BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Hasil Penelitian Data hasil penelitian ini berbentuk skor yang diperoleh dari alat ukur berupa angket tentang Kecerdasan Spiritual Siswa dan Kondisi Psikologis Keluarga di SMP Negeri 2 Telaga Kabupaten Gorontalo. Data penelitian ini diolah berdasarkan hipotesis penelitian, dengan menggunakan teknik pengujian yang relevan yaitu uji normalitas data, analisis regresi dan korelasional linier sederhana. Pengelolaan ini bertujuan untuk memperoleh nilai numerik tentang hubungan Kecerdasan Spiritual Siswa dan Kondisi Psikologis Keluarga. 1. Deskripsi Tentang Kecerdasan Spiritual Siswa Data yang dikumpulkan dari penyebaran angket kepada responden yang berada di SMP Negeri 2 Telaga Kabupaten Gorontalo, menunjukkan harga median = 82,34 dan Modus = 82,64, rata-rata () = 83,36 serta simpangan baku (S) = 5,00 (perhitungan terlampir). Dan berdasarkan lampiran 4 diperoleh perhitungan X 2 hitung = 1,29 untuk dk = 7-3 = 4 dan taraf nyata ά = 0,05 diperoleh X 2 daftar = 9,49, karena X hitung X daftar, maka data untuk variabel X berdistribusi normal, dikatakan berdistribusi normal jika X hitung lebih dari X daftar atau jumlah data di atas, di bawah rata-rata adalah sama, demikian juga simpangan bakunya. Deskripsi tentang frekuensi skor data Kecerdasan Spiritual (variabel X) dapat dilihat pada lampiran 3 tabel 2. Dari tabel ini menunjukkan bahwa lebih banyak responden menjawab di atas angka 81 sampai 83, maksudnya
bahwa dari 60 responden yang diteliti ada 12 orang responden menjawab kuisioner selalu dan seringkali mengamalkan ajaran-ajaran agama yang dianut secara konsisten, serta memiliki pemahaman yang mendalam tentang kehidupan spiritual, untuk lebih jelasnya distribusi frekuensi pengamatan dapat dilihat melalui grafik sebagai berikut: Frekuensi 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 71,5 74,5 77,5 80,5 83,5 86,5 89,5 92.5 Interval Gambar 3. Histogram Distribusi Frekuensi Pengamatan Kecerdasan Spiritual Siswa
Dengan adanya grafik di atas, dapat melihat bahwa dari hasil penyebaran angket bahwa lebih banyak responden, pertama yang menjawab di atas angka 81 sampai 83 yaitu dengan frekuensi 12, kedua yang menjawab 84 sampai 86 yaitu dengan frekuensi 10, ketiga yang menjawab antara angka 87 sampai 89 dengan frekuensi 9, keempat yang menjawab 78 sampai 80 dengan frekuensi 7, kelima yang menjawab 90 sampai 92 dengan frekuensi 6, keenam yang menjawab 75 sampai 77 dengan frekuensi 4, dan yang ketujuh yang menjawab 72 sampai 74 dengan frekuensi 2. 2. Deskripsi Hasil Kondisi Psikologis Keluarga Kondisi Psikologis Keluarga sebagai variabel (Y) memperoleh skor sebagai berikut untuk Median = 84,45, Modus = 87 dan Rata-rata () = 85,14 serta simpangan baku (S) = 4,88 (perhitungan data terlampir pada lampiran 3) dan berdasarkan lampiran 4 diperoleh perhitungan X 2 hitung = 4,38 untuk dk = 7-3 = 4 dan taraf nyata ά = 0,05 diperoleh X 2 daftar = 9,49, karena X 2 hitung X 2 daftar, maka data untuk variabel Y berdistribusi normal, dikatakan berdistribusi normal jika X hitung lebih dari X daftar atau jumlah data di atas, di bawah rata-rata adalah sama, demikian juga simpangan bakunya. Deskripsi tentang frekuensi skor data Kondisi Psikologis Keluarga (variabel X) dapat dilihat pada lampiran 3 tabel 5. Dari tabel ini menunjukkan bahwa lebih banyak responden menjawab antara angka 86 sampai 88, untuk lebih jelasnya distribusi frekuensi pengamatan dapat dilihat melalui grafik sebagai berikut:
Frekuensi 13 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 73,5 76,5 79,5 82,5 85,5 88,5 91,5 94.5 Interval Gambar 4. Histogram Distribusi Frekuensi Pengamatan Kondisi Psikologis Keluarga Dengan adanya grafik di atas, kita dapat melihat bahwa lebih banyak responden, pertama yang menjawab antara 86 sampai 88 yaitu dengan frekuensi 13, kedua yang menjawab antara 80 sampai 82 yaitu dengan frekuensi 9, ketiga yang menjawab antara 83 sampai 85 dan 89 sampai 91 dengan frekuensi masing-masing 8, keempat yang menjawab antara 92 sampai 94 dan 77 sampai 79 dengan frekuensi masing-masing 5, dan yang kelima yang menjawab antara angka 74 sampai 76 dengan frekuensi 2.
3. Pengujian Persyaratan Analisis Pengujian normalitas data yang digunakan uji chi-kuadrat pada taraf nyata α = 0,01 dan α = 0,05 dengan hipotesis bahwa skor variabel X (Kondisi Psikologis Keluarga) variabel Y (Kecerdasan Spiritual Siswa) berdistribusi normal. 1. Uji Normalitas Data Variabel X Hasil pengujian normalitas data untuk variabel X (Kondisi psikologis keluarga) menunjukkan skor X 2 hitung = 1,29, sedangkan dari daftar distribusi frekuensi skor X 2 daftar (0,99) (4) = 9,49. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa X 2 hitung lebih kecil dari X 2 daftar. Hal ini menunjukkan bahwa data hasil penelitian untuk variabel X berasal dari populasi yang berdistribusi normal, dikatakan berdistribusi normal jika X hitung lebih kecil dari X daftar atau jumlah data di atas, di bawah rata-rata adalah sama demikian juga simpangan bakunya, sehingga variabel Kondisi psikologis keluarga memiliki data yang berdistribusi normal. 2. Uji Normalitas Data Variabel Y Hasil pengujian normalitas data untuk variabel Y (Kecerdasan Spiritual Siswa) menunjukkan skor X 2 hitung = 1,37 sedangkan dari daftar distribusi frekuensi skor X 2 daftar, (0,99) (4) = 9,49. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa X 2 hitung lebih kecil dari X 2 daftar, hal ini menunjukkan bahwa data hasil penelitian untuk variabel Y berasal dari populasi yang berdistribusi normal
dikatakan berdistribusi normal jika X hitung lebih kecil dari X daftar atau jumlah data di atas, di bawah rata-rata adalah sama, demikian juga simpangan bakunya, sehingga variabel Kecerdasan Spiritual Siswa memiliki data yang berdistribusi normal. 4. Pengujian Hipotesis Untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini diadakan pengujian terhadap persamaan regresi, linieritas, keberartian persamaan regresi dan koefisien korelasi. 1. Mencari Persamaan Regresi Untuk mencari persamaan regresi digunakan rumus Ŷ= a + bx, sehingga dari hasil penelitian (lampiran 5) diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Ŷ = 25,05 + 0,72X. Hal ini berarti setiap terjadi perubahan sebesar satu unit pada variabel X (Kondisi Pikologis Keluarga), maka akan diikuti oleh perubahan rata-rata variabel Y (Kecerdasan Spiritual Siswa) sebesar 0,72 unit. Hal ini mengandung maksud bahwa setiap unit variabel X akan memhubungani setiap indikator yang ada pada variabel Y sebesar 0,72. Dengan demikian berarti setiap terjadi perubahan pada indikator Kondisi Psikologis Keluarga maka akan diikuti oleh perubahan rata-rata indikator Kecerdasan Spiritual Siswa. 2. Uji Linieritas dan Keberartian Persamaan Regresi Hasil pengujian linieritas dan keberartian persamaan regresi yang menggambarkan hubungan linier dan berarti atau tidak, digunakan tabel ANAVA. Dari tabel ANAVA pada lampiran 5 diperoleh F hitung = 0,29 untuk taraf nyata ά = 0,01 dan dk pembilang = 18 dan dk penyebut = 17, diperoleh F (0,99) (18,30) = 2,19. Kriteria pengujian yaitu ternyata F hitung < F daftar, sehingga
hipotesis yang menyatakan bahwa regresi linier Y atas X dengan persamaan Ŷ = 25,05 + 0,72X dapat diterima pada taraf nyata ά = 0,01. Kemudian untuk pengujian keberartian regresi diperoleh F hitung = 53,74 untuk taraf nyata ά = 0,05 dan dk pembilang = 1, dk penyebut = 48 didapat F (0,95) (1,48) = 4,04. Kriteria pengujian ternyata F hitung > F daftar, sehingga ketergantungan Y atas X pada persamaan Ŷ = 25,05 + 0,72X, sangat berarti pada taraf nyata ά = 0,05. 3. Analisis Korelasional Jika garis regresi dari sekumpulan data pengamatan berbentuk linier, maka dapat ditentukan sejauh mana derajat hubungan antara variabel Y dan X melalui koefisien korelasi (r). Dari hasil perhitungan pada lampiran 5, diperoleh koefisien korelasi sebesar = 0,73, artinya bahwa setiap unit yang ada pada variabel X akan memhubungani setiap indikator yang ada pada variabel Y yaitu sebesar 0,72. Untuk uji signifikan (corelation) koefisien korelasi adalah 8,63 pada taraf nyata ά = 0,01 dan ά = 0,05 dan dk = 36, maka dari daftar distribusi t daftar didapat (0,995) dan (0,975)(48) 2,70 dan 2,02. Oleh karena t hitung lebih besar dari t daftar dan t hitung tidak berada pada daerah penerimaan yaitu = -2,00 sampai dengan + 2,00 maka hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima yaitu terdapat hubungan positif antara Kecerdasan Spiritual dengan Kondisi Psikologis Keluarga. Kriteria pengujian: Terima Ho, jika t (1 -½ά) < t hitung < t (1 -½ά) dengan taraf kepercayaan ά = 0,01 dan ά = 0,05, serta dk = n 2 dengan rumus yang digunakan sebagai berikut:
t = t = = = = = 10,83 t hitung Kriteria pengujian pada taraf kepercayaan ά = 0,01 t = (1-½ά) (n 2) = (1 ½ (0,01)(60 2) = (1 0,005)(58) = (0,995)(58) t = 2.70 t tabel Kriteria pengujian pada taraf kepercayaan ά = 0,05 t = (1-½ά) (n 2) = (1 ½ (0,05)(60 2) = (1 0,025)(58) = (0,975)(58) t = 2.02 t tabel
2. Pembahasan Sebelum penulis mengadakan pengujian hipotesis yang telah ditetapkan, maka pertamatama penulis mengadakan pengujian normalitas data yang telah terkumpul dari responden, pengujian normalitas data dimaksudkan apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak, sehingga dapat digunakan untuk pengujian selanjutnya. Dari hasil pengujian normalitas data baik variabel Kondisi Psikologis Keluarga (X) maupun variabel Kecerdasan Spiritual (Y) benar-benar berdistribusi normal dan dapat diterima. Berdasarkan pengujian tersebut, maka langkah selanjutnya adalah pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi dan korelasi dimana mencari joefisien korelasi regresi a dan b, hasil perhitungan yang diperoleh yaitu a = 25,05 dan b = 0,72 yang berarti persamaan regresi Y dan X adalah Ŷ = 25,05 + 0,72X satuan. Dengan demikian makin tinggi nilai Kecerdasan Spiritual, maka Kondisi Psikologis Keluarga semakin tinggi. Selanjutnya untuk mengetahui apakah persamaan regresi Y dan X yang diperoleh dapat dianggap linier atau tidak akan dilakukan pengujian tuna cocok regresi linier. Dari tabel ANAVA pada lampiran 5, diperoleh F hitung = 0,29 dan taraf nyata ά = 0,01, dk pembilng 18 dan dk penyebut = 30, didapat F (0,99)(18,30) = 2,19. Hal ini berarti bahwa F hitung F daftar sehingga hipotesis model regresi linier dengan persamaan Ŷ = 25,05 + 0,72X diterima. Selanjutnya pengujian keberartian regresi dipeoleh F hitung = 53,74 untuk taraf nyata ά = 0,05, dk pembilang = 1, dk penyebut = 48 didapat F (0,95)(1,48) = 4,04. Hal ini berarti F hitung = 0,29 F daftar = 2,19, sehingga ketergantungan Y atas X pada persamaan regresi berarti.
Untuk mengukur derajat hubungan antara variabel X (Kondisi Psikologis Keluarga) dan variabel Y (Kecerdasan Spiritual Siswa), maka dilakukan perhitungan koefisien korelasi. Hasil perhitungan koefisien korelasi sebesar r = 0,73 dengan koefisien determinasi sebesar r 2 = 0,5329. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 53,29% variasi yang terjadi pada Kondisi Psikologis Keluarga dihubungani oleh Kecerdasan Spiritual, sedangkan yang lainnya dihubungani oleh faktor lain yang tidak didesain oleh peneliti. Misalnya lingkungan sekolah, tempat tinggal, dan bisa juga karena teman bermainnya. Langkah terakhir dari analisis hipotesis penelitian ini dilakukan dengan pengujian keberartian atau signifikan koefisien korelasi. Hasil perhitungan dengan uji statistik t diperoleh t hitung = 10,83 dan pada taraf nyata ά = 0,05 dan dk = 48 diperoleh t hitung = (0,975)(48) = 2,02. Jadi t hitung lebih besar dari t daftar dan t hitung tidak berada pada daerah penerimaan Ho. Maka Ho ditolak dan Hα diterima yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara Kecerdasan Spiritual dengan Kondisi Psikologis Keluarga, dapat diterima, maksudnya bahwa t hitung tidak berada pada penerimaan daerah penerimaan Ho sehingga Hα atau terdapat hubungan positif antara Kecerdasan Spiritual dengan Kondisi Psikologis Keluarga.