BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di rumah pribadi pasien.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Pre-Experimental Design dengan

TINGKAT KEBERHASILAN TERAPI MASASE UNTUK MENYEMBUHKAN CEDERA LUTUT SKRIPSI

EFEKTIVITAS MASASE FRIRAGE DALAM MENGATASI GANGGUAN/PENURUNAN RANGE OF MOVEMENT PEMAIN BULUTANGKIS YANG MENGALAMI CEDERA PERGELANGAN TANGAN

Journal of Sport Sciences and Fitness

Modul ke: Psikometri. Analisis Item 2. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

LAPORAN PENELITIAN DOSEN (Bidang Keahlian)

KEEFEKTIFAN KOMBINASI TERAPI MASASE DENGAN KINESIO TAPING DALAM PEMULIHAN CEDERA PERGELANGAN KAKI DERAJAT 1 PADA PEMAIN SEPAK BOLA MERAPI PUTRA SLEMAN

BAB V HASIL PENELITIAN. Karekteristik sampel penelitian dipaparkan dalam Tabel 5.1 diskripsi

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT WORKSHOP PENANGANAN CEDERA OLAHRAGA Oleh: Ali Satia Graha, M.Kes.


BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Hasil Evaluasi Nyeri Tekan Menggunakan Skala VDS

BAB IV HASIL PENELITIAN. Semarang Jawa Tengah merupakan salah satu Sekolah Dasar di Gugus Mina

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. jaman. Termasuk ilmu tentang kesehatan yang di dalamnya mencakup. manusia. Selama manusia hidup tidak pernah berhenti menggunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan jaringan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

EFEKTIVITAS MANIPULASI TOPURAK UNTUK PENYEMBUHAN CEDERA SENDI LUTUT. E-Journal

PENGARUH LATIHAN PROPRIOCEPTIVE NEUROMUSCULAR FACILITATION (PNF) PASCA CEDERA BAHU TERHADAP PERBAIKAN RANGE OF MOTION (ROM) E-JOURNAL

BAB I PENDAHULUAN. maupun mental. Akan tetapi, olahraga yang dilakukan tanpa mengindahkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Lokasi, Populasi, dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan

MEDIKORA Vol. XIV No. 1April 2015

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta. Semua responden penelitian berdomisili di

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Populasi dan Sampel

TINGKAT PENGETAHUAN GURU PENDIDIKAN JASMANI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN MINGGIR TENTANG PENANGANAN DINI CEDERA DALAM PEMBELAJARAN DENGAN METODE RICE

Kelompok Tes Ketegori Rata-rata Simpangan Baku Pretes 5,38 1,44 Kelompok Postes 7,69 1,25 Eksperimen Hasil Latihan 2,31 0,19 Kelompok Kontrol

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang membuat otot tertarik lebih dari pada kapasitas yang dimilikinya. Berbeda

Journal of Sport Sciences and Fitness

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dalam satu minggu yaitu Selasa, Kamis, Sabtu pukul sampai dengan WIB.

Oleh: Satriya Wicaksana Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi Abstrak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Lokasi penelitian bertempat di TK Al-Hidayah yang beralamatkan di Jln

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen semu (quasi experiment). Menurut Suryabrata (2010 : 92) tujuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Bringin 01. Letak sekolah

Kelompok 6 (adri, diah, yuyun, irfan, rama)

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA

BAB IV PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di SMA Swasta se-kota Salatiga, dengan subyek

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi yang sangat modern untuk meningkatkan

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. diamati dan dilihat dengan membagi aktivitas olahraga berdasarkan tujuan yang

BAB V HASIL PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 30 perempuan penderita

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakkan seluruh subjek dalam kelompok belajar untuk diberi perlakuan

Kiat-Kiat Menjaga Kesehatan Sendi Lutut. Fanny Aliwarga Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi

SENAM TAI CHI TERHADAP FLEKSIBILITAS PUNGGUNG LANSIA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

OPINI PENYEBAB DAN PENANGANAN TERAPI MASASE PADA PASIEN CEDERA OTOT TUMIT DI PHYSICAL THERAPY CLINIC

III. METODOLOGI PENELITIAN. rancangan true exsperimental design yang bertujuan untuk mengetahui

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. serta data hasil belajar siswa yang berupa nilai pre-test dan pos-test. Hasil dari

EFEKTIFITAS TERAPI MASASE DAN TERAPI LATIHAN PEMBEBANAN DALAM MENINGKATKAN RANGE OF MOVEMENT PASCA CEDERA ANKLE RINGAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD KOTA SRAGEN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. selanjutnya dalam pelaksanaan tes dan pengukuran diperoleh data pretest (X 1 ),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas tersebut antara lain memasak, mencuci, menulis, mengetik, dan

KELUHAN SUBJEKTIF CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEMERAH SUSU SAPI DI BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup. Namun peningkatan umur

BAB I PENDAHULUAN. persendian melakukan aktivitas atau gerakan (Helmi, 2012). Usia tua merupakan salah satu faktor risiko terjadi osteoarthritis.

BAB IV. Analisis Peran Dukungan Kelompok Sebaya Dalam Mengembangkan Resiliensi. Siswa Di SMP Negeri 15 Pekalongan

PENGETAHUAN CEDERA OLAHRAGA PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIMED. Nurhayati Simatupang,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan berwawasan kesehatan sebagai strategi nasional menuju Indonesia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

TINGKAT KEBERHASILAN MASASE FRIRAGE

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 2, No.1 : 81 85, Agustus 2016

Mukti Herdiana, Eko Setyadi Kurniawan, Ashari

CEDERA OLAHRAGA. By : Faidillah Kurniawan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kronik di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi. Penelitian dilakukan selama 2 minggu.

B AB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebabkan karena kecelakaan yang tidak terduga. kecelakaan lalu lintas adalah fraktur.

Lampiran 1 SURAT IJIN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dengan dunia luar. Hal ini memungkinkan kita untuk menyentuh,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Oleh: dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PENELITIAN (Bidang Keahlian)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. antara kelas yang menggunakan LKS paperless dan kelas yang menggunakan LKS

BAB IV ANALISIS PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, dimana harus mempunyai kemampuan fungsi yang optimal

Apakah Anda menderita nyeri. MAKOplasty. pilihan tepat untuk Anda

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Okt Nop Des Jan Feb

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. analisis pretest-postest, uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN. ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana) terhadap jumlah sel NK dan kadar

BAB I PENDAHULUAN. barang, mencuci, ataupun aktivitas pertukangan dapat mengakibatkan

BAB III METODE PENELITIAN. Group Pre-Test Post-Test Desain Tanpa Kelompok Control dimana desain

BAB IV HASIL PENELITIAN N PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. siswa kelas 2 dengan jumlah siswa 157. Pada saat pre-test 8 siswa tidak

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada usia di bawah 40 dan 65 tahun. Frozen shoulder sering dijumpai

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah pribadi pasien. 2. Deskripsi Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah 30 orang pasien yang mengalami cedera lutut. Subjek penelitian terdiri dari laki-laki dan perempuan. Untuk lebih jelasnya tentang jumlah dan pembagiannya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Data Jumlah Pasien yang menjadi Subyek Penelitian No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Laki-laki 15 50 2. Perempuan 15 50 Total 30 100 Jumlah subyek yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 15 orang atau 50 % dan perempuan sebanyak 15 orang atau 50 %. Jumlah subyek keseliruhan adalah 30 orang atau 100 %. 3. Deskripsi Data Penelitian Data penelitian ini merupakan hasil pengukuran tanda peradangan dan nyeri. Peradangan yang dialami pada saat cedera lutut yaitu bengkak, merah, panas dan tingkat kekakuan. Nyeri dapat dilihat dari nyeri fleksi, ekstensi, 34

endorotasi, dan eksorotasi. Data penelitian diamati dan diukur sebanyak dua kali yaitu pada saat pretest yaitu sebelum diberikan perlakuan terapi masase, dan pada saat posttest yaitu setelah diberikan perlakuan terapi masase. Data hasil pengukuran dideskripsikan dengan maksud untuk mempermudah penyajian data penelitian. Hasil analisis deskriptif pada masing data penelitian dapat diliat secara detail pada lampiran. Tabel 2. Hasil Analisis Deskriptif Data Nyeri, Bengkak, Panas, Merah dan Tingkat Kekakuan Pada Saat Pretest dan Postest No Item Pretest Postest Mean Std. Dev Mean Std. Dev 1 Nyeri 6,03 1,97 2,00 1,72 2 Bengkak 1,90 0,88 0,73 0,74 3 Panas 1,23 0,81 0,70 0,70 4 Merah 1,06 1,01 0,53 0,57 5. Tingkat kekakuan 1,33 0,99 0,37 0,49 1) Nyeri Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara data pretest dan postest tanda radang (nyeri, bengkak, panas, dan merah) disekitar otot lutut. Hasil analisis data pengukuran nyeri pada saat pretest diperoleh rerata (M) = 6,03 dengan Simpangan Baku (SB) = 1,97 hal ini berarti ada gangguan pada sendi lutut karena terdapat rasa nyeri disekitar otot lutut. Hasil itu adalah rerata dari nyeri pada saat gerak fleksi, ekstensi, endorotasi dan eksorotasi. Setelah dilakukan perlakuan (Terapi masase) diperoleh rerata (M) = 2,00 dengan Simpangan Baku (SB) = 1,72 yang berarti terdapat keberhasilan perlakuan (Terapi masase). 35

2) Bengkak Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara data pretest dan postest tanda radang (nyeri, bengkak, panas, dan merah) disekitar otot lutut. Hasil analisis data pengukuran bengkak pada saat pretest diperoleh rerata (M) = 1,90 dengan Simpangan Baku (SB) = 0,88 hal ini berarti ada gangguan pada sendi lutut karena terdapat bengkak disekitar otot lutut. Setelah dilakukan perlakuan (Terapi masase) diperoleh rerata (M) = 0,73 dengan Simpangan Baku (SB) = 0,74 yang berarti terdapat keberhasilan perlakuan (Terapi masase). 3) Panas Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara data pretest dan postest tanda radang (nyeri, bengkak, panas, dan merah) disekitar otot lutut. Hasil analisis data pengukuran panas pada saat pretest diperoleh rerata (M) = 1,23 dengan Simpangan Baku (SB) = 0,81 hal ini berarti ada gangguan pada sendi lutut karena terdapat panas disekitar otot lutut. Setelah dilakukan perlakuan (Terapi masase) diperoleh rerata (M) = 0,70 dengan Simpangan Baku (SB) = 0,70 yang berarti terdapat keberhasilan perlakuan (Terapi masase). 4) Merah Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara data pretest dan postest tanda radang (nyeri, bengkak, panas, dan merah) disekitar otot lutut. Hasil analisis data pengukuran merah pada saat pretest diperoleh rerata (M) = 1,06 dengan Simpangan Baku (SB) = 36

1,01 hal ini berarti ada gangguan pada sendi lutut karena terdapat merah disekitar otot lutut. Setelah dilakukan perlakuan (Terapi masase) diperoleh rerata (M) = 0,53 dengan Simpangan Baku (SB) = 0,57 yang berarti terdapat keberhasilan perlakuan (Terapi masase). 5) Tingkat kekakuan Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara data pretest dan postest tanda radang (nyeri, bengkak, panas, dan merah) disekitar otot lutut. Hasil analisis data pengukuran merah pada saat pretest diperoleh rerata (M) = 1,33 dengan Simpangan Baku (SB) = 0,99 hal ini berarti ada gangguan pada sendi lutut karena terdapat merah disekitar otot lutut. Setelah dilakukan perlakuan (Terapi masase) diperoleh rerata (M) = 0,36 dengan Simpangan Baku (SB) = 0,49 yang berarti terdapat keberhasilan perlakuan (Terapi masase). B. Hasil Analisis Data Penelitian Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode non parametric, yaitu untuk mengukur data nyeri, bengkak, merah, panas dan tingkat kekakuan. 1. Pengujian Hipotesis Hipotesis penelitian ini berbunyi terapi masase yang diberikan pada pasien yang mengalami cedera lutut mempunyai pengaruh yang dapat mengurangi atau menyembuhkan cedera lutut. Pembuktian hipotesis dilakukan dengan menggunakan statistik non parametrik yaitu uji 37

Wilcoxon sign rank test. Hasil analisis data penelitian secara rinci dapat dilihat pada lampiran. Hasil pengujian hipotesis statistik penelitian dengan menggunakan analisis program SPSS Uji Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan nilai Z sebesar -4,788 pada taraf signifikasi 5%. Hal ini menunjukkan bahwa nilai Z hitung lebih kecil dari nilai Z tabel, dalan hal ini nilai -4,788 berada pada daerah penolakan Ho, sehingga H0 ditolak. Berarti bahwa terapi masase dapat mengurangi cedera pada lutut. 2. Hasil keberhasilan treatment a. Peradangan Indikasi peradangan dapat dilihat dari bengkak, merah, panas, dan tingkat kekakuan. Keberhasilan treatment yang diberikan untuk dapat mengurangi peradangan pada masing-masing indikator diperoleh melalui persentase tingkat keberhasilan dengan menggunakan rumus: Persentase keberhasilan= x 100% Signifikansi dari keberhasilan tersebut diuji dengan Wilcoxon Signed Rank Test. Data hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test disajikan pada tabel 3 dan persentase keberhasilan disajikan pada tabel 4. 38

Tabel 3. Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk Tanda Peradangan No. Gejala Data Mean Selisih 1 Bengkak Pretest 1,90 Posttest 0,73 2 Merah Pretest 1,06 Posttest 0,53 3 Panas Pretest 1,23 Posttest 0,70 4 Tingkat Pretest 1,33 kekakuan Posttest 0,36 Z tabel (α=5%) Z hitung 1,16 1,96-4,026 0,000 0,53 1,96-2,583 0,010 0,53 1,96-2,62 0,009 0,96 1,96-4,158 0,000 p Tabel 4. Tingkat Keberhasilan Berdasarkan Rerata Pretest dan Posttest Tanda Peradangan No Indikator Mean Mean Persentase Pengurangan pretest postest (%) 1 Bengkak 1,90 0,73 1,16 61,0 2 Merah 1,06 0,53 0,53 50 3 Panas 1,23 0,70 0,53 43,08 4 Tingkat kekakuan 1,33 0,36 0,96 72,1 Jumlah 226,18 Mean 56,545 Kriteria tingkat keberhasilan: Sangat tinggi : > 80 % Tinggi : 65%-80% Cukup tinggi : 50%-64% Kurang : 35%-49% Sangat kurang : < 35% Dari hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa rata-rata dari tingkat keberhasilan pada penghitungan tanda peradangan adalah cukup tinggi dengan rata-rata keberhasilan 56,545 %. 39

Perhitungan nilai mean pada indicator bengkak diperoleh selisih mean sebesar 1,16. Indicator merah dan panas memiliki selisih mean sebesar 0,53, dan tingkat kekakuan memiliki selisih mean sebesar 0,96. Perolehan persentase keberhasilan treatment berdasarkan pada rumus, pada indicator bengkak, merah, panas, dan kekakuan secara berturutturut yaitu 61%, 50%, 43,08%, dan 72,1%. Berdasarkan perolehan persentase keberhasilan tersebut, dapat dilihat bahwa keberhasilan treatment yang diberikan yang terlihat paling besar yaitu pada indikator kekakuan yang mencapai tingkat keberhasilan terbesar yaitu 72,1%. Hal ini dapat dilihat dari hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test yang tertera pada tabel 5 yang menunjukkan bahwa kekakuan memiliki signifikansi sebesar 0,000 sehingga hasil tersebut signifikan. Dari hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa rata-rata dari tingkat keberhasilan pada penghitungan tanda peradangan adalah cukup tinggi dengan rata-rata keberhasilan 56,545 %. b. Nyeri Indikasi peradangan dapat dilihat dari nyeri fleksi, ekstensi, endorotasi, dan eksorotasi. Keberhasilan treatment yang diberikan untuk dapat mengurangi nyeri pada masing-masing indikator diperoleh melalui persentase tingkat keberhasilan dengan menggunakan rumus: Persentase keberhasilan= x 100% 40

Signifikansi dari keberhasilan tersebut diuji dengan Wilcoxon Signed Rank Test. Data hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test disajikan pada tabel 5 dan persentase keberhasilan disajikan pada tabel 6 berikut. Tabel 5. Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk Tanda Nyeri No. Gejala Data Mean Selisih 1 Nyeri fleksi 2 Nyeri ekstensi 3 Nyeri endorotasi 4 Nyeri eksorotasi Pretest 1,83 Posttest 0,6 Pretest 1,73 Posttest 0,5 Pretest 1,23 Posttest 0,4 Pretest 1,23 Posttest 0,5 Z tabel (α=5%) Z hitung 1,23 1,96-3,975 0,000 1,23 1,96-4,388 0,000 0,83 1,96-3,800 0,000 0,73 1,96-3,740 0,000 p Tabel. 6. Tingkat Keberhasilan Berdasarkan Rerata Pretest dan Posttest Nyeri No Indikator Mean Mean Persentase Pengurangan pretest postest (%) 1 Nyeri fleksi 1,83 0,6 1,23 67,2 2 Nyeri ekstensi 1,73 0,50 1,23 71,0 3 Nyeri endorotasi 1,23 0,40 083 67,4 4 Nyeri eksorotasi 1,23 0,5 0,73 59,3 Jumlah 264.9 Mean 66,225 Kriteria tingkat keberhasilan: Sangat tinggi : > 80 % Tinggi : 65%-80% Cukup tinggi : 50%-64% Kurang : 35%-49% Sangat kurang : < 35% 41

Dari hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa rata-rata dari tingkat keberhasilan pada penghitungan tanda peradangan adalah tinggi dengan rata-rata keberhasilan 66,225% Indikasi nyeri dalam penelitian ini terdiri dari nyeri fleksi, nyeri ekstensi, nyeri endorotasi, dan nyeri eksorotasi. Berdasarkan hasil perhitungan nilai mean pada nyeri fleksi, diperoleh selisih nilai mean data pretest adalah dan posttest sebesar 1,23. Tingkat keberhasilan treatment yang dicari dengan menggunakan rumus: Persentase keberhasilan= x 100% Persentase keberhasilan yang diperoleh pada nyeri fleksi sebesar 67,3%. Persentase keberhasilan pada nyeri ekstensi mencapai 71,0%, sedangkan persentase keberhasilan pada nyeri endorotasi dan eksorotasi secara berturut-turut yaitu 67,4% dan 59,3%. Berdasarkan perolehan persentase keberhasilan tersebut, dapat dilihat bahwa keberhasilan treatment yang diberikan yang terlihat paling besar yaitu pada nyeri ekstensi yang mencapai tingkat keberhasilan 71,0%. Hal ini dapat dilihat dari hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test yang tertera pada tabel 7. Tabel 7 menunjukkan bahwa nyeri ekstensi memiliki signifikansi sebesar 0,000 sehingga hasil tersebut signifikan. Apabila dilihat signifikansi pada nyeri fleksi, endorotasi, dan eksorotasi pada Uji Wilcoxon Signed Rank Test juga memiliki signifikansi yang sama yaitu sebesar 0,000, sehingga treatment pada semua jenis nyeri signifikan. 42

Berdasarkan hasil analisis di atas dapat diketahui bahwa semua data mempunyai perbedaan yang signifikan berdasarkan pengamatan pretest dan posttest. Hal ini berarti ada pengaruh terapi masase dalam meringankan cedera lutut. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian ini yang berbunyi terapi masase yang diberikan pada pasien yang mengalami cedera lutut mempunyai pengaruh yang signifikan sehingga dapat meringankan cedera lutut diterima. C. Pembahasan Hasil analisis diketahui terapi masase berpengaruh signifikan dalam meringankan cedera lutut. Tanda peradangan yang terdiri dari nyeri, bengkak, merah, panas, dan kekakuan seluruhnya diperoleh hasil yang signifikan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan terapi masase. Cedera lutut merupakan cedera yang sering dialami baik oleh mahasiswa atau masyarakat umum. Cedera lutut dapat terjadi karena melakukan aktivitas olahraga maupun ketika melakukan aktivitas sehari-hari. Ali Satya Graha dan bambang Priyonoadi (2009: 42) menyebutkan cedera lutut adalah kelainan yang terjadi pada tubuh yang mengakibatkan timbulnya nyeri, panas, merah, bengkak dan tidak berfungsinya otot, tendon, ligamen, persendian ataupun tulang akibat aktivitas gerak yang berlebihan maupun kecelakaan. Cedera lutut ditandai dengan ciri adanya rasa nyeri pada lutut terutama pada saat digunakan untuk melakukan aktivitas gerak yang melibatkan sendi lutut. Cedera lutut yang tidak segera diatasi dapat menghambat dalam 43

melakukan aktivitas sehari-hari. Selain itu juga akan menambah tingkat keparahan cedera. Penanganan cedera lutut dapat diatasi dengan memberikan terapi masase. Therapy massage merupakan suatu usaha untuk memulihkan kesehatan seseorang dengan cara pemijatan/pengurutan. Terapi dilakukan dengan menggunakan tangan dengan berbagai variasi gerakan dan juga dapat dibantu dengan menggunakan alat-alat khusus. Therapy massage merupakan jenis masase yang bersifat terapeutik atau penyembuhan sehingga berfungsi untuk menyembuhkan suatu penyakit atau mengembalikan kondisi fisik kembali pada keadaan normal. Perlakuan therapy massage dalam penyembuhan cedera lutut yaitu dengan memberikan penekanan titik akupresur yang berfungsi untuk memberikan rangsangan nyeri sehingga otot menjadi rileks. Selanjutnya dilakukan massage frirage yang berfungsi untuk menghancurkan myogilosis dari sisa-sisa pembakaran pada otot yang akan menyebabkan pengerasan serabut otot. Penanganan cedera lutut menggunakan therapy massage dilanjutkan dengan memberikan traksi untuk menarik bagian tubuh yang mengalami cedera khususnya sendi ke posisi semula. Selanjutnya dilakukan penanganan reposisi yaitu dilakukan pemutaran agar sendi kembali pada posisi semula (Ali Satya Graha dan bambang Priyonoadi, 2009: 84). Hasil analisis membuktikan bahwa therapy massage berpengaruh signifikan untuk meringankan cedera lutut pada pasien. Therapy massage juga 44

mampu mengurangi gejala cedera lutut yang meliputi nyeri, bengkak, merah, panas dan memperbaiki tingkat kekakuan. 45