BAB IV TEKNOLOGI PENCAHAYAAN DALAM PROSES PRODUKSI & PENYIARAN TELEVISI DI LPP-TVRI 4.1. Pengendalian Lighting. Pengendalian lighting ( lampu ) didalam studio sekarang telah banyak yang menggunakan motor dan pengendalian dengan memakai remote control. Pengaturan lighting arah cahaya horizontal atau vertikal melalui galah ( pole ) dari lantai studio telah lama dipakai untuk produksi TV hitam putih. Pada studio BBC dan Jerman, cara ini masih digunakan untuk pengendalian lampu/lighting secara horizontal & vertikal demikian pula untuk foeus lighting dan pengaturan barn-door. Hal ni tidak berlangsung lama karena tidak efisien. Cramer adalah salah satu perusahaan yang mula-mulamemasarkan lampu dengan pengaturan posisi dan foeus lampu, 1 set remote control melalui 3 motor listrik. Kemudian lampu-lampu yang menggunakan 1 motor listrik untuk3 jenis pengendalian telah dibuat untuk studio-studio Pine wood Inggris. Peralatan ini juga mencakup remote control untuk pengaturan brand-door & 4 keping diffuser yang terpasang dimuka lampu. Sistem remote control yang memakai 1 motor juga dikembangkan oleh perusahaan lain misalnya LTM. Sistem ini dioperasikan melalui control box yang dihubungkan ke panel tertentu. Sistem yang lebih maju telah dipergunakan di pusat produksi Bavaria Film di Munich. Intruksi untuk panel kontrol diberikan melalui portable control desk kecil dari lantai studio. 4.2. Alat Alat Elektronik Penunjang Teknologi Lighting Didalam teknologi lighting terdapat alat alat elektronik penujang seperti : 1. Audio Mixer Dalam dunia Audio profesional, sebuah mixing console, apakah itu analog maupun digital, atau juga disebut soundboard / mixing desk (papan suara) adalah sebuah peralatan elektronik yang berfungsi 31
32 memadukan (lebih populer dengan istilah "mixing"), pengaturan jalur (routing) dan merubah level, serta harmonisasi dinamis dari sinyal audio. Siynal - sinyal yang telah dirubah dan diatur kemudian dikuatkan oleh penguat akhir atau power amplifier. Mixer adalah salah satu perangkat paling populer setelah microphone. Kita lebih mengenalnya dengan sebutan mixer, mungkin kebanyakan kita menyebutnya demikian karena fungsinya yang memang mencampur segala suara yang masuk, kemudian menseimbangkannya, menjadikannya dua (L-R kalau stereo, dan satu kalau mono), kemudian mengirimkannya ke cross-over baru ke power amplifier dan akhirnya ke speaker. Gambar 15. Mekanik Audio Mixer a. Menu Umum Pada Mixer Gain Disebut juga input level atau trim, biasa terdapat pada urutan paling atas dari setiap channel mixing console. Fungsinya adalah untuk menentukan seberapa sensitive input yang kita inginkan diterima oleh console. Apakah berupa signal mic atau berupa signal line (keyboard, tape deck, dll). Tombol ini akan sangat membantu untuk mengatur signal yang akan masuk ke console. Bila signal lemah, maka dapat dilakukan penambahan, bila terlalu kuat dapat dikurangi. EQ pada channel Pada setiap channel di mixing console selalu terdapat Equalizer Section. Fungsinya yaitu sebagai pengatur tone untuk me
33 modifikasi suara yang masuk pada channel tersebut. Umumnya sound engineer melakukan perubahan sound melalui EQ bertujuan dua : 1. untuk merubah sound instrument menjadi sound yang lebih disukai 2. untuk mengatasi frekuensi dari input yang bermasalah, misalnya feedback, dengung, overtune, dll. Sweepable EQ Biasa disebut Quasi Parametric atau Semi Parametric (bukan full parametric-karena tanpa pengatur bandwitch). Pada EQ yang full parametric kita dapat melakukan pengaturan untuk setiap parameternya. Apakah itu parameter frekuensi, bandwitch, ataupun parameter level. EQ tipe ini mempunyai kemampuan set-up yang sangat fleksibel, dan biasanya menyediakan pengontrolan mid-range dengan system EQ-3 atau 4 jalur. Cara kerja : 1. Lakukan pemutaran pada tombol freq untuk memilih freq yang akan diatur. 2. Putar tombol boost/cut untuk penambahan atau pengurangan pada frekuensi yang kita pilih tadi. Misalnya untuk mengatur frekuensi low mid pada drum. 3. Biarkan frekuensi lain tetap pada sound flat. 4. Putar tombol boost/cut sampai habis ke kiri, atau pada posisi kira-kira jam 7. 5. Putar tombol frekuensi sampai sound yang terdengar boomy tadi terdengar hilang. 6. Setelah frekuensi yang dicari ketemu, lakukan pengaturan lagi pada tombol boost/cut. Karena melakukan pemotongan yang terlalu ekstrm pada frekuensi low mid bisa mengakibatkan sound yang terdengar kosong.
34 2. Sensor kamera Sensor kamera adalah sensor penangkap gambar yang dikenal juga sebagai CCD (Charged Coupled Device) dan CMOS (Complementary Metal Oxide Semiconductor) yang terdiri dari jutaan piksel lebih. Sensor ini berbentuk chip yang terletak tepat di belakang lensa. Semakin banyak pixel yang ditangkap, semakin detail gambar yang dihasilkan. Kamera video profesional seperti yang digunakan dalam pembuatan acara televisi dan film. Biasanya alat ini memiliki beberapa sensor gambar (satu untuk setiap warna) untuk meningkatkan resolusi dan gamut warna. Camcorder digunakan para amatir. Ini merupakan gabungan antara kamera dan VCR untuk menciptakan unit produksi yang sudah terintegrasi. Mereka biasanya termasuk mikrofon dan LCD kecil. 3. Sensor Cahaya LDR Sensor cahaya berfungsi untuk mendeteksi cahaya yang ada di sekitar kita. Sensor yang terkenal untuk mendeteksi cahaya ialah LDR(Light Dependent Resistor). Sensor ini akan berubah nilai hambatannya apabila ada perubahan tingkat kecerahan cahaya. Light dependent resistor (LDR). Resistansi LDR berubah seiring dengan perubahan intensitas cahaya yang mengenainya. Dalam keadaan gelap resistansi LDR sekitar 10MΩ dan dalam keadaan terang sebesar 1KΩ atau kurang. LDR terbuat dari bahan semikonduktor seperti kadmium sulfida. Dengan bahan ini energi dari cahaya yang jatuh menyebabkan lebih banyak muatan yang dilepas atau arus listrik meningkat. Artinya resistansi bahan telah mengalami penurunan. LDR digunakan untuk mengubah energi cahaya menjadi energi listrik. Saklar cahaya otomatis dan alarm pencuri adalah beberapa contoh alat yang menggunakan LDR.
35 Gambar 16. Symbol dan Sensor Cahaya LDR LDR adalah suatu bentuk komponen yang mempunyai perubahan resistansi yang besarnya tergantung pada cahaya. Karakteristik LDR terdiri dari dua macam yaitu Laju Recovery dan Respon Spektral: 1. Laju Recovery Bila sebuah LDR dibawa dari suatu ruangan engan level kekuatan cahaya tertentu kedalam suatu ruangan yang gelap, maka bisa kita amati bahwa nilai resistansi dari LDR tidak akan segera berubah resistansinya pada keadaan ruangan gelap tersebut. Namun LDR tersebut hanya akan bisa mencapai harga di kegelapan setelah mengalami selang waktu tertentu. Laju recovery merupakan suatu ukuaran praktis dan suatu kenaikan nilai resistansi dalam waktu tertentu. Harga ini ditulis dalam K /detik, untuk LDR type arus harganya lebih besar dari 200 K /detik (selama 20 menit pertama mulai dari level cahaya 100 lux), kecepatan tersebut akan lebih tinggi pada arah sebaliknya, yaitu pindah dari tempat gelap ke tempat terang yang memerlukan waktu kurang dari 10 ms untuk mencapai resistansi yang sesuai dengan level cahaya 400 lux. 2. Respon Spektral LDR tidak mempunyai sensitivitas yang sama untuk setiap panjang gelombang cahaya yang jatuh padanya (yaitu warna). Bahan yang biasa digunakan sebagai penghantar arus listrik yaitu tembaga, alumunium, baja, emas, dan perak. Dari kelima bahan tersebut tembaga merupakan penghantar yang paling banyak digunakan karena mempunyai daya hantar yang baik.
36 3. Relay (SCR output 400 to 550A) a. Pengertian Relay Relay akan bisa mengontrol lampu Lighting secara otomatis. yang prinsip kerjanya bila kurangnya cahaya maka lampu akan nyala dan apabila ada cahaya terlalu terang lampu ini akan mati dengan sendirinya. Jadi kita tidak usah repot-repot lagi menghidupkan lampu Lighting secara manual. Relay yang terdapat distudio TVRI ini memberikan output dari kondisi 1 ke 0 (tinggi kerendah) apabila Foto Transistor cukup mendapatkan cahaya.. VR 1 digunakan untuk mengatur kepekaan foto transistor ( sesuaikan dengan kondisi keadaan cahaya). Relay untuk bisa diaplikasikan ke lampu Lighting studio TVRI ini adalah sebagai saklar kontaktor dan pengaman otomatis dari mixer atau camera video sebagai input dan berfungsi untuk memutus atau menghubungkan arus listrik kelighting. Berikut ini adalah gambar relay sebagai saklar untuk menghidupkan lampu Lighting. Gambar 4.3. Relay (SCR output 400 to 550A)
37 Gambar 4.4. Dimensi Relay (SCR output 400 to 550A) Sensor LED Lampu Lighting Camera Video Relay Sebagai saklar & pengaman Gambar 4.5. Sistem Teknologi Lighting Mixer Audio
38 4.3. Cara kerja Teknologi Lighting Teknologi lighting terdapat input dari : - Mixer Audio - Camera Video - Sensor LED Input tersebut terhubung dengan relay seperti : - Mixer Audio inputnya berbentuk suara yang diubah menjadi energi listrik kemudian disalurkan ke relay. - Camera Video inputnya berupa gambar diubah menjadi energi listrik kemudian disalurkan kerelay. - Sensor LED sebagai tranducer yang mengetahui tingkat terangnya cahaya disekitarnya kemudian disalurkan kerelay. Relay berkerja apabila arus masuk dari input maka lampu lighting akan menyala dan apabila cahaya disekitar terlalu terang maka lighting akan mati dengan sendirinya. Keuntungan memakai teknologi lighting pengaturan lampu ini adalah : Semakin sedikit petugas tata cahaya didalam studio. Meningkatkan keleluasan operasional. Waktu penggunaan studio lebih singkat (waktu setting lighting lebih cepat). 4.4 Teknik Lighting dalam Stasiun TV Holografi adalah teknik yang memungkinkan cahaya dari suatu benda yang tersebar direkam dan kemudian direkonstruksi sehingga objek seolah-olah berada pada posisi yang relatif sama dengan media rekaman yang direkam. Gambar berubah sesuai dengan posisi dan orientasi dari perubahan sistem pandangan dalam cara yang sama seperti saat objek itu masih ada, sehingga gambar yang direkam akan muncul secara tiga dimensi (3D) yang biasa disebut dengan hologram. Teknologi perekaman citra tiga dimensi ini menggunakan sinar murni (seperti laser) [1]. Setelah pemprosesan, akan terlihat penampakan benda yang berbeda-beda dari berbagai sudut. Hologram tradisional, pembuatannya menggunakan proses kimia yang rumit. Pada hologram
39 modern, penampakan dapat dilihat pada pencahayaan yang biasa. Serta dapat pula menunjukkan citra tiga dimensi benda besar yang bergerak dengan pewarnaan yang lengkap. Tujuan dari pencahayaan atau eksposur adalah untuk mendapatkan intensitas cahaya yang tepat, yang mengenai film di dalam kamera sehingga didapat gambar yang baik, walaupun sebenarnya baik-buruknya pencahayaan adalah tergantung dari selera sang fotografer sendiri karena fotografi adalah seni, bukan ilmu pasti yang memiliki patokan benar-salahnya. Di sini akan dipaparkan sekelumit tentang pencahayaan dasar. Untuk itu, pertama-tama, kecepatan film haruslah di-set sesuai dengan film yang kita pasang pada kamera agar light-meter kamera memberikan hasil pengukuran yang benar yang kemudian hasil dari pengukuran tersebut dapat kita jadikan referensi dalam mengatur diafragma dan kecepatan rana. Biasanya tombol pengatur kecepatan film(asa) berada bersama pada tombol pengatur kecepatan rana. Dalam teknik pencahayaan, dikenal dua kontrol yang utama yaitu, diafragma dan kecepatan rana. Diafragma digunakan untuk mengatur banyaksedikitnya cahaya yang dapat melewati lensa (biasanya dilambangkan dengan f/...). Sedangkan kecepatan rana menunjukkan lamanya film terkena cahaya yang masuk melalui diafragma (biasanya dilambangkan 1/... detik atau... menit). Untuk lebih memahami dua hal ini bekerja, analogikan ketika kita mengisi air ke dalam ember. Volume air yang diperlukan dapat diasosiasikan dengan pencahayaan yang diperlukan, ukuran kran adalah diafragma sedangkan lamanya kran dibuka adalah kecepatan rana. Bila kita mengisi ember dengan kran yang besar (bukaan diafragma yang lebar) maka secara otomatis anda hanya perlu membuka kran dalam waktu yang singkat (kecepatan rana yang cepat). Tetapi apabila kita mengisi menggunakan kran yang kecil ukurannya (bukaan diafragma yang sempit) maka dapat dipastikan bahwa waktu yang diperlukan untuk memenuhi ember akan lebih lama (kecepatan rana yang lambat). Sekarang aplikasikan analogi di atas. Setiap kali kita menggeser diafragma 1 stop ke angka yang lebih besar maka, jumlah cahaya yang dapat masuk berkurang setengah dari sebelumnya, dan sebagai konsekuensinya, kecepatan rana haruslah di-set 1 stop lebih lambat agar film tetap mendapatkan cahaya yang cukup.
40 Namun yang perlu diperhatikan adalah variasi kombinasi tersebut pastilah memberikan efek yang berbeda dalam foto. Dengan diafragma yang yang sempit dan kecepatan yang lambat, diperoleh ruang tajam yang jauh sedangkan dengan diafragma yang lebar dan kecepatan yang cepat, sebaliknya, akan diperolah raung tajam yang sempit sehingga kesalahan fokus walaupun sedikit dapat menghancurkan foto. Ruang tajam yang jauh akan diperlukan ketika kita akan memotret pemandangan yang mana detail sangat menjadi perhatian. Ruang tajam yang sempit biasanya digunakan untuk foto potrait (pas foto) atau foto studio. Kecepatan rana lambat memberikan efek gerak sedangkan kecepatan rana yang cepat akan seolah - olah menghentikan gerak (biasanya dalam foto olahraga).