Rosmiati. Staff Pengajar Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Jambi ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 22 /PBI/2012 TENTANG

Strategi Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah dalam Rangka Menyongsong Pasar Global. oleh: *) Rosmiati, S.Pd., M.Pd. **)Dosen Universitas Jambi

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN...

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KABUPATEN BONE BOLANGO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

Perekonomian Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

Pengembangan Usaha kecil dan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pendapatan masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomi. stabilitas ekonomi pada khususnya (Ardiana dkk, 2010).

BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 20 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Menimbang: a. bahwa Koperasi dan Usaha Kecil memiliki peran dan

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 10 TAHUN 2004

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima,

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral. dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis dalam

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) 1. Pengertian Usaha Kecil Menengah dan Mikro

I. PENDAHULUAN. usaha besar yang mengalami gulung tikar didera krisis. Pada saat yang bersamaan pula,

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 23/PER/M.KUKM/XI/2005 T E N T A N G

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PEMANFAATAN ALAT BANTU PRODUKSI LOKAL BAGI USAHA BIDANG PEREKONOMIAN

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang. mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam

PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN KEBERPIHAKAN BUPATI/WALIKOTA TERHADAP PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM DI JAWA TENGAH TAHUN 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 2 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR SAMISAKE

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN, PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011

I. PENDAHULUAN. bidang nasional dan ekonomi. Di mana dalam suatu proses perubahan tersebut haruslah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ITGBM PELATIHAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN UMKM PENGRAJIN BORDIR DI KECAMATAN KAWALU KOTA TASIKMALA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4).

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan

BAB III TINJAUAN TEORI. A. Defenisi Usaha Mikro kecil menengah (UMKM) maupun dalam hal penyerapan tenaga kerja. UKM dianggap penyelamat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang Penelitian

BOKS 2 PENELITIAN POLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA MIKRO KECIL INDUSTRI KECIL BATU BATA DI SULAWESI TENGGARA

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SAMARINDA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali di Indonesa. Peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia diakui

BUPATI PAKPAK BHARAT

UKM di Indonesia. Perkembangan UKM di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Skala Usaha UK UM UB Jumlah (Unit/%) /99, /0, /0,01 Kesempatan kerja (%) 88,92 10,54 0,54 Nilai tambah

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

WALIKOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. besar mengalami kebangkrutan dan memberikan beban berat bagi negara

S A L I N A N PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 28 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS KREDIT MODAL KERJA USAHA MIKRO DI KABUPATEN PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PENGUATAN PEMODALAN KOPERASI, USAHA MIKRO DAN KECIL POLA BERGULIR

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG

1.1. Latar Belakang Indikator kemajuan sebuah Negara demokrasi diantaranya adalah tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kriteria Usaha. Kriteria No Uraian. > 300 Juta-2,5 Milyar 3

Transkripsi:

ANALISIS PROGRAM BANTUAN MODAL KREDIT USAHA PENGUATAN EONOMI MASYARAKAT (KUPEM) OLEH PEMERINTAH KOTA JAMBI TERHADAP PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI KOTA JAMBI Rosmiati Staff Pengajar Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Jambi ABSTRACT Salah satu kebijakan pemerintah dalam membantu masyarakat dalam permodalan UMKM di kota Jambi yaitu melalui Program Kredit Usaha Penguatan Ekonomi Masyarakat (KUPEM). Dengan aya bantuan modal KUPEM yang berorientasi pada pemberdayaan masyarakat yang mampu mengatasi masalah keterbatasan modal yang dihadapinya secara mandiri berkelanjutan. Penelitian ini membahas tentang proses penyaluran bantuan modal KUPEM di kota Jambi, dampak dari penyaluran program KUPEM bagi perkembangan usaha kecil pertumbuhan ekonomi masyarakat.subjek penelitian ini adalah pelaku UMKM di kota Jambi sebagai sasaran Program Kredit Usaha penguatan Ekonomi Masayarakat (KUPEM) yang telah memperoleh bantuan pinjaman modal periode tahun 2006-2012 yaitu berjumlah 48 usaha. Metode penelitian yang digunakan ialah deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus sehingga diperoleh dengan jelas gambaran dari permasalahan yang diteliti. Teknik pengumpulan data melalui wawancara analisis dokumen. Kata Kunci: Program KUPEM, Perkembangan UMKM PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang selama ini oleh para ekonomi dunia selalu dipuji karena bisa survive tahan dari terpaan krisis ekonomi global. Utamanya krisis yang terjadi akibat surbprime mortgage di AS pada tahun 2008 silam. Transimisi krisis global menyebabkan pasar finansial bergejolak akibat ketidakpastian, akhirnya terjadi kemacetan aliran modal yang mengganggu perdagangan secara sistemik berefek pada pertumbuhan ekonomi. Secara normatif di dalam masterplan percepatan perluasan pembangunan ekonomi, program utama pemerintah adalah bertujuan mendorong daulat perekonomian nasional dengan menyasar sektor rill seperti pertanian, industri, pertambangan, energy, kawasan strategis,kelautan, pariwisata. Namun konsep ini belum diimplementasikan sepenuhnya. Usaha kecil Menengah (UKM) mempunyai peranan yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, oleh karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Dalam krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia sejak beberapa waktu yang lalu, diamana banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan terhenti aktifitasnya, sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) terbukti lebih tangguh dalam mengahadapi krisis tersebut. Mengingat pengalaman yang telah dihadapi oleh Indonesia selama krisis, kiranya tidak berlebihan apabila pengembangan sektor swasta difoluskan pada UKM, terlebih lagi unit usaha ini seringkali terabaikan hanya karena hasil produksinya dalam skala kecil belum mampu bersaing dengan unit usaha lainnya. Pemberdayaan usaha mikro kecil menengah (UMKM) merupakan langkah yang strategis dalam meningkatkan memperkuat dasar kehidupan perekonomian dari sebagian besar rakyat Indonesia, khususnya melalui penyediaan lapangan kerja mengurangi kesenjangan tingkat kemiskinan. Namun demikian disadari pula bahwa pengembangan usaha kecil menghadapi beberapa kendala seperti tingkat kemampuan, keterampilan, keahlian, manajemen SDM, kewirausahaan, Analisis Program Bantuan (Rosmiati) 239

pemasaran keuangan. Lemahnya kemampuan manajerial SDM mengakibatkan pengusaha kecil tidak mampu menjalankan usahanya dengan baik. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah sbb: 1. Bagaimana pemberian Program bantuan modal Kredit Usaha Penguatan Ekonomi Masyarakat (KUPEM) oleh pemerintah ota Jambi kepada pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah di Kota Jambi? 2. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dengan aya program bantuan Modal Kredit Usaha Penguatan Ekonomi Masyarakat (KUPEM) oleh Pemerintah Kota Jambi bagi Pelaku Usaha Kecil Menengah yang ada di Kota Jambi? Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemberian modal Kredit Usaha Penguatan Ekonomi Masyarakat (KUPEM) oleh Pemerintah Kota Jambi kepada Pelaku Usaha Kecil Menengah di kota Jambi serta mendeskripsikan dampak yang ditimbulkan dengan aya program bantuan Modal Kredit Usaha Penguatan Ekonomi Masyarakat (KUPEM) bagi pelaku Usaha Kecil Menengah di kota Jambi. KAJIAN PUSTAKA Usaha Mikro, Kecil Menengah (UMKM) Usaha mikro kecil merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat, dapat berperan dalam proses pemerataan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu usaha mikro kecil menengah adalah salah satu pilar utama, dukungan, perlindungan pengembangan seluas-luasnya sebagai wujud keberpihakan yang tegas kepada kelompo uasaha ekonomi rakyat, tanpa mengabaikan peranan usaha besar BUMN. Menurut Ung-Ung Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, kecil Menengah (UMKM) yang dimaksud dengan : 1. Usaha mikro: adalah usaha produktif milik orang perorangan /atau ba usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Ung-Ung ini. 2. Usaha Kecil: adalah usaha produktif yang berdiri yang dilakukan oleh orang-perorangan atau ba usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Ung-Ung ini. 3. Usaha Menengah: adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau ba usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Ung-Ung ini. Kriteria UMKM Kriteria Usaha Kecil menurut Ung-Ung Republik Indonesia No.20 Tahun 2008 adalah sbb: 1. Kriteria Usaha Mikro adalah sbb: a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,-(lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah bangunan tempat usaha b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) 2. Kriteria Usaha Kecil adalah sbb: a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,- (lima Puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah tempat bangunan usaha, atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah). 3. Kriteria Usaha Menengah adalah sbb: a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak Mankeu, Vol. 1, No. 3, 2012:239-244 240

termasuk tanah bangunan tempat usahaatau b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000.- (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,- (lima puluh milyar rupiah). Peran Usaha UMKM Menurut Rudjito (2003:40) setidaknya ada lima aspek utama yang menjadi alasan mengapa UMKM memiliki peran strategis, yaitu: 1. Aspek Manajerial 2. Aspek Permodalan 3. Pengembangan Program Kemitraan dengan usaha besar 4. Pengembangan sistem sentra industri kecil dalam suatu kawasan 5. Pembinaan untuk big usaha daerah tertentu Masalah yang dihadapi UMK Menurut Tambunan (2002:74) menyebutkan bahwa perkembangan usaha mikro kecil di Indonesia tidak lepasdari berbagai macam masalah antara lain: 1. Kesulitan Pemasaran 2. Keterbatasan Finansial 3. Keterbatasan SDM 4. Masalah bahan baku 5. Keterbatasan Teknologi (KUPEM) Pemerintah Kota Jambi Usaha mikro, kecil menengah (UMKM) merupakan salah satu sektor yang mendapat perhatian dari pemerintah Kota Jambi, baik untuk pembinaan maupun pengembangannya, termasuk memberikan modal usaha a kredit usaha pemguatan eonomi masyarakat bagi para pelaku UMKM. KUPEM merupakan salah satu upaya untuk membantu petani usaha kecil menengah dalam mengatasi keterbatasan kebutuhan modal dalam rangka peningkatan pendapatannya melalui peningkatan produksi, pengolahan hasil pemasaran. Pengelolaan program bantuan modal a KUPEM ditangani oleh dinas koperasi UMKM Kota jambi yaitu big UMKM. Para pelaku hanya diminta mengisi formulir tentang data kondisi usaha yang sebenarnya yang dilengkapi dengan lampiran yang diminta, setelah semua data usaha masuk, beberapa hari kemudian biasanya mereka akan melakukan kunjungan atau survei ke lokasi usaha. Bila telah mendapatkan bantuan, pelaku UMKM diminta membuat laporan tentang penggunaan pemanfaatanya. Bantuan modal a KUPEM ini tidak hanya diberikan sekali, namun bisa dilanjutkan kembali jika pelaku dapat membayar kredit tersebut secara lancar karena berkaitan dengan bentuk pembinaan terhadap perkembangan usahanya. Indikator-Indikator UMKM yang berkembang Berikut ini adalah tabel indikatorindikator UMKM yang berkembang: Tabel 1. Indikator UMKM Berkembang Tahapan Perkembangan indikator Mikro Kecil Menengah Jumlah TK 2-4 orang 5-10 orang 10-25 orang Fasilitas untuk TK Jenis teknologi Cara memperoleh bahan baku Jumlah penggunaan bahan baku Orientasi pasar Cara pemasaran Tidak ada Tidak ada Mess alat transportasi Tradisional modern Tradisional modern Tradisional modern Import import import 30 kg 50 kg I kuintal lokal Lokal Lokal luar kota luar kota Langsung Langsung ke pasar ke pasar Pinjam modal Langsung ke pasar Permodalan Pinjam Pinjam modal Tempat produksi sewa Sewa milik Milik Sumber: hasil survei,2007 kajian klaster industri tahu dikawasan cibuntu dengan model diamond forter Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan UMKM Berikut ini adalah faktor-faktor pokok yang menyebabkan suatu industri dapat berkembang dengan baik, antara lain: 1. Modal, digunakan untuk membangun asset, pembelian bahan baku, rekruitmen tenaga kerja lain sebagainya untuk menjalankan kegiatan industri. 2. Tenaga Kerja, tenaga kerja dengan jumlah standar kualitas yang sesuai dengan kebutuhan suatu industri tentu akan membuat industri tersebut mampu berkembang di masa depan. Analisis Program Bantuan (Rosmiati) 241

3. Bahan Baku, salah satu unsur penting yang sangat mempengaruhi kegiatan produksi suatu industri. 4. Transportasi, sangat dibutuhkan suatu industri baik untuk mengangkut bahan mentah maupun bahan jadi. 5. Sumber Energy/Tenaga, untuk bisa menjalankan perangkat mesin penunjang pekerjaan lainnya. 6. Marketing, pemasaran produk hasil keluaran produksi haruslah dikelola oleh orang orang yang tepat agar hasil produksi dapat terjual untuk mendapatkan keuntungan. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan deskriftif, penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan dengan variabel lain (Sugiyono,1999:11). Penelitian ini digunakan untuk menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana aya. Penelitian ini mencoba memperoleh gambaran tentang pemberian program bantuan modal Kredit usaha Penguatan Ekonomi Masyarakat (KUPEM) oleh pemerintah Kota Jambi melalui Dinas koperasi UMKM terhadap perkembangan usaha Mikro Kecil Menengah di Kota Jambi. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan mengambil salah satu objek penelitian mengamatinya lebih lanjut atau yang dikenal dengan studi kasus. Sumber Data 1. Data internal, yaitu diperoleh dari pihak internal Dinas koperasi UMKM meliputi perkembangan jumlah usaha kecil yang menerima KUPEM selasma 2006-2012, proses penyaluran dilakukan oleh Dinas koperasi UMKM Kota Jambi. 2. Data eksternal, yaitu diperoleh dari luar Dinas koperasi UMKM antara lain, bagian sekretariat perekonomian pemerintah Kota Jambi. Data yang diambil meliputi jumlah seluruh peserta usaha kecil penerima KUPEM yang ada di Kota Jambi periode 2006-2012. HASIL DAN PEMBAHASAN Tujuan Program Bantuan Modal KUPEM KUPEM yang sumber anya dari APBD Provinsi Jambi yang dikelola oleh pemerintah Kota Jambi disalurkan melalui Bank Pembangunan Daerah Jambi merupakan upaya pemberdayaan ekonomi rakyat dengan tujuan adalah sbb: 1. Meningkatkan pendapatan melalui peningkatan produksi usaha masyarakat 2. Mendekatkan meningkatkan pengetahuan masyarakat (petani UKM) terhadap jasa perbankan 3. Merubah perilaku masyarakat agar mampu mengelola usahanya secara optimal melalui dukungan permodalan 4. Meningkatkan peranan kelembagaan terkait seperti kelompok Tani, Nelayan, Koperasi sebagainya. Pihak-pihak yang terkait dalam proses pemberian KUPEM Pihak-pihak tersebut antara lain: 1. Pemerintah Kota Sebagai lembaga pemerintah daerah yang ada di Kota Jambi, pemerintah ota Jambi yaitu melalui Setda kota jambi membentuk Tim terpadu yang bertugas mengkoordinasi mengawasi dalam proses penyaluran KUPEM. 2. Dinas Koperasi UMKM Kota Jambi Sebagai instansi pemerintah yang terkait dalam program Kredit Penguatan ekonomi Masyarakat (KUPEM) Kota Jambi yang berperan memfasilitasi dalam hal wirausaha dengan lembaga-lembaga permodalan seperti BUMN sebagai mitra dari pemerintah Kota. UMKM membentuk TIM teknis yang bertugas menyampaikan program KUPEM kepada masyarakat dalam hal ini adalah pelaku usaha yang ada di Kota jambi. 3. BPD(Bank Pembangunan Daerah) BPD(Bank Pembangunan Daerah) yang sekarang disebut Bank Jambi dalam proses penyaluran a KUPEM, Bank ini berperan atau berfungsi sebagai fasilitator dalam melayani penyaluran a KUPEM. Bank Jambi inilah yang mengelola menyalurkan a kredit usaha penguatan ekonomi masyarakat(kupem) yang membutuhkan bantuan permodalan usaha. Mankeu, Vol. 1, No. 3, 2012:239-244 242

Tahap-Tahap Penyaluran KUPEM Adapun proses penyaluran a KUPEM untuk UMKM di Kota Jambi adalah sbb: 1. Sosialisasi seleksi Proses sosialisasi program KUPEM ini dilakukan oleh masingmasing sektor atau instansi terkait. Pada Dinas Koperasi UMKM sosialisasi program UMKM dilakukan oleh big Koperasi UMKM yaitu pada saatpelatihan perkoperasian pelatihan kewirausahaan. Big koperasi UMKM menyampaikan menjelaskan tentang program KUPEM kepada pelaku usaha yang berniat untuk memajukan usahanya, kemudian pelaku usaha diminta untuk membuat proposal. Proposal yang diterima dibatasi sesuai dengan anggaran yang telah disiapkan oleh Pemerintah Kota Jambi, Tim teknis akan turunke lapangan untuk survey lokasi melihat apakah usaha tersebut berpotensi untuk berkembang. 2. Pendataan Setelah proposal terkumpul di bagian pembiayaan UMKM telah ditinjau oleh TIM teknis, proposal diajukan lagi ke sekretariat di Kantor Walikota. Tim akan kembali turun ke lapangan untuk melakukan penyesuaian a yang akan diberikan kepada pelaku usaha. 3. Pendistribusian Setelah proposal diterima telah ditelusuri sebelumnya oleh Tim terpadu, ada sebanyak 26 usaha yang terdiri dari beberapa sektor usaha telah ditetapkan sebagai penerima KUPEM namun harus menunggu aba-aba dari provinsi Jambi untuk dibuatkan SK pada bulan apa a KUPEM dikucurkan. Sesuai tahap yang dikucurkan dari total a KUPEM yang telah ditetapkan tersebut kemudian diberikan kepada sektor-sektor usaha yang telah ditetapkan sebagai penerima a KUPEM. 4. Pencairan Dana KUPEM Pada tahap ini pelaku usaha akan menerima modal usaha sesuai besaran yang telah diperhitungkan ditetapkan oleh Tim terpadu. Kemudian pemilik usahamembuka rekening tabungannya di Bank Jambi agar lebih mudah dalam proses penyaluran a KUPEM tersebut. 5. Pengembalian Dana KUPEM Pengembalian Dana KUPEM dilakukan setiap bulan. Para pelaku usaha atau nasabah akan langsung menyetor uangnya ke Bank Jambi kemudian Bank akan memberikan slip setoran kepada nasabah, slip yang diberikan kemudian diserahkan lagi kepada pihak UMKM Kota Jmabi sebagai bukti pembayaran, Dinas Koperasi UMKM juga menerima slip online dari Bank jambi. Bagi pelaku usaha yang macet lebih dari 2 bulan maka akan diberikan surat peringatan oleh petugas Tim teknis yang akan melakuakan penagihan intensif dengan mendatangi nasabah atau pelaku usaha tersebut. Analisis pemberian program bantuan modal KUPEM oleh Pemerintah Kota Jambi kepada pelaku UMKM di Kota Jambi 1. Analisis jumlah UMKM yang mengikuti program KUPEM tahun 2006-2012 Berdasarkan data rekapitulasi laporan penyaluran a KUPEM periode januari 2012 dapat dilihat dari tabel berikut ini: Tabel 2. Penyaluran Dana KUPEM No Keterangan Tahun 2006-2008 (Rp) Tahun 2009-2011 (Rp) Tahun 2012-2013 (Rp) 1 Jumlah 3 3 - sektor perikanan 2 Sektor 5 1 - peternakan 3 Sektor 15 18 3 dunia usaha jasa industri 4 Jumlah Usaha mikro 23 22 3 5 Akumulasi 577.000.000 455.000.000 80.000.000 jumlah kredit 6 Sisa kredit 165.042.005 218.116.667 47.663.667 Sumber:data yang telah diolah Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa: 1. Sektor usaha perikanan yang mengikuti program KUPEM juga mengalami penurunan 2. Sektor usaha peternakan yang mengikuti program KUPEM juga mengalami penurunan Analisis Program Bantuan (Rosmiati) 243

3. Sektor dunia usaha jasa industri yang mengikuti program KUPEM mengalami penurunan jumlah usaha 4. Jumlah keseluruhan sektor usaha mikro yang telah mengikuti program KUPEM mengalami penurunan jumlah usaha 5. Akumulasi jumlah kredit yang disalurkan oleh Bank BPD jambi untuk program UMKM juga mengalami penurunan 6. Sisa kredit yang belum dibayarkan oleh pelaku usaha mikro terlihat pada tabel. Artinya kemampuan program KUPEM di kota jambi dalam membantu usaha mikro cukup rendah, hal ini disebabkan oleh para pelaku usaha yang tidak tepat waktu atau macet dalam mengembalikan a KUPEM, oleh karena itu pemerintah harus memikirkan langkahlangkah yang harus ditempuh bagi kelangsungan program KUPEM pada tahun selanjutnya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan sbb: 1. Proses pemberian KUPEM yang dilakukan oleh petugas Tim Teknis Tim Terpadu berlangsung melalui beberapa tahapan. 2. Keseluruhan jumlah UMKM yang mengikuti program KUPEM periode 2006-2012 mengalami penurunan 3. Terjadi kemacetan pengembalian a program KUPEM 4. Program KUPEM di kota Jambi diprioritaskan pada sektor jasa industri yang benar-benar berkompeten dalam mengembangkan usahanya Saran Adapun saran yang dapat diberikan adalah: 1. Kerjasama yang baik diantara perangkat pemerintah pelaku usaha serta pihak Bank mutlak diperlukan demi terciptanya perkembangan usaha ekonomi m,asyarakat yang mandiri berdaya guna. 2. Perlu aya sanksi yang tegas terhadap nasabah yang masuk dalam daftar kredit macet 3. Bagi pelaku usaha hendaknya berpartisipasi aktif dalam program KUPEM 4. Bagi kalangan akademisi dapat memperluas cakupan kajian penelitian, peranan bantuan modal KUPEM tidak hanya dilihat pada komponen program pinjaman bergulir tetapi dapat pula dilihat pada komponen program sosial lingkungan. DAFTAR PUSTAKA Kuncoro,M.2007. Metode Riset untuk Bisnis Ekonomi, Erlangga,Jakarta Moelong.2007 Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung. Remaja Rosdakarya. Rudjito,2003.Peran lembaga keuangan Mikro dalam Otonomi Daerah Guna Menggerakkan Ekonomi Rakyat menanggulangi kemiskinan. Jurnal ekonomi rakyat Th.II No.1-Maret 2003,www.Ekonomi Rakyat. Tanggal 4 januari 2009. Suharjono,2003. Manajemen Perkreditan Usaha Kecil Menengah Jakarta: UPP AMP YKPN ikut mencerdaskan Bangsa. Soetrisno,N.2004. Proses Perkembangan Usaha Kecil Menengah, Makalah dipresentasikan pada makalah perkoperasian. Tambunan, Tulus (2002) Peranan UKM bagi Perekonomian Indonesia Prospeknya Usahawan N0-07,Th XXXI-Juli, Hal 3-15. Ung-ung Nomor 20 Tahun 2008 tentang usaha Mikro, Kecil Menengah Mankeu, Vol. 1, No. 3, 2012:239-244 244