JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli 2013

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Komponen mesin yang terbuat dari baja ini contohnnya poros, roda gigi dan

I. PENDAHULUAN. Logam merupakan material kebutuhan manusia yang banyak penggunaannya

I. PENDAHULUAN. mengalami pembebanan yang terus berulang. Akibatnya suatu poros sering

I. PENDAHULUAN. untuk diperkirakan kapan terjadinya, dan tidak dapat dilihat secara kasat mata

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material

I. PENDAHULUAN. Baja karbon AISI 1045 adalah jenis baja yang tergolong dalam baja paduan

Sidang Tugas Akhir (TM091486)

I. PENDAHULUAN. Baja adalah sebuah senyawa antara besi (Fe) dan karbon (C), dimana sering

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Lampung. Sedangkan estimasi waktu penelitian dikisarkan

III. METODOLOGI PENELITIAN. waktu pada bulan Oktober hingga bulan Maret Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

II. TINJAUAN PUSTAKA. akibat beban berulang ini disebut patah lelah (fatigue failures) karena

ANALISA KUAT LELAH KUNINGAN YELLOW BRASS C85700 PADA MESIN UJI ROTARY BENDING

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Lampung. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada rentang

II. TINJAUAN PUSTAKA

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 TUGAS AKHIR TM091486

PERENCANAAN ELEMEN MESIN RESUME JURNAL BERKAITAN DENGAN POROS

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 1029 DENGAN METODA QUENCHING DAN MEDIA PENDINGIN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MAKRO STRUKTUR

Analisis Kegagalan pada Shaft Gearbox Mesin Palletizer di PT Holcim Tbk Tuban

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PROSES LAKU PANAS QUENCHING AND PARTITIONING TERHADAP UMUR LELAH BAJA PEGAS DAUN JIS SUP 9A DENGAN METODE REVERSED BENDING

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

Volume 2 Nomor 1, Oktober 2016 DEWAN REDAKSI. Pelindung : Dr.Eng. Fritz Akhmad Nuzir, ST, MA (Dekan Fakultas Teknik Universitas Bandar Lampung)

DESIGN UNTUK KEKUATAN LELAH

Waktu Tempering BHN HRC. 1 jam. Tanpa perlakuan ,7. 3 jam ,7. 5 jam

Jurnal Mekanikal, Vol. 4 No. 2: Juli 2013: ISSN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Mesin

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik

KEKUATAN MATERIAL. Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Baja adalah logam paduan, dimana logam besi adalah unsur dasarnya yang

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

E(Pa) E(Pa) HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengujian Tarik Material Kayu. Spesimen uji tarik pada kayu dilakukan pada dua spesimen uji.

II. TINJAUAN PUSTAKA. beberapa unsur, dengan unsur utama yaitu Besi / Ferous( Fe) dan unsur. mengenai pengaruh unsur paduan pada baja karbon:

Karakterisasi Baja Karbon Rendah Setelah Perlakuan Bending

PERANCANGAN MESIN UJI LELAH BAJA POROS DENGAN PEMBEBANAN PUNTIR DINAMIS

KETANGGUHAN BEBAN IMPAK DAN BEBAN TARIK MAKSIMUM PADA PELAT BAJA BERLAPIS AKIBAT QUENCHING DAN NORMALIZING

Analisis Pengaruh Cooling Rate pada Material ASTM A36 Akibat Kebakaran Kapal Terhadap Nilai Kekuatan, Kekerasan dan Struktur Mikronya

Bab II STUDI PUSTAKA

PENGARUH VARIASI BENTUK PERMUKAAN FORGING SAMBUNGAN LAS GESEK ROTARY TERHADAP KEKUATAN TARIK BAJA MILD STEEL. Abstract

Tugas Akhir. Studi Corrosion Fatigue Pada Sambungan Las SMAW Baja API 5L Grade X65 Dengan Variasi Waktu Pencelupan Dalam Larutan HCl

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

PENGARUH TEMPERATUR QUENCHING PADA PROSES AUSTEMPERING TERHADAP KEKUATAN LELAH AUSTEMPERING GREY IRON

PENGARUH VISKOSITAS OLI SEBAGAI CAIRAN PENDINGIN TERHADAP SIFAT MEKANIS PADA PROSES QUENCHING BAJA ST 60

PENGARUH STRUKTUR MIKRO TERHADAP SIFAT MEKANIS BAJA HSS ASP 23 UNTUK BAHAN MATA PISAU PEMANEN SAWIT SKRIPSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH BENTUK TAKIKAN (NOTCHED) PADA POROS BAJA KARBON ST. 60 AKIBAT BEBAN TARIK

PENGARUH WAKTU PENAHANAN PANAS (TIME HOLDING) PADA PROSES TEMPERING TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN BAJA KARBON MENENGAH

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

RISK ASSESSMENT OF SUBSEA GAS PIPELINE PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk.

Kunci: camshaft, patahan, operasional, pengujian, kegagalan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SKRIPSI METALURGI FISIK SIMULASI DAN ANALISIS PENGUJIAN FATIK DENGAN VARIASI BEBAN PADA MATERIAL PADUAN ALUMINIUM DAN MAGNESIUM

KARAKTERISTIK LELAH BAJA POROS DIN 42CrMo4 BERTAKIK U DAN V AKIBAT BEBAN AMPLITUDO KONSTAN DAN BEBAN TIBA-TIBA

PENELITIAN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN LOW TEMPERING

KERUNTUHAN LENTUR BALOK PADA STRUKTUR JOINT BALOK-KOLOM BETON BERTULANG EKSTERIOR AKIBAT BEBAN SIKLIK

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

Kategori Sifat Material

PENGARUH PRESTRAIN BERTINGKAT TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN TARIK BAJA KARBON SEDANG

ESTIMASI UMUR FATIK MENGGUNAKAN PEMBEBANAN ROTATING BENDING PADA MATERIAL SS 304

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS SIMULASI UJI IMPAK BAJA KARBON SEDANG (AISI 1045) dan BAJA KARBON TINGGI (AISI D2) HASIL PERLAKUAN PANAS. R. Bagus Suryasa Majanasastra 1)

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) F 191

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

BAB II TEORI DASAR. Gage length

PENGARUH PERBANDINGAN GAS NITROGEN DAN LPG PADA PROSES NITROKARBURISING DALAM REAKTOR FLUIDIZED BED TERHADAP SIFAT MEKANIS BAJA KARBON RENDAH

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

PENGARUH PEREGANGAN TERHADAP PENURUNAN LAJU PERAMBATAN RETAK MATERIAL AL T3 Susilo Adi Widyanto

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MECHANICAL FAILURE (KERUSAKAN MEKANIS) #2

ANALISA KEKUATAN PUNTIR DAN KEKUATAN LENTUR PUTAR POROS BAJA ST 60 SEBAGAI APLIKASI PERANCANGAN BAHAN POROS BALING-BALING KAPAL

STUDI PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA HASIL PENGELASAN BAJA ST 37 DITINJAU DARI KEKUATAN TARIK BAHAN

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH TEMPERATUR TEMPERING PADA PROSES QUENCHING TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA AISI 4140

KEKUATAN TARIK DAN BENDING SAMBUNGAN LAS PADA MATERIAL BAJA SM 490 DENGAN METODE PENGELASAN SMAW DAN SAW

MATERIAL TEKNIK 3 IWAN PONGO,ST,MT

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP HASIL PENGELASAN TIG PADA BAJA KARBON RENDAH

BAB III METODE PENELITIAN

Asyari D. Yunus - Struktur dan Sifat Material Universitas Darma Persada - Jakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. baja HQ705 (High Quality) untuk komponen konstruksi permesinan. Baja HQ705

KARAKTERISASI BAJA CHASIS MOBlL SMK (SANG SURYA) SEBELUM DAN SESUDAH PROSES QUENCHING

TEGANGAN (YIELD) Gambar 1: Gambaran singkat uji tarik dan datanya. rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 4340

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan 1

Gambar 4.1. Hasil pengelasan gesek.

FATIGUE STRENGTH BAJA NS 4340 SETELAH MENGALAMI TEMPERING

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. waktu pengelasan dan pengaruh penambahan filler serbuk pada

Laporan Awal Praktikum Karakterisasi Material 1 PENGUJIAN TARIK. Rahmawan Setiaji Kelompok 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KEKASARAN PERMUKAAN TERHADAP KEKUATAN TARIK BAJA AISI 4140 AFRIANGGA PRATAMA 2011/ PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

Gambar 4.1 Terminologi Baut.

Transkripsi:

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli 2013 ANALISIS UJI KETAHANAN LELAH BAJA KARBON SEDANG AISI 1045 DENGAN HEAT TREATMENT (QUENCHING) DENGAN MENGGUNAKAN ALAT ROTARY BENDING Teguh Sugiarto 1), Zulhanif 2) dan Sugiyanto 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Lampung 2) Dosen Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Lampung Jln. Prof.Sumantri Brojonegoro No. 1 Gedung H FT Lt. 2 Bandar Lampung Telp. (0721) 3555519, Fax. (0721) 704947 E-mail: (Teguh_rokett@yahoo.co.id) (Hanif@unila.ac.id) (Soegijanto_mesin@yahoo.com) Abstract Fatigue is the one of the main cause from of the material failure. The main of cause failure 90 % caused fatigue. Fatigue is material sructure process changes that is caused by repeatly load (stress or shear) in a long period of time so it occured crack or break. The reason of this research is to analyze of the fatigue strength medium carbon steel type AISI 1045 with variaton of shaft rotation on rotary bending machine. Fatigue test applied on medium carbon steel type AISI 1045 without heat treatment. This research was conducted with variation of shaft rotation 2880 rpm and continued with load variation 20%, 30%, 40%, 50% and 60 % from material UTS. Specimen that used according ASTM E466 spesimen made by lathe machine. Fatigue test is using by rotary bending machine type fatigue test machine. Keywords: Fatigue test, rotary bending, medium carbon steel AISI 1045. PENDAHULUAN Latar Belakang Baja sangat memiliki peranan yang penting dalam dunia industri dimana banyak rancangan komponen mesin pabrik menggunakan material tersebut. Sifat mekanik yang dimiliki material ini cukup mampu untuk berbagai penggunaan lapangan dalam berbagai aplikasi. Efisiensi dan efektifitas dari baja itu sendiri selalu menjadi pertimbangan dalam pemilihan material sesuai dengan pemakaiannya. Pada kasus rancang bangun suatu konstruksi mesin, selalu diperlukan sifat bahan dengan tujuan agar komponen yang dirancang dapat bekerja secara optimal, dan dapat memenuhi persyaratan fungsi dari konstruksi maupun kekuatannya dalam menerima beban. Sifat yang dikenal dengan kelelahan bahan, perlu diteliti karena sangat penting untuk menentukan umur konstruksi berdasarkan kelelahan. Poros berfungsi untuk meneruskan tenaga baik berupa puntiran, torsi maupun bending dari suatu bagian ke bagian yang lain. Akibat beban tersebut poros mengalami pembebanan yang terus berulang. Akibatnya suatu poros sering mengalami kegagalan dalam operasinya. Kegagalan akibat beban berulang sangat tidak diinginkan karena tanda-tanda akan terjadinya kegagalan tidak dapat diketahui secara langsung. Kegagalan ini dapat berupa crack yang terus berkembang hingga terjadi perambatan crack yang kemudian menjadi patah. Logam yang mengalami pembebanan dengan tegangan dinamis dan berulang dalam jangka waktu yang lama, perlu dilakukan pengujian untuk memprediksi kegagalan material. Salah satu tipe pengujian untuk memprediksi kegagalan material akibat beban berulang (fatik) adalah pengujian dengan menggunakan mesin uji fatik rotary bending. Pengujian ini diharapkan dapat memperkirakan suatu poros yang dengan material baja AISI 85

Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli 2013 1045 dalam mengalami kegagalan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan spesimen yang sesuai dengan standar pengujian sehingga dapat memprediksi kapan suatu logam akan mengalami kegagalan lelah. Tujuan Penelitian Menganalisis ketahanan lelah baja sedang AISI 1045 yang diberi heat treatment degan cara pendinginan (quenching), dengan menggunakan mesin uji fatik tipe Rotary Bending. TINJAUAN PUSTAKA Kerusakan akibat beban berulang ini disebut patah lelah (fatigue failures) karena umumnya perpatahan tersebut terjadi setelah periode pemakaian yang cukup lama. Mekanisme terjadinya kegagalan fatik dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu : awal retak (initiation crack), perambatan retak (crack propagation), dan perpatahan akhir (fracture failure). Fatik atau kelelahan menurut (Zulhanif, 2002) didefinisikan sebagai proses perubahan struktur permanen progressive localized pada kondisi yang menghasilkan fluktuasi regangan dan tegangan dibawah kekuatan tariknya dan pada satu titik atau banyak titik yang dapat memuncak menjadi retak (crack) atau patahan (fracture) secara keseluruhan sesudah fluktuasi tertentu. Progressive mengandung pengertian proses fatik terjadi selama jangka waktu tertentu atau selama pemakaian, sejak komponen atau struktur digunakan. Localized berarti proses fatik beroperasi pada luasan lokal yang mempunyai tegangan dan regangan yang tinggi karena : pengaruh beban luar, perubahan geometri, perbedaan temperatur, tegangan sisa dan tidak kesempurnaan diri. Crack merupakan awal terjadinya kegagalan fatik dimana kemudian crack merambat karena adanya beban berulang. Fracture merupakan tahap akhir dari proses fatigue dimana bahan tidak dapat menahan tegangan dan regangan yang ada sehingga patah menjadi dua bagian atau lebih. Secara alami logam berbentuk kristalin artinya atom-atom disusun berurutan. Kebanyakan struktur logam berbentuk poli kristalin yaitu terdiri atas sejumlah besar kristal-kristal yang tersusun individu. Tiap-tiap butir memiliki sifat mekanik yang khas, arah susunan dan susunan tiap arah, dimana beberapa butir diorientasikan sebagai bidangbidang yang mudah slip atau meluncur dalam arah tegangan geser maksimum. Slip terjadi pada logam-logam liat dengan gerakan dislokasi sepanjang bidang kristalografi. Slip terjadi disebabkan oleh beban siklik monotonic. Ketahanan fatik suatu bahan tergantung dari perlakuan permukaan atau kondisi permukaan dan temperatur operasi. Perlakuan permukaan merubah kondisi permukaan dan tegangan sisa di permukaan. Perlakuan permukaan shoot peening menghasilkan tegangan sisa tekan yang mengakibatkan ketahan lelah yang meningkat (Collins,1981). Sedangkan perlakuan permukaan yang menghasilkan tegangan sisa tarik menurunkan ketahanan fatigue-nya. Hal itu terjadi karena pada permukaan terjadi konsentrasi tegangan tekan atau tarik yang paling tinggi. Pada kondisi permukaan sedang menerima tegangan tarik maka tegangan sisa tekan pada permukaan akan menghasilkan resultan tegangan tekan yang semakin besar. Tegangan tekan akan menghambat terjadinya initial crack atau laju perambatan retak. Sehingga ketahanan lelah meningkat, dan akan terjadi sebaliknya apabila terjadi tegangan sisa tarik di permukaan. Pada dasarnya kegagalan fatik dimulai dengan terjadinya retakan pada permukaan benda uji. Hal ini membuktikan bahwa sifatsifat fatik sangat peka terhadap kondisi permukaan, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kekasaran permukaan, perubahan sifat-sifat permukaan dan tegangan sisa permukaan (Dieter,1992). Penyajian data fatik rekayasa adalah menggunakan kurva S-N yaitu pemetaan tegangan (S) terhadap jumlah siklus sampai terjadi kegagalan (N). Kurva S-N ini lebih diutamakan menggunakan skala semi log seperti ditunjukan pada gambar 1. Untuk beberapa bahan teknis yang penting. 86

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli 2013 Tabel 1. Unsur-unsur pada baja AISI 1045 Gambar 1. Kurva S-N Kurva tersebut didapat dari pemetaan tegangan terhadap jumlah siklus sampai terjadi kegagalan pada benda uji. Pada kurva ini siklus menggunakan skala logaritma. Batas ketahan fatik (endurance limit ) baja ditentukan pada jumlah siklus N>10 7 (Dieter,1992). Persamaan umum kurva S-N dinyatakan oleh persamaan ( dowling,1991). S = B + C ln (N f ) Dengan : B dan C adalah konstanta empiris material Pengujian fatik dilakukan dengan cara memberikan stress level tertentu sehingga spesimen patah pada siklus tertentu. (Dieter, 1992) menyatakan untuk mendapatkan kurva S-N dibutuhkan 8-12 spesimen. Pengujian fatik dilakukan dengan Rotary Bending Machine. Jika benda uji diputar dan diberi beban, maka akan terjadi momen lentur pada benda uji. Momen lentur ini menyebabkan terjadinya beban lentur pada permukaan benda uji dan besarnya dihitung dengan persamaan (international for use of ONO S,-) Dengan: σ = Tegangan lentur ( kg/cm 2 ) W = Beban lentur (kg) d = Diameter benda uji (cm) Baja AISI 1045 Adapun data-data dari baja ini adalah sebagai berikut : Unsur Karbon Mangan Fosfor Sulfur Silicon Quenching % 0,42 0,50 0,60 0,90 Maksimum 0,035 Maksimum 0,040 Sifat mekanis lainnya Tensile strength Yield strength Elongation Reduction in area 0,15 0,40 hardness Proses quenching melibatkan beberapa faktor yang saling berhubungan. Pertama yaitu jenis media pendingin dan kondisi proses yang digunakan, yang kedua adalah komposisi kimia dan hardendility dari logam. Hardenbility merupakan fungsi dari komposisi kimia dan ukuran butir pada temperatur tertentu. Selain itu, dimensi dari logam juga berpengaruh terhadap hasil proses quenching. Quenching yang dilakukan pada logam spesimen panas (setelah proses austenisasi) pada media pendingin akan mengalami mekanisme pendinginan seperti pada Gb. 2,yang memperlihatkan laju pendinginan panas dari logam sebagai fungsi dari temperatur permukaan logam. Gb. 9, juga menghubungkan temperatur permukaan logam dan waktu yang perlukan pada mekanisme pelepasan panas. Awal pencelupan, logam pertama kali akan diselimuti oleh selubung uap, yang akan pecah saat logam mendingin. Perpindahan panas saat terbentuknya selubung uap ini buruk, dan logam akan mendingin dengan lambat pada tahap ini. Tahap kedua dari kurva pendinginan dinamakan tahap didih nukleat dan pada tahap ini terjadi perpindahan panas yang cepat karena logam langsung bersentuhan dengan air. Pada tahap ini, logam masih sangat panas dan air akan mendidih dengan hebatnya. Kecepatan pembentukan uap air menunjukkan sangat tingginya laju perpindahan panas. Pada tahap 87

Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli 2013 ketiga, merupakan tahap pendinginan konveksi dan konduksi, dimana permukaan logam telah bertemperatur dibawah titik didih air. Tahap ini hanya mengalami perpindahan panas melalui konveksi dan konduksi. Gambar 2, Mekanisme pendinginan, dibagi dalam 3 tahapan (Nugroho,2005) Pengujian Tarik Pengujian tarik adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui sifatsifat mekanis suatu logam dan paduannya. Pengujian ini paling sering di lakukan karena merupakan dasar pengujianpengujian dan studi mengenai kekuatan bahan. Pada pengujian tarik beban diberikan secara kontinyu dan pelanpelan bertambah besar, bersamaan dengan itu dilakukan pengamatan mengenai perpanjangan yang di alami benda uji. Kemudian dapat dihasilkan tegangan dan regangan. Pu σu = A0 Dimana : σu = Tegangan tarik maxsimal (MPa) Pu = Beban tarik (kn) A0 = Luasan awal penampang (mm²) Regangan yang dipergunakan pada kurva diperoleh dengan cara membagi perpanjangan panjang ukur dengan panjang awal, persamaanya yaitu: Lf L0 ε = 100 L0 Dimana: ε = Regangan (%) Lо = Panjang awal (mm) Lf = Panjang akhir (mm) Pembebanan tarik dilaksanakan dengan mesin pengujian tarik yang selama pengujian akan mencatat setiap kondisi bahan sampai terjadinya tegangan ultimate, juga sekaligus akan menggambarkan diagram tarik benda uji, adapun panjang Lf akan diketahui setelah benda uji patah dengan mengunakan pengukuran secara normal tegangan ultimate adalah tegangan tertinggi yang bekerja pada luas penampang semula. Diagram yang diperoleh dari uji tarik pada umumnya digambarkan sebagai diagram tegangan regangan. Alat dan Bahan Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini : 1. Uji tarik Bentuk dan ukuran benda uji Bentuk dan ukuran benda uji tarik berdasarkan standar JIS Z2201 No. 14A Gambar 3. Benda uji tarik. Benda uji tarik dibuat dengan mesin bubut konvensional selanjutnya diuji tarik dengan menggunakan mesin Servo Pilser. Dari pengujian tarik yang dilakukan dapat ditentukan tegangan ultimate dan tegangan yield bahan uji. Pengujian dilakukan pada bahan uji yang telah diberi perlakuan panas. Hasil dari pengujian ini dipakai sebagai acuan untuk menentukan beban yang dipakai pada pengujian fatik. 2. Mesin Uji Fatik Tipe Rotary Bending a. Motor listrik b. Cekam dan indikator pencatat siklus 88

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli 2013 c. Chasis d. Beban / pemberat 3. Spesimen (AISI 1045) sebagai berikut : Baja karbon sedang AISI 1045 (raw material) Tabel 2. Hasil peengujian baja karbon sedang AISI 1045 (raw material) Gambar 4. Benda uji fatik standar ASTM E 466 Prosedur Pengujian Pengujian ini dilakukan uji tarik untuk mengetahui nilai dari ultimate tensile strength (UTS). Nilai UTS dari spesimen diperoleh dari data spesifikasi bahan. Setelah diketahui nilai UTS kemudian melakukan pengujian uji fatik dengan mesin uji fatik tipe rotary bending, dengan lama waktu pengujian fatik maksimal selama 3 jam. Adapun langkah-langkah pengambilan data adalah sebagai berikut : 1. Setelah diketahui nilai UTS dari data spesifikasi spesimen, maka dapat ditentukan berat beban yang akan diberikan yaitu sebesar 20%, 30%, 40%, dan 50%, 60% dari nilai UTS spesimen. 2. Memasang spesimen pada mesin uji fatik. 3. Memasang beban. 4. Menghidupkan mesin bersamaan dengan menghidupkan penghitung waktu untuk memulai pengujian. 5. Melihat putaran motor secara berkala sebanyak ± 5 kali. 6. Saat material patah matikan motor dan penghitung waktu. 7. Catat waktu dan rpm yang diperoleh dari indikator. 8. Tandai material untuk pengujian pertama. 9. Ulangi langkah 2-7 untuk pengujian menggunakan beban selanjutnya. 10. Catat seluruh data dan kejadian selama pengambilan data. PEMBAHASAN Dari pengujian fatik pada Baja AISI 1045 yang telah dilakukan diperoleh hasil pengujian Dari hasil pengujian kelelahan (fatik) yang dilakukan terhadap benda uji disajikan dalam bentuk kurva S-N yang terlihat pada gambar 5 berikut ini: Gambar 5. Kurva S-N pengujian kelelahan (fatik) baja karbon sedang AISI 1045, (raw material) Dari diagram S-N yang terlihat pada gambar 16 dapat ditentukan persamaan garisnya dengan menggunakan semi log. Persamaaan garis tersebut secara umum dinyatakan oleh dowling adalah sebagai berikut: S = B + C ln (N f ) Garis log yang terbentuk merupakan pendekatan tiga titik hubungan tegangan dan siklus patah yang diperoleh dari pengujian. Garis log yang terbentuk terdapat penyimpangan pada pengujian dengan tegangan 312,5 MPa dimana garis log berada diatas. Garis log diatas menunjukan siklus patah yang terjadi pada waktu pengujian lebih 89

Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli 2013 cepat. Hal ini dikarenakan penjalaran crack yang terjadi lebih cepat. Dari grafik diatas diperoleh persamaan untuk baja karbon sedang AISI 1045 (raw material) adalah: Tabel 3. Hasil pengujian baja karbon sedang AISI 1045 heat treatment (quenching) σ = -148 ln(n f ) + 2066 (3) Persamaan 3 dapat digunakan untuk menentukan batas ketahanan fatique (endurance limit) dimana batas ketahanan fatik (endurance limit) dari baja karbon sedang AISI 1045 ditentukan oleh banyaknya siklus (N f ). Cara mencari banyaknya siklus dari persamaan 3 adalah sebagai berikut : Dari hasil pengujian kelelahan (fatigue ) yang dilakukan terhadap benda uji disajikan dalam bentuk kurva S-N yang terlihat pada gambar 6 berikut ini: σ = -148 ln(n f ) + 2066 148 ln(n f ) = 2066 σ ln(n f ) = Tegangan yang besar akan menghasilkan siklus patah yang rendah, sesuai dengan persamaan 3 menunjukan tegangan berbanding terbalik dengan siklus patah. Dengan menggunakan persamaan 3 (tiga) maka dapat ditentukan siklus patah pada pengujian dengan tegangan yang diberikan 312,5 MPa sebagai berikut: σ = -148 ln(n f ) + 2066-148 ln(n f ) = σ 2066 ln(n f ) = (σ 2066) / -148 ln(n f ) = (312,5 MPa -2066 )/ -148 N f = 139800,68 siklus Siklus yang diperoleh adalah 139800,68 siklus, sedangkan pada pengujian diperoleh siklus 127184,4 siklus, ini berarti siklus pada pengujian lebih rendah. Jika dilihat pada tabel 6 menunjukan pada pengujian dengan tegangan 312,5 MPa memiliki kekasaran permukaan yang lebih tinggi dari 5 pengujian yang lain. Baja karbon sedang AISI 1045 heat treatment (quenching). Gambar 6. Kurva S-N pengujian kelelahan (fatik) baja karbon sedang AISI 1045, heat treatmrnt (quenching). Dari diagram S-N pada gambar 17 dapat kita lihat garis log yang terbentuk merupakan pendekatan empat titik hubungan tegangan dan siklus patah yang diperoleh dari pengujian, garis log yang terbentuk terdapat penyimpangan pada pengujian dengan tegangan 543,06 MPa, dimana garis log berada dibawah. Garis log dibawah menunjukan siklus patah yang terjadi pada waktu pengujian lebih lambat. Hal ini dikarenakan penjalaran crack yang terjadi dapat bertahan lebih lama. Dari grafik diatas diperoleh persamaan untuk baja karbon sedang AISI 1045 heat treatment (quenching) adalah: σ = -315 ln(n f ) + 3457 (4) Dengan menggunakan persamaan 4 (empat) maka dapat ditentukan siklus patah berdasarkan pada pengujian dengan tegangan yang diberikan 543,06 MPa sebagai berikut : 90

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli 2013 σ = -315 ln(n f ) + 3457-315 ln(n f ) = σ 3457 ln(n f ) = (σ 3457) / -315 ln(n f ) = (543,06 MPa - 3457 )/ -315 N f = 10410,84338 siklus Siklus yang diperoleh adalah 10410,84338 siklus, sedangkan pada pengujian diperoleh siklus 10836,32 siklus, ini berarti siklus pada pengujian lebih tingi. Jika dilihat pada tabel 7 menunjuk kan pada pengujian dengan tegangan 543,06 MPa memiliki kekasaran permukaan yang lebih rendah dari 5 pengujian yang lain. Berikut adalah gambar grafik gabungan antara baja karbon sedang AISI 1045 (raw material) dengan baja karbon sedang AISI 1045 heat treatment (quenching). Gambar 7. Kurva S-N pengujian kelelahan (fatik ). Baja karbon sedang AISI 1045 heat treatment (quenching) Baja karbon sedang AISI 1045 raw material dilakukan pengamatan struktur makronya menunjukan bahwa terjadi awal crack dan terus berkembang hingga penampang yang tersisa tidak kuat lagi menahan beban dan terjadi perpatahan akhir. Dapat dilihat patahan benda uji pada gambar 20 yaitu baja AISI 1045 (raw material), pada pengamatan struktur makro menunjukan permukaan hasil pengujian fatigue adalah rata, tidak terjadi sobekan dan garis-garis pantai. Hal ini menunjukan bahwa baja karbon sedang AISI 1045 (raw material) termasuk baja yang getas. Sedangkan patahan benda uji pada gambar 19 baja AISI 1045 heat treatment (quenching) dapat dilihat pada pengamatan struktur makro menujukan permukaan hasil pengjian fatique adalah rata, tidak terjadi robekan, garis-garis pantai dan permukaan patahan lebih rata dibandingkan dengan baja AISI 1045 (raw material), tidak terdapat tonjolan-tonjolan pada permukaan patahan benda uji, hal ini menunjukan bahwa baja karbon sedang AISI 1045 heat treatmen (quenching) lebih getas dibandingkan dengan baja karbon sedang AISI 1045 (raw material). penjalaran crack (crack propagation ) tidak bertahan lama ini ditunjukan dengan lebih kecilnya daerah patah fatik daripada daerah perpatahan statik. SIMPULAN Dari hasil penelitian, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Baja AISI 1045 (raw material) yang mampu pengujian fatik selama 3 jam pada tegangan 20% dan 30% dari UTS. 2. Pada baja AISI 1045 heat treatment (quenching) yang mampu pengujian fatik selama 3 jam pada tegangan 20% dari UTS. Gambar 8. Perpatahan permukaan spesimen uji. Dapat dilihat pada patahan benda uji, pada pengujian dengan pembebanan 40% dari UTS ditunjukan pada gambar 19 dan 20 diatas dapat 3. Baja karbon sedang AISI 1045 (raw material) lebih baik untuk komponen struktur yang mengalami lelah, dibandingkan dengan baja karbon sedang AISI 1045 heat treatment (quenching). 91

Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli 2013 4. Baja karbon sedang AISI 1045 heat treatment (quenching) lebih getas dibandingkan dengan baja karbon sedang AISI 1045 (raw material). DAFTAR PUSTAKA [1] Collins,J.A., 1981, Failure of Material in Mechanical Design, Analysis Predection and Prevention, John Willey & Son, Inc US. [2] Dieter, George E., 1992, Metalurgi Mekanik, Jilid 1, edisi ketiga, alih bahasa oleh Sriati Djafrie, Erlangga, Jakarta. [3] Dowling, N,E, 1991, Mechanical Behaviour of Material, Prentice, New Jersey. [4] Sastrawan, Iwayan Gede Budi. 2010., Teses: Analisis Kekuatan Fatik Baja Karbon Sedang AISI 1045 Dengan Type Rotary Bending. Bandar Lampung. Universitas Lampung. [5] Hotta, S., Saruki, k., and Arai, T., 1995, Endurance Limit of Thin Hard Coated Steels in Bending Fatigue, Surface and Coating Tecnology, 70,121-129. [6] International For Use of ONO S, High Temperature Rotating Bending Fatigue Testing Machine, Model H6 [7] Nugroho, Sri. 2005. Pengaruh Media Quenching Air Tersirkulasi (circulated water) Terhadap Struktur Mikro dan Kekerasan Pada Baja AISI 1045 Volume 7. Semarang. Staf pengajar UNDIP. [8] Satoto, Ibnu. 2002. Kekuatan Tarik, Struktur Mikro, dan Struktur Makro Lasan Stainless Steel Dengan Las Gesek (friction welding). Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah. [9] Sisworo dan Sudjito. 2009. Ketahanan Fatik Rotary Bending. http://aguskreatif.blogspot.com. Diakses pada 31 Maret 2011. [10] Van, V. 2005. Ilmu dan Teknologi Bahan. Erlangga. Jakarta.. [11] Wordpress. 2009. Sifat Material. http://luvlyly4.wordpress.com. Diakses pada 10 April 2011 [12] Zulhanif. 2002., Teses: Pengaruh Implantasi Ion Cromium Terhadap Ketahanan Fatique Baja Karbon Rendah. Yogyakarta. Universitas Gajah Mada. 92