EVALUASI KLON-KLON HARAPAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) KETURUNAN TRI 2024 PS I PADA LINGKUNGAN BERBEDA

dokumen-dokumen yang mirip
STABILITAS HASIL PUCUK TUJUH KLON HARAPAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI KEBUN KAYULANDAK

HASIL DAN KERAGAMAN GENETIK TUJUH KLON TEH (Camellia sinensis (L.) Kuntze) DI DUA LOKASI DENGAN KETINGGIAN BERBEDA

POTENSI HASIL DAN TANGGAPAN SEMBILAN KLON TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) PGL TERHADAP VARIASI CURAH HUJAN DI KEBUN BAGIAN PAGILARAN

POTENSI HASIL DAN TOLERANSI KEKERINGAN SERI KLON TEH (Camellia sinensis (L.) Kuntze) PGL DI KEBUN PRODUKSI PAGILARAN BAGIAN ANDONGSILI

Variabilitas dan seleksi awal populasi tanaman teh hasil persilangan buatan

BAB I PENDAHULUAN. kopi, dan kakao. Pada tahun 2012, volume perusahaan pemerintah pada

PERTUMBUHAN, HASIL DAN KUALITAS PUCUK TEH (Camellia sinensis (L.) Kuntze) DI BERBAGAI TINGGI TEMPAT

Daya tumbuh setek klon-klon teh hasil persilangan buatan

POTENSI HASIL DAN TOLERANSI CURAH HUJAN BEBERAPA KLON TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) PGL DI BAGIAN KEBUN KAYULANDAK, PT.

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan

BAB I PENDAHULUAN. tahun Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang

SELEKSI PERDU TEH (Camellia sinensis (L.) Kuntze) HASIL PERSILANGAN DIALEL UNTUK SIFAT BERAT PUCUK

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

PEMBAHASAN Potensi Pucuk

Pengujian daya tumbuh setek klon teh (Camellia sinensis) hasil persilangan klon-klon generasi pertama

PENGARUH INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR JAGUNG (Zea mays L.)

KUANTITAS DAN KUALITAS HASIL PUCUK ENAM KLON TEH SINENSIS (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze var Sinensis) DI BAGIAN KEBUN KAYULANDAK, PT.

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh

PEMBAHASAN. Analisis Hasil Petikan

Seleksi klon teh assamica unggul berpotensi hasil dan kadar katekin tinggi

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

Kata kunci gilir petik, klon, hasil, pertumbuhan

Pertumbuhan Bibit Tujuh Klon Teh (Camellia sinensis (L.) Kuntze) PGL dengan Pemberian Bahan Mengandung Hormon Tumbuh Alami

PERTUMBUHAN TANAMAN DAN HASIL UMBI DAUN DEWA (Gynura procumbens Back.) PADA BERBAGAI INTENSITAS CAHAYA DAN PEMANGKASAN DAUN

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2009

PELAKSANAAN PENELITIAN

Lampiran 1. Data persentase hidup (%) bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 Minggu Setelah Tanam (MST)

Agrivet (2015) 19: 30-35

Heri Syahrian Khomaeni, Vitria Puspitasari Rahadi, Endi Ruhaendi, dan Budi Santoso

STABILITAS DAN ADAPTABILITAS SEPULUH GENOTIPE KEDELAI PADA DUA BELAS SERI PERCOBAAN DENGAN METODE PERKINS & JINKS

SKRIPSI PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN ROOTONE-F TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG MAWAR (Rosa damascena Mill.)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%)

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PEMBAHASAN. Analisis Petik. Tabel 7. Jenis Petikan Hasil Analisis Petik Bulan Maret - Mei 2011

PENGARUH TAKARAN KOMPOS BLOTONG DAN UMUR SIMPAN MATA TUNAS TUNGGAL TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TEBU (Saccharum officinarum L.)

PENGARUH DOSIS PUPUK MAJEMUK NPK DAN PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MELON (Cucumis melo L.)

TANGGAPAN TUJUH KLON TEBU (Saccharum officinarum L.) TERHADAP SERANGAN URET Lepidiota stigma Fabricius

ABSTRAK. Kata kunci: Plak gigi; teh hitam; indeks plak, O Leary

PERANAN JUMLAH BIJI/POLONG PADA POTENSI HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) F6 PERSILANGAN VARIETAS ARGOMULYO DENGAN BRAWIJAYA

il-iap (Cucumis melo L.) HASIL RAKITAN PUSAT KAJIAN BUAH-BUAHAN TROPIKA (PKBT) IPB PADA DUA MUSIM

PENGARUH MACAM PUPUK FOSFAT DOSIS RENDAH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) VARIETAS SINGA, PELANDUK, DAN GAJAH

PENGARUH UMUR BIBIT DAN KONSENTRASI POC (PUPUK ORGANIK CAIR) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BROKOLI (Brassica oleracea var. Italica L.

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN BAHAN STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK LADA (Piper nigrum L.)

PENGARUH KLON DAN WAKTU OKULASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERSENTASE HIDUP OKULASI JATI (Tectona grandis )

Evaluasi Interaksi Genotipe dan Lingkungan Enam Galur Mutan Harapan Tomat (Solanum lycopersicum L.) di Dataran Rendah dan Dataran Tinggi

Pengaruh Takaran SP-36 terhadap Pertumbuhan Tanaman, Pembungaan dan Kandungan Lutein Tagetes erecta L. dan Cosmos sulphureus Cav.

PENGARUH KONSENTRASI DAN INTERVAL APLIKASI EKSTRAK DAUN INSULIN (Thitonia difersifolia) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH

PENAMPILAN HIBRIDA, PENDUGAAN NILAI HETEROSIS DAN DAYA GABUNG GALUR GALUR JAGUNG (Zea mays L.) FAHMI WENDRA SETIOSTONO

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

KERAGAAN GALUR KEDELAI HASIL PERSILANGAN VARIETAS TANGGAMUS x ANJASMORO DAN TANGGAMUS x BURANGRANG DI TANAH ENTISOL DAN INCEPTISOL TESIS

PENGARUH WAKTU PEMUPUKAN DAN TEKSTUR TANAH TERHADAP PRODUKTIVITAS RUMPUT Setaria splendida Stapf

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG TERHADAP AGREGAT TANAH PADA SISTEM PERTANIAN ORGANIK

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

ANALISIS VARIAN PERCOBAAN FAKTORIAL DUA FAKTOR RAKL DENGAN METODE FIXED ADDITIVE MAIN EFFECTS AND MULTIPLICATIVE INTERACTION SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan teh (Camellia sinensis) familia dari Theaceae, diperkirakan

SKRIPSI Disusun oleh : Rifqi Maulana NIM : PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MURIA KUDUS

DINAMIKA KEGUGURAN BUNGA DAN BUAH DENGAN STATUS N JARINGAN DAN PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH CPPU PADA TANAMAN LOMBOK (Capsicum annuum L.

Ilmu Pertanian Vol. 17 No.1, 2014 : Karakter Fisiologis dan Hasil Pucuk Teh pada Beberapa Umur Pangkas Produksi dan Tinggi Tempat

Pengaruh Jenis Bahan Tanam dan Takaran Kompos Blotong terhadap Pertumbuhan Awal Tebu (Saccharum officinarum L.)

PERBANYAKAN VEGETATIF TANAMAN BEBERAPA HASIL PENELITIAN

Oleh: Totok Agung Dwi Haryanto Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto (Diterima: 25 Agustus 2004, disetujui: 27 September 2004)

Pelepasan klon teh sinensis unggul GMBS 1,

Oleh: Damianus Nahak Klau. Nim: SKRIPSI

Jumlah Hari Hujan Gerimis Gerimis-deras Total September. Rata-rata Suhu ( o C) Oktober '13 23,79 13,25 18, November

PENGARUH BERBAGAI MACAM BOBOT UMBI BIBIT BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) YANG BERASAL DARI GENERASI KE SATU TERHADAP PRODUKSI

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. LAPORAN HASIL PENELITIAN

Pengaruh pupuk majemuk NPK (27%:6%:10%) dibanding dengan pupuk tunggal pada tanaman teh menghasilkan klon GMB 7 di tanah Andisols

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004

PENGARUH KONSENTRASI DAN WAKTU PEMBERIAN PUPUK DAUN GANDASIL D TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KUBIS BUNGA (Brassica oleracea L.

Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

SKRIPSI PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN FREKUENSI PEMBERIAN EVAGROW PADA PAKCOY (BRASSICA CHINENSIS) SECARA VERTIKULTUR PARALON

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA AKSESI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) LOKAL HUMBANG HASUNDUTAN PADA BERBAGAI DOSIS IRADIASI SINAR GAMMA

PENGARUH MULSA ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BENIH TIGA KULTIVAR KACANG HIJAU (Vigna radiata L. Wilczek) DI LAHAN PASIR PANTAI

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA PEMBERIAN HIDROGEL DAN FREKUENSI PENYIRAMAN DENGAN SISTEM VERTIKULTUR SKRIPSI

PENGARUH BAHAN MEDIA SIMPAN TERHADAP KUALITAS BIBIT TIGA KLON TEBU (Saccharum officinarum L.) MATA TUNAS TUNGGAL

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

PENGARUH JENIS PUPUK KANDANG DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L. var. saccharata Sturt) SKRIPSI

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TUMBUH DAN DOSIS PEMBERIAN PUPUK FOSFAT TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT BELIMBING (Averrhoa carambola L)

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI

PERTUMBUHAN STUMP KARET PADA BERBAGAI KEDALAMAN DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM SKRIPSI OLEH : JENNI SAGITA SINAGA/ AGROEKOTEKNOLOGI-BPP

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBAHASAN Sistem Petikan

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN

PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) PADA MEDIA GAMBUT DENGAN PEMBERIAN URINE SAPI

Pengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) Di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah

APLIKASI GGE BIPLOT UNTUK EVALUASI STABILITAS DAN ADAPTASI GENOTIPA-GENOTIPA DENGAN DATA PERCOBAAN LINGKUNGAN GANDA. E. Jambormias dan J.

PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) YANG DIBERI PUPUKKANDANG AYAM DENGAN KERAPATAN TANAM BERBEDA

') Sebagian dari Skripsi Mahasiswa Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian IPB.

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI MAIN NURSERY TERHADAP KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFAT

PENGARUH MEDIA TANAM DAN PERLAKUAN ROOTONE F PADA PERTUMBUHAN STEK BATANG Aglaonema Donna Carmen

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah

PENGARUH MACAM AUKSIN PADA PEMBIBITAN BEBERAPA VARIETAS TANAMAN JATI (Tectona grandis, L.)

SKRIPSI OPTIMALISASI PRODUKSI PADI

Transkripsi:

Vegetalika Vol. 4 No. 3, 2015: 127-137 127 EVALUASI KLON-KLON HARAPAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) KETURUNAN TRI 2024 PS I PADA LINGKUNGAN BERBEDA EVALUATION OF PROMISING CLONES of TEA (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) PROGENIES OF TRI 2024 PS I IN DIFFERENT ENVIRONMENTS Yunizar Sulistyo Putri 1, Rudi Hari Murti 2, Suyadi Mitrowihardjo 2 INTISARI Penelitian bertujuan untuk mendapatkan informasi dan memilih klon teh hasil keturunan dari persilangan klon TRI 2025 dengan PS1 yang memiliki potensi hasil dan stabilitas hasil yang tinggi. Penelitian dilaksanakan di kebun Kayulandak, PT Pagilaran, Kabupaten Batang, Jawa Tengah pada bulan Maret 2015. Klon-klon yang diuji adalah klon TPS 17/3, TPS 24/5, TPS 87/2, TPS 93/3, TPS 101/1 dan sebagai pembanding adalah TRI 2024 dan GB 7. Unit percobaan t e r d i r i atas 20 tanaman masing-masing klon disusun dalam rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan 4 ulangan. Data sekunder jumlah dan berat pucuk peko dan pucuk burung, selama tiga tahun (2011, 2012, 2013) digunakan dalam penelitian ini. Di samping itu menggunakan data curah hujan selama tiga tahun yang dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan curah hujan (curah hujan rendah dan tinggi). Data dianalisis menggunakan analisis statistik dengan ANOVA dan uji DMRT pada α=5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa klon yang menghasilkan kualitas pucuk tertinggi adalah TPS 101/1 tidak berbeda dengan GB 7, sedangkan klon teh berpotensi hasil (berat total pucuk) tinggi yaitu klon TPS 17/3 dan TPS 24/5. Klon yang mempunyai potensi hasil, tida berbeda nyata dengan GB 7 dan stabilitas tinggi serta termasuk dalam klon yang diinginkan adalah klon TPS 24/5. Kata kunci : teh, klon, potensi hasil, stabilitas, GGE-Biplot 1) Alumni Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 2) Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Vegetalika Vol. 4 No. 3, 2015: 127-137 128 ABSTRACT The objectives of the experiment were to know the response of tea clones in different environments and to select the tea clones which had high yield and stable. The experiment carried out in Kayulandak tea plantation (1300 m dpl), Batang Regency in Central Java. The clones consisted of TPS 17/3, TPS 24/5, TPS 87/2, TPS 93/3, TPS 101/1, and TRI 2024 and GB 7 as controls. The experimental unit consisted of 20 plants for each tea clone was arranged in Random Complete Block Design (RCBD) with four replications. The three year secondary data (2011, 2012, 2013) of the number and the weight of peco and b a n j h i shoots were used in this research. The additional data consisted of rainfall data for devided variable data into two groups in each year based on rainfall (low and high rainfall). The data were analyzed using ANOVA and Duncan s Multiple Range Test at α = 5%. The results showed that there was no interaction between clones and environment. TPS 101/1 tea clones had highest p e c o shoots t h a t i n d i c a t e d h i g h quality. The high yield clones (weight of shoots) were TPS 17/3 and TPS 24/5. High yield potential, no different with GB 7 and supported with high stability which belongs to desired clones was TPS 24/5. Keywords: tea, clones, yield potential, stability, GGE-Biplot PENDAHULUAN Teh (Camellia sinensis) merupakan komoditi perkebunan yang cukup penting bagi Indonesia karena dapat menghasilkan devisa bagi negara, dapat berfungsi sosial berupa kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar perkebunan, serta dapat memelihara sumber daya alam yang berupa tanah, air, dan lingkungan (Anonim, 2014). Makin bertambahnya permintaan teh sebagai bahan minuman maka diperlukan upaya yang berkesinambungan untuk meningkatkan produksi dan kualitas/mutu hasil teh. Salah satu cara meningkatan produksi/kualitas tanaman adalah penggunaan bibit dari klon-klon yang unggul. Penggunaan klon unggul menjadi komponen utama peningkatan produksi jangka panjang sehingga pemilihan klon harus tepat. Salah satu syarat sebagai klon teh yang baik adalah berdaya hasil tinggi dan pucuk berkualitas (Sriyadi dan Astika, 1997). Hasil petikan yang akan menghasilkan teh berkualitas baik adalah jumlah atau persentase pucuk peko lebih banyak daripada pucuk burung. Kegiatan koleksi bagian Penelitian dan Pengembangan (litbang) PT Pagilaran telah menghasilkan banyak tetua dan dipergunakan sebagai pohon induk untuk persilangan. Salah satu persilangan buatan yang dilakukan dengan tetua klon TRI 2024 dengan klon PS I. TRI 2024 memiliki kelemahan rentan terhadap penyakit cacar teh, bobot pucuk rendah, dan responsif terhadap pupuk N, tetapi jumlah pucuknya banyak, mudah diperbanyak secara vegetatif, dan

Vegetalika Vol. 4 No. 3, 2015: 127-137 129 kualitas baik. PS I memiliki kelebihan tahan terhadap penyakit cacar, bobot pucuk berat, kualitas baik, tetapi jumlah pucuk sedikit, dan agak sulit diperbanyak secara vegetatif. Selain perbedaan di atas kedua klon juga berbeda dalam sifat perakaran, jumlah bulu daun, morfologi daun, kecepatan fermentasi polifenol. Keturunan TRI 2024 PS I diharapkan muncul tanaman yang memiliki kombinasi sifat baik dari kedua tetua dan efek heterosis potensi hasil (Sriyadi, 2007). Klon teh dikatakan unggul jika mampu tumbuh dengan baik dan memberikan hasil yang tinggi di lingkungan pengembangannya (Sriyadi dan Atika, 1997). Kemampuan tersebut ditunjukkan oleh daya adaptasi atau stabilitas hasil. Salah satu alat untuk menguji daya hasil dan stabilitas yang terbaru adalah dengan analisis Gentotipe x Genotipe Environment (GGE) biplot seperti dilakukan oleh Murti et al. (2014). Penelitian ini bertujuan mendapatkan klon keturunan TRI 2024 PS I yang berpotensi hasil tinggi dan kualitas pucuk yang baik. BAHAN DAN METODE Penelitian ini menggunakan data sekunder hasil pengamatan produksi pucuk selama tiga tahun (2011, 2012, 2013). Data penelitian merupakan hasil pengamatan di Kebun Teh Kayulandak yang terletak pada ketinggian 1300 mdpl, dengan jenis tanah Latosol. Klon yang digunakan dalam penelitian ini adalah klon keturuan persilangan TRI 2024 x PS1 (TPS) antara lain TPS 17/3, TPS 24/5, TPS 87/2, TPS 93/3, TPS 101/1, dan klon TRI 2025, GB 7 sebagai pembanding. Klonklon ditanam dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) menggunakan empat ulangan. Satu unit percobaan terdiri dari 20 tanaman dengan jarak tanam 60 cm x 120 cm. Data meliputi jumlah pucuk peko dan pucuk burung per plot serta berat total pucuk peko dan pucuk burung segar per plot. Data sekunder merupakan pengamatan produksi pucuk segar tanaman per plot sesuai dengan giliran petik 12-18 hari. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Analisis Varian (ANOVA) dan uji lanjut menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf error 5% dan analisis stabilitas menggunakan GGE (Genotype main effects and Genotype by Environment Interaction) Biplot.

Vegetalika Vol. 4 No. 3, 2015: 127-137 130 HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan dan perkembangan tanaman teh dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan yang dapat meningkatkan atau menurunkan produksi. Produksi pucuk tanaman teh sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, diantaranya suhu, kelembaban udara, intensitas cahaya, dan curah hujan. Faktor-faktor tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Curah hujan dapat mempengaruhi proses fisiologis dan biokimia tanaman, terutama fotosintesis dan transpirasi. Data pengamatan curah hujan selama 3 tahun ( 2011, 2012, dan 2013) disajikan pada tabel 1. Tabel 2. Curah hujan dan jumlah hari hujan selama 3 tahun 2011 2012 2013 Agroklimat Bulan Hari Hari CH CH CH hujan hujan (mm) (mm) (mm) (hari) (hari) Curah hujan rendah Curah hujan tinggi Hari Mujan Mei 477 23 474 15 352 20 Juni 171 5 258 11 329 23 Juli 172 11 130 5 437 21 Agustus 55 3 90 2 109 5 September 163 8 65 4 118 9 Oktober 270 21 208 20 342 16 November 710 22 708 27 552 22 Desember 630 26 1128 26 633 27 Januari 691 27 1171 29 1017 29 Februari 624 27 746 25 1000 25 Maret 693 23 610 29 768 26 April 647 25 638 23 502 24 Jumlah 5303 221 6226 216 6159 247 Besarnya curah hujan dan hari hujan selama tiga tahun di Kebun Kayulandak, PT Pagilaran (Tabel 1) dalam kurun waktu tiga tahun pengambilan data dibagi dua yaitu curah hujan rendah (bulan Mei Oktober) dan curah hujan tinggi (bulan November April). Penentu bulan basah dan bulan kering didasarkan pada besarnya curah hujan bulanan pada lokasi penelitian yang mempunyai curah hujan yang cukup tinggi, sehingga dalam pembagiannya dengan melihat rerata bulanan. Selama 3 tahun jumlah curah hujan per tahun sangat besar, melebihi kebutuhan yang diperlukan oleh tanaman teh. Pembagian agroklimat ini untuk mengetahui interaksi atau tanggapan klon terhadap agroklimat yang berbeda dalam tiga tahun.

Vegetalika Vol. 4 No. 3, 2015: 127-137 131 Faktor lingkungan tempat tumbuh yang sangat mempengaruhi adalah curah hujan dan suhu. Hasil pucuk daun teh tergantung pada jumlah pucuk aktif (peko) dan pucuk dorman (burung) pada waktu tersebut, frekuensi, waktu pemetikan, berat masing-masing pucuk, dan luas area bidang petik pucuk. Hasil pengamatan selama tiga bulan belum mampu menggambarkan hasil sesungguhnya maka data minimal enam bulan yang dipetik seiap minggu atau satu tahun (Shanmugarajah, 1994). Jumlah pucuk pada bidang petik merupakan kriteria dari kapasitas produktivitas tanaman teh (Eden, 1941). Hasil analisis jumlah pucuk peko menunjukkan tidak ada interaksi antara klon dan lingkungan. Hal ini berarti ranking atau urutan jumlah pucuk peco berkecenderungan yang sama dari satu lingkungan ke lingkungan yang lain (Tabel 2). Selain itu, jumlah rata-rata pucuk peko klon TPS 101/1 tertinggi dan nyata lebih tinggi dibanding jumlah rata-rata pucuk klon TPS 17/3 dan klon kontrol yaitu TRI 2025. Jumlah pucuk peco TPS 101/1 juga lebih tinggi dari GB 7 (kontrol) meskipun tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa TPS 101/1 merupakan klon yang mempunyai kualitas pucuk paling baik. Rata-rata jumlah pucuk peko tahun 2011 dengan curah hujan rendah lebih baik dibanding rata-rata jumlah pucuk peko musim curah hujan tinggi tahun 2011, 2012, 2013, serta musim curah hujan rendah pada tahun 2011, 2012 dan 2013. Jumlah pucuk peko pada lingkungan dengan curah hujan rendah cenderung menghasilkan pucuk peko lebih tinggi kecuali pada tahun 2013.

Vegetalika Vol. 4 No. 3, 2015: 127-137 132 Tabel 2. Jumlah pucuk peko, jumlah pucuk burung, dan jumlah pucuk total Klon Jumlah pucuk (pucuk/petak/petik) Pucuk peko (-) Pucuk burung (-) Total pucuk (-) TPS 17/3 217,50 b 419,71 a 637,21 a TPS 24/5 267,08 a 369,08 b 636,17 a TPS 87/2 269,96 a 325,88 d 595,83 b TPS 93/3 256,38 ab 333,54 cd 589,92 b TPS 101/1 288,33 a 357,46 bc 645,79 a TRI 2025 233,67 bc 380,88 b 614,54 ab GB 7 272,13 a 341,67 cd 613,79 ab Musim dan tahun 2011R 425,39 p 204,75 t 630,14 r 2011T 320,68 q 255,46 s 576,14 s 2012R 294,39 q 386,36 r 680,75 q 2012T 169,04 rs 272,54 s 441,57 t 2013R 147,93 s 457,32 q 605,25 r 2013T 189,75 r 590,61 p 780,36 p CV (%) 20,7 11,07 8,5 Keterangan: (-) menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara klon dengan musim Rerata yang diikuti huruf sama pada kolom sama tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT 5%. Jumlah rata-rata pucuk burung pada tabel 2 menunjukkan bahwa klon TPS 17/3 lebih tinggi dibanding jumlah rata-rata pucuk klon TRI 2025, TPS 24/5, TPS 101/1, GB 7, TPS 93/3, dan TPS 87/2. Jumlah pucuk burung paling tinggi menunjukkan bahwa klon TPS 17/3 kualitasnya rendah. Rata-rata jumlah pucuk burung tahun 2013 dengan curah hujan tinggi lebih baik dibanding rata-rata jumlah pucuk burung musim curah hujan tinggi tahun 2011, 2012, serta musim curah hujan rendah pada tahun 2011, 2012 dan 2013. Jumlah rata-rata pucuk burung per petak per petik menunjukkan tidak ada interaksi antara klon dengan musim. Jumlah rata-rata pucuk burung klon TPS 17/3 lebih tinggi dibanding klon lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa klon TPS 17/3 memiliki kemampuan menghasilkan pucuk burung sehingga produksi klon tersebut tergolong rendah. Jika dilihat dari jumlah pucuk total tampak bahwa TPS 101/1 mempunyai jumlah pucuk paling tinggi, diikuti TPS 17/3 dan TPS 24/5 (Tabel 2). Ketiganya lebih tinggi daripada GB 7 dan TRI 2025 sebagai control. Hal ini karena didukung oleh jumah pucuk peko paling tinggi. Pucuk burung paling banyak pada tahun 2013 dengan curah hujan tinggi kemudian diikuti tahun 2013 dengan curah hujan rendah, tahun 2012

Vegetalika Vol. 4 No. 3, 2015: 127-137 133 curah hujan rendah, tahun 2012 curah hujan tinggi, tahun 2011 curah hujan tinggi, dan paling sedikit pada tahun 2011 curah hujan rendah. Pada Tabel 2, jumlah total pucuk menunujukkan bahwa kelompok klon TPS dan GB 7 tidak beda nyata dengan klon TRI 2025.Jumlah pucuk akan berpengaruh terhadap berat pucuk. Tabel 3 menunjukkan bahwa pada berat pucuk peko, pucuk burung dan total pucuk tidak ada interaksi antara klon dengan lingkungan. B erat pucuk peko klon TPS 87/2 d a n TPS 101/1 paling tinggi berbeda nyata dengan klon TPS 17/3, tetapi tidak berbeda nyata dengan GB 7, TPS 24/5, TPS 93/3, TRI 2025. Hal ini menunjukkan bahwa klon TPS 87/2 memiliki ukuran pucuk yang besar dan kemampuan fotosintesis baik sehingga memiliki berat pucuk peko yang tinggi. Rata-rata berat pucuk burung klon TPS 17/3 lebih tinggi dibanding klon lainnya tetapi TPS 17/3 mempunyai berat pucuk total yang sama dengan semua klon. Berat pucuk total ini yang menunjukkan hasil atau produktivitas klon the yang dievaluasi menunjukkan tidak berbeda nyata. Berdasarkan data maka dapat dikatakan bahwa klon TPS 17/3, TPS 24/5 dan TPS 101/1 dapat digunakan sebagai klon unggul baru. Bahkan klon TPS 101/1 mempunyai jumlah pucuk peko paling banyak. Hal ini menunjukkan bahwa klon tersebut potensial sebagai klon unggul baru. Tabel 3. Berat pucuk peko, berat pucuk burung, dan berat pucuk total Berat pucuk (g/petak/petik) Klon Pucuk peko (-) Pucuk burung (-) Total pucuk (-) TPS 17/3 399,21 b 762,67 a 1161,88 a TPS 24/5 490,25 a 666,63 bc 1156,88 a TPS 87/2 505,96 a 621,21 d 1127,17 a TPS 93/3 479,50 a 694,63 cd 1129,13 a TPS 101/1 503,33 a 628,54 cd 1131,88 a TRI 2025 448,50 ab 696,04 b 1144,54 a GB 7 501,04 a 643,21 cd 1144,25 a Musim dan Tahun 2011R 819,68 p 440,18 u 1259,86 q 2011T 579,57 q 522,11 s 1101,68 r 2012R 584,36 q 715,64 r 1300,00 p 2012T 310,61 r 481,32 t 791,93 s 2013R 253,00 s 847,00 q 1100,00 r 2013T 305,18 r 994,82 p 1300,00 p CV (% 20,4 10,5 5,5 Keterangan: (-) menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara klon dengan musim. Rerata yang diikuti huruf sama pada kolom sama tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT 5%

Vegetalika Vol. 4 No. 3, 2015: 127-137 134 Dalam melihat tanggapan tanaman teh, penelitian ini menggunakan software GGE-Biplot yang menampilkan nilai singular untuk komponen utama pertama (PC 1) dan komponen utama kedua (PC 2) (Yan dan Tinker, 2006). Metode ini telah digunakan oleh Murti et al. (2013) pada tanaman teh. Metode GGE-Biplot GGE-Biplot digunakan untuk melihat klon-klon yang stabil pada lingkungan pengujian. Stabilitas hasil diberbagai lingkungan bertujuan untuk melihat klon-klon yang stabil dan memiliki potensi hasil tinggi. Genotipe terbaik dalam hal ini diartikan sebagai klon terbaik yang berada dalam suatu Megaenvironment (Mega-E) (Farshadfar et al., 2013). Gambar 1. Poligon GGE-Biplot dengan pola which-wins-where pada klon dan lingkungan untuk berat total pucuk Ada 6 sektor yang didalamnya terdapat dua Mega-E pada poligon berat total pucuk segar (Gambar 1). Pada Mega-E 1 klon TPS 24/5 dapat berproduksi baik pada lingkungan 2013T, 2013R dan 2011T. Sedangkan pada Mega-E 2, klon GB 7 dan klon 17/3 dapat berproduksi baik pada lingkungan 2012T, 2012R dan 2011R. Klon TPS 87/2, TPS 93/3, TPS 101/1 dan TRI 2025 berada diluar dari kedua Mega-E. Keragaan hasil dan stabilitas genotipe dapat dievaluasi dengan metode AEC (Average Environment Coordinate) (Yan, 2001). Menurut Yan (2003) genotip ideal adalah genotipe yang memiliki skor PC 1 besar (rerata hasil tinggi) dan skor absolut PC 2 kecil (stabilitas tinggi). Ordinat AEC menunjukkan stabilitas klon-klon, apabila jarak vektor klon semakin menjauhi titik asal

Vegetalika Vol. 4 No. 3, 2015: 127-137 135 biplot,maka efek GEI semakin besar dan akan mengurangi stabilitas. Ordinat AEC juga membagi genotipe yang memiliki hasil yang tinggi dan hasil yang rendah. Gambar 2. Average Environment Coordinate (AEC) memperlihatkan GGE biplot berdasarkan environment-focused scaling rata-rata hasil dan stabilitas genotip untuk berat total pucuk Pada GGE biplot untuk berat total pucuk. Klon TPS 24/5 dan GB 7 memiliki rerata hasil yang tinggi, sedangkan klon TPS 17/3, TRI 2025, TPS 101/1, TPS 87/2, dan TPS 93/3 (kanan ke kiri) memiliki rerata hasil yang rendah (Gambar 2). Genotip yang memiliki rerata hasil yang tinggi dapat diseleksi kembali. Dalam seleksi tanaman, tidak hanya menyeleksi potensi hasil saja, stabilitas hasil juga penting. Klon TPS 24/5 dan GB 7 memiliki rerata hasil tinggi dan kurang stabilitas. Klon TPS 24/5 memiliki stabilitas yang lebih tinggi daripada klon GB 7. Hal ini menunjukkan bahwa GB 7 responsif terhadap perubahan lingkungan dalam hal ini curah hujan. Adapun untuk TPS 24/5 lebih stabil daripada GB 7. Hal ini mengindikasikan klon TPS 24/5 dapat digunakan sebagai alternatif yang lebih baik dibandingkan dengan GB 7. Genotipe yang ideal merupakan genotipe yang memiliki rerata hasil dan juga stabilitas yang tinggi. Pada GGE biplot terdapat pusat lingkaran kecil sebagi pusat lingkaran dimana genotipe ideal (daya hasil tinggi dan paling

Vegetalika Vol. 4 No. 3, 2015: 127-137 136 stabil) berada pada lingkaran pertama, untuk genotipe yang masih diinginkan berada pada lingkaran konsentris kedua. Genotipe yang berada pada lingkaran konsentris ketiga dan seterusnya merupakan genotipe yang kurang diinginkan kaerna memiliki hasil yang rendah (Kaya et al., 2006). Gambar 3. GGE-Biplot berdasarkan genotype focused scaling untuk membandingkan genotipe dengan genotipe ideal berat total pucuk Berdasarkan gambar di atas tidak terdapat genotipe ideal, namun klon TPS 24/5 dan GB 7 tergolong dalam genotipe yang diinginkan (Gambar 3). Di sisi lain, klon TPS 87/2, TPS 101/1, TPS 17/3, dan TRI 2025 termasuk klon yang kurang baik. Klon TPS 93/3 termasuk kedalam genotipe yang tidak ideal dan tidak diinginkan karena memiliki hasil yang rendah pada semua lingkungan. KESIMPULAN 1. Klon penghasil pucuk peko yang mengindikasikan kualitas pucuk tertinggi adalah klon TPS 101/1 dan GB 7. 2. Klon yang mempunyai potensi hasil tinggi serta termasuk dalam klon yang diinginkan adalah kon TPS 24/5.

Vegetalika Vol. 4 No. 3, 2015: 127-137 137 UCAPAN TERIMAKASIH Penulis menyampaikan terimakasih kepada Fakultas Pertanian dan dan PT. Pagilaran yang telah memberikan ijin dan fasilitasi penelitian, Bapak Subito yang telah membantu pelaksanaan di lapangan. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2014. Manfaat Teh untuk Kesehatan. <http://www.dnaberita.com>. 31 Maret 2015. Eden, T. 1941. The selection of high yielding tea bushes for vegetative propagation. Tea Q.14:98-102. Farshadfar, E. Mahnaz R., Mohammad M., and Hassan Zali. 2013. GGE Biplot analysis of genotype environment interaction in chickpea genotypes. European Journal of Experimental Biology 3:417-423. Kaya, Y., M. Akcura, dan S. Taner. 2006. GGE-Biplot Analysis of Multienvironment yield trials in bread wheat. Turk. J. Agric For 30 : 325-337. Murti, R. H., A. Puspitasari and S. Mitrowihardjo. 2014. Stability Analysis Of Nine Promising Clones Of Tea (Camellia sinensis). Agrivita 36 (1):81-90 Shanmugarajah, V. 1994. Selection Criteria For Tea. S.LJ. Tea Sci. 63 (2):94-108. Sriyadi, B., dan W. Astika. 1997. Uji adaptasi klon teh seri TPS, MPS, GPPS, dan GMB. Risalah Hasil Penelitian 1991-1995:1-21. Sriyadi, B., Astika, W., dan D. Muchtar. 1998. Seleksi tanaman teh muda seri TPS. Jurnal Pen. Teh dan Kina 3:88-93. Sriyadi, B. 2007. Seleksi ketahanan klon teh seri TPS terhadap penyakit cacar. Jurnal Penelitian Teh dan Kina 10 (3):73-82. Yan, W. 2001. Biplot Analisis of Multi Environment Trial Data. Power Point of GGE biplot. www.ggebilot.com. Diakses 31 Maret 2015. Yan, W. And Kang, M. S. 2003. GGE Biblot analysis : A graphical tool for breeders, geneticists, and agronomists. CRC Press. London, New York.