hukum Islam. 2. Kegunaan Praktis a. Sebagai tugas akhir untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan studi di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palangka Raya. b. Sebagai kontribusi pemikiran dalam rangka memperkaya khazanah Perpustakaan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palangka Raya, khususnya Fakultas Syariah, serta pihak-pihak yang berkepentingan terhadap hasil penelitian ini. c. Sebagai bahan pertimbangan dalam menanggapi permasalahan pada pelaksanaan pembelajaran Hukum Islam dan Hukum Perkawinan di Indonesia. d. Sebagai bahan referensi untuk menindaklanjuti penyelesaian kasus yang serupa, guna pencapaian keluarga Islam yang berlandaskan kekuatan Syariah.