BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKA DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

MEWUJUDKAN PERCEPATAN DAN PENINGKATAN KUALITAS DATA STATISTIK PETERNAKAN

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

OLEH DR. Drh. RAIHANAH, M.Si. KEPALA DINAS KESEHATAN HEWAN DAN PETERNAKAN ACEH DISAMPAIKAN PADA :

Ayam Ras Pedaging , Itik ,06 12 Entok ,58 13 Angsa ,33 14 Puyuh ,54 15 Kelinci 5.

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

BAB. IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Tabel. 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Aceh Provinsi Aceh

BAGIAN PEREKONOMIAN DINAS PERTANIAN ,95 JUMLAH

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II. PERJANJIAN KINERJA

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN

Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

DR. H. AWANG FAROEK ISHAK Gubernur Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. efetivitas rantai pemasok. Menurut Wulandari (2009), faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

Daya Mineral yang telah diupayakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah pada periode sebelumnya.

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

MASALAH DAN KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUK PETERNAKAN UNTUK PEMENUHAN GIZI MASYARAKAT*)

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Rencana Strategis (RENSTRA)

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

LAPORAN REFLEKSI AKHIR TAHUN 2014 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA UTARA

PENGANTAR. Latar Belakang. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk

MATRIK RENSTRA DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

Rumah Pemotongan Hewan yang Higienis di Balikpapan BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana.

LAPORAN REALISASI KEGIATAN APBN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2015 KEADAAN s/d AKHIR BULAN : DESEMBER 2015

BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENETAPAN KINERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN ANGGARAN 2015

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN PENDANAAN INDIKATIF

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR RENCANA KERJA ( RENJA )

RENSTRA BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF D I N A S P E R T A N I A N

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur :

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

MENDORONG KEDAULATAN PANGAN MELALUI PEMANFAATAN SUMBERDAYA UNGGUL LOKAL. OLEH : GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Dr.

BAB V SUMBER DAYA ALAM

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

PENGANTAR. Ir. Suprapti

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESWAN TAHUN 2016

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Peran GIZ SREGIP Untuk Mendukung Pengembangan Sektor Perkebunan

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

RENCANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

Transkripsi:

24 BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Memperhatikan kondisi pembangunan peternakan Provinsi Kalimantan Timur saat ini dan sasaran yang ingin dicapai dalam 5 (lima) tahun ke depan, maka diperlukan suatu analisis baik terhadap permasalahan dan isu-isu strategis yang mempengaruhi kinerja pembangunan peternakan. 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur Permasalahan utama dalam pelaksanaan pembangunan peternakan adalah Percepatan Pertumbuhan Populasi Ternak Belum Sebanding dengan Konsumsi, sehingga permasalahan yang dihadapi dalam penyelenggaraan pembangunan peternakan ke depan adalah sebagai berikut: a). Produksi daging masih rendah ; Produksi daging di Kalimantan Timur pada umumnya masih relatif rendah jika dibandingkan dengan konsumsi. Data produksi daging tahun 2013 mencapai 68.668,10 ton sedangkan konsumsi pada tahun 2013 mencapai 75.734,30 ton. Produksi daging dipengaruhi oleh jumlah pemotongan ternak sapi, kerbau, ayam, kambing/domba dan jumlah pemasukan daging dari luar. Pada tahun 2013 terdapat kekurangan 1.607.8 ton (2,94%) untuk kebutuhan konsumsi daging. Beberapa penyebab rendahnya produksi daging diantaranya adalah (a) rendahnya populasi ternak; (b) rendahnya produktivitas ternak; (c) adanya kasus kejadian penyakit hewan. Sedangkan konsumsi terhadap produk peternakan seperti daging, telur dan susu setiap tahunnya cenderung meningkat, hal ini disebabkan oleh penambahan penduduk dan kesadaran masyarakat terhadap nilai gizi yang berasal dari protein hewani asal ternak, pola hidup sehat serta peningkatan pendapatan masyarakat. Produksi hasil ternak dari tahun 2009 sampai dengan 2013 dapat dilihat pada Tabel. III.3.1 Tabel. III.3.1. Produksi Hasil Ternak Daging dan Telur di Kalimantan Timur dan Kaltara Tahun 2009-2013 (dalam ton) No Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 r (%/th) 1 Daging 45,727.20 48,632.1 52,359.30 57,436.40 68,668.10 10.70 2 Telur 11,165.30 14,850.60 14,439.60 17,392.00 15,295.90 8.19 Berdasarkan tabel di atas maka dapat dilihat rata-rata peningkatan produksi daging mencapai 10,70 %/thn, sedangkan konsumsi mengalami peningkatan 12,71%; jadi lebih tinggi dibandingkan dengan produksi daging 2,01%. Kondisi ini menjadi tantangan sekaligus peluang yang harus dapat ditangkap untuk meningkatkan produksi. Perkembangan konsumsi hasil ternak terdapat pada Tabel III.3.2

25 Tabel III.3.2. Konsumsi Hasil Ternak di Kalimantan Timur dan Kaltara Tahun 2009 2013 (dalam Ton) No Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 r (%/th) 1 Daging 46,929.50 50,194.50 54,529.70 58,953.60 75,734.30 12.71 2 Telur 14,415.76 18,974.70 22,523.21 21,652.08 23,250.05 12.69 3 Susu 16,065.00 16,386.30 17,369.48 18,945.76 19,703.59 5.24 Tiga komoditas peternakan inilah yang saat ini masih didatangkan dari luar Kalimantan Timur guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Pada tahun 2013 angka pemasukan produk daging dan telur mencapai 80% yaitu 53.107,84 ton daging sapi dan 17.321,68 ton telur, bahkan untuk komoditas susu 100% berasal dari luar Kalimantan timur berupa susu olahan. Di samping itu, kasus penyakit sangat berpengaruh pada peningkatan populasi ternak. Pengawasan lalulintas ternak sangat penting karena merupakan salah satu upaya pencegahan keluar masuknya penyakit hewan menular serta produk asal ternak dari dan ke Provinsi Kalimantan Timur, baik yang dibawa melalui ternak hidup maupun yang berasal dari bahan atau produk asal ternak. Pengawasan dilakukan oleh petugas masing-masing di Pos Check Point di daerah perbatasan yaitu di Kabupaten Nunukan dan Tarakan yang wilayahnya berbatasan dengan Negara Malaysia. Pelaksanaan pengawasan lalulintas di Pos Check Point secara berkala dimonitor oleh petugas di provinsi dalam rangka pembinaan baik personil maupun teknis. Apabila pengawasan lalu lintas ternak tidak ketat, selain merebaknya kejadian kasus penyakit hewan, akan terjadi kasus pemasukan dan peredaran daging ilegal ke wilayah perbatasan. Hal ini disebabkan karena : 1) adanya perbedaan harga yang cukup tinggi antara daging sapi yang dimasukkan secara ilegal dengan daging segar lokal; 2) penyediaan daging sapi segar lokal masih kurang; 3) belum aktifnya Rumah Potong Hewan (RPH); 4) tingkat pemahaman dan kesadaran masyarakat dari aspek kesmavet masih rendah; 5) operasional tim pengawasan dan pengendalian di kabupaten/kota belum optimal serta; 6) banyaknya pos Check Point dengan jumlah aparat pengawasan masih terbatas. Betapa pentingnya pengawasan lalu lintas perbatasan komoditas peternakan/hewan ini dikarenakan wilayah perbatasan sebagai akses keluar masuknya perdagangan bebas salah satunya produk asal hewan yang dari dulu sudah melakukan perdagangan secara tradisionil dengan akses transportasi yang mudah dengan jarak tempuh yang lebih dekat dengan negara tetangga yaitu Malaysia. b) Penerapan Teknologi Peternakan Belum Optimal Kegiatan peternakan merupakan salah satu penyumbang pencemaran lingkungan dan penghasil emisi gas rumah kaca. Ternak sebagai penghasil kotoran dan penyumbang gas metan (CH4), bila tidak dikelola dengan baik dan terencana akan berdampak negatif dan menyebabkan pencemaran lingkungan. Upaya untuk memperlambat dan menanggulangi dampak pemanasan global ini tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja, namun juga masyarakat secara luas.

26 Upaya mitigasi yang bisa dilakukan pada sektor peternakan antara lain dengan memanfaatkan gas yang merupakan limbah peternakan untuk dijadikan sumber energi (biogas) dan penghasil pupuk organik. Manfaat pengelolaan biogas asal ternak ikut membantu pemerintah dalam mengurangi pemanasan global. Biogas merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang dapat menjawab kebutuhan energi alternatif dan menghasilkan pupuk organik sebagai hasil samping. Kandungan biogas 1 m 3 setara dengan ± 0,62 kg minyak tanah, ± 0,46 liter elpiji, ± 0,52 liter minyak solar, ± 0,80 liter bensin dan ± 3,5 kg kayu bakar. Potensi biogas dapat meningkatkan produktivitas kegiatan ekonomi masyarakat desa dan memberikan nilai tambah melalui pengelolaan yang tepat guna. Jumlah instalasi biogas yang dibangun di Kaltim sampai dengan tahun 2013 ada 402 unit. Jika dikonversikan dengan produksi biogas yang dihasilkan sebesar 1.608 m 3 /hari atau setara dengan elpiji 737,38 kg/hari. Sedangkan potensi pemanfaatan biogas berdasarkan jumlah populasi sapi Kaltim tahun 2012 sebanyak 108.648 ekor dengan produksi kotoran sebesar 1.629,7 ton/ekor sapi/hari (produksi kotoran sapi rata-rata 15 kg/ekor/hari) akan menghasilkan produksi gas dari kotoran sapi sebesar 48.891,6 m 3 /hari (1 kg kotoran sapi menghasilkan 0,03 m 3 gas). Produksi biogas 48.891,6 m 3 /hari ini setara dengan minyak tanah ± 30.312 liter/hari, elpiji ± 22.490 kg/hari, bensin ± 39.113 liter/hari dan solar ±25.423 liter/hari, sehingga dengan pemanfaatan biogas dari kotoran ternak diharapkan perlahan-lahan dapat menggantikan sumber energi BBM. Populasi ternak semakin meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang semakin tinggi dan permintaan akan daging sapi, daging ayam, susu dan telur (produk peternakan) juga akan semakin meningkat guna membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan adanya pertambahan populasi sapi tiap tahun, maka pembangunan biogas sangat perlu dikembangkan di tahun-tahun berikutnya yang merupakan salah satu solusi pengurangan dampak negatif polusi yang ditimbulkan oleh sektor peternakan. Pengembangan pembangunan Biogas nantinya akan berfokus pada program Desa Mandiri Energi dan pada desa padat ternak yang penyebaran unit biogasnya tidak berjauhan satu dengan yang lainnya. Adapun pembangunan Unit Biogas yang telah dilaksanakan sejak tahun 2009 sampai dengan 2013 dapat dilihat pada grafik berikut.

27 PEMBANGUNAN BIOGAS TAHUN 2009-2013 (UNIT) Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 18 15 0 5 15 10 17 1 4 2 0 8 17 5 20 37 10 7 20 10 10 0 4 9 1 30 0 1 0 0 15 45 10 10 23 0 0 0 1 1 5 12 0 0 01 c) Usaha Pengolahan Hasil Peternakan Belum Optimal Usaha pengolahan hasil peternakan di Kalimantan Timur masih terbatas pada skala usaha rumah tangga. Permasalahan yang mendasar dalam memajukan usaha pengolahan hasil peternakan adalah masih lemahnya kemampuan sumber daya manusia (peternak dan pelaku usaha), kelembagaan usaha dan sumber permodalan. Selain itu, belum tersedianya bahan baku secara kontinyu dan masih banyaknya penyedia bahan pangan asal hewan yang belum memahami produk yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH). Ketersediaan pangan hewani yang ASUH merupakan manifestasi konkrit dari salah satu sasaran pembangunan di bidang keamanan pangan. Ketersediaan pangan yang ASUH dicirikan oleh terbebasnya masyarakat dari jenis pangan yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan tidak sesuai bagi keyakinan masyarakat. Tingkat pengetahuan pelaku usaha masih terbatas dan belum memperhatikan secara maksimal mengenai sanitasi dan higienitas produk peternakan yang dihasilkan. Untuk menjamin keamanan produk peternakan yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH), setiap unit usaha pengolahan produk peternakan wajib memenuhi persyaratan sanitasi dan higienitas pangan asal hewan melalui sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner (NKV) sebagai persyaratan kelayakan dasar sistem jaminan dan mutu pangan. Penerapan Nomor Kontrol Veteriner (NKV) pada usaha produk peternakan memungkinkan untuk mengantisipasi terjadinya bahaya yang mengakibatkan ketidakamanan dan ketidaklayakan mutu produk peternakan yang diproduksi dan yang diedarkan, sehingga setiap pelaku usaha yang telah memperoleh NKV wajib mencantumkan nomor yang tercantum pada NKV tersebut. Akar permasalahan yang dihadapi oleh Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur dalam pelaksanaan pembangunan peternakan ke depan adalah : 1. Kurangnya jumlah bibit ternak berkualitas, rendahnya keterampilan dan pengetahuan peternak dalam budidaya peternakan

28 2. Belum terpenuhinya kebutuhan daging,telur dan susu dari produk lokal Kaltim, sehingga untuk memenuhi kebutuhan daging sapi masih didatangkan dari luar Kaltim sekitar 74,18%, telur 34,05% dan susu 100%. 3. Masih adanya kejadian kasus penyakit Jembrana, AI, Parasiter/Cacingan dan gangguan reproduksi pada sapi. 4. Pemahaman peternak terhadap pemanfaatan kotoran ternak sebagai bahan baku biogas dan teknologi tepat guna lainnya masih rendah. 5. Masih banyak penyedia bahan pangan asal hewan belum memahami ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal). Secara lengkap, masalah utama, masalah, akar permasalahan serta isu strategis Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur dapat dilihat pada Tabel. III.3.3. Tabel. III.3.3. Masalah Utama, Masalah, Akar permasalahan serta Isu Strategis di Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur Memperhatikan kondisi pembangunan peternakan baik secara nasional maupun wilayah Provinsi Kalimantan Timur saat ini dan hasil yang ingin dicapai hingga tahun 2018, maka perlu dilakukan suatu analisis terhadap isu-isu strategis baik internal maupun eksternal yang akan berpengaruh pada kinerja pembangunan peternakan dalam kurun waktu 2013 2018.

29 3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih Penyusunan Rencana Strategis SKPD sangat dipengaruhi dan merupakan penjabaran yang lebih detail dari perencanaan pembangunan daerah Provinsi Kalimantan Timur sehingga semua langkah-langkah yang disusun dalam Renstra Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013 2018. Visi Provinsi Kalimantan Timur : Mewujudkan Kaltim Sejahtera yang Merata dan Berkeadilan Berbasis Agroindustri dan Energi Ramah Lingkungan. Penjelasan dari masing-masing elemen visi di atas adalah sebagai berikut: 1. Kaltim Sejahtera yang Merata dan Berkeadilan adalah pelaksanaan pembangunan berkelanjutan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat saat ini maupun masa mendatang melalui pemerataan pembangunan ekonomi yang bertumpu pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. 2. Agroindustri dan Energi Ramah Lingkungan mengandung makna bahwa Transformasi ekonomi berbasis unrenewable resources ke renewable resources harus dilakukan dan hanya dapat diwujudkan bila ada keseimbangan antara pilar ekonomi, lingkungan dan sosial dalam perencanaan pembangunan dan ekonomi yang membentuk ekonomi hijau. Misi Provinsi Kalimantan Timur : Misi 1: Mewujudkan kualitas sumber daya manusia Kalimantan Timur yang mandiri dan berdaya saing tinggi Misi 2: Mewujudkan daya saing ekonomi yang berkerakyatan berbasis sumber daya alam dan energi terbaharukan. Misi 3 : Mewujudkan infrastruktur dasar yang berkualitas bagi masyarakat secara merata. Misi 4 : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan dan berorientasi pada pelayanan publik. Misi 5 : Mewujudkan kualitas lingkungan yang baik dan sehat serta berperspektif perubahan iklim. Telaahan terhadap visi, misi dan program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah memberikan gambaran peran serta dan keterlibatan langsung Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur. Hal ini ditunjukkan melalui: Misi 2 yaitu : Mewujudkan daya saing ekonomi yang berkerakyatan berbasis sumber daya alam dan energi terbaharukan. Pada misi ini, Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur berperan dalam meningkatkan produksi dan daya saing produk peternakan yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal yang merupakan produk terbarukan.

30 3.3. Telaah Renstra Kementerian/Lembaga dan Renstra Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur A. Renstra Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI Visi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan jangka panjang dirumuskan sebagai berikut : Menjadi Direktorat Jenderal yang profesional dalam mewujudkan peternakan dan kesehatan hewan yang berdaya saing dan berkelanjutan dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal untuk mewujudkan penyediaan dan keamanan pangan hewani serta meningkatkan kesejahteraan peternak. Untuk mewujudkan visi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, misi yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1. Merumuskan dan menyelenggarakan kebijakan di bidang peternakan dan kesehatan hewan dalam rangka meningkatkan daya saing produksi dan produk peternakan dengan pemanfaatan sumberdaya lokal secara berkelanjutan; 2. Menyelenggarakan dan menggerakkan pengembangan perbibitan, pakan, budidaya ternak, kesehatan hewan, serta kesehatan masyarakat veteriner dan pascapanen dalam mencapai penyediaan dan keamanan pangan hewani dalam rangka meningkatkan kesejahteraan peternak 3. Meningkatkan profesionalitas dan integritas penyelenggaraan administrasi publik. Pernyataan visi dan misi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI memberikan arahan bagi seluruh daerah (provinsi/kabupaten/kota) di dalam menjalankan tugas dan fungsinya di bidang peternakan dan kesehatan hewan. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam penyusunan Renstra Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur, yaitu: 1. Menyelenggarakan dan menggerakkan pengembangan perbibitan, pakan, budidaya ternak, kesehatan hewan, serta kesehatan masyarakat veteriner dan pascapanen dalam mencapai penyediaan dan keamanan pangan hewani dalam rangka meningkatkan kesejahteraan peternak 2. Meningkatkan profesionalitas dan integritas penyelenggaraan administrasi publik. B. Renstra Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian RI Visi Ditjen Pengolahan dan PemasaranHasil Pertanian adalah Menjadi institusi yang peduli dan memiliki komitmen tinggi untuk mewujudkan masyarakat pertanian sejahtera, handal dan berdaya saing di bidang pengolahan dan pemasaran hasil pertanian melalui penyelenggaraan birokrasi yang profesional dan berintegritas. Untuk mencapai visi tersebut di atas, diemban misi yang harus dilaksanakan yaitu: (1) Menumbuhkembangkan kelembagaan usaha pengolahan dan pemasaran petani yang merupakan basis ekonomi perdesaan, yang nantinya diharapkan sebagai wadah peningkatan peran dari petani produsen menjadi petani pemasok melalui penerapan manajemen, teknologi dan permodalan secara profesional.

31 (2) Mengembangkan sistem agroindustri terpadu di perdesaan melalui, keterpaduan sistem produksi, penanganan pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil pertanian, sehingga mampu memberikan peningkatan pendapatan petani, kesempatan kerja di perdesaan dan peningkatan nilai tambah produk pertanian secara adil serta profesional. (3) Mengembangkan penerapan sistem jaminan mutu hasil pertanian secara efektif dan operasional untuk meningkatkan daya saing produk segar dan olahan, baik di pasar domestik maupun internasional. (4) Meningkatkan daya serap pasar domestik melalui kebijakan promosidan proteksi produk pertanian yang efektif dan efisien (5) Meningkatkan akses pasar luar negeri hasil pertanian melalui kebijakan promosi dan proteksi produk pertanian yang efektif dan efisien. (6) Mengembangkan kapasitas institusi Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian yang profesional dan berintegritas moral tinggi. Pernyataan visi dan misi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian RI memberikan arahan bagi seluruh daerah (provinsi/kabupaten/kota) di dalam menjalankan tugas dan fungsinya di bidang pengolahan dan pemasaran hasil pertanian. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam penyusunan Renstra Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur, yaitu: (1) Menumbuhkembangkan kelembagaan usaha pengolahan dan pemasaran petani yang merupakan basis ekonomi perdesaan, yang nantinya diharapkan sebagai wadah peningkatan peran dari petani produsen menjadi petani pemasok melalui penerapan manajemen, teknologi dan permodalan secara profesional. (2) Mengembangkan sistem agroindustri terpadu di perdesaan melalui, keterpaduan sistem produksi, penanganan pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil pertanian, sehingga mampu memberikan peningkatan pendapatan petani, kesempatan kerja di perdesaan dan peningkatan nilai tambah produk pertanian secara adil serta profesional. C. Renstra Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian RI Adapun Visi Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air periode2010-2014 adalah Mewujudkan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian sebagai motor penggerak tersedianya lahan danair untuk pembangunan pertanian berkelanjutan. Untuk mencapai Visi tersebut Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian mengemban Misi sebagai berikut : a. Mendorong partisipasi stakeholder dalam pengembangan dan pengelolaan lahan dan air secara efektif dan efisien untuk kegiatan pertanian berkelanjutan. b. Mendayagunakan lahan dan air untuk kegiatan pertanian yang berkelanjutan. c. Menyelenggarakan manajemen dan administrasi pembangunan berdasarkan prinsip transparansi dan akuntabilitas. d. Menyusun kebijakan pengembangan perluasan areal, pengelolaan lahan dan pengelolaan air yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat petani di pedesaan.

32 Pernyataan visi dan misi Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian RI memberikan arahan bagi seluruh daerah (provinsi/kabupaten/kota) di dalam menjalankan tugas dan fungsinya di bidang prasarana dan sarana pertanian. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam penyusunan Renstra Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur, yaitu: a. Mendorong partisipasi stakeholder dalam pengembangan dan pengelolaan prasarana dan sarana pertanian secara efektif dan efisien untuk kegiatan pertanian berkelanjutan. b. Mendayagunakan lahan dan air untuk kegiatan pertanian yang berkelanjutan. c. Menyelenggarakan manajemen dan administrasi pembangunan berdasarkan prinsip transparansi dan akuntabilitas. D. Keterkaitan RENSTRA Kabupaten/Kota Selama ini Visi Dinas Peternakan Provinsi tahun 2009-2013 sudah menjadi acuan, sehingga RENSTRA 2013-2018 juga menjadi acuan Kabupaten/Kota seperti : 1. Dinas Perikanan, Kelautan dan Peternakan Kabupaten Paser dengan visi : Terwujudnya Peningkatan Produksi Perikanan, Kelautan dan Peternakan Yang Aman, Berdaya Saing dan Berkelanjutan 2. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan kabupaten Berau dengan Visi Tahun 2011-2015 : Terwujudnya Kabupaten Berau Sebagai Sentra Produksi Dan Agribisnis Peternakan Yang Mampu Mencukupi Kebutuhan Sendiri Dan Daerah Sekitarnya 3. Dinas Peternakan Kabupaten Kutai kartanegara dengan Visi Tahun 2011-2015: Terwujudnya Kesejahteraan Peternak Dan Pemenuhan Konsumsi Protein Hewani Masyarakat Melalui Peningkatan Produk Yang Aman,Sehat,Utuh, Dan Halal (ASUH) 3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis A. Rencana Tata Ruang Wilayah Belum adanya kawasan atau lahan khusus pengembangan peternakan dipandang sebagai salah satu faktor belum tercapainya swasembada daging sapi dan kerbau di Kaltim. Sebab, upaya percepatan mewujudkan swasembada daging dengan pengembangan peternakan skala besar bergantung pada lahan potensial sebagai lokasi pengembangan yang tentu berpengaruh terhadap ketersediaan pakan di lahan tersebut. Pengembangan kawasan peternakan secara nasional terbagi menjadi 3 kawasan yaitu : 1. Kawasan khusus padang pengembalaan termasuk di dalamnya lahan eks tambang. Wilayah pengembangannya terdapat di NTT, NTB, Pulau Irian dan khusus lahan eks tambang di Kaltim

33 2. Kawasan daerah padat penduduk terbagi menjadi 2 yaitu : a. Intensif umumnya di wilayah pengembangan peternakan dengan lokasi terbatas pada umumnya di wilayah Pulau Jawa dan Bali b. Kawasan integrasi ternak-tanaman : Pada umumnya pengembangan peternakan berada di wilayah pertanian tanaman pangan seperti padi, singkong, jagung dan lain-lain. 3. Kawasan Integrasi ternak-tanaman perkebunan Pada umumnya di wilayah Kalimantan dan Sumatera yang terdiri atas : a) Integrasi sapi-sawit : Semua kawasan pengembangan sapi potong di Kalimantan Timur termasuk di dalam integrasi sapi-sawit. b) Integrasi sapi dengan tanaman perkebunan lainnya Pada umumnya tanaman perkebunan lainnya seperti kakao, karet, kelapa dan lain-lain. Mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50/Permentan/OT.140/8/2012, maka pola pengembangan peternakan diarahkan pada pengembangan kawasan baik kawasan yang sudah ada maupun kawasan baru yang potensial di Provinsi Kalimantan Timur. Kawasan pengembangan sapi potong dengan pola integrasi terdiri atas : a. Kawasan Basama Negara Sejam yaitu Kukar, Samarinda, Balikpapan, PPU dan Paser dengan sentra kawasan pengembangan di Paser. b. Kawasan Erauku yaitu Berau dan Kutim dengan sentra kawasan pengembangan di Kutim Di samping komoditas strategis nasional yaitu sapi potong dikembangkan pula kawasan komoditas unggulan sebagai berikut : a. Kawasan pengembangan ternak kerbau di Kutai Kartanegara dan Kutai Timur b. Kawasan pengembangan ternak kambing/domba di Paser dan Balikpapan c. Kawasan pengembangan ternak babi di Kutai Barat dan Mahakam Ulu d. Kawasan pengembangan ayam lokal di Penajam Paser Utara dan Bontang Kawasan industri tanaman pangan berlokasi di PPU dan Paser yang terletak di bagian Selatan Kaltim sebagai hinterland Kota Balikpapan. Sementara itu, sektor peternakan juga baik dikembangkan di wilayah tersebut. Penajam Paser Utara (PPU) fokus pada pengembangan unggas di Kecamatan Penajam dan Babulu, Sapi Brahma dan Sapi Bali di Kecamatan Sepaku serta Rusa Api-api di Kecamatan Waru. PPU dan Paser diprediksi akan menjadi pusat industri penghasil produk pangan di Kaltim. Program pengembangan ternak sapi melalui pemanfaatan lahan eks tambang dimaksudkan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dan mengambil nilai lebih dari lokasi eks tambang yang rata-rata tidak subur lagi. Dengan pembangunan kawasan integrasi ternak-tambang ini diharapkan tanah yang strukturnya telah rusak dapat kembali subur dengan penggunaan pupuk kandang hasil kotoran ternak. Selain itu, pemanfaatan lahan eks tambang telah dilakukan pemerintah dengan dukungan perusahaan, selaku pemilik lahan dengan memberdayakan masyarakat sekitar. Di antara daerah yang paling banyak lahan eks tambang batubara adalah di Kabupaten Kutai Kartanegara. Selain itu, akan dikembangkan juga di Paser, Kutim, Berau dan Samarinda.

34 B. Kajian Lingkungan Hidup Strategis Grand Strategi Pembangunan Ekonomi Kaltim adalah Menuju Pembangunan Berkeadilan dan Berkelanjutan dengan 2 (dua) Strategi Utama, yaitu: Mengembangkan Industri Eksisting (Minyak, Pupuk,Gas, CPO, Batubara), dan Membangun Industri Berbasis Pertanian dengan Pendekatan Skala Ekonomi dan Cluster. Kalimantan Timur telah menetapkan strategi pembangunan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan sebagai strategi holistik dimana pertumbuhan ekonomi dan penurunan emisi berjalan beriringan. Arah pembangunan ekonomi Kaltim saat ini masih dalam masa transisi dari ekonomi industri eksisting menuju industri berbasis pertanian. Strategi Pembangunan Kaltim kedepan diarahkan pada pro-growth, pro job, pro poor dan pro environment, dimana pemerintah Prov. Kaltim akan mengawal keberlanjutan pembangunan melalui strategi pembangunan berwawasan lingkungan, untuk menuju Kaltim sebagai pusat agroindustri dengan energi ramah lingkungan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi dengan mengurangi emisi. Startegi Green Growth, sendiri adalah dengan: Mengembangkan sektor rendah karbon dan bernilai tambah tinggi, dan Mengurangi emisi karbon. Indonesia sebagai negara agraris yang beriklim tropis memiliki sumber daya pertanian dan peternakan yang cukup besar. Sumber daya tersebut, selain digunakan untuk kebutuhan pangan juga dapat berpotensi sebagai sumber energi dengan cara pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas. Kalimantan Timur melalui Dinas Peternakan Provinsi telah memanfaatkan kotoran ternak sebagai sumber energi alternatif yang dapat mengurangi jumlah gas metana di udara. Pada tahun 2013 sudah ada 402 unit biogas yang dibangun. Selain itu, pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber pupuk organik sangat mendukung usaha pertanian tanaman sayuran, salak dan tanaman perkebunan (kelapa sawit). Dari sekian banyak kotoran ternak yang terdapat di daerah sentra produksi ternak banyak yang belum dimanfaatkan secara optimal, sebagian di antaranya terbuang begitu saja, sehingga sering merusak lingkungan yang akibatnya akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Biogas memberikan solusi terhadap masalah penyediaan energi dengan murah dan tidak mencemari lingkungan. Kotoran yang menggunung akan terbawa oleh air masuk ke dalam tanah atau sungai yang kemudian mencemari air tanah dan air sungai. Kotoran sapi mengandung racun dan bakteri E.Coli yang membahayakan kesehatan manusia dan lingkungannya. Pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan karbondioksida (CO2) yang ikut memberikan kontribusi bagi efek rumah kaca (Green House Effect) yang bermuara pada pemanasan global (Global Warming). Biogas memberikan perlawanan terhadap efek rumah kaca melalui 3 cara. Pertama, Biogas memberikan substitusi atau pengganti dari bahan bakar fosil untuk penerangan, kelistrikan, memasak dan pemanasan. Kedua, metana (CH4) yang dihasilkan secara alami oleh kotoran yang menumpuk merupakan gas penyumbang terbesar pada efek rumah kaca, bahkan lebih besar dibandingkan CO2. Pembakaran metana pada Biogas mengubahnya menjadi CO2 sehingga mengurangi jumlah metana di udara. Ketiga, dengan lestarinya hutan, maka CO2 yang ada di udara akan diserap oleh hutan yang menghasilkan oksigen yang melawan efek rumah kaca.

35 3.5. Penentuan Isu-isu Strategis Faktor - faktor kunci keberhasilan (Critical Success Factors) merupakan faktor yang sangat penting dalam penetapan keberhasilan Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan Timur. Hal ini disebabkan faktor-faktor kunci keberhasilan tersebut akan membimbing dan mengarahkan organisasi dalam menetapkan tujuan, sasaran dan aktivitas kegiatan. Dalam menentukan faktor-faktor penentu keberhasilan ini akan terkait dengan Analisis Lingkungan Internal dan Analisis Lingkungan Eksternal. Untuk itu perlu mengenal kondisi internal organisasi yang sifatnya dapat dikuasai (controllable) yang berguna untuk mengetahui faktor kekuatan dan kelemahan serta kondisi eksternal yang sifatnya relatif kurang dikuasai (uncontrollable) yang berguna untuk mengetahui peluang dan ancaman, dengan menggunakan pendekatan analisis Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunity (peluang) dan Threat (ancaman) atau SWOT. Analisis SWOT ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat urgensi dan dampak potensial serta skala prioritas. Dengan pencermatan terhadap lingkungan internal dan eksternal dapat diidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, yaitu: 1. Kekuatan (Strength) Berdasarkan hasil analisis terhadap faktor internal, teridentifikasi beberapa kekuatan yang dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya, antara lain: 1). Tersedianya SDM dan kelembagaan. 2). Undang-Undang No. 18 tahun 2009. 3). Regulasi Pemerintah Provinsi. 4). Sumber Daya Genetik (SDG) Kaltim. 5). Dukungan Perguruan Tinggi. 6). Tersedianya kawasan pertanian tanaman pangan hortikultura dan perkebunan. 7). Tersedianya kawasan lahan eks tambang. 2. Kelemahan (Weakness) Dalam menjalankan tugas dan fungsinya Dinas Peternakan provinsi Kalimantan Timur hingga saat ini masih dijumpai beberapa kelemahan internal baik dengan di dalam kelembagaan dinas maupun secara teknis dil lapangan. Berdasarkan hasil analisis terhadap faktor internal, teridentifikasi beberapa kelemahan yang dapat ditekan seminimal mungkin, antara lain : 1). Populasi ternak masih rendah, khususnya sapi potong 2). Tingginya pemotongan betina produktif khususnya sapi/kerbau lokal 3). Penguasaan teknologi peternakan di tingkat petani ternak relatif rendah 4). Pemanfaatan sumber pembiayaan belum optimal 5). Masih rendahnya kualitas pangan asal hewan 6). Masih banyak kasus kejadian penyakit 3. Peluang (Opportunity) Berdasarkan hasil analisis terhadap faktor eksternal, teridentifikasi beberapa peluang yang perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya dalam membuat strategi dan kebijakan pembangunan peternakan, antara lain : 1). Meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap produk peternakan. 2). Tersedianya sumber daya pakan lokal potensial 3). Pengembangan energi alternatif melalui pemanfaatan kotoran ternak.

36 4). Potensi pengembangan ternak masih tinggi. 5). Diversifikasi produk olahan peternakan. 6). Kebutuhan peternak terhadap teknologi Inseminasi Buatan (IB) 4. Ancaman (Threats) Di samping peluang yang ada, faktor ekternal yang merupakan ancaman bagi pembangunan peternakan juga perlu diantisipasi dalam penyusunan strategi dan kebijakan lima tahun ke depan, antara : 1). Lalu lintas ternak dan produk peternakan. 2). Ancaman penyakit hewan menular strategis 3). Rendahnya angka kelahiran ternak 4). Meningkatnya jumlah pemotongan ternak lokal 5). Kurangnya pengawasan terhadap kualitas produk peternakan Tahap selanjutnya berdasarkan Analisis Lingkungan Internal dan Analisis Lingkungan Eksternal tersebut ditentukan strategi yang tepat untuk menjadikan Critical Success Factor kedalam 4 (empat) strategi, yaitu : 1. Strategi Peluang - Kekuatan (SO), yaitu mengoptimalkan kekuatan untuk menangkap peluang. 1). Pemenuhan kebutuhan produk peternakan melalui Regulasi Pemerintah Provinsi. 2). Pengembangan ternak terintegrasi dengan kawasan pertanian tanaman pangan hortikultura, perkebunan dan lahan eks tambang. 2. Strategi Ancaman Kekuatan (ST), yaitu memanfaatkan Kekuatan untuk menghadapi ancaman 1). Menekan kejadian Penyakit Hewan Menular Strategis melalui penerapan Undang-undang Nomor 18 tahun 2009. 2). Peningkatan terhadap kualitas dan kuantitas produk peternakan melalui pemberdayaan SDM dan kelembagaan. 3. Strategi Peluang Kelemahan (WO), yaitu meminimalkan kelemahan untuk meraih peluang. 1). Peningkatan populasi dan produktivitas ternak untuk pemenuhan konsumsi masyarakat. 2). Peningkatan penguasaan teknologi peternakan dalam rangka pemanfaatan sumber pakan lokal dan limbah ternak. 4. Strategi Ancaman Kelemahan (WT), yaitu meminimalkan kelemahan untuk menghadapi ancaman 1). Optimalisasi pemanfaatan sumber pembiayaan untuk pengembangan peternakan khususnya sapi potong dan kambing. 2). Menurunkan pemotongan ternak lokal dan betina produktif sapi dan kambing melalui peningkatan pengawasan pemotongan ternak. Adapun analisis SWOT Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur dapat dilihat pada tabel. III.3.3.4 berikut.

37 Tabel. III.3.3.4. Analisis SWOT Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur Berdasarkan strategi-strategi di atas ditentukan strategi yang tepat untuk menjadi kunci keberhasilan dengan mempertimbangkan keterkaitan strategi dengan visi dan misi. Berdasarkan penilaian terhadap keterkaitan tersebut diperoleh 3 (tiga) kunci keberhasilan yang merupakan faktor kunci/penentu keberhasilan Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur dalam membangun peternakan, yaitu : 1. Meningkatkan produksi daging melalui peningkatan populasi, produktivitas ternak dan penurunan kasus penyakit hewan 2. Meningkatkan penerapan teknologi peternakan tepat guna yang ramah lingkungan 3. Meningkatkan usaha pengolahan hasil peternakan yang efisien dan berdaya saing dalam rangka menjamin keamanan produk peternakan.