dengan mudah, mereka melukaimu? Mengancammu?, aku membuka mataku. Menatap

dokumen-dokumen yang mirip
Tidak, sayang. Nanti kau sakit, tegas Maya sambil mengusap rambut Amanda yang panjang terurai.

Pantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011

Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan.

MEMBINGKAI ASA. Tarie Kertodikromo

Seorang gadis sedang berjalan bahagia di

My Love Just For You vol1

Pertama Kali Aku Mengenalnya

Anak laki-laki itu segera mengangkat kakinya. Maaf, ujarnya, sementara si anak

Cinta, bukan satu hal yang patut untuk diperjuangkan. Tapi perjuangan untuk mendapatkan cinta, itulah makna kehidupan. Ya, lalu mengapa...

Angin senja terasa kencang berembus di antara

REVIEW. Mulut heart-shaped-nya menjadi lebih pucat dari sebelumnya. Ia meringis ketika rasa sakit menghantam perut bawahnya: kram.

Yui keluar dari gedung Takamasa Group dengan senyum lebar di wajahnya. Usaha kerasnya ternyata tak sia-sia. Dia diterima berkerja di perusahaan itu

Fiction. John! Waktunya untuk bangun!

Sebuah kata teman dan sahabat. Kata yang terasa sulit untuk memasuki kehidupanku. Kata yang mungkin suatu saat bisa saja meninggalkan bekas yang

Kilat masih terus menyambar dan menyilaukan mata. Cahaya terangnya masuk melalui celah-celah jendela dan ventilasi udara. Suara petir terus menderu

TEKNIK EDITING DALAM FILM BELENGGU

Dari jarak sepuluh meter bisa kukenali siapa lelaki yang duduk menundukkan kepalanya dan bertumpu pada lengannya yang ia letakkan di atas lutut.

Bagian 1 : Tak Kan Kubiarkan Kau Merebutnya Dariku!

LATIHAN PERNAFASAN. Pengantar

Dan ia baru menyadari betapa salahnya dirinya. Disana, muncul dari sebelah kirinya, ia merasakan gerakan udara yang cepat. Angin yang berhembus

P A D A M U E M B U N

SAMPLE. Prologue. Beberapa tahun lalu... image diriku yang ingin kutanamkan dalam benakku. Aku

yang berbentuk datar bagian atasnya dengan sebuah ukiran kepala singa. Mereka yang berada di ruangan sudah berdiri di atas shinéga sejak dari tadi.

SATU. Plak Srek.. Srek

Dilakukan. Komponen STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI

Renjana dalam Bejana. Kumpulan Cerita Pendek. Nabila Budayana

Aku Tidak Mengerti Orang Biasa

Tante, please... Saya benar-benar membutuhkan bantuan. Pemuda itu tampak memohon. Tapi... Ini menyangkut hidup mati seseorang, tante!

A. Rita. Penerbit. Karya Cinta

Mata Tomi terbelalak, ketika menyadari dia berada

AKU AKAN MATI HARI INI

Damar, apakah pada akhirnya mereka ini bisa benar-benar pulang?

Sarah mengemas barangnya dengan cemberut. Entah yang keberapa. kalinya Dia harus pindah. Dari Jakarta ke Jogja lalu ke Makassar dan kali ini dia

Then, something unexpected happened.

Intro. Cupve - Izzi - Guardian

berada dan segera sadar kalau dia tanpa sengaja tertidur di lantai dua. Semua masih sama pada posisinya, sofa-sofa itu masih ada di sana,

[CERITA DARI FASCHEL-SECANGKIR RINDU] August 27, Secangkir Rindu

1 Curahan Hati Sebatang Pohon Jati

Belajar Memahami Drama

"Apa begitu sulit untuk memulai hidup dengan seorang fotografer?" tanyanya saat aku

No Oedipus Complex Keterangan Dialog dalam novel Halaman Ya Tidak. Kemudian ayah itu, selalu tidak sabar, akan lompat dari kedua orang tua yang tidak

Heart 119. Dan aku harap, kita tidak akan pernah bertemu. lagi.

Jangan berteriak, bila ingin selamat! Dan ikuti segala apa yang kami perintahkan! Selamat malam Non! ucap satpam.

Behind the sea there s a kingdom where I could see your sweet smile.

Penerbit PT Elex Media Komputindo

PENJAGAL ANGIN. Tri Setyorini

Pergi Tak Kembali. Oleh: Firmansyah

PROLOG. Terbangun di tempat yang aku tidak mengenalnya bukanlah impianku.

Belasan kota kudatangi untuk menjadi tempat pelarianku. Kuharap di sana bisa kutemukan kedamaian atau cinta yang lain selainmu.

Perlu waktu bagi anak anak itu untuk menjadi bagian dari kegelapan sebelum pohon pohon terlihat lebih jelas. Sebelum semak semak tinggi terlihat

pernah terasa sama lagi setelah kau mengalami hal yang fantastis. Bagiku, pengalaman selama di Vazard adalah hal yang fantastis.

Sayangnya, bukan karena faktor-faktor positifnya. Gang Eyeri-Headburry terkenal sebagai gang terkumuh di kota Headburry. Terkotor, terbobrok, dan

Keberanian. Dekat tempat peristirahatan Belanda pada zaman penjajahan, dimulailah perjuangan nya.

Satu Hari Bersama Ayah

BAB II RINGKASAN CERITA. sakit dan mengantarkan adik-adiknya ke sekolah. Karena sejak kecil Lina

Prolog. 09 Oktober 2011

Suatu hari, saat liburan semester pertama mereka pergi ke sebuah pantai. Disana mereka menghabiskan waktu hanya bertiga saja. ``Aku mau menuliskan

Chapter 1. Baik, selagi kalian mencatat, saya absen.

PEDOMAN MEMIJAT PADA BAYI DAN ANAK. ppkc

Sayang berhenti menangis, masuk ke rumah. Tapi...tapi kenapa mama pergi, Pa? Masuk Sayang suatu saat nanti pasti kamu akan tahu kenapa mama harus

BAB 5 THE LAST WORD IS YOUR NAME

Kehidupan itu terlalu penuh dengan kebahagian bagi orang yang menyadarinya Tommy membaca kalimat terakhir dari sebuah novel yang diterbitkan melalui

Puzzle-Puzzle Fiksi. Inilah beberapa kisah kehidupan yang diharapkan. menginspirasi pembaca

Mata ini sulit terpejam dan pendar-pendar rasa sakit di hati tidak dapat hilang menusuk dan menancap keras.

DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

Ariesty Kartika. Kerangka Jiwa

yang paling tidak pernah luput dari kematian adalah cairan ini. Wanita itu meringis ngilu. Semua yang menimpanya kini sudah jelas bagian dari

Tahun Bab 1 - Rumah Neraka. Dublin Irlandia

Flower 1. Enam Tahun yang Lalu

Cara Melihat Aura & Merasakannya

Xen.. aku tutup mata kamu sebentar ya oke? ujar Ican dengan hati-hati menutupi maksudnya. Kalau aku tidak mau bagaimana? jawab Xena santai.

Ketika mimpi menjadi sebuah bayangan, aku menanyakan "kapan ini akan terwujud?" Mungkin nanti, ketika aku telah siap dalam segalagalanya

Semahkota mawar yang mulai layu itu memberitahuku bagaimana pertama kali aku menyebut

Impossible Love. Between 2 Worlds. Prolog. Profita Dewi Nadita

BAB I MANUSIA BISA TUMBUH SAYAP

Pengendalian Emosi. Rerata Empirik (RE) : 124,95. Rerata Hipotetik (RH) : 107,5. Tergolong Tinggi

Juli Milik kita. Aku sudah sampai depan RS Margono. siap. menunggu. engga usah kaget, aku bisa. menit aku sampai, tunggu ya mas

GESTURES MATERI 8 MATA KULIAH ILMU PERNYATAAN KOMUNIKASI KINESIK:

(Cintaku) Bait Pertama. Angin senja begitu halus berhembus. Sore itu, di

ANTARA DENDAM DAN CINTA. Oleh: Sri Rahmadani Siregar

TERPERANGKAP. merakitkata.blogspot.com


SHIN HAIDO THE FINNEGANS SHADOWS #1. Penerbit FD Company IVAN DE FINNEGAN

MUARA HATI. Sedikit rasa curiga yang sempat terlihat dari matanya, kini hilang tak bersisa. Terlebih saat

#RainbowProject: ORANGE. A Way To Sunset NULIS BUKU CLUB PALEMBANG NULIS BUKU CLUB UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Kisah Ashabul Kahfi. Adapun lokasi gua Ashabul Kahfi tersebut ada 3 pendapat yaitu:

PATI AGNI Antologi Kematian

Kanuna Facebook on September 07, 2011 Prolog

Chapter 01: What will you do to protect me?

ROSE PAPPER AND BLOODY LILY Part 1

berada di bagian timur danau, berlawanan dengan Emporium. Aku bertanya-tanya apakah mereka menemukan sesuatu disana. Aku mengenakan pakaian selam dan

[Fanfic] Sebuah gambar aneh menarik perhatianmu. Gambar itu jelek, tapi memiliki sesuatu yang membuatmu penasaran. Cast : Kalian yang membaca~

Selalu terbuka jelas mata ini Mata ciptaan-mu Aku berjalan lemah di atas hiasan Pijakan menuju satu berita gembira

wanita dengan seribu pesona yang ada disebelahku. Terkadang Rini berteriak dan memeluk erat lenganku. Lucu rasanya jika memikirkan setiap kali ia

Ya sudah aku mau makan mie saja deh hari ini, kebetulan aku lagi pengen makan mie pakai telur ceplok.

Hari Raya Korban? (Idul Adha)

Awal, Sosok Sang pembunuh Aaarrrrrggghh terdengar suara guraman keras aahhhh, tolong aku teriakan seorang wanita. Ternyata ada demon yang mencoba

Hari Raya Korban? Hari Raya Korban? (Idul Adha) (Idul Adha) Yesus menyatakan:

Mungkin mereka tidak akan menemuiku, ujarku dalam hati.

Transkripsi:

Dean, kau menghilang cukup lama, dan kau tak mungkin bergabung dengan mereka dengan mudah, mereka melukaimu? Mengancammu?, aku membuka mataku. Menatap Justin yang menatapku dengan penuh perhatian. Aku bangkit untuk duduk, lalu menatap William yang mengintip melalui jendela di pintu depan, dan Bryant mengintip di jendela pintu belakang. tapi aku tau, konsentrasi mereka tidak pada hal yang sedang mereka lakukan, tapi pada pembicaraanku dengan Justin. aku ingin kau setuju untuk menjadi anggota Atrocity, otomatis kau akan masuk ke gedung Fearless, tapi kau harus berhasil melumpuhkan Atrocity saat itu juga sebelum mereka memberikan tubuhmu virus, aku ingin kau memimpin mereka, mereka semua yang akan aku tunjuk untuk masuk ke dalam Atrocity, Cody tidak mengerti maksudku, dan hanya kalian yang bisa melakukan itu, aku akan mengontrol agar pasukan Atrocity tidak kembali ke gedung pusat, karena saat ini gedung pusat memiliki sedikit pasukan, kalian bisa menyerang, mereka memberimu virus, Dean? Virus seperti apa?, aku menatapnya. mereka tidak melakukan apapun padaku. aku pemimpin. Itu virus yang mengerikan dan membuatmu bergantung dengan serum penyembuhnya, tanpa itu, kau akan mati dan Virus menggerogoti tubuhmu perlahan, Justin menatapku sesaat. Aku tersenyum untuk meyakinkannya. Justin, mereka mendekat, ujar William. pergilah. Aku aman. Jangan khawatirkan aku, jika bisa, bicaralah dengan Cody dan jelaskan rencana ini, bola matanya menatapku, seakan-akan mencari sesuatu yang tersembunyi. Aku tidak tahu apa dia sadar jika aku berbohong tentang virus itu atau tidak. tapi aku lebih suka, mereka tidak tahu.

jaga dirimu, selalu, William menarik lengan Justin. aku hanya menatapnya. mungkin aku memang akan canggung dengan William dan Bryant, karena ya mereka membenciku, suka membully-ku, jadi aku tak mungkin akrab dengan mereka, terlebih lagi mereka tidak pernah menunjukan sikap dan pandangan akrab padaku. Aku menatap pintu belakang yang tertutup. Aku tidak tahu kemana mereka akan pergi, tapi seluruh kota ini sudah di penuhi Atrocity. Aku memerintahkan mereka untuk tetap menjaga kota ini dan mencari seluruh orang yang ada. Aku ingin membuat pasukan di belakang Atrocity, walau aku di beri jabatan tinggi, aku tidak akan pernah suka hal itu, karena pihak yang salah, tidak harus di beri dukungan. Suara peluru terdengar meluncur berkali-kali dengan mudah. Teriakan-teriakan orangorang itu menarik perhatianku. Aku bangkit untuk berdiri. Saat aku ingin mendekati pintu, pintu terbuka, Liam menatapku dengan terengah-engah. mungkin dia baru saja berlari maraton.. Dean! Fearless mulai menyerang!, aku menatap Liam. Senjata yang ada di bagian kanan pinggulku, aku ambil dan membuka pintu lebih lebar untuk keluar. aku mengarahkan senjata ke arah Fearless yang berhamburan menyerang. Mataku menatap Cody. Dengan cepat, peluru dari pistolku meluncur ke arahnya dan mengenai ujung hidungnya. Hanya lecet. Dan itu sengaja. minta Atrocity tetap diam, ujarku. Liam mengangguk. aku menatap setiap Fearless yang menyerang dengan meluncurkan peluru dari psitol mereka masing-masing. Aku menembak tepat mengenai betis kaki mereka, ada beberapa yang di bagian lengan. Tembakanku tidak mematikan tapi cukup menyakitkan.

Cody menatapku. Mereka berpaling dan mengarahkan senjata ke arahku. Aku menyunggingkan sebuah senyuman, senyuman yang tak akan bisa ia baca. aku hanya minta diam. Jika kalian tidak menyerang, kami tidak akan menyerang. Dan perang ini, kau yang memulai, Cody menggosok darah yang menetes dari hidungnya. Aku melirik Justin yang berlari di bagian belakang, ia keluar dari balik dinding sebuah rumah, ia bergabung dengan kumpulan Fearless yang berantakan dan sibuk meringis karena luka mereka. Jika aku tidak melukai mereka, Liam akan curiga dan Jack akan mempertanyakan kesetiaanku. Lututku terasa lemas. Tubuhku terjatuh begitu lututku gemetar. Liam menyentuh kedua lenganku. Semua menatapku, oh tuhan, memalukan. Aku baru saja menembak para Fearless dan melukai ujung hidung Cody, dan suasana sudah membaik. Tapi aku harus lumpuh di depan orang-orang ini. AMBIL KOTAKNYA!, Liam berteriak keras. ada nada panik di suaranya. Ia harusnya tidak panik. Seharusnya ia terbiasa menghadapi semua ini. aku menunduk, telapak tanganku bergetar dan memerah, senjata itu terhempas dengan mudah di atas rumput halaman rumah ini. Dean, aku akan menggendongmu, kau harus istirahat, 3 hari? Hmm?, aku menatapnya. aku menghitung waktu berapa lama aku bisa bertahan. Dan ini sudah tiga hari sejak saat pertama kali aku mendapatkan serum itu. kami menghabiskan 2 hari untuk persiapan dan perjalanan. Lalu beberapa jam untuk mengumpulkan, dan ini sudah 3 hari. Ya, ini 3 hari. Dean, aku tidak bisa memberitahumu apapun. Jack melarangku, karena waktu sesungguhnya tidak akan kau ketahui, aku mengernyit. Waktu sesungguhnya? Ia menarik

tanganku dan melingkarkannya di belakang tulang lehernya. Apa kakimu tidak bisa bergerak?, aku mati rasa, bodoh! Apa aku orang pertama yang jadi percobaan? Apa ini pertama kalinya kau menghadapi korban Jack?, aku bersuara dengan kesal. Aku lumpuh. Tulangku yang keras terasa seperti Jelly. Beberapa Atrocity menutupi keberadaanku dan Liam, agar para Fearless tak bisa mengintip keadaanku yang sangat buruk. benar-benar memalukan, jika aku seperti ini di saat perang, aku yakin detik itu juga hari kiamat ku. Seorang Atrocity membuka kotak. Mengeluarkan sebuah suntikan dengan cairan berwarna biru muda, seperti yang aku lihat saat orang berpakaian putih itu menyuntikan cairan yang sama pada tubuhku. Liam meraihnya, lalu menancapkan di lenganku tanpa rasa bersalah atau kasihan. Dia bodoh! Itu menyakitkan. Aku bahkan hampir ingin berteriak karena dia menancapkan jarum itu seakan tengah menyuntikan pada mayat hidup. bawa dia ke dalam, aku yang akan memegang kontrol sampai dia baik-baik saja, aku menatapnya. jangan rusak rencanaku, atau kau akan bernasib sama seperti mereka, Liam hanya menatapku. Ia memiringkan kepalanya, hingga 2 orang Atrocity meraih kedua lenganku dan membawaku ke dalam rumah ini lagi. Tubuhku dengan lembut menyentuh sofa. Mereka berdiri di sekelilingku. Menunggu sampai aku merasa lebih baik. aku menatap kedua telapak tanganku dan menggerakan jarijariku. Setidaknya, aku bisa merasakan tubuhku lagi dan tulangku tidak seperti Jelly. Aku mencoba mengangkat kakiku, tapi hanya bisa sedikit, dan tulangku terasa kembali nyeri. Kali ini efek cairan serum itu sedikit melambat.

Aku mencoba menggerakan kedua tanganku. Mengangkatnya ke atas dan ke samping. Berhasil. Lalu kepalaku aku gerakan menghadap ke kanan dan ke kiri, berhasil. Dan kakiku aku gerakan seperti menendang angin, berhasil. Cairan biru muda itu sudah berefek walau memerlukan waktu sekitar 6 menit untuk menunggu hasilnya. Aku bangkit dari dudukku. Aku merenggangkan otot-otot tubuhku, seperti aku baru saja mengalami tidur panjang dan perlu melakukan perenggangan. Aku mulai melangkah mendekati pintu utama dan membukanya, mereka yang mengawasiku hanya mengikutiku dari belakang. aku harus menunjukan pada Fearless atau siapapun bahwa aku baik-baik saja. LIAM!, aku berteriak. Liam berhenti saat ia tengah memukul Cody. Aku tidak tau apa yang terjadi, selama 6 menit aku di dalam rumah itu. aku berjalan mendekati mereka, aku terlihat baik-baik saja dan sangat sehat. Aku memang harus menunjukan hal itu. Apa yang terjadi?, dia memukulku karena ingin menemuimu, ujar Cody. Aku menatap Liam. Jack memberi perintah. Aku yang berwenang disini dan kau kembali ke gedung pusat, jadi aku ingin memukul dia, karena dia melawan, ujar Liam. Aku mengangkat senjata, mengarahkan pistol kebagian kanan telinganya. Dengarkan aku, Liam, kenapa Jack ingin aku kembali?, kau bisa menurunkan senjatamu, Dean, jawab aku!, ini tentang virus, Jack, berhenti, aku berucap. Aku menurunkan senjataku, tunggu aku di mobil. Aku yang menyelesaikan ini,

Dean, LAKUKAN!, aku berteriak. Liam mengangguk dan melangkah menjauh. Aku kembali menatap Cody yang mendengarkan pembicaraanku dengan Liam. Cody melirik sekeliling, lalu melangkah lebih dekat ke arahku. kami ingin bergabung, dia sudah memberitahu?, Cody mengangguk. aku melirik Justin, William dan Bryant di barisan Fearless. Lalu kembali memandang Cody. Justin mendekat dengan pelan, mencoba tidak menarik perhatian para Atrocity yang ada di sekeliling kami, mereka ada di sekeliling kami tapi tidak bisa mendengar pembicaraan kami. kau baik-baik saja? Aku tidak bisa melihatmu tadi, mereka menutupi, tapi ada yang bilang kau pingsan tadi, ujar Justin. kau bisa lihat sendiri, aku baik-baik saja. Ada urusan penting, dan kalian cukup tunggu disini. Aku yang akan mengurusnya, aku membalikan tubuhku lalu memandang seorang anggota Atrocity, hitung berapa orang yang ingin bergabung, mengerti?, ujarku padanya. Laki-laki bermata abu itu mengangguk. aku menatap Cody dan Justin lalu melangkah ke tempat Liam menungguku, di mobil. Aku membuka pintu mobil dan masuk ke dalam. Liam terlihat terkejut. Mungkin dia baru saja menghubungi Jack. apa kata Jack?, dia ingin kau kembali. Kau harus menjalani pemeriksaan, ada apa?, aku menatapnya.

Dean, Jack baru saja marah karena kita tidak bekerja dengan cepat. dia akan menuju kesini untuk melihat pekerjaanmu, jadi cepatlah bunuh mereka dan bawa mereka yang berguna, aku tidak takut dengan Jack, aku berucap. Terdengar menantang. Liam mendesah. Dean, kau dalam pengaruh Virus yang ada di tubuhmu. Dalam hitungan detik nyawamu bisa hilang di tangan Jack, jangan merasa nyawamu berharga, kau tidak berarti baginya, aku terdiam. tidak berarti? Lalu kenapa dia memohon padaku untuk bergabung, memaksa diriku, Memberikan aku sebuah jabatan penting dalam perang. aku tidak peduli. Kalian membunuh kedua orang tuaku, aku tidak punya siapapun, bahkan jika aku mati, itu sama saja bagiku, Liam menatapku. Mataku melirik tangannya yang bergerak, dengan gerakan cepat aku meraih pistolku dan menembak dahinya. Aku tau, dia ingin membunuhku. Gerakannya mencurigakan. Aku keluar dari mobil. Menembak setiap Atrocity yang ada di depanku. Cody, Justin, William, Bryant dan Ana juga melakukan hal yang sama. mereka ikut menyerang. Para Fearless langsung menyerang Atrocity, jika aku tidak penting, harusnya Jack sadar aku sebuah ancaman. Aku ancaman. Aku kuat. Aku cerdas. Aku pintar. Seperti yang dia katakan, aku juga cerdik. kau baik-baik saja?, Justin menyentuh lenganku. Menahan tubuhku yang terus berjalan dan menembak para Atrocity dengan tatapan tajam. Tangan Justin terlepas di lenganku dan ia mengusap wajahku. Aku bisa melihat warna merah di jempolnya. Mungkin itu darah Liam yang menempel di wajahku. aku baik, just,

kita harus beristirahat, matahari akan terbenam, aku menatap sekeliling. Tubuh yang berbalut baju hitam dengan warna merah di beberapa area baju kebanyakan sudah mati. Mereka tak bernafas dan tergeletak begitu saja di tanah. aku menatap Justin, lalu mengangguk. laki-laki itu meraih bahuku lalu membawanya ke sebuah rumah. kau bisa bercerita padaku, beberapa menit yang aku lewatkan, Justin menutup pintu. aku melipat bibirnya dan menggeleng. Tubuh mungilku, tibatiba saja terbungkus lengan kekar Justin. aku tak pernah merasa hangat dan senyaman ini. apalagi Justin memperlakukanku dengan baik di tengah suasana yang kacau ini, terakhir kali, aku merasakan pelukan ini sebelum perang di kotaku. Saat pagi aku memeluk ayah, Ibu dan kakakku. aku membalas dengan lembut pelukan Justin, lalu menekan semakin keras tubuh mereka agar menempel. aku sekarat, aku berbisik. Suaraku seakan tercekat. Justin mencium puncak kepala ku, lalu mengusap punggungku. Mungkin ini caranya menenangkanku, dengan sebuah kontak fisik yang tak pernah aku bayangkan. ada apa? beritahu aku, agar aku bisa membantu, virus itu ada di tubuhku, justin terdiam. ia melepaskan pelukannya dan memandangku. Matanya karamelnya menatap lekat bola mataku yang berwarna biru. Memastikan jika ucapanku bukan sebuah kebohongan. kau pasti punya serum penawarnya, Jack tidak membiarkan aku memiliknya. Liam memiliki itu dan menyembunyikannya dariku, Justin melangkah menjauh. Ia membuka pintu lalu memandang kacaunya suasana diluar. Apa dia akan pergi setelah tau aku sekarat? setelah tau tubuhku di grogoti oleh Virus dan hanya bertahan dalam beberapa hari?

PERIKSA APAPUN YANG MEREKA BAWA! AKU INGIN KALIAN MENEMUKAN SESUATU, SEBUAH SERUM! SEBUAH OBAT!, Justin berteriak. Semua memandangnya dengan kening mengkerut, lalu mengangguk. justin kembali masuk dan menutup pintu. ia kembali berdiri di hadapanku dan memeluk tubuhku. percaya padaku,