ANALISIS YURIDIS REKAM MEDIS SEBAGAI ALAT BUKTI SURAT

dokumen-dokumen yang mirip
KEDUDUKAN REKAM MEDIS DALAM

REKAM MEDIS DAN ASPEK HUKUMNYA Edi Wahjuningati *

DASAR HUKUM PENYELENGGARAAN REKAM MEDIS

1. UU 29/2004 Tentang Praktik Kedokteran (UUPK) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis Rekam

Inform Consent. Purnamandala Arie Pradipta Novita Natasya Calvindra L

ASPEK HUKUM REKAM MEDIS By: Raden Sanjoyo D3 Rekam Medis FMIPA Universitas Gadjah Mada

Please download full document at Thanks

Keputusan Dirjen Pelayanan Medik No. 78 / Yanmed / RS Umdik / YMU / I / 91 Tentang Penyelenggaraan Rekam Medis di Rumah Sakit

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Aspek Hukum Hubungan Profesional Tenaga Kesehatan -Pasien. Drg. Suryono, SH, Ph.D

Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang terus mengalami perkembangan adalah rumah sakit.rumah sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. dokumen tempat mencatat segala transaksi pelayanan medis yang diberikan oleh

RIATI ANGGRIANI,SH,MARS,MHum ANGGOTA PERHUKI DKI

BAB II PENGATURAN MENGENAI MALPRAKTEK YANG DILAKUKAN OLEH BIDAN. 1. Peraturan Non Hukum (kumpulan kaidah atau norma non hukum)

TINJAUAN YURIDIS SOSIOLOGIS TERHADAP MALPRAKTEK YANG BERTENTANGAN DENGAN INFORMED CONSENT

BAB I PENDAHULUAN. Operasi bedah Caesar (Caesarean Section atau Cesarean Section) atau

Pada UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran khususnya pada pasal 52 juga diatur hak-hak pasien, yang meliputi:

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam menunjang kesehatan dari masyarakat. Maju atau

BAB I PENDAHULUAN. terkait dalam bidang pemeliharaan kesehatan. 1 Untuk memelihara kesehatan

5. HAKEKAT PERMENKES 269/MENKES/PER/III/2008 TENTANG RM dan PERTAURAN TERKAIT LAINNYA LILY WIDJAYA,SKM.,MM D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

Tanggung Jawab Hukum Dokter Terhadap Pasien. 1. Tanggung Jawab Etis

RUMAH SAKIT UMUM AULIA Jl. Raya Utara No. 03 Telp. (0342) , Fax. (0342) Kembangarum - Sutojayan - Blitar

BAB III PENUTUP. mendapatkan hasil dari penelitian pihak Polda DIY dan Rumah Sakit Panti

Pilihlah satu jawaban yang benar pada pilihan di lembar jawaban.

disebut dengan Persetujuan Tindakan Medik. Secara harfiah, Informed Consent terdiri

BAB I PENDAHULUAN. continental dan sistem Anglo Saxon. Perkembangan hukum secara. campuran karena adanya kemajemukan masyarakat dalam menganut tingkat

KODE MATA KULIAH : : Dr. Budiyanto, S.H.,M.H William H. Reba, S.H.,M.Hum Victor Th. Manengkey, S.H.,M.Hum Farida Kaplele, S.H.,M.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA. Oleh : Sumaidi, SH.MH

PERATURAN YANG TERKAIT DENGAN RM

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 749a MENKES/PER/XII/1989 TENTANG REKAM MEDIS/MEDICAL RECORDS

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan umum di bidang kesehatan yang

Apa yang perlu dokter ketahui agar tidak masuk penjara? Dr. Budi Suhendar, DFM, Sp.F PIT IDI Tangerang 11 Februari 2018

KAJIAN PELAKSANAAN REKAM MEDIS GIGI RAWAT JALAN DI PUSKESMAS KOTA PONTIANAK

PANDUAN INFORMED CONSENT

PANDUAN PELEPASAN INFORMASI REKAM MEDIS

I. PENDAHULUAN. mendapatkan sorotan dari masyarakat, karena sifat pengabdianya kepada

IMPLEMENTASI SURAT IZIN PRAKTIK TERHADAP DOKTER DALAM MELAKUKAN PRAKTIK KESEHATAN DI RS. BHAKTI RAHAYU

INFORMED CONSENT ANTARA DOKTER DENGAN PASIEN DALAM MELAKUKAN TINDAKAN MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN

TANGGUNG JAWAB RUMAH SAKIT TERHADAP DOKTER YANG MELAKUKAN KESALAHAN TINDAKAN KEDOKTERAN KEPADA PASIEN

REKAM MEDIS SEBAGAI PEMBUKTIAN PERKARA MALPRAKTEK DI BIDANG KEDOKTERAN PENULISAN HUKUM. Oleh : EL WARDA KHAERANI NIM :

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Kedokteran adalah suatu profesi yang di anggap tinggi dan mulia oleh

PANDUAN TENTANG PEMBERIAN INFORMASI HAK DAN TANGGUNG JAWAB PASIEN DI RSUD Dr. M. ZEINPAINAN

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP DOKTER YANG MELAKUKAN TINDAKAN MALPRAKTEK DIKAJI DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA INDONESIA

TINJAUAN YURIDIS INFORMED CONCENT BAGI PENANGANAN PASIEN GAWAT DARURAT

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. kesehatan (dokter, perawat, terapis, dan lain-lain) dan dilakukan sebagai

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,

PEDOMAN PELAYANAN REKAM MEDIS

ABSTRAK PENERAPAN REKAM MEDIS DALAM PENEGAKAN HUKUM PIDANA MALPRAKTEK KEDOKTERAN. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan serta pelayanan sosial lainnya yang dilakukan (Putri, 2012).

ASPEK PEMBUKTIAN DALAM MALPRAKTEK MEDIK. Oleh : Echwan Iriyanto, S.H., M.H. Dosen Fakultas Hukum Universitas Jember. Abstraksi

RAHASIA KEDOKTERAN. Dr.H Agus Moch. Algozi, SpF, DFM. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga PENDAHULUAN

PEMBUKTIAN MALPRAKTIK

vii DAFTAR WAWANCARA

PENGANTAR MEDIKO-LEGAL. Budi Sampurna

PERATURAN YANG TERKAIT DENGAN RM

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyampaikan keluhan jasmani danrohani kepada dokter yang. merawat, tidak boleh merasa khawatir bahwa segala sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Hospital by laws. Dr.Laura Kristina

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

2. Hukum Kesehatan Indonesia : Suatu Pengantar

PENDAHULUAN Latar Belakang

KARYA ILMIAH TINJAUAN YURIDIS AKIBAT MALPRAKTEK YANG DILAKUKAN DOKTER DI RUMAH SAKIT

PERATURAN YANG TERKAIT DENGAN RM

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG KEWAJIBAN RUMAH SAKIT DAN KEWAJIBAN PASIEN

BAB V PENUTUP. 1. Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Miskin Menurut Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan jo.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER

BAB I PENDAHULUAN. penyembuhan atau transaksi terapeutik. Transaksi terapeutik

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terhadap profesi kedokteran di Indonesia akhir-akhir ini makin

Lucia Murniati, Endang Wahyati Y. dan Siswo Putranto Santoso.

DAFTAR ISI. Kata Pengantar Daftar Isi... 2 BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Tujuan... 4 BAB II PEMBAHASAN..

K homo homini lupus ketidakseimbangan dalam kehidupan manusia:pembunuhan, penganiayaan pemerkosaan, pencurian, dan tindak kejahatan lainnya sering ter

II. TINJAUAN PUSTAKA. nampaklah bahwa pembuktian itu hanyalah diperlukan dalam berperkara dimuka

ALAT BUKTI SAH SURAT: PENEMUAN, PEMBUKTIAN, DAN KETERTERIMAAN Budi Sampurna 1

BAB I PENDAHULUAN. anggota militer beserta keluarganya secara gratis termasuk masyarakat. oleh kelompok agama yang ingin mendirikan rumah sakit.

Ulil Kholili, Pengenalan Ilmu Rekam Medis Pada Masyarakat Serta Kewajiban Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien, dikenal dengan istilah transaksi terapeutik. Menurut Veronica

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Kekecewaan pasien terhadap perilaku dokter seringkali terjadi

BAB III TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

INFORMED CONSENT DALAM PELAYANAN KESEHATAN

TINJAUANPEMANFAATANINFORMASI REKAM MEDIS UNTUK KEBUTUHAN PENDIDIKAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2011 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

TINJAUAN HUKUM TERHADAP REKAM MEDIS SEBAGAI ALAT BUKTI. Ernest Fergill NIM :

PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI No.269/MENKES/PER/III/2008

PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA. Oleh : Yulia Monita dan Dheny Wahyudhi 1 ABSTRAK

CURICULUM VITAE Nama : Sagung Putri M.E.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEDUDUKAN REKAM MEDIS DALAM PEMBUKTIAN PERKARA MALPRAKTEK DI BIDANG KEDOKTERAN 1 Oleh: Eko Yudhi Haryanto 2

Transkripsi:

ANALISIS YURIDIS REKAM MEDIS SEBAGAI ALAT BUKTI SURAT Fransiska Novita Eleanora FH Univ. MPU Tantular Jakarta Jl. Cipinang Besar No. 2 Jakarta Timur vita_eleanor@yahoo.com Abstract Medical record is bundle comprising note and document about patient identity, inspection, therapy, other action and service to patient at supporting facilities for health service. Medical record as a means of letter evidence and description of expert. because submitted verbally in justice, while called as letter because is as according to what is the meaning letter in section 187 KUHAP that is letter which is made by oath strengthened with oath. Intention of this research is to get picture how position of medical record as a means of evidence in justice and how the verification strength. Research method applied in this study is bibliography study. Result of is this medical record to be made as a means of evidence in justice has perfect verification strength, because having to based on confidence of judge in taking decision. Keywords: medical record, equipment of evidence, health law Abstrak Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan. Rekam medis sebagai alat bukti surat dan keterangan ahli. karena disampaikan secara lisan di pengadilan, sedangkan disebut surat karena ia sesuai dengan apa yang dimaksud surat dalam pasal 187 KUHAP yaitu surat yang dibuat diatas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran bagaimana kedudukan rekam medis sebagai alat bukti di pengadilan dan bagaimana kekuatan pembuktiannya. Metode penelitian yang digunakan dalam kajian ini adalah studi kepustakaan. Hasilnya adalah rekam medis ini untuk dijadikan sebagai alat bukti di pengadilan mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna, karena harus berdasarkan keyakinan hakim dalam mengambil keputusan. Kata Kunci: rekam medis, alat bukti, hukum kesehatan Pendahuluan Dalam era reformasi saat ini, hukum memegang peran penting dalam berbagai segi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi setiap orang, yang merupakan bagian integral dari kesejahteraan, diperlukan dukungan hukum bagi penyelenggaraan berbagai kegiatan di bidang kesehatan. Perubahan konsep pemikiran penyelenggaraan pembangunan kesehatan tidak dapat dielakkan. Forum Ilmiah Volume 10 Nomor 3, September 2013 387

Sebagai konsekuensi logis dari diterimanya paradigma sehat maka segala kegiatan apapun harus berorientasi pada wawasan kesehatan, tetap dilakukannya pemeliharaan dan peningkatan kualitas individu, keluarga dan masyarakat serta lingkungan dan secara terus menerus memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau serta mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. Dokter, pasien, dan rumah sakit adalah tiga subyek hukum yang terkait dalam bidang pemeliharaan kesehatan dalam mewujudkan kesehatan yang optimal. Ketiganya membentuk hubungan medik maupun hubungan hukum, hubungan medik antara dokter, pasien dan rumah sakit. Adalah hubungan yang obyeknya adalah pemeliharaan kesehatan pada umumnya dan pelayan kesehatan pada khususnya. (Chandrawila, 2001 : 1) Dalam pelayanan kesehatan, hubungan dokter dan pasien adalah hubungan yang bersifat kontraktual sehingga hubungan ini cenderung dapat menjadi titik pangkal jika terjadi sengketa / konflik dalam hal pelayanan kesehatan. Penanggulangan masalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter maupun rumah sakit harus dilakukan dengan pendekatan di bidang medis dan yuridis yang diatur oleh UU kedokteran dan UU kesehatan. Rekam medis merupakan keharusan yang mesti ada dan di buat di RS (Ps. 3 Keputusan Men.Kes No. 034/Birhup/1972 tentang Perencanaan dan Pemeliharaan RS) dan wajib dibuat oleh dokter menurut UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran. Berdasarkan Pendahuluan diatas, maka Permasalahan dalam tulisan ini adalah untuk mengetahui apakah Rekam Medis sebagai alat bukti surat dapat mempunyai kekuatan pembuktian di Pengadilan? Analisis Yuridis Rekam Medis Sebagai Alat Bukti Surat Forum Ilmiah Volume 10 Nomor 3, September 2013 388 Pembahasan Pada intinya Rekam Medis adalah sarana yang mengandung informasi tentang penyakit dan pengobatan pasien yang ditujukan untuk menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Menurut Permenkes Nomor 749a, Pasal 1, rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien sebagai sarana pelayanan kesehatan. Rekam medis mempunyai pengertian yang sangat luas tidak hanya sekedar pencatatan tetapi mempunyai pengertian sebagai suatu sistem penyelenggaraan, rekam medis yang merupakan proses kegiatan mulai dari penerimaan pasien, pencatatan data medis pasien, pelayanan medis oleh petugas kesehatan di rumah sakit. Diteruskan dengan penanganan berkas rekam medis, yaitu penyimpanan dan pengeluaran berkas dari pengarsipan untuk melayani permintaan / pinjaman pasien atau keperluan lainnya. (Departemen Kesehatan, 1997 : 23) Peraturan Rekam Medis Beberapa Keputusan Menteri Kesehatan RI yang dihubungkan dengan perkembangan Rekam medis di Indonesia, antara lain : a) Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 031/Birhup/1972 yang menyatakan agar semua rumah sakit diharuskan mengerjakan medical recording dan reporting dan hospital statistic. b) Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 034/Birhup/1972, tentang Perencanaan dan Pemeliharaan Rumah Sakit, di-sebut Guna menunjang terselenggaranya rencana induk (master plan) yang baik, maka setiap rumah sakit diwajibkan : 1. Mempunyai dan merawat statistik yang up to date

2. Membina medical record berdasarkan ketentuanketentuan yang telah ditetapkan c) Fatwa IDI tentang Rekam Medis (SK. No. 315/PB/A.4/88 8 februari 1988) yang menekankan bahwa praktek profesi kedokteran harus melaksanakan rekam medis. d) SK Menteri Kesehatan No. 749a/Menkes/Per/XII/ tentang Rekam Medis/Medical Record. Dalam SK ini tersurat adanya kewajiban bagi tenaga kesehatan untuk melaksanakan rekam medis. e) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran, menegaskan bahwa setiap praktek dokter wajib membuat rekam medis, diatur dalam pasal 46. Dan menurut Pasal 49, bagi dokter yang sengaja tidak membuat rekam medis akan dikenakan sanksi pidana kurungan paling lama 1 tahun atau denda paling banyak 50.000.000 Unsur-Unsur Rekam Medis (i) Informasi (ii) Proses Pembuatannya (iii) Pemilikan / kemanfaatannya (iv) Sistematika isi rekam medis (v) Organisasi pengelolaan dan tanggung jawab (vi) Tenggang waktu penyimpanannya dan sanksi pelanggarannya. Sanksi pelanggaran terhadap Permenkes RI No. 749a/Menkes/Per/ XII/1989, tentang Rekam Medis mengatur bahwa Pelanggaran terhadap ketentuan ini dapat dikenakan sanksi administratif, mulai dari teguran lisan sampai dengan pencabutan surat ijin. Keenam unsur yang terdapat dalam peraturan hukum administrasi Forum Ilmiah Volume 10 Nomor 3, September 2013 389 tentang rekam medis itu mengandung faedah disiplin kesehatan yang harus mendapat perhatian khusus, karena merupakan bagian dari petunjuk pembuktian (jadi bukan alat bukti surat menurut undang-undang), berupa tulisan atau rekaman apabila terjadi sengketa atau perkara, walaupun demikian catatan yang dibuat oleh ahli dapat ditafsirkan bernilai sebagai alat bukti. Kerahasiaan Rekam Medis Ketentuan hukum yang menjamin kerahsiaan informasi yang ada dalam rekam medis dapat disebutkan di bawah ini : a) Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1966 tentang Wajib Simpanan Rahasia Kedokteran b) Pasal 322 KUHP ayat (1) : Barangsiapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpan karena jabatan atau pencahariannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu, diancam dengan pidana. c) Pasal 1365 KUHPerdata : Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang-orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian itu. d) Pasal 1367 KUHPerdata : Seorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya, atau disebabkan oleh barang-barang yang berada di bawah pengawasannya. Informasi di dalam rekam medis bersifat rahasia karena hal ini menjelaskan bagaimana hubungan yang khas antara pasien dan dokter yang wajib dilindungi dari pembocoran sesuai dengan kode etik kedokteran dan peraturan perundangan yang berlaku.

Pada dasarnya Informasi yang bersumber dari rekam medis dapat dibedakan dalam 2 (dua) kategori, yakni : a. Informasi yang mengandung nilai kerahasiaan, meliputi semua laporan atau catatan yang terdapat dalam berkas reka medis sebagai hasil pemeriksaan, pengobatan, observasi atau wawancara dengan pasien. Informasi ini tidak boleh disebarluaskan kepada pihak-pihak yang tidak berwenang, karena menyangkut langsung individu si pasien. Walaupun begitu perlu diketahui pula bahwa pemberitahuan keadaan pasien maupun keluarganya oleh orang rumah sakit selain dokter yang merawat tidak diperkenankan. Pemberitahuan menyangkut penyakit pasien / keluarga menjadi tanggung jawab dokter-pasien, pihak lain tidak memiliki hak sama sekali. b. Informasi yang tidak mengandung nilai kerahasiaan, meliputi perihal identitas (nama, alamat, dan lain-lain), serta informasi yang tidak mengandung nilai medis, lazimnya informasi jenis ini terdapat dalam lembaran paling depan berkas rekam medis rawat jalan maupun rawat inap. Isi Rekam Medis Di Rumah Sakit terdapat 2 (dua) Jenis, Rekam Medis, yaitu : 1) Rekam medis untuk pasien rawat jalan 2) Rekam medis untuk pasien rawat inap Untuk pasien rawat jalan dan pasien rawat gawat darurat, rekam medis mempunyai informasi pasien, antara lain : (i) Identitas Pasien (ii) Riwayat Penyakit (iii) Laporan Pemeriksaan Fisik (iv) Diagnosa (v) Instruksi Diagnosa Untuk Rawat Inap memuat Informasi yang sama, dengan tambahan : a) Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent) b) Catatan Konsultasi c) Catatan Perawat dan tenaga kesehatan lainnya d) Catatan observasi klinik dan hasil pengobatan e) Resume akhir dan hasil pengobatan Dalam Permenkes RI No. 749a Tahun 1989 tentang rekam medis, isi rekam medis diatur dalam Pasal 14 dan 15. Kegunaan Rekam Medis a. Secara umum rekam medis berguna untuk : 1) Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenaga kesehatan 2) Merupakan dasar perencanaan pengobatan / perawatan yang harus diberikan kepada pasien. 3) Sebagai alat bukti tertulis atas pelayanan dan pengobatan terhadap pasien 4) Sebagai dasar analitis studi, evaluasi mutu pelayanan, terhadap pasien 5) Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit, maupun dokter dan tenaga kesehatan lainnya. 6) Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk keperluan penelitian 7) Sebagai dasar perhitungan biaya pelayanan medis pasien 8) Menjadi sumber ingatan dan bahan pertanggungjawaban (Jusuf Hanifah dan Amri Amir, 1999 : 60) b. Menurut Pasal 13 Permenkes 749a Tahun 1989 rekam medis dapat dipakai sebagai : (i) Dasar pemeliharaan dan pengobatan pasien Forum Ilmiah Volume 10 Nomor 3, September 2013 390

(ii) Bahan pembuktian dalam perkara hukum (iii) Bahan untuk keperluan penelitian dan pendidikan (iv) Dasar Pembayaran biaya pelayanan kesehatan (v) Bahan untuk menyiapkan statistik kesehatan (Chandrawila, 2001 : 14) Menurut Bambang Poernomo, dalam buku Hukum Kesehatan, dikatakan bahwa berdasarkan pendekatan aspek kedokteran dan aspek hukum rekam medis adalah : a. Rekam medis menjadi bagian terpenting untuk penyelesaian ke dalam dengan pendekatan kedokteran tanpa intervensi aspek hukum sepanjang penyelesaiannya menurut cara penjagaan kualitas medis b. Rekam medis mempunyai kekuatan hukum administrasi atau hukum disiplin tenaga kesehatan, namun demikian karena hubungan keterkaitan antara rekam medis dengan persetujuan tindakan medis dan rahasia kedokteran maka ada kemungkinan rekam medis menjadi bahan untuk perkara perdata atau perkara pidana. c. Diperlukan penyesuaian atau interpretasi dari ketentuan rekam medis karena kebutuhan hukum agar terhindar konflik kepentingan antara pasien dan dokter secara seimbang. (Bambang Poernomo, 1996 : 28) Dalam pemberian pelayanan medis, timbulnya hubungan hukum antara pasien-dokter disebut suatu kontrak atau perikatan medis. Secara yuridis timbulnya perikatan medis atau kontrak terapeutik dapat terjadi melalui 2 (dua) cara, yakni : a) Berdasarkan Perjanjian atau Persetujuan (ius contractu) Hubungan hukum antara dokter-pasien berdasarkan perjanjian timbul sejak saat pasien datang ke tempat praktek dokter atau kerumah sakit serta telah dilakukan Forum Ilmiah Volume 10 Nomor 3, September 2013 391 diagnosa dan pemeriksaan oleh dokter. Pada saat perjanjian ini telah dimulai, dokter tersebut berupaya semaksimal mungkin untuk dapat menyembuhkan pasien. Oleh karena itu, perjanjian antara dokter-pasien secara yuridis dimasukkan ke dalam golongan perjanjian berusaha sebaik mungkin (inspanning verbintennis), walaupun perjanjian antara dokter-pasien bukan merupakan suatu perjanjian hasil, tetapi dokter tidak boleh berbuat sesuka hatinya di dalam usaha menyembuhkan pasiennya. Ada standar profesi medis yang harus dijadikan acuan oleh dokter, agar bila hasil pengobatan tidak sesuai dengan harapan pasien, dokter bias mendapatkan perlindungan hukum dan terhindar dari tuduhan malpraktek. b) Berdasarkan Undang-Undang (ius delicto) Berdasarkan Undang-Undang terjadi apabila ada pasien gawat yang membutuhkan pertolongan dokter, yang kalau tidak segera diberikan pertolongan, nyawanya akan melayang. Dalam keadaan semacam ini, undnagundang mewajibkan dokter segera melakukan pertolongan, baik dengan maupun tanpa persetujuan pasiennya. Hal tersebut diatur dalam pasal 304 KUHP. Jadi apabila dokter tidak cepat melakukan pertolongan dapat dijatuhi sanksi pidana. Pertanggungjawaban atas Kelalaian Penanganan Rekam Medis Rekam medis bukan sekedar catatan saja, tetapi merupakan suatu system penyelenggaran rekam medis yaitu proses kegiatan yang dimulai dari penerimaan dan selama pasien mendapat pelayanan medis rumah sakit. Rekam medis sifatnya rahasia, hanya boleh dilihat oleh orang yang berwenang, bagi yang tidak berwenang dapat dijatuhi sanksi pasal 322 KUHP atau digugat ganti kerugian sesuai Pasal 1365 KUHPerdata.

Apabila membuka rahasia pejabat yang berwenang yang dipakai sebagai pemberitahuan dalam proses perkara dalam pengadilan tersebut dijatuhi sanksi seperti yang diatur dalam Pasal 50 dan 51 KUHP. Secara garus besar masalah tanggung jawab di dalam rumah sakit dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu : a) Tanggung Jawab Rumah Sakit Sebagai suatu badan yang diwakili oleh kepala rumah sakit secara keseluruhan b) Tanggung Jawab Profesi Medis Yang dibebankan termasuk tanggung jawab dokter c) Tanggung Jawab Bidang Keperawatan Yang memang menjadi tanggung jawab para perawat (khusus dalam hukum pidana) Dengan demikian, maka dalam setiap kasus harus ditinjau secara kausistis, selain itu hasil akhir penyelesaian / penilaian sangat tergantung pada buktibukti yang bisa diajukan. Banyak factor didalam output yang harus ikut diperhitungkan, antara lain, usia, keadaan dan tingkat penyakit pasien, komplikasi penyakit, keterangan saksi ahli, pendapat hakim, dan sebagainya.(j. Guwandi, 2004 : 17) Analisis Yuridis Rekam Medis Sebagai Alat Bukti Surat Rekam Medis sebagai alat bukti di Pengadilan Pasal 184 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP, Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1981) menyatakan : Alat bukti yang sah menurut undang-undang diatur dalam Pasal 184 terdiri dari, (1) keterangan saksi; (2) keterangan ahli; (3) surat ; (4) petunjuk; dan (5) keterangan terdakwa. Indonesia menganut asas pembuktian negatif dalam hukum pidana, yang berarti bahwa seseorang tidak cukup untuk dinyatakan sebagai terbukti melakukan tindak pidana berdasarkan ala t-alat bukti yang sah menurut undang - Forum Ilmiah Volume 10 Nomor 3, September 2013 392 undang secara kumulatif, melainkan juga harus disertai dengan keyakinan hakim. Dalam kasus dimana dokter atau rumah sakit merupakan salah satu pihak (kasus kesalahan/kelalaian dokter atau rumah sakit dalam melaksanakan profesi), salah satu kendala yang dihadapi dalam proses pembktian ialah keterangan ahli yang diatur dalam pasal 186 KUHAP. Keterangan ahli yang dimaksudkan disini dapat juga sudah diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum yang dituangkan dalam satu bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat sumpah pada waktu ia menerima jabatan/pekerjaan tersebut. (Veronika, 2002 : 45) Apabila hal tersebut tidak diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik/penuntut umum, maka pada waktu pemeriksaan di sidang diminta untuk memberikan keterangan dan dicatat dalam berita acara pemeriksaan. Keterangan tersebut diberikan setelah ia mengucapkan sumpah atau janji di hadapan sidang mengenai kebenaran keterangannya sebagai saksi ahli. Sumpah atau janji yang diberikan sebagai saksi ahli harus dibedakan dengan sumpah /janji yang diucapkan pada waktu menerima jabatan/ pekerjaan (sumpah jabatan). Keterangan ahli yang dimaksudkan oleh pasal 186 KUHAP tersebut bila dikaitkan dengan hubungan antara dokter atau rumah sakit dan pasien dapat dituangkan dalam bentuk baik tertulis maupun tidak tertulis. Keterangan ahli yang berwujud tertulis dapat berupa Rekam Medis( RM) yang dari segi formal merupakan himpunan catatan mengenai hal hal yang berkait dengan riwayat perjalanan penyakit dan pengobatan/perawatan pasien. Sedangkan dari segi material, isi rekam medis meliputi identitas pasien, catatan tentang penyakit, hasil pemeriksaan laboratorik, foto rontgen, dan pemeriksaan USG. Fungsi legal dari

rekam medis ialah karena rekam medis dapat berfungsi sebagai alat bukti bila terjadi silih pendapat / tuntutan dari pasien dan dilain pihak sebagai perlindungan hukum bagi dokter. Rekam medis yang merupakan catatan mengenai dilakukannya tindakan medis tertentu itu secara implisit juga mengandung Persetujuan Tindakan Medik, karena tindakan medis tertentu itu tidak akan dilakukan bila tidak ada persetujuan dari pasien. Apabila rekam medis yang mempunyai multifungsi tersebut dikaitkan dengan pasal 184 KUHAP, maka rekam medis selain berfungsi sebagai alat bukti surat juga berfungsi sebagai alat bukti keterangan ahli yang dituangkan dan merupakan isi rekam medis. Permasalahannya ialah bahwa isi rekam medis adalah milik pasien dan dokter wajib menjaga kerahasiaannya. Ringkasan rekam medis tersebut dapat diberikan, dicatat, atau dicopy oleh pasien atau orang yang diberi kuasa atau atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga pasien yang berhak untuk itu. Dalam keadaan tidak untuk kepentingan pengadilan maka ringkasan rekam medis tersebut yang diberikan. Pemaparan isi rekam medis dapat dilakukan apabila rekam medis diperlukan sebagai alat bukti dalam proses penegakan hukum. Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hal antara lain untuk memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum atas perintah pengadilan. (A. Retnowati, 2004 : 22) Penjelasan tentang isi rekam medis hanya boleh dilakukan oleh dokter atau rumah sakit yang merawat pasien dengan izin tertulis pasien atau berdasarkan peraturan perundang-undangan. Sedangkan pimpinan sarana pelayanan kesehatan dapat menjelaskan isi rekam medis secara tertulis atau langsung Forum Ilmiah Volume 10 Nomor 3, September 2013 393 kepada pemohon tanpa izin pasien berdasarkan peraturan perundangundangan. Dalam hal demikian, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum atas perintah pengadilan, dokter, yang bertanggungjawab atas perawatan pasien atau pimpinan rumah sakit dapat memberikan fotokopi rekam medis disamping kesimpulan (yang merupakan pendapatnya). Pendapat pakar hukum karena rekam medis berfungsi sebagai alat bukti surat maupun alat bukti keterangan ahli. Ini berarti bahwa hakim dapat menggunakan rekam medis tersebut sebagai alat bukti di sidang pengadilan, namun hal tersebut tidak mengikat sifatnya, dan masih tergantung pada penilaian hakim. Karena itu dalam asas hukum pidana Indonesia berlaku asas pembuktian negatif. Hal ini berarti bahwa rekam medis dapat digunakan sebagai dasar untuk membuktikan ada tidaknya kesalahan/kelalaian dokter/rumah sakit dalam melaksanakan profesi, dan di segi lain rekam medis dapat digunakan sebagai dasar pembelaan/perlindungan hukum bagi dokter/rumah sakit terhadap gugatan/tuntutan yang ditujukan kepadanya. Penggunaan rekam medis sebagai alat bukti di persidangan pengadilan dengan demikian hanya dimungkinkan apabila para pihak yaitu dokter atau rumah sakit terhadap pasien dan penuntut umum mengajukan rekam medis sebagai alat bukti untuk menemukan kebenaran material /kebenaran yang sejati, dan memperjelas ada tidaknya kesalahan/kelalaian dokter atau rumah sakit dalam melaksanakan profesinya. (H.Hadiati, 2002 : 32) Dengan demikian rekam medis merupakan alat bukti bahwa dokter atau rumah sakit telah mengupayakan semaksimal mungkin melalui tahapan

proses upaya pelayanan kesehatan sampai kepada satu pilihan terapi yang paling tepat yang berupa tindakan medis tertentu. Bagi pasien, rekam medis merupakan alat bukti yang dapat digunakan sebagai dasar apakah tindakan medis tertentu yang dilakukan oleh dokter atau rumah sakit terhadapnya itu sudah sesuai dengan standar profesi. Kesimpulan Rekam medis merupakan alat bukti bahwa dokter atau rumah sakit telah mengupayakan semaksimal mungkin melalui tahapan proses upaya pelayanan kesehatan sampai kepada satu pilihan terapi yang paling tepat yang berupa tindakan medis tertentu. Bagi pasien, rekam medis merupakan alat bukti yang dapat digunakan sebagai dasar apakah tindakan medis tertentu yang dilakukan oleh dokter atau rumah sakit terhadapnya itu sudah sesuai dengan standar profesi. Oleh karena itu semakin lengkap rekam medis semakin kuat fungsinya sebagai alat bukti yang memberikan perlindungan hukum bagi dokter atau rumah sakit. Rekam medis mempunyai fungsi ganda sebagi alat bukti, yaitu : Sebagai alat bukti keterangan ahli (Pasal 186 dan 187 KUHAP), dan Sebagai alat bukti surat (Pasal 187 KUHAP). Rekam medis adalah suatu kekuatan untuk dokter atau rumah sakit untuk membuktikan bahwa telah dilakukan upaya yang maksimal untuk menyembuhkan pasien sesuai dengan standar profesi kedokteran. Daftar Pustaka Anny Retnowati, 2004, Tinjauan Hukum Terhadap Rekam Medis (Makalah Pelatihan Rekam Medis) RS. Bethesda, Yogyakarta Bambang Poernomo, 1996, Hukum Kesehatan, Magister Managemen, RS, UGM, Yogyakarta Departemen Kesehtan RI, 1997, Pedoman Pengelolaan RM Rumah Sakit Di Indonesia, Dirjen Pelayaran Medik, Jakarta Hermien Hadiati, 2002, Hukum Untuk Rumah Sakit, Citra Aditya Bakti, Bandung J. Guwandi, 2004, Hukum Medik, FK-UI, Jakarta Jusuf Hanafi Dan Amri Amir, Etika Kedokteran Dan Hukum Kesehatan, Edisi 3, ECG, Jakarta Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Kitab Undang-Undang Hukum Perdata PerMenKes RI No. 749a/ MenKes/Per/XII/1989 tentang Rekam Medis UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran Veronika Komalawati, 2002, Peran Informed Consent Dalam Transaksi Terapeutik, Citra Aditya Bakti, Bandung Wila Chandrawila, 2001, Hukum Kedokteran, Mandar Maju, Bandung Forum Ilmiah Volume 10 Nomor 3, September 2013 394