BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

Transkripsi

1 BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Isu-isu strategis berdasarkan tugas dan fungsi Dinas Pean adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunankarena dampaknya yangsignifikan bagi kinerja Dinas Pean dimasa datang.informasi tersebut disusun dengan nomenklatur berikut. 3.1 Identifikasi Berdasarkan Tugas dan Fungsi Identifikasi permasalahan-permasalahan yang mempengaruhi terhadap pelayanan Dinas Pean Provinsi Jawa Timur diperlukan dalam rangka pembangunan pertanian di Provinsi Jawa Timur 5 (lima) tahun kedepan. -permasalahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Identifikasi Berdasarkan Tugas dan Fungsi Dinas PeanProvinsi Jawa Timur Aspek Kajian Gambaran pelayanan SKPD Capaian/Kondisi Saat ini Standar yang Digunakan Faktor yang Mempengaruhi INTERNAL (KEWENANGAN SKPD) EKSTERNAL (DILUAR KEWENANGAN SKPD) (6) Angka prevalensi SOP penyakit PHMS pengendalian brucellosis masih penyakit tinggi yakni diatas Brucellosis oleh 2,5% pada Kementan sapi perah Nilai titer antibody penyakit PHMS Flu burung masih rendah yakni di bawah 70% pada unggas SOP pengendalian penyakit Flu Burung oleh Kementan - Penyediaan vaksin brucella yang masih belum sesuai dengan jumlah rentan pembiayaan untuk kompensasi terhadap pemotongan sapi yang posisif brucella - Penyediaan vaksin Flu Burung yang masih belum sesuai dengan jumlah rentan pembiayaan untuk kompensasi terhadap pemusnahan unggas yang posisif flu burung kesadaran pe akan arti penting penyakit brucellsosis - Masih ada Lalu lintas antar Provinsi yang ilegal Masih ada Lalu lintas antar Provinsi yang ilegal Kurangnya SDM teknis (medis dana paramedis veteriner) SDM teknis (medis dana paramedis veteriner) fasilitas laboratorium untuk melakukan diagnosis secara tepat dan cepat 26

2 Aspek Kajian Capaian/Kondisi Saat ini Standar yang Digunakan Faktor yang Mempengaruhi INTERNAL (KEWENANGAN SKPD) EKSTERNAL (DILUAR KEWENANGAN SKPD) (6) Prosentase residu antibiotika pada bahan asal hewan masinh tinggi (29%) SNI Dukungan anggaran sangat terbatas untuk meningkatkan jumlah sampel Shearing kab/kota dalam upaya pengambilan sampel Kajian Renstra Kementerian Pertanian Kajian Renstra Kab/ Kota Kajian RTRW Peredaran obat hewan illegal cukup tinggi Masih banyak unit usaha produk hewan yang belum di audit NKV Lab. Kesmavet di Jawa Timur masih belum ada yang terakreditasi Presentase kelompok pe yang melakukan recording mencapai 30% Surat Keterangan Layak Bibit yang diterbitkan UPTD belum dapat dilakukan Pencapaian produksi dan populasi masih dibawah target Pencapaian produksi dan populasi masih dibawah target - Karakter masyarakat petani yang masih tradisional PP no UU. 18/2009, PP NO. 95/2012, Permentan. 381/2005 UU. 18/2009, PP NO. 95/2012 Sasarankelompok yang melakukan recording = 70% Sasaran SKLB yang diterbitkan UPT=10% Sasaran produksi dan populasi Sasaran produksi dan populasi - Perda Jawa Timur 5 Tahun Permentan 50 Tahun yang representatif Sarana pengujian di KEMENTAN dan biayanya sangat mahal Kurangnya sarana dan pelaksanaan audit dan sosialisasi NKV Kurangnya sarana dan untuk menuju proses akreditasi lab. Kesmavet Keterbatasan jumlah pegawas bibit Keterbatasan jumlah pegawas bibit - Ketersediaan potensi Sumber daya manusia dan sarana dalam peningkatan produksi dan populasi - Keterbatasan anggaran - Ketersediaan potensi Sumber daya manusia dan sarana dalam peningkatan produksi dan populasi - Keterbatasan anggaran Belum dilakukan pemetaan dan penetapan kawasan Jumlah pengawas obat hewan di kabupaten/kota Sarana dan transportasi belum memadai Kompetensi SDM terbatas - Kompetensi SDM yang terbatas Sarana recording belum memadai Permintaan terhadap bibit yang mempunyai SKLB masih kurang - Inovasi dan teknologi - Aksesbilitas permodalan bagi pe - Membanjirnya produk impor - Inovasi dan teknologi - Aksesbilitas permodalan bagi pe - Membanjirnya produk impor Minat pe terhadap komoditas yang akan dikembangkan SDM dan sarana yang terbatas SDM dan sarana yang terbatas ketersediaan infrastruktur, sarana dan kesehatan hewan - Sistem perbenihan dan perbibitan belum berjalan optimal. - Keterbatasan akses pe terhadap permodalan - Lemahnya kapasitas dan kelembagaan pe - Kurang optimalnya kinerja dan pelayanan birokrasi peran produktivitas - Keterbatasan SDM dan kesehatan hewan ketersediaan infrastruktur, sarana - Sistem perbenihan dan perbibitan belum berjalan optimal. - Keterbatasan akses pe terhadap permodalan - Lemahnya kapasitas dan kelembagaan pe - Kurang optimalnya kinerja dan pelayanan birokrasi peran - Pengembangan kawasan yang mempunyai keterkaitan dengan 27

3 Aspek Kajian Capaian/Kondisi Saat ini Standar yang Digunakan Faktor yang Mempengaruhi INTERNAL (KEWENANGAN SKPD) EKSTERNAL (DILUAR KEWENANGAN SKPD) (6) (individual 2012 berdasarkan farming) potensi - Luas lahan rata-rata <0,25 ha dan pendapatan pe rendah - Masih tingginya angka kemiskinan pe penguasaan teknologi pengolahan dan hasil pemasaran perdesaan kualitas hasil produk sehingga daya saing rendah - Kepemilikan yang belum memenuhi standar usaha (hanya 1-2 ekor/pe) sedangkan standarnya 4-5 ekor/pe - Belum optimalnya penggunaan sumberdaya alam dan SDM yang mendukung agribisnis pusat distribusi pakan - Mempertahankan sumberdaya genetik sebagai potensi daerah - Pengembangan kawasan diarahkan kepada pengembangan komoditas unggulan daerah dengan keunggulan komparatif dan kompetitif - Kawasan yang berpotensi penularan penyakit zoonosis ditempatkan terpisah dengan permukiman penduduk. - Peningkatan populasi melalui peningkatan mutu genetik. - Mengoptimalkan fungsi dan kesehatan hewan untuk pelayanan dan perlindungan masyarakat - Meningkatkan kualitas kesehatan hewan dan produk pangan asal hewan melalui tindak pengamanan sesuai dengan prosedur pengamanan penyakit hewan menular. - Peningkatan pengendalian pemotongan hewan betina produktif - Meningkatkan pembinaan teknis terpadu dalam rangka mempertahankan potensi Jawa Timur sebagai gudang Nasional sapi potong. - Peningkatan peranserta Pemerintah kabupaten/kota di Jawa Timur dalam rangka mendukung program pembangunan di Jawa Timur. 28

4 Aspek Kajian Capaian/Kondisi Saat ini Standar yang Digunakan Faktor yang Mempengaruhi INTERNAL (KEWENANGAN SKPD) EKSTERNAL (DILUAR KEWENANGAN SKPD) (6) Kajian KLHS - Kebanyakan Permendagri Pembinaan good Belum dilakukan pe mor 67 Tahun farming practice kajian akademis telah menerapkan eco-farming yaitu pengelolaan limbah menjadi bahan yang bermanfaat seperti untuk pupuk dan biogas 2012 perlu diintensifkan terhadap KLHS - Masih ada pemeliharaa n yang dekat dengan permukiman penduduk sehingga menimbulka n polusi bau - Penyebaran penyakit hewan menular kepada manusia - Seiring dengan meningkatny a populasi mengakibatk an peningkatan emisi gas rumah kaca yang berasal dari kotoran dan proses pencernaan, terutamanya yang berasal dari hewan besar - Pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan menular strategis - Manajemen pakan dan pengelolaan limbah - Penetapan kawasan sesuai dengan potensi setempat isu-isu strategis yang berhubungan atau mempengaruhi SKPD dari faktor-faktor eksternal lainnyadapat diuraikan sebagai berikut: Tabel 3.2 Identifikasi Isu-Isu Strategis (Lingkungan Eksternal) Isu Strategis Dinamika Internasional Dinamika Nasional DinamikaRegional/Lokal Lain-lain 1 Tujuan Millenium Development Goal s antara lain menanggulangi kemiskinan dan kelaparan dengan demikian diperlukan komitmen pengurangan tingkat kemiskinan dan pemenuhan Swasembada daging 2014 dan swasembada susu 2020 Terjadi penurunan populasi sapi potong, sapi perah dan kerbau sebesar 24,1% berdasarkan hasil Sensus 29

5 kebutuhan pangan bergizi bagi masyarkat, khususnya protein hewani. 2 Perubahan iklim global menyebabkan wabah penyakit-penyakit hewan yang baru muncul dan yang muncul kembali (emerging and re-emerging animal diseases) yang dapat menular ke manusia (zoonosis).wabah Zoonosis dapat menimbulkan dampak yang signifikan terhadap aspek ekonomi, sosial, atau pertahanan dan keamanan. 3 Liberalisasi perdagangan dunia menimbulkan ancaman membanjirnya produk impor yang dapat mengancam kelangsungan usaha pe lokal 4 Adanya tuntutan perlakuan terhadap hewan hendaknya mengikuti prinsip-prinsip kesejahteraan hewan (animal welfare). Pengabaian terhadap animal welfare berpotensi menjadi salah satu hambatan dalam perdagangan internasional. Perlu untuk mempercepat penerapan kesejahteraan hewan agar mampu meningkatkan daya saing produk di pasar bebas. Populasi tidak merata sehingga menimbulkan lalu lintas antar Provinsi Maraknya peredaran daging impor di pasar tradisional sebagai akibat dibukanya keran impor daging oleh Pemerintah Pusat.Hal ini dapat berpengaruh pada penurunan minat budidaya Berdasarkan ketentuan UU 18 Tahun 2009, pemotongan hewan yang dagingnya diedarkan harus dilakukan di Rumah Potong yang berstandar NKV guna menjamin terpenuhinya standar aman, sehat, utuh dan halal. Pertanian Penurunan populasi ini dapat berpengaruh pada produksi hasil. Jawa Timur belum bebas penyakit Flu Burung dan Brucellosis Usaha Jawa Timur masih didominasi oleh para pe skala kecil dan merupakan mata pencaharian salah satu dari sub sistem pertanian, dimana karakteristiknya adalah mempunyai lahan sempit, bermodal kecil dan produktivitas yang rendah Masih banyak pemotongan illegal diluar RPH serta masih sedikit RPH yang ber-nkv. 3.2 Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih Telaahan terhadap visi, misi dan program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih di Provinsi Jawa Timur dalam hubungannya dengan tugas pokok dan fungsi dari Dinas Pean Provinsi Jawa Timur dapat dilihat pada Tabel 3.3. Tabel 3.3 Faktor Penghambat dan Pendorong Pelayanan Dinas Pean Provinsi Jawa Timurterhadap Pencapaian Visi, Misi dan Program Gubernur dan Wakil Gubernur Visi: Jawa Timur lebih sejahtera, berakhlak, berkeadilan, mandiri dan berdaya saing. Misi dan Program KDH dan Wakil KDH terpilih Penghambat Faktor Pendorong Misi 2 : Meningkatkan pembangunan ekonomi yang inklusif,mandiri, dan berdaya saing, berbasis agrobisnis/agroindustri, dan industrialisasi. 1 Program peningkatan Produksi Pean - Produksi dan produktifitas yang masih di bawah kinerja yang diharapkan. SDM teknis dan kesehatan - Dukungan pemerintah melalui APBN. - Ternak sapi 30

6 2 Program Pengembangan Agribisnis Pean 3 Program Peningkatan Kapasitas SDM n Aparatur Pean - wilayah perbibitan, budidaya dan pembesaran belumdipetakan dan ditetapkan. - pemberantasan penyakit hewan masih belum tertangani dengan baik terutama penyakit-penyakit yang bersifat sporadis dan belum mampu dibebaskan seperti flu burung dan brucellosis pada sapi perah. - Data dan informasi di tingkat kelompok pe masih minim. - Minimnya pemanfaatan teknologi - Belum mantapnya sistem dan pelayanan pembinaan kelompok pe. - Jumlah tenaga pendamping penyuluh masih terbatas jika dibandingkan dengan jumlah kelompok pe yang ada. hewan. sarana dan. tenaga medis veteriner dan paramedis veteriner. sarana dan lembaga kesehatan hewan seperti puskeswan dan check point. - akses produk impor mengancam pe lokal sehingga dapat menurunkan minat pada subsektor. - Kualitas sdm kelompok pe relatif masih rendah. potong dan sapi perah merupakan komoditas utama dan andalan di Jawa Timur. - Partisipasi pemerintah kab/kota. - Diversisifikasi produk pascapanen telah banyak dilakukan. - Teknologi pascapanen. - Partisipasi pemerintah kab/kota. 3.3 Telaahan Renstra Kementerian Pertanian dan Kabupaten/ Kota Berdasarkan telaahan terhadap Rencana Strategis Kementerian Pertanian , permasalahan pelayanan Dinas Pean Provinsi Jawa Timur beserta 31faktor penghambat dan 31faktor pendorong keberhasilan pembangunan pertanian dapat dilihat pada Tabel 3.4.berikut Tabel. 3.4 Pelayanan Dinas Pean Provinsi Jawa Timur berdasarkan Sasaran Renstra K/L beserta Faktor Penghambat dan Pendorong Keberhasilan Penanganannya Sasaran Jangka Menengah Renstra K/L Provinsi Penghambat Sebagai Faktor Pendorong 1 Produksi Daging, Telur, Susu Rendahnya produktivitas Ketersediaan Sumber daya manusia dan sarana dalam Potensi di masingmasing wilayah 31

7 Sasaran Jangka Menengah Renstra K/L Provinsi Penghambat Sebagai Faktor Pendorong Kurangnya ketersediaan infrastruktur, sarana dan kesehatan hewan Sistem perbenihan dan perbibitan belum berjalan optimal. Keterbatasan akses pe terhadap permodalan Lemahnya kapasitas dan kelembagaan pe Kurang optimalnya kinerja dan pelayanan birokrasi peran Rendahnya produktivitas Keterbatasan SDM dan kesehatan hewan peningkatan produksi dan populasi Keterbatasan anggaran Komitmen pemerintah Kab/ Kota 3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Berdasarkan telaahan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur tahun dan KLHS, maka permasalahan pelayanan Dinas Pean Provinsi Jawa Timur beserta faktor penghambat dan faktor pendorong keberhasilan pembangunan pertanian dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 3.6. berdasarkan Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah beserta Faktor Penghambat dan Pendorong Keberhasilan Penanganannya Rencana Tata Ruang Wilayah terkait Tugas dan Fungsi SKPD Penghambat Faktor Pendorong 1 Kawasan budidaya Pengembangan kawasan yang mempunyai keterkaitan dengan pusat distribusi pakan Belum dilakukan pemetaan dan penetapan kawasan Minat pe terhadap komoditas yang akan 32

8 Peningkatan peran-serta Pemerintah kabupaten/kota di Jawa Timur dalam rangka mendukung program pembangunan di Jawa Timur. Meningkatkan pembinaan teknis terpadu dalam rangka mempertahankan potensi Jawa Timur sebagai gudang Nasional sapi potong. Peningkatan pengendalian pemotongan hewan betina produktif Meningkatkan kualitas kesehatan hewan dan produk pangan asal hewan melalui tindak pengamanan sesuai dengan prosedur pengamanan bio security hazard Mengoptimalkan fungsi dan kesehatan hewan untuk pelayanan dan perlindungan masyarakat Peningkatan populasi melalui peningkatan mutu genetik Kawasan yang berpotensi penularan penyakit zoonosis ditempatkan terpisah dengan permukiman penduduk. Pengembangan kawasan diarahkan kepada pengembangan komoditas unggulan daerah dengan keunggulan komparatif dan kompetitif Mempertahankan sumberdaya genetik sebagai potensi daerah berdasarkan potensi dikembangk an 33

9 Tabel 3.7 berdasarkan Analisis KLHS beserta Faktor Penghambat dan Pendorong Keberhasilan Penanganannya Hasil KLHS terkait Tugas dan Fungsi SKPD Penghambat Faktor Pendorong Seiring dengan meningkatnya populasi mengakibatkan peningkatan emisi gas rumah kaca yang berasal dari kotoran dan proses pencernaan, terutamanya yang berasal dari hewan besar Kebanyakan pe telah menerapkan eco-farming yaitu pengelolaan limbah menjadi bahan yang bermanfaat seperti untuk pupuk dan biogas Masih ada pemeliharaan yang dekat dengan permukiman penduduk sehingga menimbulkan polusi bau Penyebaran penyakit hewan menular kepada manusia Pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan menular strategis Penetapan kawasan sesuai dengan potensi setempat Manajemen pakan dan pengelolaan limbah Belum dilakukan kajian akademis terhadap KLHS Pembinaan good farming practice perlu diintensifkan 3.5. Penentuan Isu-isu Strategis Berdasarkan hasil review faktor-faktor pelayanan Dinas Pean Provinsi Jawa Timur yang meliputi : analisa Renstra Kementerian Pertanian; analisa Renstra SKPD lingkup Pean Kabupaten/Kota; analisa Rencana Tata Ruang Wilayah dan analisa KLHS, maka dapat ditentukan isu-isu strategis yang dihadapi oleh Dinas Pean Provinsi Jawa Timur sebagai berikut : a. Adanya tuntutan perlakuan terhadap hewan hendaknya mengikuti prinsip-prinsip kesejahteraan hewan (animal welfare). Pengabaian terhadap animal welfare berpotensi menjadi salah satu hambatan dalam perdagangan internasional. Perlu untuk mempercepat penerapan kesejahteraan hewan agar mampu meningkatkan daya saing produk di pasar bebas. b. Liberalisasi perdagangan dunia menimbulkan ancaman membanjirnya produk impor yang dapat mengancam kelangsungan 34

10 usaha pe lokal. Usaha Jawa Timur masih didominasi oleh para pe skala kecil dan merupakan mata pencaharian salah satu dari sub sistem pertanian, dimana karakteristiknya adalah mempunyai lahan sempit, bermodal kecil dan produktivitas yang rendah. Diperlukan penumbuhan daya saing produk lokal. c. Perubahan iklim global menyebabkan wabah penyakit-penyakit hewan yang baru muncul dan yang muncul kembali (emerging and re-emerging animal diseases) yang dapat menular ke manusia (zoonosis). Wabah Zoonosis dapat menimbulkan dampak yang signifikan terhadap aspek ekonomi, sosial, atau pertahanan dan keamanan. Diperlukan pengendalian penyakit hewan menular yang lebih intensif. d. Terjadi penurunan populasi sapi potong, sapi perah dan kerbau sebesar 24,1% berdasarkan hasil Sensus Pertanian Penurunan populasi ini dapat berpengaruh pada produksi hasil. Diperlukan usaha peningkatan populasi. e. Belum terintegrasinya usaha dengan potensi lahan usaha yang tersedia, akibat belum terpadunya pengembangan wilayah dengan penetapan komoditas unggulan disetiap Kabupaten, sehingga menyulitkan dalam mengalokasikan kegiatan yang tepat untuk masing-masing wilayah/ tidak fokus serta menyebabkan input produksi menjadi relatif tinggi dan menurunkan daya saing produk, sehingga perlunya pemetaan dan penetapan kawasan sesuai dengan potensi wilayahnya. f. Berdasarkan ketentuan UU 18 Tahun 2009, pemotongan hewan yang dagingnya diedarkan harus dilakukan di Rumah Potong yang berstandar NKV guna menjamin terpenuhinya standar aman, sehat, utuh dan halal. Namun masih banyak pemotongan illegal diluar RPH serta masih sedikit RPH yang ber-nkv. g. Pertumbuhan sektor melambat, dari 3,92% tahun 2009 menjadi 1,03% tahun Demikian pula kontribusi terhadap PDRB menurun dari 3,07% tahun 2009 menjadi 2,25% tahun Dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Jawa Timur periode sebesar 7-8%, kontribusi dari sub sektor ditarget kan sebesar lebih dari 4 % per tahun. 35