Sistem Pengapian CDI AC pada Sepeda Motor Honda Astrea Grand Tahun 1997 ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
TROUBLE SHOOTING PADA SISTEM PENGAPIAN CDI - AC SEPEDA MOTOR HONDA ASTREA GRAND TAHUN Abstrak

Cara Kerja Sistem Pengapian Magnet Pada Sepeda Motor

BAB III METODE PELAKSANAAN. Yamaha Mio di Laboratorium, Program Vokasi Universitas Muhammadiyah

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Rekondisi dan modifikasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Troubleshooting Sistem Pengapian Dan Pengisian Sepeda Motor. 1. Cara Kerja Sistem Pengapian Sepeda Motor Yamaha Mio

K BAB I PENDAHULUAN

Fakultas Teknik UNY. Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif SISTEM PENGAPIAN. Penyusun : Beni Setya Nugraha, S.Pd.T.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. 2.1 Konsep Dasar Sistem Pengisian Sepeda Motor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. stand dari pengapian ac dan pengisian dc yang akan di buat. Dalam metode

BAB II LANDASAN TEORI

PRINSIP KERJA MOTOR DAN PENGAPIAN

OPTIMALISASI SISTEM PENGAPIAN CDI (CAPASITOR DISCHARGE IGNITION) PADA MOTOR HONDA CB 100CC

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

PENGGUNAAN IGNITION BOOSTER

BAB IV PENGUJIAN ALAT

PENGARUH PEMASANGAN DUA CDI DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP OUTPUT DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR

BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Bakar 2.2 Prinsip Kerja Mesin Bensin

SISTIM PENGAPIAN. Jadi sistim pengapian berfungsi untuk campuran udara dan bensin di dalam ruang bakar pada.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Upaya Peningkatan Unjuk Kerja Mesin dengan Menggunakan Sistem Pengapian Elektronis pada Kendaraan Bermotor

ANALISIS PENGARUH VARIASI CDI TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR HONDA VARIO 110cc

MEMPERBAIKI GANGGUAN MOTOR STARTER ELEKTRIK SEPEDA MOTOR HONDA ASTREA GRAND 100 CC TAHUN 1997

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi dibidang otomotif dari waktu kewaktu terus mengalami

Imam Mahir. Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta Jalan Rawamangun Muka, Jakarta

BAB II DASAR TEORI. commit to user 3

BAB IV SISTEM PENGAPIAN (IGNITION SYSTEM)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN. HALAMAN PENGESAHAN. HALAMAN PERSEMBAHAN. KATA PENGANTAR. DAFTAR GAMBAR. BAB I PENDAHULUAN 1

MODIFIKASI SISTEM BAHAN BAKAR KARBURATOR MENJADI SISTEM BAHAN BAKAR INJEKSI PADA HONDA LEGENDA (TINJAUAN SISTEM PENGAPIAN) PROYEK AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. pembakaran yang lebih cepat dan mengurangi emisi gas buang yang di

Oleh: Nuryanto K BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

SISTEM PENGAPIAN CDI PADA HONDA GL PRO 1997

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TEORI DASAR Komponen sistem pengapian dan fungsinya

TROUBLESHOOTING SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL MOTOR BAKAR GASOLINE EMPAT SILINDER 4 TAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gambar 9.1. Sistem pengapian

MODIFIKASI SISTEM PENGAPIAN DAN PERBAIKAN MESIN SEPEDA MOTOR HONDA S90 Z TAHUN 1970 PROYEK AKHIR

BAB IV SISTEM PENGAPIAN (IGNITION SYSTEM)

PENGARUH VARIASI UNJUK DERAJAT PENGAPIAN TERHADAP KERJA MESIN

BAB II LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

ANALISA DAN CARA MENGATASI GANGUAN SISTEM PENGAPIAN MAZDA MR 90

ECS (Engine Control System) TROOT024 B3

PERBANDINGAN UNJUK KERJA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR ANTARA MOTOR YANG MEMPERGUNAKAN CDI LIMITER DENGAN MOTOR YANG MEMPERGUNAKAN CDI UNLIMITER SKRIPSI

No. Nama Komponen Fungsi

Gambar 2.1 Kinerja mesin motor 4 langkah dengan konsumsi bahan bakar premium dan pertamax. (Sukidjo, 2011)

LEMBAR KERJA SISWA TUNE UP MESIN 4 Tak 4 SILINDER

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan tegnologi dibidang industri otomotif sepeda motor.

Pengaruh Penggunaan CDI Unlimiter Terhadap Daya dan Torsi pada Sepeda Motor

TUGAS AKHIR TROUBLESHOOTING SISTEM PENGAPIAN INTEGRATED IGNITION ASSEMBLY ( IIA ) PADA TOYOTA GREAT COROLLA 1600 TAHUN 1992

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

TEKNIK SEPEDA MOTOR JILID 2

JST/OTO/OTO318/02 LISTRIK DAN ELEKTRONIKA OTOMOTIF

Peningkatan Performa Sepeda Motor Dengan Variasi CDI Programmable. Ibnu Siswanto Pendidikan Teknik Otomotif, FT UNY

Spark Ignition Engine

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Proses Memperbaiki Gangguan Motor Starter pada Sepeda Motor Honda Astrea Grand Tahun Suprihadi Agus

PERBEDAAN DAYA PADA MESIN PENGAPIAN STANDAR DAN PENGAPIAN MENGGUNAKAN BOOSTER

TEKNIK SEPEDA MOTOR JILID 2

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

PENGARUH JENIS SISTEM PENGAPIAN CDI DAN JENIS BENSIN TERHADAP KADAR KARBON MONOKSIDA (CO) GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR HONDA SUPRA TAHUN 2003

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Kajian Pustaka Marlindo (2012) melakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan CDI racing programabel dan

Peningkatan Performa Sepeda Motor Dengan Variasi CDI Programmable. Ibnu Siswanto Pendidikan Teknik Otomotif, FT UNY

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

TUGAS AKHIR ANALISA TROUBLESHOOTING SISTEM PENGAPIAN DC DAN SISTEM PENGISIAN SUZUKI SATRIA FU 150 TAHUN 2010

ECS (Engine Control System) TROOT024 B3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil pengukuran kelistrikan bodi Yamaha Mio. No. Pengukuran Hasil / Kondisi Standar

PENGARUH VARIASI BAHAN DAN JUMLAH LILITAN GROUNDSTRAP TERHADAP MEDAN MAGNET PADA KABEL BUSI SEPEDA MOTOR

PERBANDINGAN ANTARA PENGGUNAAN KOIL STANDARD DAN KOIL RACING DENGAN VARIASI CELAH ELEKTRODA BUSI TERHADAP PERFORMA MESIN VARIO TECHNO 110 CC

D. LANGKAH KERJA a. Langkah awal sebelum melakukan Engine Tune Up Mobil Bensin 4 Tak 4 silinder

Mobil lebih awet karena frekuensi bongkar-pasangnya relatif lebih kecil.

Tabel 4.1. Komponen dan Simbol-Simbol dalam Kelistrikan. No Nama Simbol Keterangan Meter analog. 1 Baterai Sumber arus

Tune Up Mesin Bensin TUNE UP MOTOR BENSIN

Gambar 3.1. Diagram alir percikan bunga api pada busi

BUKU DIKTAT Kelistrikan Otomotif. Disusun Oleh: TIM DOSEN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

SISTEM PENGISIAN DAN PENERANGAN

BAB I PENDAHULUAN. pengapian CDI (Capasitor Discharge Ignation) yang memiliki karakteristik lebih

TUNE UP MESIN TOYOTA SERI 4K dan 5K

PENGARUH VARIASI KAPASITANSI ELECTROSTATIC CAPACITOR PADA CAPACITOR DISCHARGE IGNITION

TROUBLE SHOOTING SISTEM INJEKSI MESIN DIESEL MITSUBISHI L300 DAN CARA MENGATASINYA

Petunjuk : Berilah Tanda Silang (X) pada salah satu jawaban yang paling tepat

BAB I DASAR-DASAR KELISTRIKAN

BAB I PENDAHULUAN. mesin kalor. (Kiyaku dan Murdhana, 1998). tenaga yang maksimal. Pada motor bensin pembakaran sempurna jika

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

PENGARUH PENGGUNAAN BUSI STANDAR & BUSI BERMASSA TIGA JIKA MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR ALKOHOL TERHADAP KINERJA MESIN

PENGARUH VARIASI CELAH BUSI DAN JENIS BUSI TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA KENDARAAN RODA DUA 110CC

Transkripsi:

Sistem Pengapian CDI AC pada Sepeda Motor Honda Astrea Grand Tahun 1997 Kusnadi D-III Teknik Mesin Politeknik Harapan Bersama Tegal. ABSTRAK Sistem pengapian merupakan sistem yang menghasilkan tegangan tinggi pada koil pengapian yang disalurkan ke busi hingga terjadi loncatan bunga api listrik. Loncatan bunga api listrik tersebut digunakan untuk membakar campuran bahan bakar dan udara dalam ruang bakar. Adanya bunga api listrik merupakan salah satu syarat agar mesin bisa hidup. Sistim pengapian dibagi beberapa jenis yaitu sistim pengapian konvensional platina, sistim pengapian CDI dan sistim pengapian transistor. Permasalahan pada sistim pengapian secara umum hilangnya percikan api busi, pembakaran yang tidak sempurna, akselerasi tersendat, terjadinya knocking, terjadinya ledakan dikarburator, terjadinya ledakan di kanalpot dan lain sebagainya. Kata kunci : pengapian konvensional, CDI, transistor, knocking. A. Pendahuluan Sistem pengapian merupakan sistem yang sangat penting dalam sepeda motor. Sistem tersebut berfungsi sebagai penghasil bunga api pada busi untuk membakar campuran bahan bakar dan udara yang telah terkompresi. Sistem pengapian ini sangat berpengaruh pada tenaga dan daya yang dibangkitkan oleh mesin tersebut. (Arif Prabowo, 2005). Sistem pengapian yang dipakai pada sepeda motor Honda Astrea grand 100 CC tahun 1997 adalah sistem pengapian CDI (capasitor discharge ignition). Sistem pengapian CDI merupakan penyempurnaan dari sistem pengapian magnet konvesional (sistem pengapian dengan kontak platina) yang mempunyai kelemahan - kelemahan sehingga akan mengurangi efisiensi kerja mesin. Sebelumnya sistem pengapian pada sepeda motor menggunakan sistem pengapian konvensional. Dalam hal ini sumber arus yang dipakai ada dua macam, yaitu dari baterai dan ada pula yang dari generator. Perbedaan yang mendasar dari sistem pengapian tersebut adalah pada sistem pengapian baterai menggunakan baterai (aki) sebagai sumber tegangan, sedangkan untuk sistem pengapian magnet menggunakan arus listrik AC (alternating current) yang berasal dari alternator. (Arif Prabowo, 2005). adalah mengetahui komponen, fungsi, dan cara kerja sistem pengapian CDI - AC pada sepeda motor honda astrea grand 100 CC tahun 1997, Mengetahui kerusakan yang biasa terjadi pada sistem pengapian CDI - AC sepeda motor honda astrea grand 100 CC tahun 1997, Mengetahui cara mendeteksi dan mengatasi kerusakan pada sistem pengapian CDI - AC sepeda motor honda astrea grand 100 CC tahun 1997. B. Landasan Teori 1. Konsep Dasar Sistem Pengapian Sepeda Motor Sistem pengapian pada motor bensin berfungsi mengatur proses pembakaran campuran bensin dan udara di dalam silinder sesuai waktu yang sudah ditentukan yaitu pada akhir langkah kompresi. Permulaan pembakaran diperlukan karena, pada motor bensin pembakaran tidak bisa terjadi dengan sendirinya. Pembakaran campuran bensin dan udara yang dikompresikan terjadi di dalam silinder setelah busi memercikkan bunga api, sehingga diperoleh tenaga akibat pemuaian gas (eksplosif) hasil pembakaran, mendorong piston ke TMB menjadi langkah usaha. Agar busi dapat memercikkan bunga api, maka diperlukan suatu sistem yang bekerja secara

akurat. Sistem pengapian terdiri dari berbagai komponen, yang bekerja bersama - sama dalam waktu yang sangat cepat dan singkat. (Jalius Jama Wagino, 2. Sya rat - Sya rat Sist em Pen gap ian Ketiga kondisi di bawah ini adalah merupakan syarat penting yang harus dimiliki oleh motor bensin, agar mesin dapat bekerja dengan efisien yaitu: 1. Tekanan kompresi yang tinggi. 2. Saat pengapian yang tepat dan percikan bunga api yang kuat. 3. Perbandingan campuran bensin dan udara yang tepat. Agar sistem pengapian bisa berfungsi secara optimal, maka sistem pengapian harus memiliki kriteria seperti di bawah ini: Percikan Bunga Api Harus Kuat Pada saat campuran bensin dan udara dikompresi di dalam silinder, maka kesulitan utama yang terjadi adalah bunga api meloncat di antara celah elektroda busi sangat sulit, hal ini disebabkan udara merupakan tahanan listrik dan tahanannya akan naik pada saat dikompresikan. Tegangan listrik yang diperlukan harus cukup tinggi, sehingga dapat membangkitkan bunga api yang kuat di antara celah elektroda busi. (Jalius Jama Wagino, Terjadinya percikan bunga api yang kuat antara lain dipengaruhi oleh pembentukan tegangan induksi, yang dihasilkan oleh sistem pengapian. Semakin tinggi tegangan yang dihasilkan, maka bunga api yang dihasilkan bisa semakin kuat. Namun secara garis besar agar diperoleh tegangan induksi yang baik dipengaruhi oleh factor - faktor berikut ini: 1) Pemakaian koil pengapian yang sesuai. 2) Pemakaian kondensor yang tepat. 3) Penyetelan saat pengapian yang sesuai. 4) Penyetelan celah busi yang tepat. 5) Pemakaian tingkat panas busi yang tepat. 6) Pemakaian kabel tegangan yang tepat. a. Saat Pengapian Harus Tepat Saat pengapian (Ignition Timing) dari campuran bensin dan udara adalah saat terjadinya percikan bunga api busi beberapa derajat sebelum Titik Mati Atas (TMA) pada akhir langkah kompresi. Saat terjadinya percikan waktunya harus ditentukan dengan tepat supaya dapat membakar dengan sempurna campuran bensin dan udara agar dicapai energi maksimum. (Jalius Jama Wagino, Gambar 1. Batas TMA dan TMB piston(jalius Jama Wagino, 2008) Bila saat pengapian dimajukan terlalu jauh (lihat gambar 3.2 titik A) maka tekanan pembakaran maksimum akan tercapai sebelum 100 sesudah TMA. Karena tekanan di dalam silinder akan menjadi lebih tinggi daripada pembakaran dengan waktu yang tepat, pembakaran campuran udara bahan bakar yang spontan akan terjadi dan akhirnya akan terjadi knocking atau detonasi. (Jalius Jama Wagino, Knocking merupakan ledakan yang menghasilkan gelombang kejutan berupa suara ketukan karena naiknya tekanan yang besar dan kuat yang terjadi pada akhir pembakaran. Knocking yang berlebihan akan mengakibatkan katup, busi, dan torak terbakar. Saat pengapian yang terlalu maju juga bisa menyebabkan suhu mesin menjadi terlalu tinggi. (Jalius Jama Wagino,

b. Sistem Pengapian Harus Kuat dan Tahan Sistem pengapian harus kuat dan tahan terhadap perubahan yang terjadi setiap saat pada ruang mesin atau perubahan kondisi operasional kendaraan harus tahan terhadap getaran, panas, atau tahan terhadap tegangan tinggi yang dibangkitkan oleh sistem pengapian itu sendiri. (Jalius Jama Wagino, 2. Tipe Sistem Pengapian Pada Sepeda Motor Secara umum tipe sistem pengapian pada sepeda motor dibagi menjadi: 1. Sistem Pengapian Konvensional (menggunakan contact breaker atau platina). 2. Sistem Pengapian Dengan Magnet (Flywheel Generator atau 3. Sistem Pengapian Konvensional dengan Baterai (Battery And Coil Ignition System) 4. Sistem Pengapian Elektronik (Electronic Ignition System) Secara umum beberapa kelebihan sistem pengapian CDI dibandingkan dengan sistem pengapian konvensional adalah antara lain: 1. Tidak memerlukan penyetelan saat pengapian, karena saat pengapian terjadi secara otomatis yang diatur secara elektronik. 2. Lebih stabil, karena tidak ada loncatan bunga api seperti yang terjadi pada breaker point (platina) sistem pengapian konvensional. 3. Mesin mudah distart, karena tidak tergantung pada kondisi platina. 4. Unit CDI dikemas dalam kotak plastik yang dicetak sehingga tahan terhadap air dan goncangan. 5. Pemeliharaan lebih mudah, karena kemungkinan aus pada titik kontak platina tidak ada. (Jalius Jama Wagino, Berdasarkan sumber arusnya, sistem CDI dibedakan menjadi 2 sistem, yaitu: 1. Sistem CDI - AC (arus bolak - balik) 2. Sistem CDI - DC (arus searah) Prinsip Kerja Sistem Pengapian Sepeda Motor Sistem Pengapian Dengan Magnet (Flywheel Generator atau Magneto Ignition System) adalah seperti transfer atau pemindahan energi atau pembangkitan medan magnet. Source coil pengapian terhubung dengan kumparan primer koil pengapian. Diantara dua komponen (koil) tersebut dipasang platina (contact breaker atau contact point) yang berfungsi sebagai saklar dan dipasang secara paralel dengan koil - koil tadi. (Jalius Jama Wagino, Pada saat platina dalam keadaan menutup, maka arus yang dihasilkan magnet akan mengalir ke massa melalui platina, sedangkan pada koil pengapian tidak ada arus yang mengalir. Saat posisi rotor sedemikian rupa sehingga arus yang dihasilkan source coil sedang maksimum, platina terbuka oleh cam atau nok. (Jalius Jama Wagino, Sistem Pengapian Konvensional dengan Baterai (Battery And Coil Ignition System) Prinsip kerja sistem pengapian konvensional baterai pada dasarnya sama dengan sistem pengapian konvensional magnet. Namun terdapat perbedaan dalam pemasangan atau perangkaian platina. Dalam sistem pengapian magnet, platina dirangkai secara paralel dengan koil pengapian, sedangkan dalam sistem pengapian baterai dirangkai secara seri. Oleh karena itu, dalam sistem pengapian baterai, rangkaian primer pengapian baru akan terjadi secara sempurna (arus mengalir dari baterai sampai massa) jika posisi platina dalam keadaan tertutup. Gambar 3.8 dan 3.9 di bawah ini adalah contoh rangkaian sistem pengapian baterai pada sepeda motor. (Jalius Jama Wagino, Pada saat ignition switch (kunci kontak) dinyalakan, dan posisi platina dalam keadaan menutup, arus dari baterai mengalir ke

massa melalui kumparan primer koil pengapian dan platina. Dengan mengalirnya arus tersebut, pada inti besi koil pengapian akan timbul medan magnet. (Jalius Jama Wagino, Pada saat platina terbuka oleh cam, aliran arus pada rangkaian primer akan terputus. Hal ini akan menyebabkan terjadi induksi sendiri pada kumparan primer sebesar 200V - 300V. Karena perbandingan kumparan sekunder lebih banyak dibanding kumparan primer, maka pada kumparan sekunder terjadi induksi yang lebih besar sekitar 10KV - 20KV yang bisa membuat terjadinya percikan bunga api pada busi untuk pembakaran campuran bahan bakar dan udara. Induksi ini disebut induksi bersama (mutual induction). (Jalius Jama Wagino, Sistem Pengapian Semi-Transistor adalah apabila kunci kontak (ignition switch) posisi ON dan platina dalam posisi tertutup, maka arus listrik mengalir dari terminal E pada TR1 ke `terminal B. Selanjutnya melalui R1 dan platina, arus mengalir ke massa, sehingga TR1 menjadi ON. Dengan demikian arus dari terminal E TR1 mengalir ke terminal C. Selanjutnya arus mengalir melalui R2 menuju terminal B terus ke terminal E pada TR2 yang diteruskan ke massa. (lihat gambar 3.10 di bawah). (Jalius Jama Wagino, Akibat dari kejadian arus listrik yang mengalir dari B ke E pada TR2 yang diteruskan ke massa tersebut menyebabkan mengalirnya arus listrik dari kunci kontak ke kumparan primer, terminal C, E pada TR2 terus ke massa. Dengan mengalirnya arus pada rangkaian primer tersebut, maka terjadi kemagnetan pada kumparan primer koil pengapian. Apabila platina terbuka maka TR1 akan OFF dan TR2 juga akan OFF sehingga timbul induksi pada kumparan - kumparan ignition coil (koil pengapian) yang menyebabkan timbulnya tegangan tinggi pada kumparan sekunder. Induksi pada kumparan sekunder membuat terjadinya percikan bunga api pada busi untuk pembakaran campuran bahan bakar dan udara. (Jalius Jama Wagino, Sistem Pengapian Fuel Transistor (Tanpa Platina) adalah secara umum, pada sistem pengapian transistor arus yang mengalir dari baterai dihubungkan dan diputuskan oleh sebuah transistor yang sinyalnya berasal dari pick up coil (koil pemberi sinyal). Akibatnya tegangan tinggi terinduksi dalam koil pengapian (ignition coil). Adapun cara kerja secara lebih detilnya adalah sebagai berikut (lihat gambar 3.11). (Jalius Jama Wagino, Ketika kunci kontak di-on-kan, arus mengalir menuju terminal E TR1 (transistor 1) melalui sekring, kunci kontak, tahanan (R) pada unit igniter yang selanjutnya diteruskan ke massa. Akibatnya TR1 menjadi ON sehingga arus mengalir ke kumparan primer koil pengapian menuju ke massa melalui terminal C - E pada TR1. (Jalius Jama Wagino, Sistem Pengapian CDI - AC adalah Pada saat magnet permanen (dalam flywheel magnet) berputar, maka akan dihasilkan arus listrik AC dalam bentuk induksi listrik dari source coil seperti terlihat pada gambar 3.12 di bawah ini. Arus ini akan diterima oleh CDI unit dengan tegangan sebesar 100 sampai 400 Volt. Arus tersebut selanjutnya dirubah menjadi arus setengah gelombang (menjadi arus searah) oleh diode, kemudian disimpan dalam kondensor (kapasitor) dalam CDI unit. (Jalius Jama Wagino, Pada saat terjadinya pengapian, pulsa generator akan menghasilkan arus sinyal. Arus sinyal ini akan disalurkan kegerbang (gate) SCR. Seperti terlihat pada gambar 3.14 dibawah ini: Dengan adanya trigger (pemicu) dari gate tersebut, kemudian SCR akan aktif (ON)

dan menyalurkan arus listrik dari anoda (A) ke katoda (K) Dengan berfungsinya SCR tersebut, menyebabkan kapasitor melepaskan arus (discharge) dengan cepat. Kemudian arus mengalir ke kumparan primer (primary coil) koil pengapian untuk menghasilkan tegangan sebesar 100 sampai 400 volt sebagai tegangan induksi sendiri (lihat arah panah aliran arus pada kumparan primer koil). Akibat induksi diri dari kumparan primer tersebut, kemudian terjadi induksi dalam kumparan sekunder dengan tegangan sebesar 15 KV sampai 20 KV. Tegangan tinggi tersebut selanjutnya mengalir ke busi dalam bentuk loncatan bunga api yang akan membakar campuran bensin dan udara dalam ruang bakar. (Jalius Jama Wagino, Sistem Pengapian CDI - DC adalah pada saat kunci kontak di ON-kan, arus akan mengalir dari baterai menuju saklar. Bila sakelar ON maka arus akan mengalir ke kumparan penguat arus dalam CDI yang meningkatkan tegangan dari baterai (12 Volt DC menjadi 220 Volt AC). Selanjutnya, arus disearahkan melalui dioda dan kemudian dialirkan ke kondensor untuk disimpan sementara. Akibat putaran mesin, koil pulsa menghasilkan arus yang kemudian mengaktifkan SCR, sehingga memicu kondensor atau kapasitor untuk mengalirkan arus ke kumparan primer koil pengapian. Pada saat terjadi pemutusan arus yang mengalir pada kumparan primer koil pengapian, maka timbul tegangan induksi pada kedua kumparan yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder dan menghasilkan loncatan bunga api pada busi untuk melakukan pembakaran campuran bahan bakar dan udara. (Jalius Jama Wagino, C. Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey, observasi, analisis data dan studi pustaka D. Hasil dan Pembaha san a. Analisa Kerusakan Pada Sistem Pengapian CDI - AC Sepeda Motor Honda Asrtrea Grand 100 CC Tahun 1997 Kerusakan yang biasa terjadi pada sistem pengapian sepeda motor secara umum adalah sebagai berikut: 1. Laju kendaraan sepeda motor tersendat - sendat seperti akan kehabisan bahan bakar, padahal bahan bakar masih mencukupi dan karburator juga berfungsi dengan baik. Penyebab dari masalah tersebut adalah: 1) Percikan bunga api terlalu kecil. 2) Terjadi kerusakan pada spie magnet yang mengakibatkan posisi magnet bergeser dan terjadi timing pengapian yang tidak tepat. 3) Tegangan yang di hasilkan pulser coil tidak bagus. 4) Api yang dihasilkan stator coil atau spul pengapian tidak bagus. 5) Terjadi kerusakan pada CDI. 2. Sepeda motor tidak dapat hidup padahal api yang di hasilkan bagus. Penyebabnya dari masalah tersebut adalah: 1) Kunci kontak telah mengalami keausan atau terdapat kabel pada kunci kontak yang terputus. 2) Terjadi kerusakan pada spie magnet yang mengakibatkan posisi magnet bergeser dan terjadi timing pengapian yang tidak tepat yang menjadikan api besar tetapi motor tidak dapat hidup. 3) Terjadi kerusakan pada CDI. 4) Kompresi ruang bakar mengalami kebocoran. 3. Saat sepeda motor dipakai dari jarak yang tidak jauh tiba tiba mesin mati dengan sendirinya. Setelah dibiarkan beberapa saat, mesin dapat hidup kembali saat mesin dihidupkan. Penyebab dari masalah tersebut adalah terjadi kerusakan pada koil pengapian sehingga mengakibatkan tahanan koil sudah lebih besar dari spesifikasi.

Sedangkan kerusakan yang biasa terjadi pada sistem pengapian Honda Astrea Grand 100 CC Tahun 1997 adalah tidak dihasilkannya loncatan bunga api yang sempurna. Kerusakan tersebut terjadi apabila salah satu komponen sistem pengapian pengalami gangguan, dimana gejalanya adalah sebagai berikut: 1. Harga tahanan terukur pada beberapa komponen tidak sesuai dengan spesifikasi. Hal tersebut disebabkan oleh pengaruh usia pemakaian, atau akibat terkena panas listrik yang terus menerus. 2. Kondisi fisik pada masing - masing komponen menunjukkan adanya tanda - tanda kerusakan, misalnya keretakan, terkelupasnya atau terputusnya isolator kabel tegangan tinggi. 3. Kondisi sambungan antar kabel dari masing - masing komponen yang sudah mengalami kerusakan, kelonggaran, atau terhalang kotoran, dimana hal tersebut akan mengganggu aliran arus listrik. b. Pemeriksaan Sistem Pengapian CDI - AC Sepeda Motor Honda Astrea Grand 100 CC Tahun 1997 Pemeriksaan alternator (kumparan pembangkit atau stator dan magnet atau rotor) 1) Pemeriksaan tahanan kumparan pembangkit atau stator Pemeriksaan dapat dilakukan dalam keadaan stator tetap terpasang. Pemeriksaan dilakukan melalui konektor terminal alternator (atau dapat pula pada konektor rectifier/regulator), dengan menggunakan Ohm Meter. Gambar 2. Posisi Kabel atau Konektor Stator Alternator(Beni Setya Nugraha, 2005) Posisi pemeriksaan tahanan atau kontinuitas kumparan stator alternator menggunakan Ohm Meter. Tahanan kumparan stator alternator : 100-400 Ω (Honda) dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 2) Pemeriksaan magnet atau rotor secara visual (keretakan, kotoran, kondisi pasak atau spie pada poros engkol) Pemeriksaan baterai 1) Memeriksa jumlah cairan baterai. Permukaan cairan baterai harus berada di antara batas atas dan batas bawah. Apabila cairan baterai berkurang, tambahkan air suling sampai batas atas tinggi permukaan yang diperbolehkan. 2) Memeriksa berat jenis cairan baterai. Berat jenis cairan baterai ideal adalah 1,260. Apabila kurang, maka baterai perlu distrum (charged), sedangkan apabila berat jenis cairan baterai berlebihan maka tambahkan air suling sampai mencapai berat jenis ideal. 3) Pemeriksaan pipa atau slang ventilasi baterai. Perhatikan kerusakan pipa atau slang ventilasi dari kebocoran, tersumbat maupun kesalahan letak atau jalur pemasangannya. i. Pemeriksaan kunci kontak Memeriksa kerja dan hubungan antar terminal kontak menggunakan multitester. Pemeriksaan koil pengapian (Ignition Coil) 1) Memeriksa tahanan kumparan primer dan kumparan sekunder. Tahanan kumparan primer = 0,5-1 Ω. Tahanan kumparan sekunder (tanpa cap busi = 7,2-8,8 KΩ). Tahanan kumparan sekunder (dengan cap busi = 11,5-14,5 KΩ). Gambar 3. Pemeriksaan Ignition Coil

(Beni Setya Nugraha, 2005) 2) Memeriksa kabel tegangan tinggi busi dari retak atau kebocoran secara visual maupun dengan tes percikan. Pengapian yang baik : percikan lebih dari 6 mm. ii. Pemeriksaan unit CDI Mengukur kontinuitas antar terminal - terminalnya menggunakan Ohm Meter. Gambar 4.Terminal - terminal CDI - AC Honda Astrea Grand(Beni Setya Nugraha, 2005) iii. Pemeriksaan kumparan pembangkit pulsa (pick up coil) Memeriksa tahanan kumparan menggunakan Multitester. Tahanan pick up coil : 50-200 Ω (Honda). iv. Pemeriksaan dan penyetelan busi 1) Memeriksa keausan elektroda busi. Apabila keausan elektroda berlebihan, busi perlu diganti. 2) Memeriksa warna hasil pembakaran pada ujung insulator dan elektroda busi. Perhatikan pula kode busi yang digunakan, bandingkan dengan spesifikasi yang disarankan. 3) Membersihkan insulator dan elektroda busi dari endapan karbon mempergunakan sikat kawat atau alat pembersih busi. Apabila insulator retak atau pecah, busi harus diganti. 4) Menyetel celah elektroda busi. Celah spesifikasi : 0,6-0,7 mm. v. Perawatan Sistem Pengapian CDI - AC Sepeda Motor Honda Astrea Grand 100 CC Tahun 1997. Adapun perawatan sistem pengapian CDI AC Sepeda Motor Honda Astrea Grand 100 CC Tahun 1997 adalah sebagai berikut: 1. Servis berkala secara rutin. 2. Periksa soket - soket komponen sistem pengapian apabila terdapat karat pada terminal - terminalnya bersihkan dengan amplas atau bisa juga menggunakan cairan penetrat untuk menghilangkan karat. 3. Ganti busi setiap 12.000 km. 4. Periksa pulser coil apabila terdapat karat bersihkan dengan menggunakan amplas atau bisa juga menggunakan cairan penetrat untuk menghilangkan karat. 5. Periksa sensor pulser coil apabila terdapat karat bersihkan dengan menggunakan amplas atau bisa juga menggunakan cairan penetrat untuk menghilangkan karat. 6. Periksa bagian dalam magnet apabila terdapat karat bersihkan dengan menggunakan amplas atau bisa juga menggunakan cairan penetrat untuk menghilangkan karat. E. Kesimpul an Dilihat dari uraian penjelasan trouble shooting pada sistem pengapian CDI - AC sepeda motor honda astrea grand 100 CC tahun 1997 dapat diperoleh simpulan bahwa: 1. Sistem pengapian CDI - AC sepeda motor honda astrea grand 100 CC tahun 1997 adalah berfungsi untuk mengatur bunga api listrik pada busi untuk membakar campuran bahan bakar dan udara dalam ruang bakar. 2. Sistem Pengapian CDI - AC sepeda motor honda astrea grand 100 CC tahun 1997 terdiri atas alternator (kumparan pembangkit dan magnet), kunci kontak (ignition switch), koil pengapian (ignition coil), unit CDI - AC, kumparan pembangkit pulsa (signal generator atau pick up coil) dan busi (spark plug). Dengan

prinsip ditimbulkannya loncatan bunga api pada busi karena adanya tegangan tinggi tiba-tiba yang dialirkan oleh koil pengapian menuju busi. Koil pengapian mendapatkan arus dari pengosongan muatan pada kapasitor yang terdapat didalam unit CDI. 3. Kerusakan yang biasa terjadi pada sistem pengapian CDI - AC sepeda motor honda astrea grand 100 CC tahun 1997 adalah tidak adanya bunga api listrik pada busi atau bunga api yang dihasilkan busi tidak baik (kemerah - merahan dan menyebar). 4. Cara mendeteksi kerusakan pada sistem pengapian CDI - AC sepeda motor honda astrea grand 100 CC tahun 1997 adalah dengan pengetesan loncatan bunga api yang dihasilkan oleh busi. Bila api yang dihasilkan oleh busi tidak baik atau bahkan tidak ada berarti sistem pengapiannya mengalami kerusakan. Sedangkan cara mengatasi kerusakannya adalah dengan melakukan perbaikan atau penggantian. komponen yang mengalami kerusakan yaitu alternator, kunci kontak, koil pengapian, kumparan pembangkit pulsa, unit CDI - AC, dan busi setelah sebelumnya melakukan pemeriksaan kondisi komponen tersebut. Daftar Pustaka [1] Nugraha, B. S. 2005. Sistem Pengapian. Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif : [2] Prabowo, Arif. 2005. Sistem Pengapian CDI Pada Honda GL Pro 1997. Program Diploma Teknik Mesin Unnes : [3] Wagino, J. J, dkk. 2008. Teknik Sepeda Motor Jilid 2. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.