PENGARUH PENAMBAHAN VITAMIN C SEBAGAI ANTIOKSIDAN TERHADAP NILAI SUN PROCTECTIVE FACTOR (SPF) DARI OKTIL METOKSISINAMAT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. jumlah paparannya berlebihan. Kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KRIM TABIR SURYA DARI KOMBINASI EKSTRAK SARANG SEMUT (Myrmecodia pendens Merr & Perry) DENGAN EKSTRAK BUAH CARICA (Carica pubescens) SEBAGAI SPF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama radiasi sinar UV terjadi pembentukan Reactive Oxygen Species

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

BAB I PENDAHULUAN. Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

BAB I PENDAHULUAN. kekeringan, keriput sampai kanker kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

Iklim tropis di Indonesia menjadikan negara kita ini memperoleh sinar. matahari sepanjang tahun. Pengaruh menguntungkan dari sinar matahari adalah

FORMULASI TABIR SURYA ZINK OKSIDA DALAM SEDIAAN KRIM DENGAN VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK ANGGUR HITAM (Vitis vinivera L.)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yaitu radiasi UV-A ( nm), radiasi UV-B ( nm), dan radiasi UV-C

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UJI AKTIFITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT TERONG (SOLANUM MELONGENA L.) DAN UJI SIFAT FISIKA KIMIA DALAM SEDIAAN KRIM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Sebagai pelindung utama tubuh dari kerusakan fisika, kimia dan

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan.

PROSIDING SEMINAR NASIONAL TUMBUHAN OBAT INDONESIA (TOI) KE-50

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN... PENYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN. INTISARI.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Pengaruh penambahan fraksi etanol dari infusa daun Plantago major L. terhadap efektivitas oktil metoksisinamat sebagai bahan aktif tabir surya

PROFIL TABIR SURYA EKSTRAK DAN FRAKSI DAUN PIDADA MERAH (Sonneratia caseolaris L.)

AKTIVITAS TABIR SURYA EKSTRAK AKAR BANDOTAN (AGERATUM CONYZOIDES L.)

AKTIVITAS TABIR SURYA EKSTRAK DAUN CEMPEDAK (ARTOCARPUS CHAMPEDEN SPRENG)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Munculnya kerutan halus pada wajah, timbul spot-spot hitam, merupakan ciri-ciri

PENENTUAN POTENSI TABIR SURYA EKSTRAK KLIKA ANAK DARA (Croton oblongus Burm F.)

OPTIMASI KOMBINASI ph DAN LAMA PAPARAN SINAR UV TERHADAP EFEKTIFITAS IN VITRO OKTIL METOKSISINAMAT DALAM KRIM TABIR SURYA SKRIPSI.

Tabir surya. kulit terhadap sinar matahari sehingga sinar UV tdk dpt memasuki kulit (mencegah gangguan kulit karena radiasi sinar )

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelindung, maupun pembalut penyumbat (Lachman, dkk., 1994). Salah satu bahan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

UJI AKTIVITAS GABUNGAN NANOGOLD-NANOPLATINUM SEBAGAI SENYAWA TABIR SURYA DALAM KOSMETIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

FORMULASI SEDIAAN LOSIO DARI EKSTRAK KULIT BUAH NANAS (Ananas comosus L. (Merr)) SEBAGAI TABIR SURYA

OPTIMASI KOMPOSISI TEPUNG BERAS DAN FRAKSI ETANOL DAUN SENDOK (Plantago major, L) DALAM FORMULASI TABIR SURYA DENGAN METODE SIMPLEX LATTICE DESIGN

FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara tropis dimana pengaruh sinar matahari sangat besar terhadap kehidupan.

Hidrokinon dalam Kosmetik

BAB I PENDAHULUAN. terkena polusi dan zat zat yang terdapat di lingkungan kita. Kulit merupakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

Tabir surya. kulit terhadap sinar matahari sehingga sinar UV tdk dpt memasuki kulit (mencegah gangguan kulit karena radiasi sinar )

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan suatu organ yang berada pada seluruh permukaan luar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis yang bersifat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

FORMULASI SEDIAAN TABIR SURYA EKSTRAK AIR WORTEL (DAUCUS CAROTA L.) DALAM BENTUK SEDIAAN KRIM FANNY KUSUMA

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

PENENTUAN AKTIVITAS POTENSI TABIR SURYA EKSTRAK KULIT BUAH JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) SECARA IN VITRO

KAJIAN AKTIVITAS BENTONIT SEBAGAI

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Ketika kulit mengalami penuaan, akan terjadi berbagai masalah seperti

1. PENDAHULUAN. Bogem (Sonneratia caseolaris (L.) Engler) merupakan salah satu spesies

MATA KULIAH KOSMETOLOGI (KODE: FAC 0411)

PENGARUH ASAM OLEAT TERHADAP LAJU DIFUSI GEL PIROKSIKAM BASIS AQUPEC 505 HV IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Struktur khalkon dan asam sinamat

BAB I PENDAHULUAN. organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa. Hal tersebut menyebabkan wilayah Indonesia selalu terpapar sinar

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri di Indonesia selain membawa keuntungan juga

1 Siti Fitrah I H 2 Poppy M. Lintong 2 Lily L. Loho.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

VALIDASI PENETAPAN KADAR BESI DALAM SEDIAAN TABLET MULTIVITAMIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FRANSISKUS X DHIAS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia kulit akan mengalami proses penuaan. Penuaan disebabkan oleh berbagai faktor

BAB I PENDAHULUAN. Yunani, melas yang berarti hitam. Melasma merupakan kelainan hiperpigmentasi didapat, berupa

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... viii PENDAHULUAN... 1

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. asetat daun pandan wangi dengan variasi gelling agent yaitu karbopol-tea, CMC-

Determinasi tanaman pisang raja (Musa paradisiaca L.) dilakukan di. Universitas Sebelas Maret. Tujuan dari determinasi tanaman ini adalah untuk

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK

PENGARUH PROPILEN GLIKOL TERHADAP LAJU DIFUSI KRIM NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN BASIS HIDROFOBIK SECARA INVITRO

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penentuan rancangan formula krim antinyamuk akar wangi (Vetivera zizanioidesi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

MAGDA LILIANNA FORMULASI SOLID LIPID NANOPARTIKEL DENGAN VITAMIN E ASETAT PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

I. PENDAHULUAN. wajah yang dapat dibantu dengan bahan-bahan kosmetika. Peranan gizi dan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

FORMULASI TABIR SURYA EKSTRAK AIR DAUN TEH HIJAU (CAMELLIA SINENSIS LINN.) DALAM BENTUK SEDIAAN KRIM NOVILIA SANTOSO

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997).

BAB I PENDAHULUAN I.1

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat.

Transkripsi:

PENGARUH PENAMBAHAN VITAMIN C SEBAGAI ANTIOKSIDAN TERHADAP NILAI SUN PROCTECTIVE FACTOR (SPF) DARI OKTIL METOKSISINAMAT Titta H. Sutarna, Fikri Alatas, Hestiary Ratih, Wulan Anggraeni, Nira Purnamasari Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani Jl. Terusan Sudirman, Cimahi air_titta@yahoo.com Abstrak Penggunan tabir surya merupakan salah satu upaya untuk melindungi kulit dari pemaparan cahaya matahari. Banyak bahan yang dapat dipergunakan sebagai tabir surya, salah satu diantaranya adalah oktil metoksisinamat. Senyawa organik yang digunakan dalam tabir surya untuk menyerap radiasi UVA. Paparan cahaya matahari ternyata dapat memicu reaksi foto-oksidasi sehingga terjadi penurunan kadar tabir surya seperti oktil metoksisinamat sehingga. Hasil degradasi tersebut ternyata tidak lagi bersifat sebagai tabir surya, sehingga penggunaanya sebagai tabir surya menjadi kurang efektif. Reaksi foto-oksidasi dapat diredam dengan penambahan antioksidan. Asam askorbat (Vitamin C) merupakan golongan antioksidan yang sering digunakan baik pada sediaan oral maupun sediaan topikal. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penambahan vitamin C terhadap nilai sun protection factor (SPF) dalam sediaan krim tabir surya. Penelitian diawali dengan pembuatan krim tabir surya yang terdiri dari 4 formula masingmasing terdiri dari F0 tidak mengandung oktil metoksisinamat, F1 mengandung oktil metoksisinamat 7,5%, F2 mengandung DHHB 7,5% dan Asam askorbat 0,5%; F3 mengandung DHHB 12,5% dan asama askorbat 0,5%. Hasil pengukuran nilai SPF setelah penyinaran dengan lampu UV 356 nm pada 1 jam, 3 jam dan 5 jam menunjukkan bahwa pada F1 terjadi penurunan nilai SPF, pada F2 tidak terjadi penurunan nilai SPF dan pada F3 terjadi penurunan nilai SPF. Kata kunci Tabir surya, oktil metoksisinamat, vitamin C, SPF. I. PENDAHULUAN Pemaparan sinar matahari yang berlebihan pada kulitmengakibatkan terjadinya reaksi fisiologis kulitberupa keriput, pigmentasi,eritema,tanning (pencoklatan kulit) bahkan kanker kulit. Sinar matahari juga menyebabkan pembentukan radikal bebas pada kulit. Bagian dari sinar matahari yang sampai dibumi dan menyebabkan pembentukan radikal bebas pada kulit adalah sinar UV-A dan dan sinar UV- B sehingga salah satu cara untuk melindungi kulit, yaitumengurangi pemaparan yang berlebihan dari sinar UV A maupun sinar UV B (Jung K, dkk., 2007). Cahaya UV dapat memacu pembentukan sejumlah senyawa reaktif atau radikal bebas pada kulit. Senyawa dengan kemampuan antioksidan atau penangkap radikal bebas dapat berkompetisi dengan molekul target dan mengurangi atau mengacaukan efek yang merugikan. (1) Secara alamiah kulit manusia sudah memiliki sistem perlindungan terhadap radiasi matahari. Melanogenesis merupakan proses pembentukan melanin dari tirosin. Melanin memiliki kemampuan untuk melindungi kulit dari pengaruh buruk sinar UV. Pembentukan melanin merupakan suatu proses yang terbatas dan pada batas tertentu kulit tidak mampu lagi memproduksi melanin, sehingga diperlukan perlindungan tambahan yang dapat mencegah transmisi sinar UV. Penggunan tabir surya merupakan salah satu upaya untuk melindungi kulit dari pemaparan cahaya matahari. Hasil penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa penggunaan tabir surya setiap hari ternyata dapat menurunkan probabilitas terjadinya kanker kulit serta gangguan kulit lainnya. (1) Hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menyatakan bahwa penggunaan tabir surya setiap hari ternyata dapat menurunkan probabilitas terjadinya kanker kulit serta gangguan kulit lainnya. Penggunaan tabir surya dapat menhindari terjadinya hal tersebut. (1) Banyak bahan yang dapat dipergunakan sebagai tabir surya, salah satu diantaranya adalah oktil metoksisinamat. Oktil metoksisinamat merupakan senyawa kimia yang mengabsorbsi sinar UV sehingga penetrasi sinar UV ke dalam lapisan epidermis kulit menjadi terhambat. Senyawa tabir surya ini paling sering digunakan karena resiko alergi yang ditimbulkan kecil dan efektif dalam konsentrasi yang rendah. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa oktil metoksisinamat memiliki masalah fotostabilitas. Paparan cahaya matahari ternyata dapat memicu reaksi foto-oksidasi sehingga terjadi penurunan kadar oktil metoksisinamat dalam sediaan. Hasil degradasi tersebut ternyata tidak lagi bersifat sebagai tabir surya, sehingga penggunaanya sebagai tabir surya menjadi kurang efektif. (2) Antioksidan memiliki potensi sebagai fotoprotektor. Cahaya UV dapat memacu pembentukan sejumlah senyawa reaktif atau radikal bebas pada kulit. Senyawa dengan kemampuan antioksidan atau penangkap radikal bebas dapat berkompetisi dengan molekul target dan mengurangi atau mengacaukan efek yang merugikan.

Asam askorbat (Vitamin C) merupakan golongan antioksidan yang sering digunakan baik pada sediaan oral maupun sediaan topikal. Asam askorbat diketahui dapat menghalangi pembentukan radikal bebas dan menstimulasi sistem imunologi kulit..(1) penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh penambagan vitamin c terhadap nilai SPF. II. METODE A. Pembuatan sediaan Penelitian meliputi pemeriksaan bahan baku, formulasi krim tabir surya, evaluasi krim tabir surya, serta uji efektivitas masing-masing sediaan krim tabir surya baik sebelum maupun setelah dilakukan penyinaran.pemeriksaan bahan baku meliputi pemeriksaan organoleptis, kelarutan, uji identifikasi terhadap bahan baku yang dipergunakan pada saat formulasi. Pembuatan formula krim tabir surya dilakukan dengan melakukan orientasi terlebih dahulu terhadap basis yang akan dipergunakan. Setelah didapat formula terbaik, maka dilakukan penambahan bahan aktif yaitu oktil metoksisinamat dan α-tokoferil asetat. Dibuat 4 formula, dimana formula 0 merupakan basis tanpa penambahan bahan aktif, formula 1 mengandung oktil metoksisnamat 7,5 %; formula 2 mengandung oktil metoksisinamat 7,5 % dan asam askorbat asetat dengan konsentrasi berturut-turut 0,5 %; formula 3 mengandung oktil metoksisinamat 12,5% dan asam askorbat 0,5%. Tabel.4. Formula Sediaan Krim Tabir Surya Bahan Formula (%) F0 F1 F2 F3 Oktil metokisinamat 0 7,5 7,5 12,5 Asam Askorbat 0 0 0,5 0,5 Asam stearat 10 10 10 10 Parafin cair 10 10 10 10 Cera alba 6 6 6 6 Gliserin 10 10 10 10 Metil paraben 0,2 0,2 0,2 0,2 Trietanolamin 1,5 1,5 1,5 1,5 Dapar fosfat ph 7,4 ad 100 ad 100 ad 100 ad 100 Keterangan: F0 = Basis F1 = Formula krim tabir surya yang mengandung oktil metoksisinamat 7,5% F2 = Formula krim tabir surya yang mengandung oktil metoksisinamat 7,5% dan asam askorbat asetat 0,5% F3 = Formula krim tabir surya yang mengandung oktil metoksisinamat 12,5% dan asam askorbat asetat 0,5% Evaluasi sediaan meliputi evaluasi fisik dan evaluasi kimia. Evaluasi fisik terdiri dari pemeriksaan organoleptik (bentuk, warna, bau dan homogenitas) sediaan, serta pengukuran ph dan viskositas sediaan pada saat pembuatan dan selama waktu penyimpanan 7, 14, 21, 28, 35, dan 42 hari. Evaluasi kimia dilakukan dengan menentukan nilai SPF sediaan tabir surya pada awal pembuatan dan minggu ke-6 Uji efektivitas sediaan tabir surya dilakukan untuk menentukan niali SPF (Sun Protection Factor), % Transmisi eritema (% Te) dan % Transmisi pigmentasi (%Tp) tiap formula baik tanpa penyinaran maupun setelah penyinaran selama 1, 3 dan 5 jam. Penyinaran dilakukan di bawah sinar matahari secara langsung pada jam 9.30-14.30 WIB. Efektivitas ditentukan dengan cara mengukur serapan krim tabir surya tiap 5 nm pada rentang panjang gelombang 290 320 nm untuk penentuan nilai SPF, dan rentang panjang gelombang 292,5 372,5 nm untuk penentuan % Te dan % Tp. Kemudian nilai SPF, % Te dan %Tp dihitung berdasarkan rumus. III. HASIL DAN DISKUSI Oktil metoksisinamat merupakan bahan aktif tabir surya yang mengalami penguraian setelah mendapat paparan cahaya matahari sehingga penggunaannya sebagai tabir surya menjadi kurang efektif. Vitamin c merupakan suatu antioksidan dan memiliki potensi sebagai fotoprotektor. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penambahan vitamin c terhadap efektivitas krim tabir surya oktil metoksisinamat.

Penelitian diawali dengan pemeriksaan bahan baku yang akan digunakan untuk formulasi krim tabir surya. Hasil pemeriksaan terhadap bahan baku zat aktif oktil metoksisinamat dan vitamin c, serta bahan baku eksipien meliputi asam stearat, gliserin, metil paraben, parafin cair, dan cera alba memenuhi persyaratan yang tertera pada pustaka sehingga bahan-bahan tersebut dapat digunakan untuk formulasi sediaan krim tabir surya. Evaluasi fisik sediaan meliputi uji organoleptis, pengukuran ph dan viskositas sediaan sesaat setelah dibuat dan setelah penyimpanan selama 7, 14, 21, 28, 35 dan 42 hari. Seluruh sediaan memiliki tekstur yang lembut, halus, berwarna putih, tidak berbau, homogen, serta stabil selama Hasil pengukuran ph dan viskositas selama penyimpanan menunjukkan bahwa krim tabir surya memiliki ph dan konsistensi yang relatif stabil, tanpa terjadi perubahan ph dan viskositas yang bermakna setelah disimpan selama 42 hari. Evaluasi kimia krim tabir surya dilakukan dengan melihat ada tidaknya perubahan nilai SPF masing-masing krim tabir surya sebelum dan setelah disimpan selama 6 minggu. Nilai SPF sebelum penyimpanan untuk F0, F1, F2 dan F3 berturut-turut adalah 0, 15, 18 dan 25. Nilai SPF menunjukkan penurunan pada F1 dan F3. Grafik nilai SPF Nilai SPF pada sediaan krim tabir surya F0, F1, F2 dan F3 dengan penyinaran lampu UV 356 nm selama 3 jam Gambar 3. Grafik pengukuran nilai SPF setelah disinari lampu UV 356 nm selama 3 jam pada sediaan selama SPF pada sediaan krim tabir surya F0, F1, F2 dan F3 dengan penyinaran lampu UV 356 nm selama 5 jam Gambar 1. Garafik pengukuran nilai SPF pada sediaan selama Nilai SPF pada sediaan krim tabir surya F0, F1, F2 dan F3 dengan penyinaran lampu UV 356 nm selama 1 jam menunjukkan terjadi penurunan nilai SPF pada F1 dan F3 Gambar 4. Grafik pengukuran nilai SPF setelah disinari lampu UV 356 nm selama 5 jam pada sediaan selama Pada penyimpanan 6 minggu menunjukkan bahwa terjadi penurunan nilai SPF pada F1 dan F3, sedangkan pada F2 penambahan vitamin c lebih efektif dibandingkan dengan F1 dan F3. KESIMPULAN Penambahan vitamin C pada sediaan krim tabir surya menunjukkan perbedaan nilai SPF selama penyimpanan pada F1, F2 dan F3. Selama penyimpanan tanpa penyinaran F2 menunjukkan efektivitas yang lebih baik dibandingkan dengan F1 dan F3, hal ini ditunjukkan dengan tidak terjadinya penurunan nilai SPF pada F2. Gambar 2. Garafik pengukuran nilai SPF setelah disinari lampu UV 356 nm selama 1 jam pada sediaan selama Ucapan Terimakasih Ucapan terima kasih ditujukan kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Jenderal Achmad Yani yang telah membiayai penelitian ini melalui Hibah Penelitian Pemula.

Daftar Pustaka 1. JA, Morales-Molina, Grau, S., Espona, M., Zarzuelo, A., et al., Sun Burn: Photoprotection and Treatment, Departemen de Farmacologia, Facultad de Farmacia, Universidad de Granda, 2006. 2. Berset, G.,Gorizenbach, H.,Christ, R., Proposed Protocol For the Determination of Photostability. Part I: Cosmetic UV Filter, Int. J. Cosmet. Sci, 1996.167-177. 3. Mutchler, E, Dinamika Obat, edisi 5, terjemahan M. B. Widianto dan A. S Ranti, Penerbit ITB, Bandung 1991, 577. 4. Adhi Djuanda, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi 3, Fakultas kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta, 1999, 3-4, 6-8. 5. Direktorat Jendral POM, Departemen Kesehatan RI, Formularium Kosmetika Indonesia, Jakarta, 1985, 399 405 6. Kathleen Parfit, Martindale The Complete Drug Reference, 32 th ed., Vol. 1, The Pharmaceutical Press, London, 1999, 1369-1370, 1486-1488. 7. Harry, R. G, Harry s Cosmetology, Leonard Hill Book, London, 1973, 304-314. 8. Balsam, MS, Sagarin E., Cosmetic Science and Technology, 2 nd ed., Vol. 1, John Willey dan Sons Inc., New York, 1972, 241-287 9. Mansur, J.S. et al. Determinacao do Facto de Proteaco Solar por Espectrofotometria., Anal. Bras. Dermatol, 1986, 61, 121-4. 10. United States Pharmacopeia Co., Inc, United States Pharmacopeia, 24 th, Twin Book Parkway, Rockville, 2000, 1213 11. Merck & Co., Inc, The Merck Index, 7 th ed, New Jersey, 1983, 298, 1071. 12. Direktorat Jendral POM, Departemen Kesehatan RI, Kodeks Kosmetik Indonesia, Jakarta, 1980, 210. 13. Direktorat Jendral POM, Departemen Kesehatan RI., Farmakope Indonesia, Edisi IV, Jakarta, 1995, 6, 77, 796. 14. Sri Kumalaningsih, Antioksidan Alami Penangkap Radikal Bebas, Sumber, Manfaat, Cara Penyediaan dan Pengolahan, Trubus Agrisarana, Surabaya, 2006, 8-23 15. G. Agoes dan S. T Darijanto, Teknologi Farmasi Likuida dan Semisolida, Pusat antar Universitas Bidang Hayati, ITB, Bandung, 1993,80-85, 111-127. 16. Garcia, S., Santos, E, P., Souza, K, R., Freitas, Z, M., In Vitro and In Vivo Determinations of Sun Protectiaon Factors of Sunscreen Lotions With Octylmethoxycinnamate, Faculdade de farmacia da Universidade Federal do Rio Janeiro, Departemento de Medicamentos, Rio de Janerio, Brasil, 1998.