BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal.

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN PENDAHULUAN. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE, INTRA, POST OPERASI HAEMOROIDEKTOMI DI RUANG DIVISI BEDAH SENTRAL RS. Dr.

BAB II KONSEP TEORI A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. B DENGAN POST OP HEMOROIDECTOMI DI RUANG MELATI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I KONSEP DASAR. sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya

BAB II. Mega kolon adalah dilatasi dan atonikolon yang disebabkan olah. Mega kolon suatu osbtruksi kolon yang disebabkan tidak adanya

BAB I PENDAHULUAN. rectal yang terkadang disertai pendarahan. mengenai gejala-gejala yang timbul dari penyakit ini.

BAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi

KEBUTUHAN ELIMINASI BOWEL

BAB I KONSEP DASAR. dapat dilewati (Sabiston, 1997: 228). Sedangkan pengertian hernia

BAB V HASIL PENELITIAN

MODUL KEPANITERAAN KLINIK BEDAH

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

BAB 1 PENDAHULUAN. di daerah anus yang berasal dari pleksus hemoroidalis (Simadibrata, 2009).

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Konstipasi adalah perubahan dalam frekuensi dan konsistensi

APPENDISITIS. Appendisitis tersumbat atau terlipat oleh: a. Fekalis/ massa keras dari feses b. Tumor, hiperplasia folikel limfoid c.

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

TUGAS BIOLOGI DASAR DIARE. Oleh : Nama : Yunika Dewi Wulaningtyas NIM : Prodi : Pendidikan Matematika (R) Angkatan : 2008/2009

Data Demografi. Ø Perubahan posisi dan diafragma ke atas dan ukuran jantung sebanding dengan

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu defek pada fasia dan muskuloaponeuretik dinding perut, secara

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat

Tips Mengatasi Susah Buang Air Besar

cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Serikat. American Hearth Association tahun 2013 melaporkan sekitar

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI

KONSEP TEORI. 1. Pengertian

Keluhan-keluhan Selama Kehamilan

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian Woman Research Institute, angka kematian ibu melahirkan

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa

BAB I KONSEP DASAR A.

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DEFINISI Kanker kolon adalah polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk meningkatkan kesehatan, aliran darah, elastisitas, dan relaksasi otot-otot. dasar panggul (Mongan, 2007, hlm 178).

MASALAH ELIMINASI FECAL

: Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar

Laporan Pendahuluan Eliminasi Alvi

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN KONSTIPASI DENGAN DERAJAT HEMOROID DI URJ BEDAH RSUD Dr. SOEGIRI LAMONGAN. Sri Hananto Ponco Nugroho...ABSTRAK...

ASUHAN KEPERAWATAN HPP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan

LAPORAN PENDAHULUAN PERAWATAN KOLOSTOMI Purwanti,

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. terletak antara vulva dan anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia urogenitalis

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

BAB I KONSEP DASAR. saluran cerna tinggi artinya disertai dengan pengeluaran banyak aliran cairan dan

BAB I PENDAHULUAN. Meissner dan pleksus mienterikus Auerbach. Sembilan puluh persen kelainan ini

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konstipasi berasal dari bahasa Latin constipare yang berarti ramai bersama. 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh

VENTRIKEL SEPTAL DEFECT

BAB I PENDAHULUAN. hemoroid dapat menimbulkan perasaan gatal, sakit dan berdarah terutama sesudah

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

BAB I KONSEP DASAR. dalam kavum Pleura (Arif Mansjoer, 1999 : 484). Efusi Pleura adalah

ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan MAKALAH INFARK MIOKARD AKUT

HEMORRHOID. Oleh: Moch. Agus Suprijono. Dosen Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Keperawatan pasca operasi merupakan periode akhir dari keperawatan

BAB II TINJAUAN TEORI. penyebab abdomen akut yang paling sering (Mansjoer, 1999).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hemoroid merupakan salah satu penyakit. anorektal yang sering dijumpai. Hemoroid adalah bantalan

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi.

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang

AHMAD SAHRANI ISSA INA JARINI MUHAMMAD WILDANI SRIWATI

DIVERTICULITIS DIVERTICULITIS

BAB II TINJAUAN TEORI. Hipertensi didefinisikan sebagai kenaikan secara pasti tekanan darah arteri

PENGKAJIAN PNC. kelami

BAB I PENDAHULUAN. dinding abdomen dan uterus (Fraser, 2009). Sedangkan menurut Wiknjosastro

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan

Epistaksis dapat ditimbulkan oleh sebab lokal dan sistemik.

2. Pengkajian Kesehatan. a. Aktivitas. Kelemahan. Kelelahan. Malaise. b. Sirkulasi. Bradikardi (hiperbilirubin berat)

memfasilitasi sampel dari bagian tengah telinga, sebuah otoscope, jarum tulang belakang, dan jarum suntik yang sama-sama membantu. 4.

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Data rekam medis RSUD Tugurejo semarang didapatkan penderita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan

Tindakan keperawatan (Implementasi)

BAB I PENDAHULUAN. Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak

CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT MATERNITAS: EKLAMPSIA

BISMILLAHI WABIHAMDIHI ASSALAMUALAIKUM WAROHMATULLAH WABAROKATUHU

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: POST APPENDIKTOMY DI RUANG MELATI I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS)

BAB I KONSEP DASAR A.

BAB I KONSEP DASAR. persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama. masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 1998).

BAB I TINJAUAN TEORI. Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah diastolic>90

haluaran urin, diet berlebih haluaran urin, diet berlebih dan retensi cairan beserta natrium ditandai dengan - Pemeriksaan lab :

BAB I PENDAHULUAN. macam aspek, diantaranya pertolongan persalinan yang salah satunya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia lima puluhan, lima puluh persen individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luasnya vena yang terkena. Kehamilan diketahui mengawali atau memperberat adanya hemoroid (Smeltzer, 2002). Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis. Di bawah atau diluar linea dentate pelebaran vena yang berada di bawah kulit (subkutan) disebut hemoroid eksterna. Sedangkan diatas atau di dalam linea dentate, pelebaran vena yang berada di bawah mukosa (submukosa) disebut hemoroid interna (Sudoyo, 2006). Hemoroid adalah vena-vena yang berdilatasi, membengkak di lapisan rektum (Potter, 2006). B. Anatomi dan fisiologi 1. Anatomi Bagian utama usus besar yang terakhir disebut sebagai rektum dan membentang dari kolon sigmoid hingga anus (muara ke bagian luar tubuh). Satu inci terakhir dari rektum disebut sebagai kanalis ani dan dilindungi oleh otot sfingter ani eksternus dan internus. Panjang rektum dan kanalis ani adalah sekitar 15cm (5,9 inci). 7

Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri dan kanan berdasarkan pada suplai darah yang diterima. Arteria mesenterika superior mendarahi belahan kanan (sekum, kolon asendens, dan duapertiga proksimal kolon transversum) dan arteria mesenterika inferior mendarahi belahan kiri (sepertiga distal kolon transversum, kolon asendens, kolon sigmoid dan bagian proksimal rektum). Suplai darah tambahan ke rectum berasal dari arteri hemoroidalis media dan inferior yang dicabangkan dari arteria iliaka interna dan aorta abdominalis. Gambar 2.1 Sumber : http://www.google.co.id/imgres?q=hemoroid&num=10&hl=id&biw=1008&b ih=422&tbm=isch&tbnid=oh6lkkxhbflhim:&imgrefurl=http://klinikbandu ng.blogspot.com/2010/06/hemoroid-ambien-wasir. 2. Fisiologi Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior adalah melalui vena mesenterika superior, vena mesenterika inferior, dan vena hemoroidalis superior (bagian sistem portal yang mengalirkan darah ke hati). Vena hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka sehingga 8

merupakan bagian sirkulasi sistemik. Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis superior, media, dan inverior, sehingga tekanan portal yang meningkat dapat menyebabkan terjadinya aliran balik ke dalam vena dan mengakibatkan hemoroid. Gambar 2.2 Sumber : http://www.google.co.id/imgres?q=hemoroid&num=10&hl=id&biw=1008&b ih=422&tbm=isch&tbnid=oh6lkkxhbflhim:&imgrefurl=http://klinikbandu ng.blogspot.com/2010/06/hemoroid-ambien-wasir. Terdapat dua jenis peristaltik propulsif :(1) kontraksi lamban dan tidak teratur, berasal dari segmen proksimal dan bergerak ke depan, menyumbat beberapa haustra; dan (2) peistaltik massa, merupakan kontraksi yang melibatkan segmen kolon. Gerakan peristaltik ini menggerakkan massa feses ke depan, akhirnya merangsang defekasi. Kejadian ini timbul dua 9

sampai tiga kali sehari dan dirangang oleh reflek gastrokolik setelah makan, terutama setelah makan yang pertama kali dimakan pada hari itu. Propulasi feses ke dalam rektum menyebabkan terjadinya distensi dinding rektum dan merangsang refleks defekasi. Defekasi dikendalikan oleh sfingter ani eksterna dan interna. Sfingter interna dikendalikan oleh sistem saraf otonom, sedangkan sfingter eksterna dikendalikan oleh sistem saraf voluntary. Refleks defekasi terintegrasi pada medula spinalis segmen sakral kedua dan keempat.serabut parasimpatis mencapai rektum melalui saraf splangnikus panggul dan menyebabkan terjadinya kontraksi rektum dan relaksasi sfingter interna. Pada waktu rektum yang teregang berkontraksi, otot levator ani berelaksasi, sehingga menyebabkan sudut dan anulus anorektal menghilang. Otot sfingter interna dan eksterna berelaksasi pada waktu anus tertarik keatas melebihi tinggi masa feses. Defekasi dipercepat dengan tekanan intraabdomen yang meningkat akibat kontraksi voluntar otot dada dengan glotis yang tertutup, dan kontraksi otot abdomen secara terus-menerus (maneuver dan peregangan valsalva). Defekasi dapat dihambat oleh kontraksi voluntar otot sfinfter eksterna dan levator ani. Dinding rektum secara bertahap menjadi relaks, dan keinginan defekasi menghilang. Rektum dan anus merupakan lokasi sebagian penyakit yang sering ditemukan pada manusia. Penyebab umum konstipasi adalah kegagalan pengosongan rektum saat terjadi peristaltik masa. Bila defekasi tidak sempurna, rektum menjadi relaks dan keinginan defekasi menghilang. Air 10

tetap terus diabsorpsi dari massa feses, sehingga feses menjadi keras, dan menyebabkan lebih sukarnya defekasi selanjutnya. Bila massa feses yang keras ini terkumpul disatu tempat dan tidak dapat dikeluarkan, maka disebut sebagai impaksi feses. Tekanan pada feses yang berlebihan menyebabkan timbulnya kongesti vena hemoroidalis interna dan eksterna, dan hal ini merupakan salah satu penyebab hemoroid (vena varikosa rektum). (Price, 2005) C. Etiologi Faktor risiko terjadinya hemoroid antara lain faktor mengedan pada buang air besar yang sulit, pola buang air besar yang salah (lebih banyak memakai jamban duduk, terlalu lama duduk di jamban sambil membaca, merokok), peningkatan tekanan intra abdomen, karena tumor (tumor usus, tumor abdomen), kehamilan (disebabkan tekanan janin pada abdomen dan perubahan hormonal), usia tua, konstipasi kronik, diare kronik atau diare akut yang berlebihan, hubungan seks peranal, kurang minum air, kurang makanmakanan berserat (sayur dan buah), kurang olahraga/imobilisasi. (Sudoyo, 2006) Faktor penyebab hemoroid dapat terjadi karena kebiasaan buang air besar tidak tentu dan setiap kali berak mengedan terlalu keras, terlalu lama duduk sepanjang tahun, infeksi, kehamilan dapat merupakan faktor-faktor penyebab hemoroid. (Oswari, 2003) Faktor predisposisi terjadinya hemoroid adalah herediter, anatomi, makanan, pekerjaan, psikis, dan senilitas. Sedangkan sebagai faktor presipitasi 11

adalah faktor mekanis (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan tekanan intraabdominal), fisiologis dan radang.umumnya faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan. (Mansjoer, 2000) D. Patofisiologi Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Telah diajukan beberapa faktor etiologi yaitu konstipasi, diare, sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat, fibroid uteri, dan tumor rektum. Penyakit hati kronis yang disertai hipertensi portal sering mengakibatkan hemoroid, karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah ke sistem portal. Selain itu sistem portal tidak mempunyai katup, sehingga mudah terjadi aliran balik. Hemoroid dapat dibedakan atas hemoroid eksterna dan interna. Hemoroid eksterna di bedakan sebagai bentuk akut dan kronis. Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan suatu hematoma, walaupun disebut sebagai hemoroid trombosis eksternal akut. Bentuk ini sering terasa sangat nyeri dan gatal karena ujungujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Kadang-kadang perlu membuang trombus dengan anestesi lokal, atau dapat diobati dengan kompres duduk panas dan analgesik. Hemoroid eksterna kronis atau skin tag biasanya merupakan sekuele dari hematom akut. Hemoroid ini berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan ikat dan sedikit pembuluh darah. (Price, 2005) 12

Hemoroid interna dibagi berdasarkan gambaran klinis atas : derajat 1, bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps keluar kanal anus, hanya dapat dilihat dengan anorektoskop. Derajat 2, pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri ke dalam anus secara spontan. Derajat 3, pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus dengan bantuan dorongan jari. Derajat 4, prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan cenderung untuk mengalami thrombosis dan infark. (Sudoyo, 2006) Gambar 2.3 Sumber : http://www.google.co.id/imgres?q=hemoroid&start=122&num=10&hl=id&bi w=1008&bih=422&tbm=isch&tbnid=zslr0qnmkso01m:&imgrefurl. A. Manifestasi Klinis Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri, dan sering menyebabkan perdarahan berwarna merah terang pada saat defekasi. Hemoroid eksternal dihubungkan dengan nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh thrombosis. Thrombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Ini dapat menimbulkan iskemia pada area tersebut dan nekrosis. Hemoroid internal 13

tidak selalu menimbulkan nyeri sampai hemoroid ini membesar dan menimbulkan perdarahan atau prolaps. (Smeltzer, 2002) B. Penatalaksanaan Gejala hemoroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan dengan hygiene personal yang baik dan menghindari mengejan berlebihan selama defekasi. Diet tinggi serat yang mengandung buah dan sekam mungkin satusatunya tindakan yang diperlukan; bila tindakan ini gagal, laksatif yang berfungsi mengabsorpsi air saat melewati usus dapat membantu.rendam duduk dengan salep, dan supositoria yang mengandung anestesi, astringen (witch hazel) dan tirah baring adalah tindakan yang memungkinkan pembesaran berkurang. Terdapat berbagai tipe tindakan nonoperatif untuk hemoroid. Fotokoagulasi inframerah, diatermi bipolar, dan terapi laser adalah teknik terbaru yang digunakan untuk melekatkan mukosa ke otot yang mendasarinya.injeksi larutan sklerosan juga efektif untuk hemoroid berukuran kecil dan berdarah. Prosedur ini membantu mencegah prolaps. Hemoroidektomi kriosirurgi adalah metode untuk mengangkat hemoroid dengan cara membekukan jaringan hemoroid selama waktu tertentu sampai timbul nekrosis. Meskipun hal ini relatif kurang menimbulkan nyeri, prosedur ini tidak digunakan dengan luas karena menyebabkan keluarnya rabas yang berbau sangat menyengat dan luka yang ditimbulkan lama sembuhnya. Metode pengobatan hemoroid tidak efektif untuk vena trombosis luas, yang harus diatasi dengan bedah lebih luas. Hemoroidektomi atau eksisi bedah, 14

dapat dilakukan untuk mengangkat semua jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini. Selama pembedahan, sfingter rektal biasanya didilatasi secara digital dan hemoroid diangkat dengan klem dan kauter atau dengan ligasi dan kemudian dieksisi. Setelah prosedur operatif selesai, selang kecil dimasukkan melalui sfingter untuk memungkinkan keluarnya flatus dan darah; penempatan Gelfoan atau kasa Oxygel dapat diberikan diatas luka kanal. (Smeltzer, 2002) C. Komplikasi Komplikasi hemoroid yang paling sering adalah perdarahan, thrombosis, dan strangulasi.hemoroid strangulasi adalah hemoroid yang prolaps dengan suplai darah dihalangi oleh sfingter ani. (Price, 2005) Komplikasi hemoroid antara lain : 1. Luka dengan tanda rasa sakit yang hebat sehingga pasien takut mengejan dan takut berak. Karena itu, tinja makin keras dan makin memperberat luka di anus. 2. Infeksi pada daerah luka sampai terjadi nanah dan fistula (saluran tak normal) dari selaput lendir usus/anus. 3. Perdarahan akibat luka, bahkan sampai terjadi anemia. 4. Jepitan, benjolan keluar dari anus dan terjepit oleh otot lingkar dubur sehingga tidak bisa masuk lagi. Sehingga, tonjolan menjadi merah, makin sakit, dan besar. Dan jika tidak cepat-cepat ditangani dapat busuk. (Dermawan, 2010) 15

D. Pengkajian Fokus Menurut Doenges tahun 2000 pengkajian fokus keperawatan hemoroidectomy meliputi: 1. Aktivitas/ istirahat Gejala : Kelemahan, malaise. 2. Sirkulasi Tanda:Takikardi (nyeri ansietas), pucat (kemungkinan adanya perdarahan) 3. Eliminasi Gejala :Riwayat adanya hemoroid, ketidakmampuan defekasi (konstipasi), rasa tidak puas waktu defekasi. Tanda : Konstipasi (kerasnya) terdapat goresan darah atau nanah, keluar darah sesudah atau sewaktu defekasi, perdarahan biasanya berwarna merah segar karena tempat perdarahan yang dekat. Hemoroid interna seringkali berdarah waktu defekasi, sedangkan hemoroid eksterna jarang berdarah. 4. Makanan/ cairan Gejala : Anoreksia, mual dan muntah 5. Nyeri/ kenyamanan Gejala : Terjadi saat defekasi, duduk dan berjalan Tanda : Terus menerus atau berjangka waktu, tajam atau berdenyut 6. Keamanan Gejala : Gangguan dalam terapi obat yang mengakibatkan konstipasi Tanda : konstipasi 16

7. Penyuluhan/ pembelajaran Gejala : Riwayat keluarga hemoroid, pola defekasi buruk Rencana pemulangan : perubahan pola makan yang buruk dengan tinggi serat, dapat memerlukan bantuan dalam pengobatan dan aktifitas perawatan diri dan pemeliharaan, perubahan rencana diit. 17

E. Pathways Keperawatan Konstipasi, sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat, fibroid uteri, dan tumor rektum Kongesti vena ( gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis ) Hemoroid hemoroidectomy Efek anestesi Luka Insisi perubahan sistem tubuh gastro kardiovaskuler sistem intestinal Resiko infeksi Jaringan Perifer Terputus pernafasan peristaltik nadi, TD, respon usus akral dingin paru Nyeri Gangguan Pola Tidur Takut Gerak Spasme Otot Gangguan Mobilitas Fisik Konstipasi Gangguan perfusi jaringan perifer Pola nafas tidak efektif (Price, 2005) (Sudoyo, 2006) 18

F. Intervensi dan Rasional 1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan terputusnya jaringan perifer. Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang setelah perawatan 2X24 jam dengan kriteria hasil : Skala nyeri 0-1, Klien tampak rileks. Intervensi : a. Kaji skala nyeri Rasional : menentukan tingkat nyeri, untuk menentukan tindakan yang tepat. b. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam. Rasional :untuk mengurangi rasa nyeri. c. Beri posisi tidur yang nyaman. Rasional : untuk meningkatkan rasa nyaman. d. Observasi tanda-tanda vital. Rasional : identifikasi dini komplikasi nyeri. e. Berikan bantalan flotasi dibawah bokong saat duduk. Rasional : menghindari penekanan pada daerah operasi. f. Kolaborasi untuk rendam duduk setelah tampon diangkat. Rasional:kehangatan meningkatkan sirkulasi dan membantu menghilangkan ketidaknyamanan. g. Kolaborasi untuk pemberian terapi analgetik. Rasional : mengurangi nyeri. 19

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan respon paru. Tujuan : pola nafas kembali efektif. Kriteria hasil : pola nafas efektif, bunyi nafas normal. Intervensi : a. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan Rasional : mengetahui frekuensi pernafasan. b. Beri posisi kepala lebih tinggi Rasional : memudahkan pernafasan. c. Kolaborasi pemberian oksigen. Rasional : membantu memaksimalkan pernafasan. 3. Konstipasi berhubungan dengan peristaltik usus menurun. Tujuan : konstipasi tidak terjadi. Kriteria hasil : klien dapat buang air besar secara rutin 1x sehari, feses tidak keras. Intervensi : a. Anjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung serat. Rasional : serat dapat merangsang peristaltik dan eliminasi regular. b. Anjurkan untuk banyak minum air putih. Rasional : cairan yang banyak bertujuan untuk mempermudah defekasi. c.berikan huknah gliserin. Rasional : untuk membantu mempermudah buang air besar.. 20

4. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi di daerah anorektal. Tujuan : tidak terjadi infeksi setelah perawatan 2X24 jam. kriteria hasil : Luka sembuh dengan baik, tanda-tanda vital dalam batas normal Intervensi : a. Observasi tanda-tanda vital Rasional : peningkatan nilai tanda-tanda vital merupakan indikator dini proses infeksi. b. Berikan rendam duduk setiap kali setelah buang air besar selama 1-2 minggu. Rasional : mematikan kuman penyebab infeksi. c. Kaji daerah operasi terhadap pembengkakan dan pengeluaran pus. Rasional : Merupakan tanda-tanda infeksi. d. Ganti tampon setiap kali setelah BAB. Rasional : mencegah infeksi. e. Kolaborasi untuk pemberian terapi antibiotik. Rasional : membunuh bakteri yang menyebabkan infeksi. 5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan spasme otot karena takut gerak. Tujuan : Tidak terjadi gangguan mobilitas setelah dilakukan tindakan keperawatan 3X24 jam dengan kriteria hasil : Klien mampu melakukan 21

aktifitas sesuai keadaan untuk memenuhi kebutuhan sendiri, klien dapat mempertahankan posisi yang fungsional. Intervensi : a. Kaji kemampuan klien terhadap aktivitas. Rasional : untuk mengetahui seberapa kemampuan klien dalam beraktivitas. b. Anjurkan pada klien untuk meningkatkan aktivitas secara bertahap. Rasional : untuk menghindari kekakuan pada otot. c. Hindari duduk dengan posisi yang tetap dalam waktu lama. Rasional : menghindari regangan pada anorectal d. Ubah posisi secara periodik sesuai dengan keadaan klien. Rasional : mencegah terjadinya luka dekubitus atau komplikasi kulit. 6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post hemoroidectomy. Tujuan : Istirahat tidur klien terpenuhi setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3X24 jam dengan kriteria hasil : Pasien dapat tidur 6-8 jam setiap malam, Secara verbal mengatakan dapat lebih rileks dan lebih segar Intervensi : a. Lakukan kajian masalah gangguan tidur pasien dan penyebab kurang tidur. Rasional : Memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana perawatan. b. Anjurkan makan yang cukup satu jam sebelum tidur. 22

Rasional : Meningkatkan tidur. c. Beri posisi yang nyaman. Rasional : Meningkatkan pola tidur. d. Kolaborasi dalam pemberian analgetik dan sedatif setengah jam sebelum tidur. e. Rasional : Mengurangi gangguan tidur. (Wartonah, 2006) 23