BUKU DIKTAT Kelistrikan Otomotif. Disusun Oleh: TIM DOSEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BUKU DIKTAT Kelistrikan Otomotif. Disusun Oleh: TIM DOSEN"

Transkripsi

1 BUKU DIKTAT Kelistrikan Otomotif Disusun Oleh: TIM DOSEN PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA

2 KATA PENGANTAR Ucap syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat sehingga buku ajar dapat terwujud meskipun dengan segala keterbatasan dan kesederhanaannya. Mudah-mudahan buku ini bisa menjadi bahan untuk menambah pengetahuan atau setidaknya dapat menjadi bahan diskusi di dalam pelaksanaan perkuliahan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung penulisan buku ini. Mudah-mudahan isi buku ini dapat memenuhi harapan semua pihak yang terkait untuk tercapainya kemajuan bersama. Sumbang saran dan kritik membangun kami harapkan untuk kesempurnaan isi buku ini demi kebaikan kita bersama. Mudah-mudahan buku ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya. Surabaya, 2010 Tim Dosen 2

3 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL I KATA PENGANTAR Ii HALAMAN FRANCIS iii DAFTAR ISI iv DAFTAR GAMBAR vi PETA KOMPETENSI viii BAB I PENDAHULUAN 9 A. Deskripsi 9 B. Prasyarat 9 C. Petunjuk Belajar 10 D. Kompetensi dan Indikator 10 BAB II SISTEM PENGAPIAN 12 A. Kompetensi dan Indikator 12 B. Sistem Pengapian Pendahuluan Skema dan cara kerja perhitungan tegangan sekunder 17 C. Latihan 19 D. Lembar Kegiatan 19 E. Rangkuman 19 F. Tes Formatif 20 BAB III SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK 22 A. Kompetensi dan Indikator 22 B. Sistem Pengapian Elektronik Pendahuluan Sistem Pengapian Elektronik 25 a. Sistem pengapian induktif 26 b. Sistem pengapian Hall Effect 29 c. Sistem pengapian iluminasi 30 d. Sistem pengapian CDI 32 3

4 C. Latihan 38 D. Lembar Kegiatan 38 E. Rangkuman 38 F. Tes Formatif 38 BAB IV SISTEM PENGAPIAN TERKONTROL KOMPUTER 41 A. Kompetensi dan Indikator 41 B. Sistem Pengapian Terkontrol Komputer Pendahuluan Electronic Spark Advance (distributor) Sistem Pengapian tanpa Distributor (DLI) Sistem Pengapian Langsung (DIS) i-dsi 50 C. Latihan 52 D. Lembar Kegiatan 52 E. Rangkuman 53 F. Tes Formatif 53 BAB V SISTEM PENGISIAN BATERAI 55 A. Kompetensi dan Indikator 55 B. Sistem Pengisian Pendahuluan Regulator Tipe Konvensional Regulator tipe IC Brushless Alternator Permasalahan pada Sistem Pengisian Menentukan Alternator untuk Kendaraan 68 C. Latihan 69 D. Lembar Kegiatan 69 E. Rangkuman 70 F. Tes Formatif 70 DAFTAR PUSTAKA 73 4

5 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1 Komponen sistem pengapian Detail komponen sistem pengapian Diagram pembakaran pada motor bensin Pemajuan saat pengapian Skema sistem pengapian konvensional Grafik arus primer koil Perbandingan karakteristik sistem pengapian konvensional dan transistor Kerja transistor Diagram blok sistem pengapian elektronik Diagram sistem pengapian transistor Pengapian transistor model induktif Prinsip Hall effect Pembangkit pulsa Hall effect Diagram blok dan skema sistem pengapian Hall effect Pembangkit pulsa dengan sensor cahaya Pengapian sistem cahaya Diagram blok sistem pengapian CDI Pengapian CDI dengan kontak poin Rangkaian sistem pengapian CDI Pengapian CI dengan magnetic pulse generator Diagram blok sistem pengapian ESA Penyederhanaan sistem pengapian ESA Bagian-bagian dalam igniter Pemajuan sinyal IGT Sistem pengapian ESA dengan distributor Skema sistem pengapian DLI untuk 4 silinder Skema sistem pengapian DLI untuk 6 silinder 48 5

6 4.8 Sistem pengapian CDI yang dikontrol komputer Koil yang terpasang pada busi Skema DIS model independen Letak busi pada sistem pengapian i-dsi Perubahan saat penyalaan busi pada beberapa putaran engine Komponen sistem pengisian Regulator tipe konvensional Rangkaian sistem pengisian konvensional Skema dasar regulator IC Alternator kompak dan regulator IC Skema sistem pengisian dengan regulator IC Rangkaian regulator IC Rangkaian regulator IC Konstruksi dan penampang alternator tanpa sikat Konstruksi dan komponen alternator tanpa sikat Skema sistem pengisian dengan alternator tanpa sikat 67 6

7 PETA KOMPETENSI Menguasai Sistem Kelistrikan Otomotif Menguasai Sistem Kelistrikan Engine Menguasai Sistem Kelistrikan Body & ACC Menguasai Sistem Starter Menguasai Sistem Pengapian Menguasai Sistem Pengisian Buku ajar ini sebagai penunjang untuk mencapai kompetensi di bidang kelistrikan otomotif. Kelistrikan otomotif secara umum dibagi menjadi dua, yaitu sistem kelistrikan engine dan sistem kelistrikan bodi. Penguasaan sistem kelistrikan engine ditunjang oleh sub kompetensi sistem starter, sistem pengapian, dan sistem pengisian. Buku ini menunjang sebagaian kemampuan untuk mencapai penguasaan bidang kelistrikan engine. Posisi buku ajar ini dalam peta kompetensi kelistrikan digambarkan oleh bagan di atas. Kotak bergaris putus-putus di atas menggambarkan posisi kompetensi yang ingin dicapai oleh buku ajar ini.. 7

8 BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Buku ini memuat materi sistem kelistrikan engine yang meliputi sistem pengapian (ignition system) dan sistem pengisian baterai (charging system) yang banyak mengalami kemajuan dan perkembangan yang sangat pesat. Sistem pengapian yang dibahas dalam buku ini meliputi sistem pengapian konvensionnal dan nonkonvensional (elektronik). Pembahasan sistem pengapian konvensional tidak dibahas secara mendetil karena penekanannya di sistem pengapian nonkonvensional. Sistem pengapian konvensional dibahas singkat untuk menyegarkan kembali dan sebagai dasar mempelajari sistem pengapian nonkonvensional. Sistem pengapian nonkonvensional yang dibahas dalam buku ini adalah 1) sistem pengapian elektronik dengan penghasil pulsa model induktif, Hall effect, dan iluminasi atau cahaya, 2) sistem pengapian CDI (capasitive discharge ignition), dan sistem pengapian terkontrol computer / ESA (electronic spark advance dengan distributor, tanpa distributor, dan sistem pengapian langsung). Pembahasan sistem pengisian meliputi sistem pengisian dengan regulator konvensional, regulator IC, dan alternator model tanpa sikat (brushless alternator). Kompetensi yang ingin dicapai setelah mempelajari buku ini adalah peserta dapat menjelaskan, menganalisa, menentukan penyebab, mengatasi masalah, dan mejelaskan perbedaannya pada sistem pengapian dan sistem pengisian baik model konvensional maupun nonkonvensional. B. Prasyarat Kompetensi awal yang diperlukan untuk mempelajari buku ini adalah sudah menguasai 1) dasar-dasar kelistrikan dan rangkaian listrik, 2) dasar-dasar elektronika dan komponen elektronika, 3) alat-alat ukur kelistrikan dan penggunaannya. 8

9 C. Petunjuk Belajar Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mempelajari buku ini adalah sebagaii berikut. 1. Peserta harus sudah menguasai kompetensi awal yang sudah dijelaskan pada bagian prasyarat. 2. Sebelum mengikuti pekuliahan, materi dalam buku ini harap dipelajari untuk mempermudah dan mempercepat pencapaian kompetensi. 3. Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca meliputi nama komponen, fungsi, dan cara kerja sistem serta informasi lain yang terkait. 4. Metode belajar yang dipakai adalah 1) ceramah singkat dengan bantuan alat pembelajaran untuk mendukung semua materi agar dapat mudah dipahami, 2) tanya jawab yang bersifat hafalan atau pengetahuan, analisa kerja sistem kelistrikan, analisa penyebab dan cara mengatasi gangguan, 3) diskusi, dan 4) tugas terstruktur untuk lebih memperkaya pengetahuan bidang kelistrikan engine. 5. Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas yang terdapat pada tahap belajar. 6. Menuliskan kembali atau membuat laporan dari kegiatan belajar yang telah dilaksanakan.. 7. Belajar dan latihan berkelompok memungkinkan peserta untuk lebih mudah dalam memahami topik yang dipelajari. D. kompetensi dan Indikator Kompetensi dan indikator keberhasilan dalam mempelajari buku ini adalah dijelaskan pada table di bawah ini. Perlu dijelaskan bahwa table kompetensi berikut adalah standar kompetensi umum yang dituntut setelah mempelajari buku ini. Elemen kompetensi dan indikator keberhasilan secara detail diuraikan pada setiap bab dalam buku ini 9

10 Tabel Kompetensi dan Indikator Standar Kompetensi Menguasai system pengapian konvensional Menguasai system pengapian elektronik Menguasai system pengapian terkontrol komputer Menguasai system pengisian konvensional dan elektronik (IC) Indikator Dapat menguasai system pengapian konvensional Dapat menguasai system pengapian elektronik Dapat menguasai system pengapian terkontrol komputer Dapat menguasai system pengisian konvensional Dapat menguasai system pengisian elektronik (IC) 10

11 BAB II SISTEM PENGAPIAN A. Kompetensi dan Indikator Kompetensi dan indikator keberhasilan dalam mempelajari bagian ini adalah sebagai berikut. Tabel Kompetensi dan Indikator Kompetensi Elemen Kompetensi Indikator Menguasai Menjelaskan nama Dapat menjelaskan nama komponen sistem system dan fungsi komponen pengapian konvensional pengapian sistem pengapian Dapat menjelaskan fungsi komponen sistem konvensional konvensional pengapian konvensional Menggambar dan Dapat menjelaskan kerja sistem pengapian menjelaskan kerja konvensional pada saat kontak pemutus tertutup rangakaian sistem Dapat menjelaskan kerja sistem pengapian pengapian konvensional pada saat kontak pemutus terbuka konvensional Dapat menjelaskan kerja sistem kondensor pada system pengapian konvensional Dapat menggambar rangkaian system pengapian Menganalisa pengaruh kerusakan komponen sistem pengapian konvensional Menghitung tegangan tinggi pada koil berdasarkan arus primer koil B. Sistem Pengapian 1. Pendahuluan konvensional Dapat menganaslia pengaruh sudut dwell terhadap kemampuan sistem pengapian Dapat menganaslia pengaruh saat pengapian terhadap kemampuan sistem pengapian Dapat menganaslia pengaruh kerusakan komponen terhadap kemampuan sistem pengapian Dapat menjelaskan persamaan-persamaan untuk sistem pengapian Dapat menjelaskan mernerapkan persamaanpersamaan untuk menghitung tegangan tinggi sistem pengapian Sistem pengapian berfungsi untuk menghasilkan percikan api yang kuat dan tepat untuk membakar campuran udara dan bahan bakar di dalam ruang bakar. Secara umum komponen sistem pengapian terdiri dari baterai, kunci kontak, koil, distributor, kabel tegangan tinggi dan busi. Di dalam distributor terdapat beberapa komponen pendukung lainnya yaitu kontak pemutus (atau 11

12 pulse generator pada sistem pengapian elektronik), kondensor, cam, vakum dan sentrifugal advancer. Gambar 2.1. Komponen sistem pengapian Fungsi dari masing-masing komponen system pengapian adalah 1) baterai sebagai sumber arus, 2) kunci kontak untuk menghidupkan dan mematikan system pengapian, 3) koil untuk menaikan teggangan baterai menjadi tegangan tinggi di atas volt. Tegangan tinggi pada kumparan sekunder terjadi karena jumlah kumparan sekunder jauh lebih banyak dari kumparan primer, 5) distributor berfungsi untuk mendistribukan tegangan tinggi dari koil ke tiap busi sesuai dengan urutan penyalaannya, 6) kabel tegangan tinggi berfungsi untuk menghantarkan tegangan tinggi dari koil sampai ke busi, 7) busi berfungsi untuk meloncatkan bunga api. 12

13 Gambar 2.2. Detail komponen system pengapian Kontak pemutus (platina) berfungsi untuk memutuskan dan menghubungkan arus ke kumparan primer koil. Lamanya arus mengalir ke kumparan primer terjadi selama kontak pemutus tertutup. Sudut yang terbentuk pada cam di mana kontak pemutus dalam keadaan tertutup disebut sudut dwell. Kondensor berfungsi untuk mengurangi percikan bungan api pada kontak pemutus akibat adanya induksi diri kumparan pada primer. Cam berfungsi untuk mendorong tumit kontak pemutus sehingga bisa terbuka dan tertutup kembali oleh pegas. Vakum dan sentrifugal advancer berfungsi untuk memajukan atau memundurkan saat pengapian sesuai dengan putaran dan beban mesin. Saat pengapian (ignition timing) pada suatu motor bensin adalah saat di mana busi memercikan bungan api dengan tepat pada akhir langkah kompresi untuk memulai pembakaran di dalam ruang bakar. 13

14 Gambar 2.3. Diagram pembakaran pada motor bensin Gamba 2.4. Pemajuan saat pengapian Pembakaran pada motor bensin diawali dengan pecikan bungan api pada busi (titik 1) sekitar 10 0 menjelang titik mati atas (TMA = TDC) pada akhir langkah kompresi. Pembakaran dimulai pada titik 2 dengan mulai terjadinya perambatan 14

15 api dan pembakaran maksimum terjadi di sekitar 10 0 setelah TMA Proses pembakaran di dalam ruang bakar membutuhkan waktu yang relative konstan baik pada putaran lambat maupun tinggi. Oleh karena itu, pada putaran tinggi saat pengapian harus dimajukan untuk memenuhi waktu pembakaran sehingga tekanan maksimum pembakaran tetap berada sekitar 10 0 setelah titik mati atas baik pada putaran rendah maupun tinggi. 2. Skema dan Cara Kerja Sistem Pengapian Secara sederhana sistem pengapian konvensional dapat digambarkan dengan skema berikut. Gambar 2.5. Skema system pengapian konvensional Prinsip kerja dari sistem pengapian di atas dapat dijelaskan sebagai berikut. Saat kunci kontak on, platina tertutup, arus baterai mengalir ke kunci kontak, Î (+) koil Î (-) koil Î kontak poin Î massa. Akibatnya terjadi kemagnetan pada coil. Saat platina terbuka, arus yang mengalir ke kumparan primer seperti dijelaskan di atas terputus dengan tiba-tiba. Akibatnya kemagnetan di sekitar koil hilang / drop dengan cepat. Karena medan magnet hilang dengan cepat, maka pada kumparan sekunder terjadi induksi tegangan tinggi, dan pada kumparan primer juga terjadi tegangan induksi. Tegangan pada kumparan sekunder disalurkan ke distributor dan kabel tegangan tinggi sehingga terjadi loncatan api pada busi. Tegangan pada kumparan primer disalurkan ke kondensor dan muatan yang diserap kondensator itu dibuang ke massa saat kontak poin tertutup. Proses tersebut terjadi secara terus menerus. 15

16 Gambar 2.6. Grafik arus primer koil Aliran arus primer koil pada saat kontak pemutus tertutup berbentuk eksponensial. Hal ini disebabkan adanya efek counter electromotor force pada saat arus mengalir pada kumparan primer koil yang menyebabkan terbentuknya medan magnet di sekitar koil. Semakin tinggi putaran mesin, maka semakin singkat kontak pemutus menutup sehingga arus primer koil juga menjadi semakin kecil bila dibandingkan dengan rendah atau sedang. Hal ini akan menurunkan kemampuan system pengapian. 3. Perhitungan Tegangan Sekunder Berdarkan Arus Primer Koil Saat kontak pemutus tertutup, arus primer koil naik berangsur-angsur (gradually) secara eksponensial (Helt, 1965 : 489). Lamanya rangkaian primer tertutup bervariasi tergantung kecepatan engine. Perubahan besarnya arus primer akibat perubahan waktu dinyatakan dengan persamaan berikut (Heywood, 1989 : 438). I p = V 0 (1 e Rt / L p ) Amper... 1) R I p adalah arus yang mengalir pada kumparan primer (Amper), t waktu rangkaian tertutup (detik), V o tegangan sumber (Volt), R adalah tahanan total rangkaian 16

17 primer, dan L p induktansi rangkaian primer (Henry). Arus maksimum pada kumparan primer adalah 4 Amper dengan resistensi rangkaian primer 3 Ohm dan tegangan 12 Volt. Besarnya energi magnetik yang disimpan dalam suatu induktansi yang membawa arus I adalah (Heywood, 1989 : 439) E s,max = 1 LI 2 2 Joule... 2) Apabila kontak pemutus terbuka, arus primer turun menjadi nol dan terjadi tegangan tinggi pada kumparan sekunder. Harga puncak tegangan ini adalah tegangan maksimum yang disebut available voltage (V a ). Energi maksimum yang ditransfer ke rangkaian sekunder adalah (Heywood, 1989 : 439) E = 1 C V 2 s,max s a 2 Joule... 3) V 2 = 2E s,max a C 2E s,max V = 2 a C s s 1 Volt... 4) C s adakah kapasitansi rangkaian sekunder (Farad). Berdasarkan persamaan 2, jika energi yang tersimpan dalam rangkaian primer koil adalah ½ L p I p 2, ditransfer ke rangkaian sekunder, maka V a = 2(1/ 2)L p I C s p L p 2 = I p C s 1 Volt... 5) Energi yang dapat ditransfer ke kumparan sekunder akibat adanya kerugian- kerugian adalah 85% (Obert, 1973 : 540). Koil mempunyai kumparan sekunder sekitar lilit dan kumparan primer sebanyak 200 lilit, sehingga perbandingan kumparan sekunder dan primernya adalah 100. Untuk koil dengan perbandingan kumparan sekunder dan primer = 100, maka harga induktansinnya L p = 5 mh, dan kapasitansi C s = 60 pf (Obert, 1973 : 540). Dengan menggunakan persamaan 2 dan besarnya arus primer misalnya 2,7A, energi yang dapat disalurkan ke kumparan sekunder sekitar 85% (Obert, 1973 : 540) adalah 17

18 joule sehingga dengan persamaan 4 atau 5 tegangan tinggi sekunder (V a ) yang terjadi adalah 19,17 kv. Berapa tegangan sekunder koil jika arus pimer koil yang mengalir adalah 3,5A? C. Latihan 1. Gambar rangkaian sistem pengisian konvensional dan diskusikan dengan teman cara kerjanya. 2. Diskusikan bersama teman pengaruh penyetelan celah kontak pemutus yang terlalu besar atau terlalu kecil, buat ringkasan hasil diskusinya 3. Buat ulasan mengapa tegangan baterai 12 volt dapat berubah menjadi tegangan tinggi lebih dari 10000volt. 4. Uraikan pendapat anda mengapa pada sistem pengapian konvensional harus dipasang kondensor. 5. Tentukan berapa tegangan sekunder koil jika arus primer koil sebesar 3 amper. D. Lembar Kegiatan Kegiatan pembelajaran ini adalah kegiatan yang utamanya untuk meningkatkan kemampuan akademik (tidak kemampuan praktik) peserta sehingga kegiatan yang yang harus dilakukan sesuai dengan yang tertuang dalam petunjuk belajar di BAB I bagian C. E. Rangkuman Sistem pengapian digunakan untuk menghasilkan percikan bungan api yang kuat dan pada saat yang tepat untuk membakar campuran udara dan bahan bakar. Sistem pengapian yang baik akan menghasilkan performa engine yang baik sehingga kondisi sistem pengapian harus selalu dijaga. Penyetelan celah kontak pemutus yang tidak tepat menyebabkan kurang optimumnya medan magnet yang terbentuk pada koil sehingga dapat mempengaruhi besar kecilnya api pada busi. 18

19 F. Tes Formatif Soal pilihan ganda : 1. Fungsi kontak pemutus dalam sistem pengapian adalah untuk... A. mengaktifkan pengapian B. membangkitkan medan magnet C. mengatur saat pengapian D. memutus arus primer koil 2. Pada saat kontak pemutus tertutup terjadi..., kecuali A. arus primer mengalir B. terjadi tegangan tinggi C. terjadi medan magnet di koil D. tidak terjadi tegangan tinggi 3. Pada saat kontak pemutus terbuka terjadi..., kecuali A. pembuangan muatan kondensor B. kondensor terisi C. arus primer terputus D. terjadi tegangan tinggi 4. Terminal positif koil pada rangkaian sistem pengapian dihubungkan dengan A. kontak pemutus B. kondensor C. Ig kunci kontak D. B kunci kontak 5. Jika celah kontak pemutus terlalu kecil, maka..., kecuali A. sudut dwell terlalu besar B. koil panas C. arus primer mengalir lebih lama D. ignition timing menjadi maju 6. Ignition timing terlambat dapat disebabkan oleh... A. celah kontak pemutus terlalu besar B. kontak pemutus aus C. membran vakum advancer bocor D. pegas sentrifugal advancer lemah 7. Fungsi oktan selector adalah..., kecuali A. menyesuaikan nilai oktan bensin B. memajukan/memundurkan timing C. menyetel sudut dwell D. menggeser posisi kontak pemutus 8. Percikan api pada busi terjadi pada saat..., kecuali A. kontak pemutus terbuka B. medan pada magnet koil hilang C. 8 0 sebelum TMA D. Kondensor menerima arus induksi diri 9. Pola aliran arus primer koil berbentuk eksponensial, karena... A. ada counter electromotor force B. ada resistor pada koil C. medan magnet tiba-tiba hilang D. kerja kontak pemutus terbuka-tertutup 19

20 10. Urutan penyalaan busi adalah... A B C D Soal essay: 1. Jelaskan fungsi vakum dan sentrifugal advancer 2. Apa efek dari celah kontak pemutus yang sudah aus? 3. Gambar dan jelaskan cara kerja rangkaian sistem pengapian 4. Bagaimana kondensor pada sistem pengapian bekerja? 5. Jelaskan fungsi resistor pada koil sistem pengapian 20

21 BAB III SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK A. Kompetensi dan Indikator Kompetensi dan indikator keberhasilan dalam mempelajari bagian ini adalah sebagai berikut. Tabel Kompetensi dan Indikator Kompetensi Elemen Kompetensi Indikator Menguasai Menjelaskan Dapat menjelaskan karakteristik system system perbandingan system pengapian konvensional pengapian pengapian konvensional Dapat menjelaskan karakteristik system elektronik dan elektronik pengapian elektronik Dapat membandingkan system pengapian konvensional dan elektronik Menjelaskan kerja Dapat menjelaskan konstruksi transistor jenis transistor yang dipakai PNP dan NPN pada sistem pengapian Dapat menjelaskan prinsip kerja transistor jenis PNP dan NPN Dapat menjelaskan aplikkasi transistor jenis Menjelaskan dan membedakan sistem pengapian elektronik model induktif, Hall effect, dan iluminasi Menjelaskan dan membedakan sistem pengapian CDI dengan lainnya PNP dan NPN pada sistem pengapian Dapat menjelaskan prinsip pembangkitan pulsa untuk memicu kerja transistor pada igniter Dapat menjelaskan rangkaian sistem pengapian dengan pembangkit pulsa induktif Dapat menjelaskan rangkaian sistem pengapian dengan pembangkit pulsa hall effect Dapat menjelaskan rangkaian sistem pengapian dengan pembangkit pulsa iluminasi Dapat membedakan system pengapian elektronik model induktif, Hall effect, dan iluminasi dengan Dapat menjelaskan bagian-bagian sistem pengapian CDI Dapat menjelaskan proses pengisian dan pembuangan muatan kapasitor Dapat membedakan prinsip dasar sistem pengapian CDI dengan system pengapian lainnya Dapat menganalisa kerja system pengapian CDI dengan kontak pemutus Dapat menjelaskan bagian-bagian berbagai rangkaian system pengapian CDI dengan pembangkit pulsa elektronik 21

22 B. Sistem Pengapian Elektronik 1. Pendahuluan Sistem pengapian berfungsi untuk menghasilkan percikan api yang kuat dan tepat untuk membakar campuran udara dan bahan bakar di dalam ruang bakar. Beberapa macam sistem pengapian diantaranya sistem pengapian kontak point, pengapian transistor, CDI dan pengapian terkontrol komputer. Metode pengapian transistor menggunakan cara dimana arus yang mengalir di coil primari pada ignition coil di interupsi (dimatikan sebentar) dengan menjalankan switching transistor untuk menginduksi tegangan tinggi pada kumparan sekunder. Untuk jenis kontak pemutus, begitu arus primer pada ignition coil diputus oleh kontak pemutus, maka akan terjadi percikan api pada saat kontak poinnya terbuka. Karena itulah tegangan sekunder yang dihasilkannya tidak akan stabil dan menimbulkan misfiring dengan mudah. Tabel 3.1. Perbandingan sistem pengapian Kontak pemutus Full transistor Computer control Pengapian contact point pada kecepatan tinggi bisa berubah atau tidak stabil Terjadi percikan api, maka kontak pemutus harus diperiksa dan diganti secara berkala Bila vacuum dan centrifugal timing control tidak normal, maka pengipan mesin kurang pas Performa pada kecepatan rendah dan tinggi cukup aman Tidak mempunyai kontak pemutus, maka tidak diperlukan lagi pemeriksaan Sama seperti gajala yang ada pada jenis kontak pemutus Performa pada kecepatan rendah dan tinggi sangat aman. Tidak mempunyai kontak pemutus, maka tidak diperlukan lagi pemeriksaan Karena waktu pengapiannya diatur oleh computer, maka sangat efisien. Sebagai perbandingan, untuk jenis pengapian transistor, arus primer diputus sebentar oleh transistor sehingga interupsi terhadap arusnya adalah stabil pada kecapatan rendah dan kumparan sekunder bisa mengasilkan tegangan tinggi dengan stabil. Karena adanya pembatasan gas buang, maka diperlukan peningkatan energi pembakaran agar pengapiannya akurat tanpa terjadi misfire meskipun kecepatannya rendah. Untuk melakukan hal tersebut, maka arus primer 22

23 harus dinaikkan. Untuk jenis interruption contact, hal ini sulit dilakukan namun untuk jenis transistor, hal ini dapat dimungkinkan. Sebagai tambahan, untuk meningkatkan performa pengapian pada kecepatan tinggi, jumlah gulungan pada ignition coil primer harus dikurangi sehingga tahanan dan induksi pada kumparan primer dapat diturunkan. Gambar 3.1. Perbandingan karakteristik pengapian konvensional dan transistor Sistem pengapian dengan kontrol komputer menggunakan metode mendeteksi kondisi mesin menggunakan berbagai sensor dan input ke computer (ECU), kemudian computer menghitung waktu pengapian dan mengirimkan sinyal arus primer ke power transistor untuk menginduksikan tegangan tinggi ke ignition coil. Ignition coil yang dipakai adalah jenis mold. Yang terdiri dari tipe high-energy ignition (HEI) dan tipe distributor-less ignition (DLI). Keunggulan dari tipe ini adalah sebagai berikut; a. Api pembakarannya sangat stabil pada kecepatan rendah dan tinggi. b. Ketika terjadi knocking, waktu pengapiannya secara otomatis dimundurkan untuk menekan knocking. c. Mendeteksi kondisi mesin, mesin dikontrol melalui pengoptimalan waktu pengapiannya. 23

24 d. Apabila menggunakan ignition coil yang outputnya tinggi, maka pembakarannya dapat sempurna. Tabel 3.2. Perbandingan struktur masing-masing sistem pengapian Interrupter contacting Full transistor Computer control Arus primer diputus oleh interrupter contact point. Ignition coil yang dipakai adalah tipe open magnetic circuit Status buka-tutup interrupter contact point dilakukan oleh cam yang ada pada poros distributor. Arus primer diputus melalui switching pada transistor. Ignition coil yang dipakai adalah tipe open magnetic circuit Pemutusan arus primer dilakukan melalui putaran signal rotor yang dipasang pada distributor shaft. Arus primer pada power transistor diputus oleh computer. Ignition coil yang dipakai adalah tipe Mold Signalnya dihasilkan dari pemutusan cahaya melalui putaran disk yang dipasang pada distributor shaft diantara LED dan photo diode atau sensor Ne, G dan ECM 2. Sistem Pengapian Elektronik Sistem pengapian ini memanfaatkan transistor untuk memutus dan mengalirkan arus primer koil. Simbul dan kerja transistor digambarkan sebagai berikut. (a) (b) Gambar 3.2. Kerja transistor Untuk transistor (a) jenis PNP, bila ada arus mengalir dari E ke B, maka transistor akan on sehingga E dan C nya terhubung yang mengakibatkan arus (lebih besar) juga dapat mengalir dari E ke C. Untuk transistor (b) jenis NPN, bila ada arus mengalir dari B ke E, maka transistor akan on sehingga C dan E nya terhubung 24

25 yang mengakibatkan arus (lebih besar) juga dapat mengalir dari C ke E. Diagram sistem pengapian transistor adalah sbb. Gambar 3.3. Diagram blok sistem pengapian elektronik a. Sistem Pengapian Model Induktif Sistem pengapian dengan pembangkit pulsa model induktif terdiri dari penghasil pulsa, ignitier, koil, distributor dan komponen pelengkap lainnya. Sistem pembangkir pulsa induktif terdiri dari kumparan pembangkit pulsa (pick up coil), magnet permanen, dan rotor pengarah medan magnet. Secara sederhana rangkaian sistem pengapian ini digambarkan seperti skema berikut. Gambar 3.4. Diagram sistem pengapian transistor 25

26 Rangkaian pada igniter sebenarnya tidak sesederhana seperti yang diperlihatkan padagambar di atas karena di dalam igniter tersebut sebenarnya terdapat beberapa bagian, yaitu penstabil tegangan (voltage stabilizer), pembentuk pulsa (pulse shaper), pengatur sudut dwell (dwell angle control), penguat pulsa (amplifier), dan transistor power atau rangkaian Darlington. Pada beberapa model terdapat juga rangkaian pembatas arus primer (current limiting circuit). Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut. 1) Pada saat engine mati Pada saat kunci kontak ON arus mengalir menuju titik P. Besarnya tegangan pada titik ini (yang diatur oleh pembagi tegangan R 1 dan R 2 ) berada di bawah tegangan basis yang diperlukan untuk mengaktifkan transistor (melalui pick up coil). Hal ini menyebabkan transistor tidak aktif (OFF) selama engine mati sehingga tidak terjadi aliran arus pada kumparan primer koil. 2) Pada saat engine hidup Saat engine sudah hidup, rotor sinyal berputar (mendekati pick up coil) dan menyebabkan terjadinya pulsa tegangan AC pada pick up coil. Bila tegangan yang dihasilkan adalah positif, maka tegangan ini ditambahkan dengan tegangan yang terdapat pada titik P sehingga tegangan di titik Q naik dan besarnya melebihi tegangan basis transistor. Adanya arus basis ini menyebabkan transistor menjadi aktif (ON) sehingga kaki kolektor dan emitornya terhubung yang menyebabkan arus dari baterai mengalir ke kunci kontak, ke kumparan primer koil, ke kaki kolektor, ke emitor, kemudian ke massa. Aliran arus ke kumparan primer koil ini menyebabkan terjadinya medan magnet pada koil. Rotor selalu berputar, sehingga pada saat gigi rotor meninggalkan pick up coil terjadi tegangan AC dengan polaritas berbeda (negatif). Tegangan ini jika ditambahkan dengan tegangan yang terdapat dalam titik P menjadi tegangan yang besarnya di bawah tegangan kerja transistor. Akibatnya adalah transistor menjadi tidak aktif (OFF) dan antara kaki kolektor dan emitor transistor menjadi tidak terhubung. Hal ini menyebabkan aliran arus primer dengan cepat berhenti dan medan magnet pada koil dengan cepat berubah (collapse). Perubahan garis 26

27 gaya magnet dengan cepat ini menyebabkan terjadinya tegangan induksi pada kumparan sekunder. Tegangan tinggi ini diteruskan ke distributor dan dibagikan ke tiap-tiap busi sesuai dengan urutan penyalaan (firing order). Salah satu model sistem pengapian transistor dengan rangkaian lengkap ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar 3.5. Pengapian transistor model induktif Bagian-bagian sistem pengapian tersebut dapat dibagi menjadi lima bagian, yaitu 1) sistem pembangkit pulsa, 2) penstabil tegangan (voltage stabilizer), 3) pembentuk pulsa (pulse shaping stage), 4) pengontrol sudut dwell, dan 5) bagian driver dan Darlington output. 27

28 b. Sistem Pengapian Model Hall Effect Model pengapian di atas adalah model induktif. Model lainnya adalah Hall effect dan model iluminasi. Pembangkit pulsa untuk mengaktifkan power transistor dengan model hall effect digambarkan sebagai berikut. Gambar 3.6. Prinsip Hall effect Apabila bahan semikonduktor dialiri arus listrik dari sisi kiri ke kanan dan semikonduktor tersebut berada dalam suatu medan magnet, maka pada arah tegak lurus terhadap aliran arus itu akan timbul tegangan yang disebut dengan tegangan Hall V h (Hall adalah nama ilmuwan yang meneliti fenomena tersebut). Apabila medan magnet yang berada di sekitar semikonduktor tersebut dihilangkan, maka tegangan yang tegak lurus terhadap aliran arus itu juga akan hilang. Pada gambar di atas (a) medan magnet dihalangi oleh plat logam sehingga tidak melewati semi konduktor, dalam hal ini V h = 0. Bila bilah logam dihilangkan (gambar b), maka medan magnet dapat melewati semikonduktor dan V h 0. Bila bilah logam itu secara teratur melintasi medan magnet maka pada tegangan Hall akan muncul dan hilang membentuk pulsa tegangan kotak-kotak. Pulsa inilah yang digunakan untuk mentriger rangkaian transistor untuk memutus dan mengalirkan arus primer koil. Gambar 3.7. Pembangkit pulsa Hall effect 28

29 Pembangkit pulsa model Hall Effect mempunyai tiga buah kabel atau terminal. Satu kabel merupakan sumber arus untuk dialirkan ke bahan semikonduktor yang terdapat di dalam system Hall, satu kabel ground, dan satu kabel adalah output tegangan. Bagian lainnya dari system ini adalah rotor yang berbentuk bilah dan magnet permanen. Gambar 3.8. Diagram blok dan skema sistem penggapian Hall effect c. Sistem Pengapian Model Iluminasi / Cahaya Pada sistem pengapian iluminasi, cahaya dimanfaatkan untuk mengaktifkan dan menonaktifkan phototransistor sehingga menghasilkan sinyal yang kemudian diperkuat oleh bagian amplifier untuk mentrigger power transistor. Pada saat power transistor ON, arus mengalir melalui kumparan primer koil 29

30 sehingga terbentuk medan magnet pada koil. Pada saat transistor OFF, arus primer terputus sehingga medan magnet dengan cepat hilang yang menyebabkan terjadinya induksi tegangan tinggi pada kumparan sekunder koil. Gambar 3.9. Pembangkit pulsa dengan sensor cahaya Sumber cahaya bisanya berasal dari diode bercahaya yang menghasilkan sinar infra merah, dan cahaya tersebut diterima oleh phototransistor yang dapat aktif atau bekerja apabila terkena cahaya. Untuk menghalangi cahaya agar phototransistor OFF digunakan rotor yang berbentuk bilah-bilah dengan lebar coakan / celah sebesar sudut dwell. Bila cahaya tidak terhalangi dan mengenai phototransistor, hal ini identik dengan saat kontak pemutus tertutup (pada system pengapian konvensional) atau saat terjadi aliran arus pada kumparan primer koil. Saat cahaya terhalangi oleh bilah rotor identik dengan kontak pemutus terbuka dan arus primer koil terputus. Gambar Pengapian sistem cahaya 30

31 Berdasarkan rangkaian di atas, secara garis besar cara kerjanya adalah sebagai berikut. Saat cahaya mengenai phototransistor, phototransistor menjadi aktif sehingga transistor 1 dan transistor 2 aktif. Kondisi ini menyebabkan transistor 3 OFF sehingga transistor 4 ON. Dengan demikian arus dari baterai dapat mengalir ke kumparan primer koil sehingga pada koil timbul medan magnet. Pada saat bilah rotor menutupi cahaya, phototransistor menjadi OFF sehingga transistor 2 dan 3 menjadi OFF. Hal ini menyebabkan transistor menjdi ON dan transistor 4 menjadi OFF. Akibatnya OFFnya transistor 4, arus primer koil terputus dengan tiba-tiba yang menyebabkan medan magnet pada koil hilang dengan cepat. Perubahan garis gaya magnet pada koil dengan sangat cepat tersebut menyebabkan terjadinay tegangan tinggi pada koil dan diteruskan ke distributor dan ke busi sesuai dengan urutan penyalaannya. d. Sistem Pengapian CDI Kepanjangan dari CDI adalah Capasitive Discharge Ignition, yaitu sistem pengapian yang bekerja berdasarkan pembuangan muatan kapasitor. Konsep kerja sistem pengapian CDI berbeda dengan sistem pengapian penyimpan induktif (inductive storage system). Pada sistem CDI, koil masih digunakan tetapi fungsinya hanya sebagai transformator tegangan tinggi, tidak untuk menyimpan energi. Sebagai pengganti, sebuah kapasitor digunakan sebagai penyimpan energi. Dalam sistem ini kapasitor diisi (charged) dengan tegangan tinggi sekitar 300 V sampai 500 V, dan pada saat sistem bekerja (triggered), kapasitor tersebut membuang (discharge) energinya ke kumparan primer koil pengapian. Koil tersebut menaikan tegangan (dari pembuangan muatan kapasitor) menjadi tegangan yang lebih tinggi pada kumparan sekunder untuk menghasilkan percikan api pada busi. Ada perbedaan yang sangat penting dari sistem pengapian CDI dengan sistem pengapian induktif atau inductive storage system lainnya (yaitu sistem pengapian konvensional, dan transistor). Pada sistem pengapian induktif (selain CDI), tegangan tinggi pada coil dihasilkan saat arus pada kumparan primer 31

32 diputus (oleh kontak pemutus, atau transistor), sedangkan pada sistem pengapian CDI tegangan tinggi pada koil dihasilkan saat arus dari pembuangan muatan kapasitor mengalir dengan cepat ke kumparan primer koil (Derato, 1982 : 95). Waktu yang diperlukan oleh tegangan tinggi untuk mencapai tegangan tertingginya disebut rise time. Pada sistem pengapian CDI, rise time sangat singkat, sekitar 0,1 sampai 0,3 ms (Heywood, 1989 : 441). Hal ini menguntungkan karena percikan api akan tetap terjadi meskipun busi kotor. Gambar Diagram blok system pengapian CDI Secara sederhana sistem pengapian CDI digambarkan dengan skema seperti pada gambar di atas, dan rangakaian tersebut jika dikelompokkan menjadi elemen-elemen yang lebih kecil sesuai dengan kerjanya masing-masing maka dapat dikelompokkan menjadi enam blok seperti pada gambar. Keenam bagian utama dari sistem pengapian CDI tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. a. DC to DC converter. Bagian ini berfungsi untuk mensuplai tegangan untuk pengisian kapasitor. Bagian ini pada prinsipnya terdiri dari rangkaian pengubah arus searah (DC) dari baterai menjadi (seolah-olah) arus bolakbalik (AC) dengan rangkaian flip-flop. Arus AC yang dihasilkan kemudian dinaikan tegangannya oleh transformator step up menjadi sekitar 300 sampai 500 Volt dan kemudian disearahkan kembali dengan dioda sistem jembatan. 32

33 Tegangan tinggi inilah yang digunakan untuk mengisi kapasitor. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa bagian ini berfungsi untuk mengubah arus DC menjadi AC kemudian dinaikan tegangannya dan kemudian disearahkan kembali menjadi DC. b. Kapasitor. Bagian ini berfungsi untuk menyimpan energi listrik yang disuplai oleh DC to DC converter. c. Contact point atau pick up coil. Bagian ini berfungsi sebagai pemicu (trigger) atau penghasil sinyal untuk mengaktifkan thyristor. d. Amplifier. Bagian ini berfungsi sebagai penguat sinyal yang dihasilkan oleh bagian pembangkit sinyal sehingga sinyal tersebut cukup kuat untuk mengaktifkan thyristor. e. Thyristor switch. Bagian ini berfungsi untuk mengalirkan energi dari kapasitor ke koil pengapian. Thyristor ini merupakan komponen semikonduktor yang akan bekerja (ON) oleh adanya pulsa tegangan pada kaki gate-nya. Pada saat distributor berputar, pulsa tegangan dihasilkan oleh pick up coil. Pulsa ini dikuatkan oleh amplifier untuk kemudian meng-on-kan thyristor. Pada saat ON inilah kapasitor mengeluarkan energinya ke kumparan primer koil. Kemudian thyristor kembali OFF dan kapasitor terisi kembali. f. Koil. Koil pengapian dalam hal ini berfungsi sebagai transformator yang menghasilkan tegangan tinggi untuk disalurkan ke busi. Metode pembuangan muatan kapasitor untuk menghasilkan tegangan tinggi sehingga terjadi percikan api pada busi dapat dicapai dengan menyimpan energi listrik dalam sebuah kapasitor. Apabila saat pengapian sudah tepat dan api siap untuk dipercikan, thyristor power akan aktif dan membentuk suatu rangkaian tertutup antara kapasitor dan kumparan primer koil. Kapasitor dengan cepat akan melepaskan energinya melalui kumparan primer koil. Aliran arus yang sangat cepat dalam kumparan primer ini akan menyebabkan terjadinya tegangan yang sangat tinggi pada kumparan sekunder dan tegangan tinggi ini akan disalurkan ke busi untuk menghasilkan loncatan bunga api di antara elektroda busi (Heisler, 33

34 1995 : 454). Berikut ini adalah gambar salah satu model sistem pengapian CDI yang masih menggunakan kontak pemutus. A B E D C Gambar Pengapian CDI dengan kontak point Bagian A dalam kotak putus-putus merupakan bagian DC to DC converter yang berfungsi untuk mengubah arus DC menjadi AC kemudian dinaikan tegangannya dan kemudian disearahkan kembali menjadi DC. Bagian B adalah kapasitor utama, bagian C adalah sistem penghasil pulsa atau arus pemicu kerja thyristor, bagian D adalah thyristor, dan bagian E adalah koil pengapian. Secara singkat kerja dari rangkaian tersebut adalah sebagai berikut. Pada saat kunci kontak ON arus mengalir ke rangkaian A, dan akibat kerja rangkaian multivibrator yang dibentuk oleh kedua transistor yang ON dan OFF secara bergantian dan cepat, maka arus listrik dengan cepat dan bergantian mengalir ke transistor kiri dan kanan sehingga arus juga mengalir secara bergantian dengan cepat melalui kumparan di atas dan di bawah terminal 0 pada transformator. Hal ini menyebabkan pada kumparan akan timbul medan magnet dengan arah kutub yang berubah-ubah pula. Efek ini akan menghasilkan tegangan induksi pada kumparan sekunder dengan tegangan yang jauh lebih besar dibanding tegangan pada kumparan primer karena jumlah kumparan sekunder 34

35 lebih banyak. Tegangan yang dihasilkan adalah tegangan AC dan kemudian disearahkan oleh dioda sistem jembatan. Output dari dioda berupa tegangan DC yang kemudian dialirkan untuk mengisi kapasitor. Sementara itu, apabila kontak pemutus dalam keadaan tertutup, arus dari baterai akan mengalir Î kunci kontak ÎdiodaÎ R 47 Î kontak pemutus Î massa. Pada kondisi ini tidak ada sinyal atau arus yang menuju thyristor sehingga kapasitor belum mengeluarkan muatannya. Pada saat kontak pemutus terbuka, arus dar R 47 mengalir dioda Î kapasitor 47 nf Î kaki gate thyristor. Arus ini akan menyebabkan thyristor aktif sehingga kaki anoda dan katodanya terhubung dan membentuk rangkaian tertutup antara kapasitor utama, thyristor, kumparan primer koil, dan kaki negatif kapasitor utama. Akibat adanya rangkaian tertutup ini maka kapasitor akan mengeluarkan muatannya (discharge) dengan sangat cepat melalui kumparan primer koil yang dengan cepat pula menyebabkan terjadinya medan magnet pada koil sehingga terjadi tegangan induksi pada kumparan sekunder koil. Apabila kontak pemutus kembali tertutup, arus akan mengalir ke massa lagi dan tidak ada arus yang masuk ke kaki gate sehingga menyebabkan thyristor OFF sehingga terjadi rangkaian terbuka pada kapasitor. Pada saat ini pengisian kapasitor kembali terjadi dengan cepat dan sampai kembali kontak pemutus terbuka muatan kapasitor kembali dibuang dengan cepat ke koil. Kejadian ini terjadi terus menerus selama sistem pengapian dan engine bekerja. Model lain rangkaian CDI dengan pemicu model induktif nampak seperti gambar di atas. Secara garis besar rangkaian tersebut juga tetap terdiri dari lima blok yaitu DC to DC converter (dalam kotak bergaris putus-putus), kapasitor (C6), pembangkit pulsa (induction pulse generator), rangkaian penguat pulsa (amplifier), dan thyristor (T h ). 35

36 Gambar Rangkaian sistem pengapian CDI Secara umum, kerja dari rangkaian di atas sama dengan yang sudah dijelaskan sebelumnya, namun arus pemicu kerja thyristor berasal dari pulsa induktif yang diperkuat oleh rangkaian transistor untuk memperkuat dan membentuk pulsa yang dihasilkan oleh pulse generator. Model lain rari rangkaian pengapian CDI diperlihatkan pada gambar di bawah ini. Gambar Pengapian CDI dengan magnetic pulse generator 36

37 C. Latihan 1. Diskusikan denga teman anda perbedaan prinsip sistem pengapian CDI dengan pengapian lainnya. 2. Gambar diagram blok sistem pengapian CDI dan jelaskan masing-masing bagiannya. 3. Buat resume proses pengisian dan pembuangan muatan kapasitor pada sistem pengapian CDI. 4. Cari referensi lain tentang thyristor, buat penjelasan tentang komponen tersebut, dan bagaimana pemanfaatan thyristor tersebut dalam sistem pengapian CDI D. Lembar Kegiatan Kegiatan pembelajaran ini adalah kegiatan yang utamanya untuk meningkatkan kemampuan akademik (tidak kemampuan praktik) peserta sehingga kegiatan yang yang harus dilakukan sesuai dengan yang tertuang dalam petunjuk belajar di BAB I bagian C. E. Rangkuman Sistem pengapian elektronik memamfaatkan kerja transistor untuk memutus dan mengalirkan arus primer koil. Kerja transistor ini dikontrol oleh pulsa tegangan yang berasal dari pembangkit pulsa yang telah dikuatkan untuk mentriger transistor. Sistem pengapian CDI bekerja dengan memanfaatkan kerja pengisian dan pembuangan muatan kapasitor. Tegangan yang diisikan ke kapasitor adalah tegangan tinggi ( volt). Pada sistem pengapian ini tegangan baterai dinaikan oleh rangkaian converter untuk mencapai tegangan tinggi tersebut. Proses pembuangan muatan kapasitor terjadi pada saat terjadi rangkaian tertutup kapasitor dan kumparan primer koil melalui thyristor. F. Tes Formatif 1. Tegangan tinggi sekunder pada sistem pengapian CDI terjadi pada saat 37

38 A. medan magnet pada koil hilang C. kapaitor mengeluarkan muatan B. kapasitor terisi D. kontak pemutus tertutup 2. DC to DC converter berfungsi untuk A. menghasilkan tegangan tinggi busi B. membuang muatan kapasitor C. mengisi kapasitor D. menghasilkan percikan api 3. Transistor NPN akan aktif pada saat... A. ada arus mengalir dari B ke E B. ada arus mengalir dari E ke B C. ada arus mengalir dari B ke C D. ada arus mengalir dari C ke B 4. Transistor PNP yang sudah aktif dapat mengalirkan arus yang besar... A. dari B ke E B. dari E ke B C. dari E ke C D. dari C ke E 5. Pengganti kontak pemutus pada sistem pengapian elektronik adalah... A. pemangkit pulsa B. magnet C. kumparan D. phototransistor 6. Yang langsung memutus arus primer koil pada pengapian elektronik adalah A. transistor B. pulsa tegangan C. thyristor D. breaker point 7. Pulse generator terdiri dari..., kecuali A. magnet B. kumparan C. transistor D. rotor 8. Koil yang difungsikan sebagai transformator adalah pada sistem pengapian.. A. induktif B. transistor C. hall effect D. CDI 9. Bilah rotor pada sistem pengapian cahaya digunakan untuk... kecuali A. membuka-tutup cahaya B. mematikan pototransistor C. memutus arus primer koil D. mengaktifkan pototransistor 10. Pada sistem pengapian transistor, arus primer koil mengalir pada saat... A. transistor ON B. transistor OFF C. kunci kontak ON D. breaker point menutup 38

39 Soal essay : 1. Jelaskan tentang Hall effect 2. Jelaskan kerja dari DC to DC converter 3. Jelaskan proses pengisian dan pembuangan muatan kapasitor pada sistem pengapian CDI 4. Jelaskan perbedaan atau persamaan proses pembangkitan tegangan tinggi koil pada sistem pengapian konvensional dan transistor 5. Jelaskan tentang pembangkitan pulsa pada sistem induktif. 39

40 BAB IV SISTEM PENGAPIAN TERKONTROL KOMPUTER A. Kompetensi dan Indikator Kompetensi dan indikator keberhasilan dalam mempelajari bagian ini adalah sebagai berikut. Tabel Kompetensi dan Indikator Kompetensi Menguasai system pengapian terkontrol computer Elemen Kompetensi Menggambar dan menjelaskan diagram blok system pengapian terkontrol computer (ESA) Menjelaskan sensor-sensor pada system pengapian terkontrol komputer Menjelaskan sinyal yang masuk dan keluar dari sistem pengapian Menjelaskan sistem pengapian ESA dengan distributor Menjelaskan sistem pengapian ESA tanpa distributor / DLI (distributorless igniton system) Menjelaskan sistem pengapian direct ignition system (DIS) Indikator Dapat menggambar diagram blok system pengapian terkontrol komputer Dapat menjelaskan diagram blok system pengapian terkontrol komputer Dapat menjelaskan macam-macam sensorsensor pada system pengapian terkontrol komputer Dapat menjelaskan efek masukan dari sensor terhadap system pengapian Dapat menjelaskan sinyal masukan IGT ke sistem pengapian Dapat menjelaskan sinyal keluaran IGF dari sistem pengapian Dapat menjelaskan proses pemajuan dan pemunduran saat pengapian Dapat menjelaskan proses pemutusan dan pengaliran arus primer koil pada sistem pengapian ESA Dapat menjelaskan prinsip kerja sistem pengapian ESA dengan distributor Dapat menjelaskan sinyal yang keluar dari sistem pengapian ESA dengan distributor Dapat menjelaskan konstruksi sistem pengapian ESA tanpa distributor / DLI Dapat menjelaskan prinsip kerja sistem pengapian ESA tanpa distributor distributor Dapat menjelaskan prinsip pengaturan urutan penyalaan sistem pengapian tanpa distributor distributor Dapat menjelaskan konstruksi sistem pengapian DIS Dapat menjelaskan prinsip kerja sistem pengapian DIS Dapat menjelaskan prinsip pengaturan urutan penyalaan sistem pengapian tanpa distributor 40

41 Menjelaskan prinsip sistem pengapian intelegent Dual Squential Idgnition (i-dsi) distributor Dapat membedakan sistem pengapian DIS model independent ignitiondan simultaneous ignition Dapat menjelaskan penempatan busi pada sistem pengapian i-dsi Dapat menjelaskan prinsip penyalaan pada kedua busi di sistem pengapian i-dsi B. Sistem Pengapian Terkontrol Komputer 1. Pendahuluan Sistem pengapian terkontrol komputer merupakan sistem pengapian yang ada pada engine yang sudah menggunakan sistem bahan bakar injeksi (EFI). Pengontrolan pengapian dilakukan oleh komputer (electronic control unit) yang juga sebagai pengontrol sistem penginjeksian bahan bakar. Pengontrolan ini terutama pada sistem pemajuan / pemunduran saat pengapian (ignition timing) yang disesuaikan dengan kondisi kerja engine. Pada sistem pengapian yang dikontrol komputer, engine dilayani dengan sistem pengapian yang sangat mendekati karakteristik saat pengapian yang ideal. Komputer unit menentukan saat pengapian berdasarkan masukan-masukan dari sensor dan memori internalnya yang memiliki data saat pengapian yang optimal untuk setiap kondisi putaran engine. Setelah menentukan saat pengapian, komputer unit memberikan sinyal saat pengapian ke igniter. Bila sinyal tersebut dalam posisi OFF, igniter akan memutus aliran arus primer koil dengan cepat sehingga terjadi tegangan tinggi pada kumparan sekunder. Sistem pengapian terkontrol komputer terbagi menjadi beberapa kategori dasar, yaitu : 1) sistem pengapian dengan distributor, 2) sistem pengapian tanpa distributor / distributorless ignition system (DLI), 3) sistem pengapian langsung / direct ignition system (DIS). Komponen utama sistem pengapian terkontrol komputer terdiri dari 1) sensor poros engkol (sinyal Ne), 2) sensor poros nok (sinyal G), 3) igniter, 4) koil, kabel-kabel, dan busi, 4) Komputer (ECM) dan input-inputnya. Diagram blok dari sistem pengapian terkontrol komputer / electronic spark advance (ESA) adalah sebagai berikut. 41

42 Gambar 4.1. Diagram blok sistem pengapian ESA Distributor pada gambar di atas diberi garis putus-putus berarti distributor pada sistem tersebut bisa tidak ada. Bila tidak terdapat distributor, maka sistem tersebut termasuk pada sistem pengapian DLI, sedangkan jika ada distributor maka sistem tersebut sistem pengapian ESA dengan menggunakan distributor. Gambar 4.2. Penyederhanaan sistem pengapian ESA Sinyal IGT digunakan untuk mengatur aliran arus primer koil melalui ECM (electronic control module) atau ECU (electronik control unit). Sinyal IGT adalah suatu tegangan untuk meng-on dan off kan transistor utama (power transistor) di dalam igniter. Bila sinyal IGT masuk ke ignitier, sinyal tersebut menyebabkan power transistor menjadi ON sehingga arus dari baterai mengalir ke kumparan 42

43 primer koil kemudian ke massa yang mengakibatnya timbul kemagnetan pada koil. Bila tegangan IGT menjadi 0V, transistor dalam igniter menjadi off sehingga arus primer terputus yang menyebabkan medan magnet pada koil hilang dengan cepat. Akibatnya, pada kumparan sekunder timbul tegangan tinggi yang kemudian di salurkan ke busi. Sinyal IGF digunakan oleh ECM untuk untuk menentukan apakah sistem pengapian bekerja atau tidak. Berdasarkan sinyal IGF, ECM akan tetap memberikan arus ke pompa bahan bakar dan injektor. Gambar 4.3. Bagian-bagian dalam igniter Igniter merupakan komponen sistem pengapian yang langsung menerima perintah dari komputer (ECM) melalui sinyal IGT untuk melakukan pengapian. Fungsi utama igniter adalah untuk memutus dan menghubungkan arus primer koil berdasarkan sinyal IGT, namun ada beberapa fungsi lainnya dari igniter, yaitu sebagai 1) unit pembangkit sinyal konfirmasi pengapian (IGF), 2) dwell angle control, yang berfungsi untuk mengontrol lamanya power transistor ON atau lamanya arus primer mengalir, 3) lock prevention circuit, rangkaian yang berfungsi untuk mematikan transistor jika arus mengalir ke kumparan primer koil dalam waktu yang lama, 4) over voltage prevention circuit, rangkaian yang berfungsi untuk mematikan transistor jika tegangan power supply terlalu tinggi, 5) current limiting control, rangkaian yang dapat menjamin arus primer yang konstan 43

44 setiap saat baik pada putaran rendah maupun tinggi sehingga tegangan sekunder selalu tinggi, 6) tachometer signal. Sinyal Ne dan sinya G merupakan sinyal putaran poros engkol poros nok. Meskipun ada perbedaan pada sistem pengapian, penggunaan sinyal Ne dan G konsisten atau sama. Sinyal Ne menunjukkan posisi poros engkol dan putaran engine. Sinyal G (juga disebut sinyal VVT) memberikan identifikasi posisi tiap silinder. Dengan membandingkan sinyal G dan sinyal Ne ECM mampu mengidentifikasi silinder yang sedang melakukan langkah kompresi. Hal ini diperlukan untuk menghitung sudut poros engkol (sudut saat pengapian), saat sistem pengapian bekerja. Pengaturan maju mundurnya saat pengapian dilakukan dengan mengatur sinyal IGT oleh ECU. Gambar 4.4. Pemajuan sinyal IGT Sinyal IGT merupakan sinyal untuk mengaktifkan igniter sehingga koil dapat bekerja menghhasilkan tegangan tinggi. Oleh karena itu, memajukan atau memundurkan saat pengapian dilakukan dengan mempercepat atau memperlambat sinyal IGT ke igniter. Dengan berubahnya saat pemberian sinyal IGT, maka tegangan tinggi koil untuk menghasilkan percikan api dari busi juga menjadi maju atau mundur. ECM menghitung dan menetapkan sinyal IGT berdasarkan mode dan kondisi kerja engine. Pemberian sinyal IGT didasarkan terutama pada sinyal sensor posisi poros engkol, sinyal sensor posisi poros nok, beban engine, temperatur, sensor knock, dll. Secara global kontrol saat pengapian terbagi menjadi dua, yaitu 1) kontrol pengapian saat engine di start, dan 2) kontrol pengapian setelah start. 44

45 Kontrol pengapian saat start adalah saat pengapian yang diset pada waktu yang tetap tanpa memperhatikan kondisi kerja engine dan disebut initial timing angle ( sebelum TMA). Kontrol saat pengapian setelah start di dalamnnya meliputi 1) kontrol pengapian saat engine di start, 2) sudut pengajuan pengapian dasar (basic ignition advence angle), dan 3) kontrol pemajuan pengapian korektif (didasarkan pada warm up correction, over temperature correction, stable idling corection, EGR correction, AFR feedback correction, knocking correction, torque control correction, other correctionn, maximum and minimum advance angle control) 2. Elelectronic Spark Adavance (ESA) dengan Distributor Sistem pengapian ini masih menggunakan distributor untuk membagikan tegangan tinggi dari koil ke tiap busi sesuai dengan urutan penyalaannya (FO = firing order). Distributor memberikan masukan kepada ECM melalui sinyal Ne dan G. berdasarkan masukan itu, ECM mengolahnya dan memberikan input kepada igniter untuk melakukan pengapian. Pengaturan pembagian tegangan tinggi sepenuhnya dilakukan oleh distributor, pengaturan saat pengapian dilakukan oleh ECM dengan mengatur sinyal IGT yang masuk ke igniter. Gambar 4.5. Sistem pengapian ESA dengan distributor 45

46 3. Pengapian Tanpa Distributor / Distributorless Ignition System (DLI) Sistem pengapian ini adalah system pengapian ESA yang sudah tidak menggunakan distributor. Dengan menghilangkan distributor, akan meningkatkan reliabilitas system pengapian dengan mengurangi sejuml untukah komponen mekanik. Keuntungan lainnyaadalah 1) lebih banyak waktu untuk koil dalam menghasilkan medan magnet yang cukup untuk menghasilkan bunga api untuk membakar campuran udara bahan bakar di dalam silinder sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya missfiringi, 2) koil pengapian dapat ditempatkan pada atau dekat dengan busi sehingga mengurangi interferensi listrik dan meningkatkan reliabilitasnya, 3) saat pengapian dapat dikontrol dengan range yang lebih lebar karena tidak ada lagi rotor pada distributor yang dapat menyebabkan salah pengapian ke silinder yang lain. Gambar 4.6. Skema sistem pengapian DLI untuk 4 silinder Berdasarkan skema di atas, ECM memberikan sinyal IGT ke power transistor yang ada pada igniter dan tiap transistor akan memutus dan mengalirkan arus primer koil untuk menghasilkan percikan api pada busi. Pada sistem ini satu koil melayani dua busi yang akan menyala secara bersamaan. Percikan api busi yang bersamaan ini terjadi pada dua silinder pada proses yang berbeda, satu busi memercik pada saat akhir langkah kompresi, dan busi pasangannya memercik pada saat langkah buang. Pemberian sinyal IGT seperti 46

47 sudah dijelaskan sebelumnya, tentu saja berdasarkan masukan dari sensor- sensor. Gambar 4.7. Skema sistem pengapian DLI untuk 6 silinder Gambar di atas adalah sistem pengapian DLI model indutive storage. Pada model pengapian CDI (gambar di bawah), DC to DC converter tetap berdiri sendiri sebagai penghasil tegangan tinggi untuk mengisi kapasitor. Kapasitor terletak setelah DC to DC converter dan terhubung langsung dengan salah satu ujung kumparan primer koil. Thyristor terpasang pada ujung lain kumparan primer koil. Kaki G dari thyristor terhubung dengan salah satu output microprocessor. Pulsa untuk mengaktifkan thyristor diperoleh dari crankshaft angle sensor yang kemudian dikuatkan dan diolah di dalam microprocessor untuk selanjutkan sinyal tersebut keluar melalui R 1 atau R 1 untuk mengaktifkan thyristor. Gambar 4.8. Sistem pengapian CDI yang dikontrol komputer 47

48 Gambar di atas merupakan rangkaian sistem pengapian CDI yang saat pengapiannya (ignition timing) dikendalikan oleh microprocessor berdasarkan sensor-sensor operasi engine. Sistem di atas termasuk dalam tipe pengapian distributorless ignition system (DLI) dengan satu koil untuk melayani dua busi. Pemberian sinyal melalui R 1 atau R 1 untuk mengaktifkan thyristor diatur oleh microprocessor berdasarkan sensor posisi poros engkol sehingga saat penyalaan akan selalu tepat sesuai dengan kondisi operasi engine. 4. Sistem Pengapian Langsung / Direct Ignition System (DIS) Sistem pengapian langsung (DIS) memiliki koil yang terpasang langsung pada busi. Sistem pengapian DIS dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu 1) independent ignition, satu koil tiap silinder, dan 2) simultaneous ignition, satu koil untuk dua silinder. Pada model yang kedua, sebuah koil dipasangkan pada satu busi dan sebuah kabel tegangan tinggi dipasangkan pada busi lainnya. Loncatan bunga api terjadi pada kedua silinder secara bersamaan. Gambar 4.9. Koil yang terpasang pada busi Gambar di bawah ini memperlihatkan skema sistem pengapian DIS model independen. ECM memberikan sinyal IGT sejumlah silinder dan masing-masing sinyal IGT digunakan untuk mengaktifkan tiap transistor yang ada pada igniter sesuai dengan FO-nya.Transistor ini berfungsi untuk memutus dan mengalirkan 48

49 arus primer masing-masing koil. Pengaturan sinyal IGT pada sistem pengapian ini juga tetap berdasarkan masukan sensor-sensor ke ECM. Gambar Skema DIS model independen 5. i-dsi (Intelegent Double Sequential Ignition) Sistem pengapian idsi menggunakan dua busi untuk tiap silinder. Kedua busi itu manyala secara berurutan atau bersamaan tergantung dari kondisi kerja engine. Sistem dapat mengoptimalkan saat pengapian tiap busi berdasarkan pada putaran dan beban engine. Pembakaran yang intensif pada semua putaran engine tidak hanya mengotrol knocking tetapi memungkinkan juga penggunaan rasio kompresi yang lebih tinggi untuk mencapai output yang lebih tinggi dengann konsumsi bahan bakar yang lebih kecil dibandingkan dengan engine konvensional. Keuntungan sistem ini adalah pembakaran yang lebih intensif, menggunakan dua busi yang dipasang secara diagonal berlawanan satu sama lain, sangat kompak, ruang bakar yang high-swirl. Setiap pasang busi memercikan api secara sekuensial dengan interval antara keduannya tergantung pada putaran dan beban engine. Busi yang terletak dekat saluran masuk menyala lebih dulu kemudian saat api merambat / propagasi, busi yang dekat pipa buang 49

50 (exhaust) menyala (sebelum TMA). Api berekspasi dengan cepat ke seluruh bagian untuk menghasilkan pembakaran yang komplit. Hal ini menghasilkan pembakaran yang lebih cepat dan tekanan silinder yang lebih tinggi yang memberikan output engine yang tinggi. Gambar Letak busi sistem pengapian idsi Pemrograman peta saat pengapian menghasilkan keseimbangan antara keekonomisan dengan power output. Pada pembukaan throttle yang besar (putaran sekitar 2600 rpm) pengapian di sisi saluran masuk (intake) dimajukan dan di sisi exhaust sedikit dimundurkan. Pada kecepatan tinggi pengapian hamper bersamaan untuk mencapai output yang optimum. Di bawah ini adalah perubahan saat pengapian dan penyalaan tiap busi pada beberapa tingkat putaran engine rpm 2000 rpm 50

51 3000 rpm 4000 rpm 5000 rpm 6000 rpm Gambar Perubahan saat penyalaan busi pada beberapa putaran engine C. Latihan 1. Gambar dan diskusikan bersama teman diagram blok prinsip kerja sistem pengapian ESA 2. Analisalah kaitan antara sensor-sensor yang ada pada engine dengan sistem pengapian 3. Buat analisis jika sinyal IGF tidak keluar dari sistem pengapian. 4. Jelaskan proses penyalaan busi pada sistem pengapian i-dsi. D. Lembar Kegiatan Kegiatan pembelajaran ini adalah kegiatan yang utamanya untuk meningkatkan kemampuan akademik (tidak kemampuan praktik) peserta sehingga kegiatan yang yang harus dilakukan sesuai dengan yang tertuang dalam petunjuk belajar di BAB I bagian C. 51

52 E. Rangkuman Sistem pengapian terkontrol komputer (ESA) merupakan sistem pengapian yang proses pemajuan dan pemunduran saat pengapian dikontrol oleh komputer. Sistem pengapian model ini terdiri dari beberapa model, yaitu sistem pengapian ESA dengan distributor, sistem pengapian ESA tanpa distributor (DLI), sistem pengapian langsung (DIS), dan sistem pengapian i-dsi. F. Tes Formatif 1. Output ECM yang diperlukan sebagai sinyal untuk system pengapian ESA adalah A. sinyal IGF B. sinyal GT C. pulsa tegangan D. sinyal Ne 2. Jika ECM menerima sinyal Ne dengan frekuensi yang makin tinggi, maka A. saat pengapian dimundurkan B. saat pengapian dimajukan C. sinyal IGF terlambat D. sinyal IGF dipercepat 3. Fungsi igniter adalah..., kecuali A. pengontrol sudut dwell B. memutus/menghubungkan arus primer koil C. lock prevention circuit D. memajukan/memundurkan saat pengapian 4. Jika sinyal IGF tidak muncul, maka A. sinyal IGT diperkuat B. sinyal IGT dipercepat C. pompa bensin berhenti D. injector menyemprot lebih lama 5. Berikut adalah peryataan yang benar tentang system pengapian DLI, kecuali A. FO diatur oleh ECM B. satu koil melayani dua busi C. distributor menghasilkan sinyal Ne dan G D. busi 1 berpasangan dengan busi 4 6. Pada pengapian ESA, posisi langkah tiap silinder ditentukan berdasarkan A. sinyal Ne dan G B. saat penyemprotan injektor C. sinyal prosisi throttle D. sinyal knocking 7. Prinsip pemajuan saat pengapian pada system ESA dengan distributor, DLI, dan DIS.. 52

53 A. sama B. berbeda C. DIS lebih efisien D. menggunakan vakum dan sentrifugal advancer 8. Jika ECM menerima sinyal dari sensor knocking, maka A. saat pengapian dimundurkan B. saat pengapian dimajukan C. sinyal IGF terlambat D. sinyal IGF dipercepat 9. Pada pengapian i-dsi.. A. kedua busi menyala bersama B. kedua busi menyala bersama pada putaran tinggi C. pada putaran rendah hanya satu busi menyala D. pada putaran lambat pengapian lebih optimum 10. ECM kependekan dari A. engine control module B. electronic control module C. electronic control unit D. tidak ada yang benar Soal essay : 1. Jelaskan hubungan kerja antara sensor-sensor, ECM, dan system pengapian. 2. Mengapa sinyal IGF dari system pengapian sangat diperlukan oleh ECM? 3. Jelaskan fungsi distributor dalam system pengapian ESA model distributor. 4. Jika system pengapian ESA tidak menggunakan distributor, bagaimana pengaturan penyalaan atau FO engine tersebut? 5. Jika koil terpasang pada busi seperti pada system pengapian DIS, bagaimana proses pemutusan dan pengaliran arus primer koilnya? 53

54 BAB V SISTEM PENGISIAN BATERAI (CHARGING SYSTEM) A. Kompetensi dan Indikator Kompetensi dan indikator keberhasilan dalam mempelajari bagian ini adalah sebagai berikut. Tabel Kompetensi dan Indikator Kompetensi Elemen Kompetensi Indikator Menguasai Menjelaskan nama Dapat menjelaskan nama dan fungsi komponen system dan fungsi komponen alternator konvensional. pengisian sistem pengisian Dapat menjelaskan nama dan fungsi komponen konvensional model konvensional serta terminal-terminal regulator konvensional. dan IC dan elektronik Dapat menjelaskan nama dan fungsi komponen alternator IC. Dapat menjelaskan nama dan fungsi terminal regulator IC. Menggambar Dapat menggambar rangkaian pengisian model rangkaian dan konvensional. menjelaskan cara Dapat menjelaskan cara kerja sistem pengisian kerja sistem model konvensional pengisian model Dapat menggambar rangkaian dasar IC regulator. konvensional dan Dapat menjelaskan cara kerja rangkaian dasar IC elektronik regulator. Dapat menjelaskan cara kerja rangkaian sistem pengisian dengan IC regulator. Menganalisa Dapat menganalisa pengaruh kerusakan pengaruh kerusakan komponen alternator konvensional terhadap komponen sistem output sistem pengisian pengisian model Dapat menganalisa pengaruh kerusakan konvensional dan komponen regulator konvensional terhadap output elektronik sistem pengisian Dapat menganalisa pengaruh kerusakan komponen alternator IC terhadap output sistem pengisian Dapat menganalisa pengaruh kerusakan regulator IC terhadap output sistem pengisian Dapat menjelaskan cara menguji regulator IC pada alternator Menentukan Dapat menentukan penyebab gangguan tidak ada penyebab gangguan pengisian pada sistem pengisian konvensional dari gejala yang Dapat menentukan penyebab gangguan pengisian terjadi sistem berlebihan pada sistem pengisian konvensional pengisian model Dapat menentukan penyebab gangguan pengisian konvensional dan terlau rendah pada sistem pengisian konvensional elektronik (IC) Dapat menentukan penyebab gangguan tidak ada pengisian pada sistem pengisian IC 54

55 Mengatasi masalah sistem pengisian model konvensional dan elektronik Membedakan beberapa macam sistem pengisian model konvensional dan elektronik Menjelaskan sistem pengisian dengan alternator tipe tanpa sikat (brushless alternator) Menentukan besarnya alternator yang harus dipasang pada kendaraan Dapat menentukan penyebab gangguan pengisian berlebihan pada sistem pengisian IC Dapat menentukan penyebab gangguan pengisian terlau rendah pada sistem pengisian IC Dapat mengatasi masalah tidak ada pengisian pada sistem pengisian konvensional Dapat mengatasi masalah pengisian berlebihan pada sistem pengisian konvensional Dapat mengatasi masalah pengisian terlau rendah pada sistem pengisian konvensional Dapat mengatasi masalah tidak ada pengisian pada sistem pengisian IC Dapat mengatasi masalah pengisian berlebihan pada sistem pengisian IC Dapat mengatasi masalah pengisian terlau rendah pada sistem pengisian IC Dapat membedakan kerja sistem pengisian model konvensional dan elektronik Dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian sistem pengisian model konvensional dan elektronik Dapat menjelaskan komponen alternator tipe tanpa sikat (brushless alternator) Dapat menggambar dan menjelaskan rangkaian sistem sistem pengisian dengan alternator tipe tanpa sikat (brushless alternator) Membedakan konstruksi alternator tipe tanpa sikat dengan alternator konvensional Dapat menentukan power input untuk semua beban listrik tetap dan tidak tetap Dapat menentukan arus minimum yang diperlukan untuk semua beban listrik Dapat menentukan aman tidaknya alternator yang harus dipasang pada suatu kendaraan berdasarkan perhitungan dan pengujian lapangan B. Sistem Pengisian (Charging System) 1. Pendahuluan Sistem pengisian berfungsi untuk 1) mengisi arus listrik ke battery, dan 2) Mensuplai arus listrik ke seluruh sistem kelistrikan setelah mesin hidup. Komponen-komponen pada system pengisian adalah seperti ditunjukkan pada gambar 1 terdiri dari baterai, kunci kontak, alternator, dan regulator. Alternator berfungsi untuk mengubah energi gerak menjadi energi listrik. Tegangan yang dihasilkan oleh alternator bervariasi tergantung dari kecepatan putaran dan besarnya beban. Terminal-terminal yang ada pada alternator adalah terminal E, 55

56 F, N (atau ada juga yang menggunakan P), dan B, dan ada juga alternator dengan terminal E, F, N, A, dan B. Karena tegangan alternator bervariasi akibat putaran, maka digunakan regulator yang berfungsi untuk menjaga tegangan output alternator tetap konstan dengan mengatur besar kecilnya arus listrik atau kuat lemahnya medan magnet pada kumparan rotor (rotor coil). Regulator ada dua macam, pertama tipe konvensional atau tipe kontak point, kedua tipe regulator IC. Gambar 5.1. Komponen sistem pengisian 2. Regulator Tipe Konvensional Regulator tipe kontak point terdiri dari : 1) kumparan voltage regulator yang berfungsi untuk mengatur arus yang masuk ke rotor coil agar agar kemagnetannya bisa diatur sehingga tegangan output alternator tetap konstan, dan 2) kumparan voltage relay yang berfungsi untuk mematikan lampu CHG dan menghubungkan arus dari terminal B ke voltage regulator. Terminal yang terdapat pada regulator ini adalah terminal IG, N, F, E, L, dan B. 56

Gambar 9.1. Sistem pengapian

Gambar 9.1. Sistem pengapian BAB 9 SISTEM PENGAPIAN (IGNITION SYSTEM) 9.1. Pendahuluan Sistem pengapian merupakan sistem yang berfungsi untuk menghasilkan percikan bunga api pada busi yang kuat dan tepat untuk memulai pembakaran campuran

Lebih terperinci

Cara Kerja Sistem Pengapian Magnet Pada Sepeda Motor

Cara Kerja Sistem Pengapian Magnet Pada Sepeda Motor NAMA : MUHAMMAD ABID ALBAR KELAS : IX E Cara Kerja Sistem Pengapian Magnet Pada Sepeda Motor Sistem pengapian pada sepeda motor berfungsi untuk mengatur proses terjadinya pembakaran campuran udara dan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT

BAB IV PENGUJIAN ALAT 25 BAB IV PENGUJIAN ALAT Pembuatan alat pengukur sudut derajat saat pengapian pada mobil bensin ini diharapkan nantinya bisa digunakan bagi para mekanik untuk mempermudah dalam pengecekan saat pengapian

Lebih terperinci

TROUBLE SHOOTING PADA SISTEM PENGAPIAN CDI - AC SEPEDA MOTOR HONDA ASTREA GRAND TAHUN Abstrak

TROUBLE SHOOTING PADA SISTEM PENGAPIAN CDI - AC SEPEDA MOTOR HONDA ASTREA GRAND TAHUN Abstrak TROUBLE SHOOTING PADA SISTEM PENGAPIAN CDI - AC SEPEDA MOTOR HONDA ASTREA GRAND TAHUN 1997 Indra Joko Sumarjo 1, Agus Suprihadi 2, Muh. Nuryasin 3 DIII Teknik Mesin Politeknik Harapan Bersama Jln. Mataram

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PENGAPIAN (IGNITION SYSTEM)

BAB IV SISTEM PENGAPIAN (IGNITION SYSTEM) 30 BAB IV SISTEM PENGAPIAN (IGNITION SYSTEM) 1. Dasar Pada motor bakar yang menggunakan bahan bakar bensin, yang masuk keruang bahan bakar adalah gas campuran udara dan bensin, sedangkan untuk pembakarannya

Lebih terperinci

Sistem Pengapian CDI AC pada Sepeda Motor Honda Astrea Grand Tahun 1997 ABSTRAK

Sistem Pengapian CDI AC pada Sepeda Motor Honda Astrea Grand Tahun 1997 ABSTRAK Sistem Pengapian CDI AC pada Sepeda Motor Honda Astrea Grand Tahun 1997 Kusnadi D-III Teknik Mesin Politeknik Harapan Bersama Tegal. ABSTRAK Sistem pengapian merupakan sistem yang menghasilkan tegangan

Lebih terperinci

SISTIM PENGAPIAN. Jadi sistim pengapian berfungsi untuk campuran udara dan bensin di dalam ruang bakar pada.

SISTIM PENGAPIAN. Jadi sistim pengapian berfungsi untuk campuran udara dan bensin di dalam ruang bakar pada. SISTIM PENGAPIAN Pada motor bensin, campuran bahan bakar dan udara yang dikompresikan di dalam silinder harus untuk menghasilkan tenaga. Jadi sistim pengapian berfungsi untuk campuran udara dan bensin

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA MOTOR DAN PENGAPIAN

PRINSIP KERJA MOTOR DAN PENGAPIAN PRINSIP KERJA MOTOR DAN PENGAPIAN KOMPETENSI 1. Menjelaskan prinsip kerja motor 2 tak dan motor 4 tak. 2. Menjelaskan proses pembakaran pada motor bensin 3. Menjelaskan dampak saat pengapian yang tidak

Lebih terperinci

ECS (Engine Control System) TROOT024 B3

ECS (Engine Control System) TROOT024 B3 ECS (Engine Control System) TROOT024 B3 Ragkaian Sistem Pengapian Tujuan Umum : Peserta dapat mengidentifikasi fungsi, konstruksi, cara kerja sistem control ngine Peserta dapat mendiagnosa dan memperbaiki

Lebih terperinci

K BAB I PENDAHULUAN

K BAB I PENDAHULUAN Pengaruh variasi resistansi ballast resistor cdi dan variasi putaran mesin terhadap perubahan derajat pengapian pada sepeda motor honda astrea grand tahun 1997 Oleh: Wihardi K. 2599051 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. 2.1 Konsep Dasar Sistem Pengisian Sepeda Motor

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. 2.1 Konsep Dasar Sistem Pengisian Sepeda Motor BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Pengisian Sepeda Motor Sistem pengisian adalah gabungan dari beberapa komponen pengisian seperti generator (alternator), regulator dan baterai

Lebih terperinci

JST/OTO/OTO318/02 LISTRIK DAN ELEKTRONIKA OTOMOTIF

JST/OTO/OTO318/02 LISTRIK DAN ELEKTRONIKA OTOMOTIF SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK LAPORAN PRAKTIK SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK JST/OTO/OTO318/02 LISTRIK DAN ELEKTRONIKA OTOMOTIF Disusun oleh : CHAMDAN NOR ICHWAN TS 13504241036 DWI PRASETYO 13504241040 MUHAMMAD

Lebih terperinci

PENGGUNAAN IGNITION BOOSTER

PENGGUNAAN IGNITION BOOSTER PENGGUNAAN IGNITION BOOSTER DAN VARIASI JENIS BUSI TERHADAP TORSI DAN DAYA MESIN PADA YAMAHA MIO SOUL TAHUN 2010 Ilham Fahrudin, Husin Bugis, dan Ngatou Rohman Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

Fakultas Teknik UNY. Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif SISTEM PENGAPIAN. Penyusun : Beni Setya Nugraha, S.Pd.T.

Fakultas Teknik UNY. Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif SISTEM PENGAPIAN. Penyusun : Beni Setya Nugraha, S.Pd.T. KODE MODUL SPD. OTO 225-01 Fakultas Teknik UNY Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif SISTEM PENGAPIAN Penyusun : Beni Setya Nugraha, S.Pd.T. Sistem Perencanaan Penyusunan Program dan Penganggaran (SP4) Jurusan

Lebih terperinci

ECS (Engine Control System) TROOT024 B3

ECS (Engine Control System) TROOT024 B3 ECS (Engine Control System) TROOT024 B3 Diagnosa Ignition Control Sistem Tujuan Umum : Peserta dapat mengidentifikasi fungsi, konstruksi, cara kerja sistem control ngine Peserta dapat mendiagnosa dan memperbaiki

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Bakar 2.2 Prinsip Kerja Mesin Bensin

BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Bakar 2.2 Prinsip Kerja Mesin Bensin 4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Bakar Motor bakar merupakan salah satu alat (mesin) yang mengubah tenaga panas menjadi tenaga mekanik, motor bakar umumnya terdapat dalam beberapa macam antara lain : mesin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II PENDAHULUAN BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Bensin Motor bakar bensin adalah mesin untuk membangkitkan tenaga. Motor bakar bensin berfungsi untuk mengubah energi kimia yang diperoleh dari

Lebih terperinci

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN Jl. Dr. Setiabudhi No. 207 Bandung UJIAN TEORI PRAKTEK ENGINE

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perangkat Keras ( Hardware) Dalam pembuatan tugas akhir ini diperlukan penguasaan materi yang digunakan untuk merancang kendali peralatan listrik rumah. Materi tersebut merupakan

Lebih terperinci

Upaya Peningkatan Unjuk Kerja Mesin dengan Menggunakan Sistem Pengapian Elektronis pada Kendaraan Bermotor

Upaya Peningkatan Unjuk Kerja Mesin dengan Menggunakan Sistem Pengapian Elektronis pada Kendaraan Bermotor Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CakraM Vol. 3 No. 1, April 2009 (87-92) Upaya Peningkatan Unjuk Kerja Mesin dengan Menggunakan Pengapian Elektronis pada Kendaraan Bermotor I Wayan Bandem Adnyana Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Imam Mahir. Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta Jalan Rawamangun Muka, Jakarta

Imam Mahir. Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta Jalan Rawamangun Muka, Jakarta Pengaruh Sistem Pengapian Capasitive Discharge Ignition(CDI) dengan Sumber Arus yang Berbeda Terhadap Kandungan Karbon Monoksida (CO) Gas Buang Sepeda Motor 110 cc Imam Mahir Jurusan Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Nurdianto dan Ansori, (2015), meneliti pengaruh variasi tingkat panas busi terhadap performa mesin dan emisi gas buang sepeda motor 4 tak.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang 7 BAB II LANDASAN TEORI A. LANDASAN TEORI 1. Pembebanan Suatu mobil dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik selalu dilengkapi dengan alat pembangkit listrik berupa generator yang berfungsi memberikan tenaga

Lebih terperinci

OPTIMALISASI SISTEM PENGAPIAN CDI (CAPASITOR DISCHARGE IGNITION) PADA MOTOR HONDA CB 100CC

OPTIMALISASI SISTEM PENGAPIAN CDI (CAPASITOR DISCHARGE IGNITION) PADA MOTOR HONDA CB 100CC OPTIMALISASI SISTEM PENGAPIAN CDI (CAPASITOR DISCHARGE IGNITION) PADA MOTOR HONDA CB 100CC Muhamad Nuryasin, Agus Suprihadi Program Studi D III Teknik Mesin Politeknik Harapan Bersama Jln. Mataram No.

Lebih terperinci

PENGARUH PEMASANGAN DUA CDI DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP OUTPUT DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR

PENGARUH PEMASANGAN DUA CDI DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP OUTPUT DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR PENGARUH PEMASANGAN DUA CDI DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP OUTPUT DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR Bibid Sarifudin, Agung Nugroho Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah (UNISFAT)

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH VARIASI CDI TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR HONDA VARIO 110cc

ANALISIS PENGARUH VARIASI CDI TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR HONDA VARIO 110cc Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol., No., Oktober ANALISIS PENGARUH VARIASI CDI TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR HONDA VARIO cc Sachrul Ramdani Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

1. Perhatikan gambar komponen elektronik di atas, merupakan simbol dari komponen. a. b. c. d. e.

1. Perhatikan gambar komponen elektronik di atas, merupakan simbol dari komponen. a. b. c. d. e. TUGAS MANDIRI KELAS XI SCI Jum at 2 September 2016 1. Perhatikan gambar komponen elektronik di atas, merupakan simbol dari komponen. 2. Perhatikan gambar komponen elektronik di atas, merupakan simbol dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PELAKSANAAN. Yamaha Mio di Laboratorium, Program Vokasi Universitas Muhammadiyah

BAB III METODE PELAKSANAAN. Yamaha Mio di Laboratorium, Program Vokasi Universitas Muhammadiyah BAB III METODE PELAKSANAAN 1.1 Tempat Pelaksanaan Dalam pelaksanaan serta pengujian tugas akhir ini, penulis melakukan pengerjaan merangkai dan menguji sistem pengapian dan pengisian sepeda motor Yamaha

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Rekondisi dan modifikasi

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Rekondisi dan modifikasi BAB II DASAR TEORI Pendekatan pemecahan masalah dapat digunakan untuk merekondisi sepeda motor Honda C86 tahun 1986. Salah satu hal yang menyangkut pendekatan pemecahan masalah adalah dasar teori. Dasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Marlindo (2012) melakukan penelitian bahwa CDI Racing dan koil racing menghasilkan torsi dan daya lebih besar dari CDI dan Koil standar pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan,

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan, 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem kontrol (control system) Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan, memerintah dan mengatur keadaan dari suatu sistem. [1] Sistem kontrol terbagi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Troubleshooting Sistem Pengapian Dan Pengisian Sepeda Motor. 1. Cara Kerja Sistem Pengapian Sepeda Motor Yamaha Mio

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Troubleshooting Sistem Pengapian Dan Pengisian Sepeda Motor. 1. Cara Kerja Sistem Pengapian Sepeda Motor Yamaha Mio BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Troubleshooting Sistem Pengapian Dan Pengisian Sepeda Motor Yamaha Mio 4.1.1 Sistem Pengapian Yamaha Mio ( DC ) 1. Cara Kerja Sistem Pengapian Sepeda Motor Yamaha Mio Pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Alternator Alternator atau yang lebih kita kenal sebagai "Dinamo Amper" merupakan suatu unit yang berfungsi sebagai power supply dan charging syste. Fungsi alternator adalah

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Aspek Perancangan Dalam Modifikasi Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan perencanaan, pemasangan dan pengujian. Dalam hal tersebut timbul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi dibidang otomotif dari waktu kewaktu terus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi dibidang otomotif dari waktu kewaktu terus mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi dibidang otomotif dari waktu kewaktu terus mengalami perkembangan melalui perbaikan kualitas komponen-komponen yang dipergunakan, salah satunya adalah teknologi

Lebih terperinci

S I L A B U S. KODE : TE 302 JUMLAH SKS : 2 SEMESTER : 3 PROGRAM STUDI / PROGRAM : Teknik Elektro / D-3 PRA SYARAT : : Chris Timotius, Ir.

S I L A B U S. KODE : TE 302 JUMLAH SKS : 2 SEMESTER : 3 PROGRAM STUDI / PROGRAM : Teknik Elektro / D-3 PRA SYARAT : : Chris Timotius, Ir. S I L A B U S. Identifikasi Kuliah MATA KULIAH : Kelistrikan Otomotif KODE : TE 302 JUMLAH SKS : 2 SEMESTER : 3 PROGRAM STUDI / PROGRAM : Teknik Elektro / D-3 PRA SYARAT : Dosen : Chris Timotius, Ir.,MM

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR TROUBLESHOOTING SISTEM PENGAPIAN INTEGRATED IGNITION ASSEMBLY ( IIA ) PADA TOYOTA GREAT COROLLA 1600 TAHUN 1992

TUGAS AKHIR TROUBLESHOOTING SISTEM PENGAPIAN INTEGRATED IGNITION ASSEMBLY ( IIA ) PADA TOYOTA GREAT COROLLA 1600 TAHUN 1992 TUGAS AKHIR TROUBLESHOOTING SISTEM PENGAPIAN INTEGRATED IGNITION ASSEMBLY ( IIA ) PADA TOYOTA GREAT COROLLA 1600 TAHUN 1992 Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Progam Diploma 3 untuk Menyandang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan III-1 BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan menghasilkan suatu sistem yang dapat mengontrol cahaya pada lampu pijar untuk pencahayaanya

Lebih terperinci

PENGARUH SISTEM PENGAPIAN TERHADAP EMISI GAS BUANG. Rosehan

PENGARUH SISTEM PENGAPIAN TERHADAP EMISI GAS BUANG. Rosehan PENGARUH SISTEM PENGAPIAN TERHADAP EMISI GAS BUANG Rosehan Abstract Emisi gas buang adalah hasil reaksi pembakaran campuran udara-bahan bakar di dalam ruang bakar yang membentuk dissosiasi baru. Emisi

Lebih terperinci

DAN RANGKAIAN AC A B A. Gambar 4.1 Berbagai bentuk isyarat penting pada sistem elektronika

DAN RANGKAIAN AC A B A. Gambar 4.1 Berbagai bentuk isyarat penting pada sistem elektronika + 4 KAPASITOR, INDUKTOR DAN RANGKAIAN A 4. Bentuk Gelombang lsyarat (signal) Isyarat adalah merupakan informasi dalam bentuk perubahan arus atau tegangan. Perubahan bentuk isyarat terhadap fungsi waktu

Lebih terperinci

BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN

BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN 12.1. Pendahuluan Bab ini berisi sistem kelistrikan bodi yang berhubungan dengan suatu pengukur bagi pengemudi yang sebagian atau keseluruhannya berada pada panel

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori teori yang mendasari perancangan dan perealisasian inductive wireless charger untuk telepon seluler. Teori-teori yang digunakan dalam skripsi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka 59 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat Mulai Tinjauan pustaka Simulasi dan perancangan alat untuk pengendali kecepatan motor DC dengan kontroler PID analog

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT III.1. Diagram Blok Secara garis besar, diagram blok rangkaian pendeteksi kebakaran dapat ditunjukkan pada Gambar III.1 di bawah ini : Alarm Sensor Asap Mikrokontroler ATmega8535

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN. HALAMAN PENGESAHAN. HALAMAN PERSEMBAHAN. KATA PENGANTAR. DAFTAR GAMBAR. BAB I PENDAHULUAN 1

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN. HALAMAN PENGESAHAN. HALAMAN PERSEMBAHAN. KATA PENGANTAR. DAFTAR GAMBAR. BAB I PENDAHULUAN 1 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN. HALAMAN PENGESAHAN. KEASLIAAN MOTTO HALAMAN PERSEMBAHAN. ABSTRAK KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. i ii iii iv v vi vii viii

Lebih terperinci

TROUBLESHOOTING SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL MOTOR BAKAR GASOLINE EMPAT SILINDER 4 TAK

TROUBLESHOOTING SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL MOTOR BAKAR GASOLINE EMPAT SILINDER 4 TAK B.7 TROUBLESHOOTING SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL MOTOR BAKAR GASOLINE EMPAT SILINDER 4 TAK Edy Susilo Widodo 1 dan Eko Surjadi 2 1 Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Surakarta, Jl.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Penampang kumparan rotor dari atas.[4] permukaan rotor, seperti pada gambar 2.2, saat berada di daerah kutub dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Penampang kumparan rotor dari atas.[4] permukaan rotor, seperti pada gambar 2.2, saat berada di daerah kutub dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motor DC 2.1.1. Prinsip Kerja Motor DC Motor listrik adalah mesin dimana mengkonversi energi listrik ke energi mekanik. Jika rotor pada mesin berotasi, sebuah tegangan akan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik dan pembuatan mekanik turbin. Sedangkan untuk pembuatan media putar untuk

Lebih terperinci

Petunjuk : Berilah Tanda Silang (X) pada salah satu jawaban yang paling tepat

Petunjuk : Berilah Tanda Silang (X) pada salah satu jawaban yang paling tepat Petunjuk : Berilah Tanda Silang (X) pada salah satu jawaban yang paling tepat 1. Menurut gambar di bawah ini jaket air (water jacket) ditunjukkan oleh 1 5 7 2 8 9 6 3 4 a. No. 1 b. No. 2 c. No. 3 d. No.

Lebih terperinci

BAB 13 SISTEM KELISTRIKAN TAMBAHAN (ASESORIS)

BAB 13 SISTEM KELISTRIKAN TAMBAHAN (ASESORIS) BAB 13 SISTEM KELISTRIKAN TAMBAHAN (ASESORIS) 13.1. Pendahuluan Sistem kelistrikan tambahan merupakan sistem di luar sistem utama namun memiliki fungsi yang tidak kalah penting. Faktor keamanan dan kenyamanan

Lebih terperinci

Tabel 4.1. Komponen dan Simbol-Simbol dalam Kelistrikan. No Nama Simbol Keterangan Meter analog. 1 Baterai Sumber arus

Tabel 4.1. Komponen dan Simbol-Simbol dalam Kelistrikan. No Nama Simbol Keterangan Meter analog. 1 Baterai Sumber arus BAB 4 RANGKAIAN LISTRIK DAN PERBAIKANNYA 4.1. Pendahuluan Rangkaian listrik merupakan satu sistem yang terdiri dari beberapa komponen kelistrikan dan kabel-kabel penghantar yang menghubungkan satu komponen

Lebih terperinci

KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA. Prakarya X

KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA. Prakarya X KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA Prakarya X Ukuran Komponen Elektronika Komponen Elektronika? Peralatan Elektronika adalah sebuah peralatan yang terbentuk dari beberapa Jenis Komponen Elektronika dan masing-masing

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Prinsip Kerja Motor Bensin Pada motor bensin, bensin dibakar untuk memperoleh energi termal. Energi ini selanjutnya digunakan untuk melakukan gerakan mekanik, prinsip kerja motor

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM KONTROL MOTOR DC SEBAGAI FUNGSI DAYA DAN TEGANGAN TERHADAP KALOR

ANALISIS SISTEM KONTROL MOTOR DC SEBAGAI FUNGSI DAYA DAN TEGANGAN TERHADAP KALOR Akhmad Dzakwan, Analisis Sistem Kontrol ANALISIS SISTEM KONTROL MOTOR DC SEBAGAI FUNGSI DAYA DAN TEGANGAN TERHADAP KALOR (DC MOTOR CONTROL SYSTEMS ANALYSIS AS A FUNCTION OF POWER AND VOLTAGE OF HEAT) Akhmad

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN NOMOR PERSOALAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv HALAMAN MOTTO... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR

Lebih terperinci

ROBOT LINE FOLLOWER ANALOG

ROBOT LINE FOLLOWER ANALOG ROBOT LINE FOLLOWER ANALOG ABSTRAK Dalam makalah ini akan dibahas mengenai robot Line Follower. Robot ini merupakan salah satu bentuk robot beroda yang memiliki komponen utama diantaranya, seperti resistor,

Lebih terperinci

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian TEORI DASAR 2.1 Pengertian Dioda adalah piranti elektronik yang hanya dapat melewatkan arus/tegangan dalam satu arah saja, dimana dioda merupakan jenis VACUUM tube yang memiliki dua buah elektroda. Karena

Lebih terperinci

MODIFIKASI SISTEM BAHAN BAKAR KARBURATOR MENJADI SISTEM BAHAN BAKAR INJEKSI PADA HONDA LEGENDA (TINJAUAN SISTEM PENGAPIAN) PROYEK AKHIR

MODIFIKASI SISTEM BAHAN BAKAR KARBURATOR MENJADI SISTEM BAHAN BAKAR INJEKSI PADA HONDA LEGENDA (TINJAUAN SISTEM PENGAPIAN) PROYEK AKHIR MODIFIKASI SISTEM BAHAN BAKAR KARBURATOR MENJADI SISTEM BAHAN BAKAR INJEKSI PADA HONDA LEGENDA (TINJAUAN SISTEM PENGAPIAN) PROYEK AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Untuk

Lebih terperinci

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Brilliant Adhi Prabowo Pusat Penelitian Informatika, LIPI brilliant@informatika.lipi.go.id Abstrak Motor dc lebih sering digunakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Perancangan Alat Perancangan merupakan suatu tahap yang sangat penting dalam pembuatan suatu alat, sebab dengan menganalisa komponen yang digunakan maka alat yang akan dibuat

Lebih terperinci

Sistem Pengaturan Kecepatan Stasioner dengan Pengapian Multispark Menggunakan Kontroler PID. Primadani Kurniawan

Sistem Pengaturan Kecepatan Stasioner dengan Pengapian Multispark Menggunakan Kontroler PID. Primadani Kurniawan Sistem Pengaturan Kecepatan Stasioner dengan Pengapian Multispark Menggunakan Kontroler PID Primadani Kurniawan 2207100041 Macet Berhenti sejenak Stasioner Sebagian besar kendaraan menggunakan mesin bensin

Lebih terperinci

Jenis-jenis Komponen Elektronika, Fungsi dan Simbolnya

Jenis-jenis Komponen Elektronika, Fungsi dan Simbolnya Jenis-jenis Komponen Elektronika, Fungsi dan Simbolnya Peralatan Elektronika adalah sebuah peralatan yang terbentuk dari beberapa Jenis Komponen Elektronika dan masing-masing Komponen Elektronika tersebut

Lebih terperinci

Semua orang tahu ada dua jenis arus listrik AC & DC, namun yang disayangkan kebanyakan orang

Semua orang tahu ada dua jenis arus listrik AC & DC, namun yang disayangkan kebanyakan orang Definisi Arus AC dan DC Semua orang tahu ada dua jenis arus listrik AC & DC, namun yang disayangkan kebanyakan orang cuma tahu saja bukan mengerti, dan yang parahnya lagi pada umum orang tahu dan membedakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. pembakaran yang lebih cepat dan mengurangi emisi gas buang yang di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. pembakaran yang lebih cepat dan mengurangi emisi gas buang yang di BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan pustaka Ismail Altin dan Atilla Bilgin (2009), melakukan penelitian mengenai perbandingan efisiensi performa motor menggunakan 1 busi dan 2 busi.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KENDALI. Kontrol Putaran Motor DC. Dosen Pembimbing Ahmad Fahmi

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KENDALI. Kontrol Putaran Motor DC. Dosen Pembimbing Ahmad Fahmi LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KENDALI Kontrol Putaran Motor DC Dosen Pembimbing Ahmad Fahmi Oleh: Andrik Kurniawan 130534608425 PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Tune Up Mesin Bensin TUNE UP MOTOR BENSIN

Tune Up Mesin Bensin TUNE UP MOTOR BENSIN TUNE UP MOTOR BENSIN 1 Membersihkan Saringan Udara Ganti bila sudah kotor belebihan Semprot dengan udara tekan dari arah berlawanan dengan arah aliran udara masuk 2 Periksa Oli Mesin Periksa : Jumlah Oli

Lebih terperinci

RANGKAIAN INVERTER DC KE AC

RANGKAIAN INVERTER DC KE AC RANGKAIAN INVERTER DC KE AC 1. Latar Belakang Masalah Inverter adalah perangkat elektrik yang digunakan untuk mengubah arus searah (DC) menjadi arus bolak-balik (AC). Inverter mengkonversi DC dari perangkat

Lebih terperinci

Laboratorium Sistem Komputer dan Otomasi Departemen Teknik Elektro Otomasi Fakultas Vokasi Institut Teknologi Sepuluh November

Laboratorium Sistem Komputer dan Otomasi Departemen Teknik Elektro Otomasi Fakultas Vokasi Institut Teknologi Sepuluh November PRAKTIKUM 1 COUNTER (ASINKRON) A. OBJEKTIF 1. Dapat merangkai rangkaian pencacah n bit dengan JK Flip-Flop 2. Dapat mendemonstrasikan operasi pencacah 3. Dapat mendemonstrasikan bagaimana modulus dapat

Lebih terperinci

CATU DAYA MENGGUNAKAN SEVEN SEGMENT

CATU DAYA MENGGUNAKAN SEVEN SEGMENT CATU DAYA MENGGUNAKAN SEVEN SEGMENT Hendrickson 13410221 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma 2010 Dosen Pembimbing : Diah Nur Ainingsih, ST., MT. Latar Belakang Untuk

Lebih terperinci

Oleh: Nuryanto K BAB I PENDAHULUAN

Oleh: Nuryanto K BAB I PENDAHULUAN Pengaruh penggantian koil pengapian sepeda motor dengan koil mobil dan variasi putaran mesin terhadap konsumsi bahan bakar pada sepeda motor Honda Supra x tahun 2002 Oleh: Nuryanto K. 2599038 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS SISTEM PENGAPIAN DIRECT IGNITION SYSTEM PADA MESIN 1 TR-FE TOYOTA KIJANG INNOVA

TUGAS AKHIR ANALISIS SISTEM PENGAPIAN DIRECT IGNITION SYSTEM PADA MESIN 1 TR-FE TOYOTA KIJANG INNOVA TUGAS AKHIR ANALISIS SISTEM PENGAPIAN DIRECT IGNITION SYSTEM PADA MESIN 1 TR-FE TOYOTA KIJANG INNOVA Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Diploma III Guna Menyandang Gelar Ahli Madya Oleh: PRASETYO

Lebih terperinci

LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2

LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2 Halaman 1 LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2 SMP NEGERI 55 JAKARTA A. GGL INDUKSI Sebelumnya telah diketahui bahwa kelistrikan dapat menghasilkan kemagnetan.

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA TUNE UP MESIN 4 Tak 4 SILINDER

LEMBAR KERJA SISWA TUNE UP MESIN 4 Tak 4 SILINDER LEMBAR KERJA SISWA TUNE UP MESIN 4 Tak 4 SILINDER Petunjuk Lembar Kerja Siswa Ikuti prosedur Tune Up seperti pada video yang anda saksikan Tayangan dan petunjuk di video adalah terbatas, tetapi prosedur

Lebih terperinci

BAB 10 SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK

BAB 10 SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK 284 BAB 10 SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK Sistem pengapian digunakan untuk membakar campuran bahan bakar dan udara dengan meletikkan bunga api pada waktu yang tertentu. Pada motor bakar bensin menggunakan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI SISTEM PENGISIAN PADA MOBIL TOYOTA KIJANG INNOVA 1TR-FE. Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Program Diploma III

TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI SISTEM PENGISIAN PADA MOBIL TOYOTA KIJANG INNOVA 1TR-FE. Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Program Diploma III TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI SISTEM PENGISIAN PADA MOBIL TOYOTA KIJANG INNOVA 1TR-FE Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Program Diploma III untuk Menyandang Sebutan Ahli Madya Teknik Mesin Oleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. stand dari pengapian ac dan pengisian dc yang akan di buat. Dalam metode

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. stand dari pengapian ac dan pengisian dc yang akan di buat. Dalam metode BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Proses Perancangan Proses perancangan adalah proses pembuatan sketsa atau gambar awal bentuk stand dari pengapian ac dan pengisian dc yang akan di buat. Dalam metode perancangan

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KAPASITANSI ELECTROSTATIC CAPACITOR PADA CAPACITOR DISCHARGE IGNITION

PENGARUH VARIASI KAPASITANSI ELECTROSTATIC CAPACITOR PADA CAPACITOR DISCHARGE IGNITION JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 24, NO. 2, OKTOBER 2016 1 PENGARUH VARIASI KAPASITANSI ELECTROSTATIC CAPACITOR PADA CAPACITOR DISCHARGE IGNITION (CDI) TIPE DIRECT CURRENT (DC) TERHADAP DAYA MOTOR DAN EMISI

Lebih terperinci

Pendahuluan. 1. Timer (IC NE 555)

Pendahuluan. 1. Timer (IC NE 555) Pada laporan ini akan menyajikan bagaimana efisien sebuah power supply untuk LED. Dengan menggunakan rangkaian buck converter diharapkan dapat memberikan tegangan dan arus pada beban akan menjadi stabil,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam merealisasikan suatu alat diperlukan dasar teori untuk menunjang hasil yang optimal. Pada bab ini akan dibahas secara singkat mengenai teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan

Lebih terperinci

BAB 3 DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

BAB 3 DASAR-DASAR ELEKTRONIKA BAB 3 DASAR-DASAR ELEKTRONIKA 3.1. Pendahuluan Sistem kelistrikan pada kendaraan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem-sistem penting yang menunjang kerja dari suatu kendaraan. Sistem

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI UNJUK DERAJAT PENGAPIAN TERHADAP KERJA MESIN

PENGARUH VARIASI UNJUK DERAJAT PENGAPIAN TERHADAP KERJA MESIN PENGARUH VARIASI UNJUK DERAJAT PENGAPIAN TERHADAP KERJA MESIN Syahril Machmud 1, Untoro Budi Surono 2, Leydon Sitorus 3 1,2 Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Janabadra Yogyakarta 3

Lebih terperinci

DASAR PENGUKURAN LISTRIK

DASAR PENGUKURAN LISTRIK DASAR PENGUKURAN LISTRIK OUTLINE 1. Objektif 2. Teori 3. Contoh 4. Simpulan Objektif Teori Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mampu: Menjelaskan dengan benar mengenai prinsip dasar pengukuran. Mengukur arus,

Lebih terperinci

CIRCUIT DASAR DAN PERHITUNGAN

CIRCUIT DASAR DAN PERHITUNGAN CIRCUIT DASAR DAN PERHITUNGAN Oleh : Sunarto YB0USJ ELEKTROMAGNET Listrik dan magnet adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, setiap ada listrik tentu ada magnet dan sebaliknya. Misalnya ada gulungan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA RANGKAIAN

BAB III ANALISA RANGKAIAN 36 BAB III ANALISA RANGKAIAN 3.1 Analisa Rangkaian Analisa rangkaian dilakukan melalui analisa pada diagram blok, seperti terlihat pada gambar 3.1. INPUT PEMANCAR MEDIA TRANSMISI PENERIMA BLOK I BLOK II

Lebih terperinci

AVOMETER 1 Pengertian AVO Meter Avometer berasal dari kata AVO dan meter. A artinya ampere, untuk mengukur arus listrik. V artinya voltase, untuk

AVOMETER 1 Pengertian AVO Meter Avometer berasal dari kata AVO dan meter. A artinya ampere, untuk mengukur arus listrik. V artinya voltase, untuk AVOMETER 1 Pengertian AVO Meter Avometer berasal dari kata AVO dan meter. A artinya ampere, untuk mengukur arus listrik. V artinya voltase, untuk mengukur voltase atau tegangan. O artinya ohm, untuk mengukur

Lebih terperinci

PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN SISTEM PENGAPIAN TRANSISTOR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DI SMK MUHAMMADIYAH NGAWEN PROYEK AKHIR

PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN SISTEM PENGAPIAN TRANSISTOR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DI SMK MUHAMMADIYAH NGAWEN PROYEK AKHIR PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN SISTEM PENGAPIAN TRANSISTOR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DI SMK MUHAMMADIYAH NGAWEN PROYEK AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Kendali Sistem kendali adalah suatu sistem yang bertujuan untuk mengendalikan suatu proses agar output yang dihasilkan dapat dikontrol. Secara umum, sistem kendali dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pergerakan meja kerja digerakan oleh sebuah motor sebagai penggerak dan poros

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pergerakan meja kerja digerakan oleh sebuah motor sebagai penggerak dan poros 46 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penggerak Poros Ulir Pergerakan meja kerja digerakan oleh sebuah motor sebagai penggerak dan poros ulir sebagai pengubah gaya puntir motor menjadi gaya dorong pada meja kerja

Lebih terperinci

NAMA : WAHYU MULDAYANI NIM : INSTRUMENTASI DAN OTOMASI. Struktur Thyristor THYRISTOR

NAMA : WAHYU MULDAYANI NIM : INSTRUMENTASI DAN OTOMASI. Struktur Thyristor THYRISTOR NAMA : WAHYU MULDAYANI NIM : 081910201059 INSTRUMENTASI DAN OTOMASI THYRISTOR Thyristor adalah komponen semikonduktor untuk pensaklaran yang berdasarkan pada strukturpnpn. Komponen ini memiliki kestabilan

Lebih terperinci

ELECTRONIC CONTROL SYSTEM AGUS DWI PPUTRA ARI YUGA ASWARA ASTRI DAMAYANTI

ELECTRONIC CONTROL SYSTEM AGUS DWI PPUTRA ARI YUGA ASWARA ASTRI DAMAYANTI ELECTRONIC CONTROL SYSTEM AGUS DWI PPUTRA ARI YUGA ASWARA ASTRI DAMAYANTI ECU/ECM berfungsi untuk mengontrol besarnya penginjeksian bensin dan mengontrol seluruh aktifitas elektronik. Pada mesin terdapat

Lebih terperinci

SISTEM BAHAN BAKAR INJEKSI PADA SEPEDA MOTOR HONDA (HONDA PGM-FI)

SISTEM BAHAN BAKAR INJEKSI PADA SEPEDA MOTOR HONDA (HONDA PGM-FI) SISTEM BAHAN BAKAR INJEKSI PADA SEPEDA MOTOR HONDA (HONDA PGM-FI) Gambar Komponen sistem EFI pada sepeda mesin Honda Supra X 125 A. Sistem Bahan Bakar Komponen-komponen yang digunakan untuk menyalurkan

Lebih terperinci

Aplikasi Gerbang Logika untuk Pembuatan Prototipe Penjemur Ikan Otomatis Vivi Oktavia a, Boni P. Lapanporo a*, Andi Ihwan a

Aplikasi Gerbang Logika untuk Pembuatan Prototipe Penjemur Ikan Otomatis Vivi Oktavia a, Boni P. Lapanporo a*, Andi Ihwan a Aplikasi Gerbang Logika untuk Pembuatan Prototipe Penjemur Ikan Otomatis Vivi Oktavia a, Boni P. Lapanporo a*, Andi Ihwan a a Jurusan Fisika FMIPA Universitas Tanjungpura Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi

Lebih terperinci

Bab VI. Motor Stepper

Bab VI. Motor Stepper Bab VI Motor Stepper 64 6.1. Pendahuluan Motor stepper adalah motor DC yang khusus berputar dalam suatu derajat yang tetap yang disebut step (langkah). Satu step antara 0,9 sampai 90. Motor stepper terdiri

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN PERAGA KELISTRIKAN PADA MOBIL TOYOTA KIJANG 5 K. untuk menghasilkan mesin serta dipertahankan agar tetap hidup.

BAB III PEMBUATAN PERAGA KELISTRIKAN PADA MOBIL TOYOTA KIJANG 5 K. untuk menghasilkan mesin serta dipertahankan agar tetap hidup. BAB III PEMBUATAN PERAGA KELISTRIKAN PADA MOBIL TOYOTA KIJANG 5 K 3.1 Pengertian Kelistrikan mesin ialah sistem kelistrikan otomatisasi dipergunakan untuk menghasilkan mesin serta dipertahankan agar tetap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Yudha (2014) meneliti tentang pengaruh bore up, stroke up dan penggunaan pengapian racing (busi TDR dan CDI BRT) terhadap kinerja motor Vega

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Diagram Blok Rangkaian Secara Detail Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

APLIKASI PLC PADA PENGENDALIAN MESIN BOR OTOMATIS DENGAN SISTEM MONITORING BERBASIS VISUAL BASIC 6.0

APLIKASI PLC PADA PENGENDALIAN MESIN BOR OTOMATIS DENGAN SISTEM MONITORING BERBASIS VISUAL BASIC 6.0 APLIKASI PLC PADA PENGENDALIAN MESIN BOR OTOMATIS DENGAN SISTEM MONITORING BERBASIS VISUAL BASIC 6.0 JUNIMAR TIKA AFFITRI 5223050346 ANGGI NURSANTI 5223053214 Tugas Akhir ini diajukan untuk memenuhi salah

Lebih terperinci

GENERATOR DC HASBULLAH, MT, Mobile :

GENERATOR DC HASBULLAH, MT, Mobile : GENERATOR DC HASBULLAH, MT, 2009 ELECTRICAL ENGINEERING DEPT. ELECTRICAL POWER SYSTEM Email : hasbullahmsee@yahoo.com has_basri@telkom.net Mobile : 081383893175 Definisi Generator DC Sebuah perangkat mesin

Lebih terperinci

MOTOR DC BRUSHLESS TIGA FASA-SATU KUTUB

MOTOR DC BRUSHLESS TIGA FASA-SATU KUTUB ORBITH Vol. 8 No. 1 Maret 2012: 32-37 MOTOR DC BRUSHLESS TIGA FASA-SATU KUTUB Oleh : Djodi Antono Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang Jln. Prof. Sudarto Tembalang Semarang 50275

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dan perancangan tugas akhir dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 sampai dengan

Lebih terperinci