Analisis Gaya Bahasa dan Nilai-Nilai Pendidikan Antologi Puisi Blakotang Geguritan Blak-Blakan Karya Widya Babahe Leksana

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Gaya Bahasa dan Ajaran Moral dalam Antologi Geguritan Sapu (Antologi Geguritan lan Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Jawa 2012)

Gaya Bahasa dan Nilai Pendidikan dalam Antologi Geguritan Ombak Wengi Karya Yusuf Susilo Hartono

IDENTIFIKASI BENTUK GAYA BAHASA DALAM KARIKATUR POLITIK PADA MEDIA INTERNET NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan

Analisis Struktural dan Gaya Bahasa dalam Cerita Rakyar Bebanten Katresnan karya Sri Adi Harjono

ANALISIS MAKNA KIAS DALAM LIRIK LAGU IWAN FALS SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS X

BAB V PENUTUP. tertentu, menekankan penuturan atau emosi, menghidupkan gambaran, menunjukkan bahwa bahasa kias mempunyai peranan yang penting dalam

GAYA BAHASA DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL PACAR GADHING KARYA TAMSIR A.S

GAYA BAHASA KIAS DALAM NOVEL KUBAH KARYA AHMAD TOHARI ARTIKEL OLEH VERRI YULIYANTO ( )

BAB 3 METODE PENELITIAN

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pengarang karya sastra tentu mempunyai berbagai ciri khas dalam

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO. Jurnal Publikasi Skripsi

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN GAYA BAHASA DALAM WACANA STIKER KENDARAAN BERMOTOR (TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK)

ANALISIS GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI PEREMPUAN WALIKOTA JILID 2 KARYA SURYATATI A. MANAN

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian sejenis yang peneliti temukan dalam bentuk skripsi di

ANALISIS STRUKTURAL DAN MORALITAS TOKOH DALAM DONGENG PUTRI ARUM DALU KARANGAN DHANU PRIYO PRABOWO

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN TEKNIK AKROSTIK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 AMBAL TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Struktur Fisik dan Struktur Batin Antologi Geguritan Kristal Emas Karya Suwardi Endraswara dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di Kelas XI SMA

TEMA DAN GAYA BAHASA KARYA HAJI ABDUL MALIK

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

ANALISIS GAYA BAHASA NOVEL LA GRANDE BORNE KARYA NH. DINI

PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN KATA KHUSUS PADA KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BICARA KARYA KAHLIL GIBRAN

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal yang lain (KBBI, 2003: 588).

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi diri (Chaer, 2007:33). Oleh karena itu, bahasa merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

PERSETUJUAN PENERBITAN ARTIKEL E-JURNAL. Nim : : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Tanggal lulus ujian skripsi : 19 Agustus 2015

ANALISIS GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN PERSONIFIKASI PADA NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI NASKAH PUBLIKASI

Analisis Nilai Moral Rubrik Wacan Bocah dalam Majalah Djaka Lodang Edisi Juni-Desember 2013 dan Relevansinya dengan Kehidupan Sekarang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikaji dari sudut kesejarahannya, mengingat sepanjang sejarahnya, dari

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memberikan saran atau pendapat, dan lain sebagainya. Semakin tinggi

ANALISIS MAJAS PERBANDINGAN MELALUI PENDEKATAN SEMIOTIK PADA KUMPULAN PUISI SISWA KELAS VIIIA SMP NEGERI 9 JEMBER

struktur yang terdapat dalam Mozaik 2 Simpai Keramat! 2. Presentasikan hasil diskusi Anda!

BAB I PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan.

Analisis Gaya Bahasa dalam Antologi Geguritan Puser Bumi karya Gampang Prawoto

GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 PURWOREJO

KEMAMPUAN MENGGUNAKAN GAYA BAHASA DALAM MENULIS PUISI SISWA KELAS VIII SMPN 3 LAMASI KABUPATEN LUWU

PEMAKAIAN MAJAS DALAM KUMPULAN CERITA PENDEK TARIAN DARI LANGIT: TINJAUAN STILISTIKA NASKAH PUBLIKASI

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN

PENGGUNAAN MAJAS DALAM KUMPULAN CERPEN MATA YANG ENAK DIPANDANG KARYA AHMAD TOHARI DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA

ANALISIS GAYA BAHASA PERTENTANGAN DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ARTIKEL E-JOURNAL

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KUMPULAN CERPEN INSOMNIA KARYA ANTON KURNIA SKRIPSI

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

Analisis Gaya Bahasa Kiasan dalam Kumpulan Cerkak Lelakone Si Lan Man karya Suparto Brata

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V PENUTUP. 1. Wujud sarana retorika yang digunakan dalam Puisi-puisi Anak di Harian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013

ANALISIS PENGGUNAAN GAYA BAHASA DALAM PUISI KARANGAN SISWA KELAS IX MADRASAH TSANAWIYAH MADANI CERUK IJUK TAHUN AJARAN 2012/2013 ARTIKEL E-JOURNAL

untuk dibicarakan. Hal ini dikarenakan bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah alat komunikasi manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nur Innayatunnisa, 2015

PENGGUNAAN GAYA BAHASA IKLAN POSMETRO PADANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan karya ilmiah tentunya tidak terlepas dari buku-buku pendukung

ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Kajian Sosiologi dan Nilai Moralpada Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari

KAJIAN STILISTIKA PADA KUMPULAN GEGURITAN BOJONEGORO ING GURIT HIMPUNAN SANGGAR SASTRA PAMARSUDI BASA JAWI BOJONEGORO

ANALISIS GAYA BAHASA KIASAN DALAM NOVEL 5 cm KARYA DONNY DHIRGANTORO ARTIKEL ILMIAH. Yuni Harike Saputri NPM

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Analisis Gaya Bahasa pada Lirik Lagu Grup Band Noah dalam Album Seperti Seharusnya (Edi Yulianto, 2015)

I. KAJIAN PUSTAKA. yakni bentuk novel lebih pendek dibanding dengan roman, tetapi ukuran

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

Gaya Bahasa dalam Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A Navis Kajian : Stilistika. Oleh: Ana Ade Suryani A1B

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, PENELITIAN YANG RELEVAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS SEMIOTIK PADA ANTOLOGI GEGURITAN BENGKEL SASTRA JAWA 2003 LAYANG SAKA GUNUNGKIDUL

Gaya Bahasa Kiasan Dalam Kumpulan Cerpen BH Serta Kelayakannya Sebagai Bahan Ajar. Oleh

GAYA BAHASA KIASAN DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi yang lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis atau kalimat yang

Theresia Pinaka Ratna Ning Hapsari Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Tidar.

Analysis of Song Lyric and Its Application in Language Style and Poetry Learning in Primary School

ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI AKU KARYA CHAIRIL ANWAR

PENGGUNAAN GAYA BAHASA DALAM IKLAN DI RCTI. E- mail : ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah karya sastra pada hakikatnya merupakan suatu pengungkapan kehidupan melalui bentuk bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. metaforis, lokalitas merupakan sebuah wilayah tempat masyarakatnya secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA BERITA SURAT KABAR PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 37 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

II. LANDASAN TEORI. Sebelum dilakukan analisis sebuah karya sastra (puisi) perlu dipahami maknanya

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN PHOTO STORY PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 PURWOREJO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS GAYA BAHASA KUMPULAN CERPEN MATAHARI DI RUMAHKU

ANALISIS GAYA BAHASA CALON PRESIDEN PADA ACARA DEBAT DALAM PEMILIHAN UMUM 2014 SKRIPSI. Oleh: Ahmad Rizal Arafat NIM

Etika Jawa dan Gaya Bahasa dalam Antologi Crita Cekak Kidung Wengi Ing Gunung Gamping karya S.T. Iesmaniasita

TINJAUAN STILISTIKA DALAM NOVEL SUMPAHMU SUMPAHKU KARYA NANIEK P. M.

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bahasanya. Bahasa setiap daerah memiliki style atau gaya tersendiri dalam

GAYA BAHASA DALAM NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA

GAYA BAHASA DALAM CERITA MADRE KARYA DEWI LESTARI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Analisis Deiksis dalam Komik Angkara Tan Nendra Karya Resi Wiji S. dalam Majalah Panjebar Semangat

banyak orang yang meneliti gaya bahasa puisi kontemporer. Gaya bahasa yang dideskripsikan melalui penelitian Gaya Bahasa dalam

GAYA BAHASA SIMILE DALAM NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI "DEE" LESTARI DAN PEMBELAJARANNYA DI SMK KELAS XII

BAB 1 PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. Hubungan bahasa

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS GEGURITANDENGAN METODE OBJEK LANGSUNGSISWA KELAS X SMA NEGERI 2 KEBUMEN

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 ANALISIS GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN NOVEL MIMPI BAYANG JINGGA KARYA SANIE B.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang bersifat estetik. Hasil ciptaan itu menjadi sebuah karya sastra

MAKSUD DAN TUJUAN. Menganalisis sajak adalah usaha menangkap dan memberi makna kepada teks sajak.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam penggunaan bahasa, selalu ada pesan yang ingin ditonjolkan juga pesan yang

MACAM-MACAM MAJAS (GAYA BAHASA)

Transkripsi:

Analisis Gaya Bahasa dan Nilai-Nilai Pendidikan Antologi Puisi Blakotang Geguritan Blak-Blakan Karya Widya Babahe Leksana Oleh : Sugeng Riyadi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa riyadisugeng332@gmail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) gaya bahasa dalam antologi puisi Blakotang Geguritan Blak-Blakan karya Widya Babahe Leksana. (2) nilai-nilai pendidikan dalam antologi puisi Blakotang Geguritan Blak-Blakan karya Widya Babahe Leksana. Subjek pada penelitian ini yaitu antologi puisi Blakotang Geguritan Blak-Blakan karya Widya Babahe Leksana. Objek penelitiannya adalah gaya bahasa dan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam antologi Puisi Blakotang Geguritan Blak-Blakan karya Widya Babahe Leksana. Instrumen yang digunakan dalam penelitan ini adalah peneliti itu sendiri dan dibantu dengan buku-buku yang menjadi bahan kajian atau rujukkan. Uji keabsahan data pada penelitian ini adalah menggunakan validitas semantis dan kredibilitas meningkatkan ketekunan. Teknik pengumpulan datanya penulis menggunakan teknik pustaka dan teknik simak-catat. Jenis penelitian yang digunakan penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Teknik penyajian hasil analisis data yang digunakan penulis adalah teknik informal. Hasil penelitian dan pembahasan data menunjukkan gaya bahasa terdapat dalam antologi puisi Blakotang Geguritan Blak-Blakan karya Widya Babahe Leksana ditemukan 16 gaya bahasa yaitu (a) 5 indikator gaya bahasa persamaan atau simile, (b) 14 indikator gaya bahasa metafora, (c) 1 indikator gaya bahasa personifikasi, (d) 2 indikator gaya bahasa alusi, (e) 7 1ndikator gaya bahasa sinekdoke, (f) 10 indikator gaya bahasa metonimia, (g) 1 indikator gaya bahasa antonomasia, (h) 1 indikator gaya bahasa hipalase, (i) 5 indikator gaya bahasa sinisme, (j) 1 indikator gaya bahasa sarkasme, (k) 5 indikator gaya bahasa satire, (l) 7 indikator gaya bahasa ironi, (m) 1 indikator gaya bahasa inuendo, (n) 1 indikator gaya bahasa alegori, (o) 9 indikator gaya bahasa hiperbola, dan (p) 2 indikator gaya bahasa pun atau paronomasia. Nilai-nilai pendidikan yang terdapat pada antologi puisi Blakotang Geguritan Blak-Blakan karya Widya Babahe Leksana yaitu (a) Nilai Pendidikan Budaya berupa pengingatan kembali (1), b) nilai pendidikan agama (religius) berupa berpasrah diri (2) dan berusaha sambil berdo a (1), c), Nilai Pendidikan Sosial berupa kesetiaan (1), jangan malu bertanya (1), keserakahan (1), kesalahpahaman (1), pembelajaran (1), dan kesusilaan (1), d) Nilai Pendidikan moral, meliputi: (1) nilai pendidikan moral yang berhubungan dengan Tuhan, seperti: berpasrah diri (2) dan berusaha sambil berdo a (1) dan nilai pendidikan moral yang berhubungan dengan sesama manusia, seperti: suka obral janji (1), suka korupsi (1), dan merasa mempunyai atau memiliki (2). Kata kunci: gaya bahasa, nilai pendidikan Pendahuluan Puisi atau dalam bahasa Jawa dikenal dengan geguritan merupakan salah satu karya sastra yang dapat dikaji bermacam-macam aspek. Misalnya dapat dikaji dari struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi merupakan struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur atau ragam. Puisi juga dapat dikaji dari sudut Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 78

kesejarahnya, mengingat sepanjang sejarahnya dari waktu ke waktu puisi selalu mengalami perubahan perkembangan. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang digemari masyarakat. Karena kemajuan masyarakat dari waktu ke waktu terus meningkat maka corak, sifat dan bentuk puisi pun berubah, mengikuti perkembangan dan kemajuan zaman. Menurut Pradopo (2014: 13) kata puitis sudah mengandung nilai keindahan yang khusus untuk puisi. Hanya saja sesuatu itu (khususnya dalam karya sastra) disebut puitis bila membangkitkan perasaan, menarik perhatian, menimbulkan tanggapan yang jelas, secara umum bila menimbulkan keharuan disebut puitis. Efek puitis dari setiap pengarang pasti mempunyai gaya yang berbeda karena masing-masing pengarang tentu mempunyai gaya bahasa tersendiri. Tarigan (2013: 4) menjelaskan bahwa gaya bahasa adalah bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Keraf (2010: 113) juga menambahkan bahwa gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis atau pemakai bahasa. Hal ini sesuai dengan sifat dan kegemaran masing-masing pengarang. Menurut penulis, hakikat puitis pada nilai-nilai pendidikan adalah konsepsikonsepsi abstrak yang perlu dimiliki manusia dalam mengubah sikap dan tingkah laku melalui pengajaran, latihan, dan bimbingan untuk menuju kedewasaan dan tingkatan kesejahteraan lahir dan batin. Alasan yang melatar belakangi penelitian ini adalah karena penulis tertarik untuk mengkaji gaya bahasa dan nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam antologi puisi Blakotang Geguritan Blak-Blakan karya Widya Babahe Leksana dimana geguritan-geguritan yang ada di dalamnya tersebut terdapat penggunaan kata yang blak-blakan atau terang-terangan. Di samping itu, geguritan yang dimuat dalam antologi ini juga menggunakan tema yang beragam pula yakni menggunakan unsur-unsur alam seperti godhong, kembang, isi woh, bumbu, anak kewan, dan lainnya. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 79

Metode Penelitian Jenis Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang berarti bahwa penelitian ini digambarkan dengan menggunakan kata-kata biasa tanpa angka (rumus). Subjek penelitian ini adalah antologi puisi Blakotang Geguritan Blak-Blakan karya Widya Babahe Leksana dan objek penelitiannya adalah kutipan yang berupa bait-bait puisi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pustaka dan metode simak dengan teknik catat. Instrumen penelitian ini adalah peneliti itu sendiri dan dibantu dengan buku-buku yang menjadi bahan kajian atau rujukkan. Teknik keabsahan data menggunakan validitas semantis dan uji kredibilitas dengan meningkatkan ketekunan. Analisis data dilakukan dengan analisis konten yaitu strategi untuk menangkap pesan karya sastra. Teknik penyajian hasil analisis ini dilakukan dengan menggunakan teknik informal. Penyajian data menggunakan kata-kata biasa dan dibantu dengan tabel. Hasil Penelitian 1. Gaya Bahasa pada antologi puisi Blakotang Geguritan Blak-Blakan karya Widya Babahe Leksana a. Simile Gaya bahasa simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit biasanya menggunakan kata-kata seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya (Keraf, 2010: 138). Gaya bahasa simile dalam penelitian ini berjumlah 5 indikator. Kupingmu amba, kaya kipas (BGBB: 2: 43). Telingamu lebar, seperti kipas (BGBB: 2: 43). Pada kutipan di atas dikategorikan dalam gaya bahasa persamaan atau simile karena pengarang mengumpamakan telinga bledug (anak gajah) yang lebar seperti kipas dan Gaya bahasa ini ditunjukkan dengan penggunaan kata kaya. b. Metafora Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 80

Gaya bahasa metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat (Keraf, 2010: 139). Gaya bahasa metafora dalam penelitian ini berjumlah 14 indikator. Nata pikir, madhahi kahanan (BGBB: 2: 4). Ngatur pikir, menempatkan keadaan (BGBB: 2: 4). Maksud dari kutipan di atas adalah bukan menata atau mengatur pikiran kemudian ditempatkan disuatu tempat, tetapi secara tidak langsung menjelaskan tentang jangan mencampuradukkan pola pikir antara pikiran yang satu dengan pikiran yang lain karena keadaan memori seseorang yang terkadang tidak menentu. c. Personifikasi Gaya bahasa personifikasi atau prosopopoera adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan (Keraf, 2010: 14). Gaya bahasa personifikasi dalam penelitian ini berjumlah 1 indikator. Nang persidangan gendruwo rebondhingan, regejeganbgbb: 5: 27). Dipersidangan gendruwo rebodingan, bertengkar (BGBB: 5: 27). Kutipan di atas dikategorikan sebagai gaya bahasa personifikasi karena gendruwo (sejenis makhluk halus yang bertubuh tinggi besar) diibaratkan memiliki sifat seperti manusia yaitu para pejabat pengadilan di dalam arena persidangan yang saling menutup-nutupi keburukannya, walaupun dilalui dengan pertengkaran demi keuntungan mereka masing-masing. d. Alusi Gaya bahasa alusi adalah suatu referensi yang eksplisit atau emplisit kepada peristiwa-peristiwa, tokoh-tokoh, atau dalam tempat kehidupan nyata, mitologi atau dalam karya-karya sastra yang terkenal (Keraf, 2101: 141). Gaya bahasa alusi dalam penelitian ini berjumlah 2 indikator. Bawang abang, bawang putih (BGBB: 1: 35). Bawang merah, bawang putih (BGBB: 1: 35). Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 81

Kutipan di atas menyebutkan nama tokoh Bawang Merah dan Bawang Putih, yaitu nama tokoh pada sebuah cerita yang terkenal sampai sekarang. e. Sinekdoke Gaya bahasa sinekdoke adalah semacam gaya bahasa figuratif yang menggunakan dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan (pars pratoto) atau menggunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian (totum proparte) (Keraf, 2010: 142). Gaya bahasa sinekdoke dalam penelitian ini berjumlah 7 indikator. (1) Totum pro parte Bocah saiki wis ra ngerti Jawa (BGBB: 3: 1). Anak sekarang sudah tidak tahu Jawa (BGBB: 3: 1). Kutipan di atas dikatogorikan sebagai gaya bahasa sinekdoke totum pro parte yaitu kata tidak tahu Jawa (kebudayaan Jawa) sebagai pengganti nama sebagian kebudayaan di pulau Jawa yang sudah hampir sirna. (2) Pars pro toto Wis ta, ra sah ngembang kacang (BGBB: 2: 16). Sudahlah, jangan murung (BGBB: 2: 16). Pada kutipan di atas termasuk gaya bahasa sinekdoke pars pro toto karena kata mbunga kacang atau besengut dalam bahasa Jawa ini merupakan salah satu karakter atau watak yang mewakili makna keseluruhan dari karakter atau watak seseorang. f. Metonimia Gaya bahasa metonimia adalah suatu gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan hal lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat. Hubungan tersebut dapat berupa penemu untuk hasil penemuan, pemilik untuk barang yang dimiliki, akibat untuk sebab, sebab untuk akibat, dan sebagainya (Keraf, 2010: 142). Gaya bahasa metonimia dalam penelitian ini berjumlah 10 indikator. Banjur karanan menik (BGBB: 1: 11). Lalu bernama menik (BGBB: 1: 11) Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 82

Pada kutipan di atas termasuk gaya bahasa metonimia karena menik merupakan nama bunga cabai dalam bahasa Jawa. g. Antonomasia Gaya bahasa antonomasia juga merupakan sebuah bentuk khusus dari sinekdoke yang berwujud penggunaan sebuah epitet untuk menggantikan nama diri, gelar resmi, atau jabatan untuk menggantikan nama diri (Keraf, 2010: 142). Gaya bahasa antonomasia dalam penelitian ini berjumlah 1 indikator. Jendral wae ya disander (BGBB: 2: 56). Jendral saja ya dikejar (BGBB: 2: 56). Pada kutipan di atas termasuk dalam gaya bahasa antonomasia karena kata Jendral merupakan kata yang menggantikan sebutan nama untuk Panglima perang atau orang Jawa menyebutnya sebagai Senapati. h. Hipalase Gaya bahasa hipalase adalah semacam gaya bahasa dimana sebuah kata tertentu digunakan untuk menerangkan sebuah kata, yang seharusnya dikenakan pada sebuah kata yang lain (Keraf, 2010: 142). Gaya bahasa hipalase dalam penelitian ini berjumlah 1 indikator Godhong asem gogrog, mat-umatan (BGBB: 3: 8). Daun asam rontok, kambuh-kambuhan (BGBB: 3: 8). Pada kutipan di atas termasuk dalam gaya bahasa hipalase karena maksud dari kutipan tersebut yang kambuh-kambuhan adalah musimnya yang menyebabkan daun asam menjadi rontok bukan daun asamnya. i. Sinisme Sinisme adalah ironi yang lebih kasar sifatnya (Keraf, 2010: 143). Gaya bahasa sinisme dalam penelitian ini berjumlah 5 indikator. Dlongap-dlongop,Yen ora mudheng, mbok ya takon! (BGBB:1: 12). Dlongap-dlongop, Kalau tidak paham, ya tanya! (BGBB: 1: 12). Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 83

Pada kutipan di atas termasuk kategori gaya bahasa sinisme karena mengandung sindiran bermaksud mengejek terhadap seseorang yang sangat bodoh. j. Sarkasme Sarkasme merupakan suatu acuan yang lebih kasar dari ironi dan sinisme (Keraf, 2010: 143). Gaya bahasa sarkasme dalam penelitian ini berjumlah 1 indikator. Kuwi genjik, anak celeng, Dudu Mega, anak Sukarno, Dudu Tomi, anak Suharto (BGBB: 2: 52). Itu genjik, anak babi hutan, Bukan Mega, anak Sukarno, Bukan Tomi, anak Suharto (BGBB: 2: 52). Kutipan di atas termasuk dalam gaya bahasa sarkasme karena mengandung sindiran pedas kepada Megawati putri Bung Karno (mantan Presiden RI ke-i) dan Tomi putra Suharto (mantan Presiden RI ke-ii), bahwa tingkah laku keduanya dianggap seperti genjik atau anak babi hutan k. Satire Satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu dan bentuk ini tidak perlu harus bersifat ironis. Satire mengandung kritik tentang kelemahan manusia (Keraf, 2010: 144). Gaya bahasa satire dalam penelitian ini berjumlah 5 indikator. Ireng sinebut ireng, Yen putih aja digawe abang (BGBB: 1: 1). Hitam disebut hitam, Kalau putih jangan dibuat merah (BGBB: 1: 1) Pada kutipan di atas dikategorikan gaya bahasa satire karena mengandung arti berkata apa adanya atau tidak dibuat-buat, orang Jawa sering menyebutnya omong apa anane. l. Ironi Menurut Keraf (2010: 143-144), ironi atau sindiran adalah suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya. Gaya bahasa ironi dalam penelitian ini berjumlah 7 indikator. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 84

Gandamu seger, wangi, Nanging kenapa pedhes, getir, nang lathi (BGBB: 2: 7). Baumu segar, harum, Tetapi kenapa pedhas, pahit, dilidah (BGBB: 2: 7). Pada kutipan di atas termasuk kategori gaya bahasa ironi karena ungkapan tersebut mengandung makna sindiran terhadap pejabat tinggi yang kesetiaan pada janji-janjinya berubah menjadi suatu penghianatan dan kemunafikan. m. Inuendo Gaya bahasa Inuendo adalah semacam sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya (Keraf, 2010: 144). Gaya bahasa inuendo dalam penelitian ini berjumlah 1 indikator. Nang instansi, Akeh sing padha korupsi (BGBB: 3: 29). Di instansi, Banyak yang sama korupsi (BGBB: 3: 29). Pada kutipan di atas termasuk kategori gaya bahasa inuendo karena mengandung semacam sindiran dan menyatakan kritik dengan sugesti yang tidak langsung tehadap para pejabat tinggi di kantor kepemerintahan. n. Alegori Alegori adalah suatu cerita singkat yang mengandung kiasan, dalam alegori nama-nama pelakunya adalah sifat-sifat yang abstrak, serta tujuannya selalu jelas tersurat (Keraf, 2010: 140). Gaya bahasa alegori dalam penelitian ini berjumlah 1 indikator. Minangka tandha, Desrawungane kewan, Karo manungsa (BGBB: 6: 54). Sebagai tanda, Pergaulannya binatang, Dengan manusia (BGBB: 6: 54). Pada kutipan di atas termasuk gaya bahasa alegori karena menceritakan seorang manusia pencari kayu di hutan menolong tiga ekor anak harimau berlumuran lumpur yang tertinggal oleh induknya ketika induknya sedang berkelahi. Akhirnya pencari kayu tersebut oleh induk harimau diberi imbalan Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 85

satu paha daging kijang sebagai tanda ucapan terima kasih atas jasa kebaikannya. o. Hiperbola Hiperbola adalah semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan (Keraf, 2010: 135). Gaya bahasa hiperbola dalam penelitian ini berjumlah 9 indikator. Ngeruk gunung, Ngurug segara (BGBB: 2: 15). Mengeruk gunung, Menimbun lautan (BGBB: 2: 15). Pada kutipan di atas termasuk gaya bahasa hiperbola karena merupakan suatu pernyataan yang melebih-lebihkan untuk mencapai makna yang mendalam. Kutipan di atas menceritakan tentang para petinggi sekarang yang semakin rakus. p. Pun/ paronomasia Tarigan (2013: 64) memaparkan bahwa paronomasia ialah gaya bahasa yang berisi penjajaran kata-kata yang berbunyi sama tetapi bermakna lain. Gaya bahasa pun/ paronomasia dalam penelitian ini berjumlah 2 indikator. Yen bisane mung besengut, Besengut kembang kacang (BGBB: 3: 16). Kalau bisanya hanya murung, Besengut bunga kacang (BGBB: 3: 16). Kutipan di atas menceritakan tentang seseorang jangan suka murung atau masygul tetapi kalau bisanya hanya murung saja ya tidak mengapa karena hal tersebut sudah merupakan suatu karakter atau wataknya. 2. Nilai-Nilai Pendidikan pada Geguritan pada Antologi Puisi Blakotang Geguritan Blak-Blakan Karya Widya Babahe Leksana a. Nilai Pendidikan Budaya Menrut penulis, sistem nilai budaya menempatkan pada kedudukan penting dalam susunan suatu kebudayaan yang sifatnya abstrak dan hanya dapat diungkapkan atau dinyatakan melalui pengamatan pada gejala-gejala yang lebih nyata seperti tingkah laku dan benda-benda material sebagai hasil dari penuangan imajinasi pengarang ke dalam konsep nilai melalui tindakan berpola. Nilai pendidikan budaya dalam penelitian ini berjumlah 1 indikator. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 86

Bocah saiki wis ra ngerti Jawa (BGBB: 3: 1). Anak sekarang sudah tidak tahu Jawa (BGBB: 3: 1). Kutipan di atas menceritakan terang-terangan tentang anak-anak zaman sekarang yang sebagian besar sudah tidak mengenal budaya-budaya Jawa lagi, terutama budaya Jawa dalam bentuk bahasa Jawa. b. Nilai pendidikan agama (religius) Menurut penulis, nilai religius merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak serta bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia itu sendiri.. Nilai pendidikan agama (religius) dalam penelitian ini berjumlah 2 indikator. Pasrah nang Pangeran (BGBB: 5: 11). Pasrah pada Tuhan (BGBB: 5: 11). Kutipan di atas menceritakan tentang kepasrahan diri menik atau bunga cabai kepada Tuhan ketika dirinya tertiup angin dan terkena air hujan. c. Nilai Pendidikan Sosial Robbins dan Brown dalam Nasution (2011: 4) mengemukakan bahwa sosial pendidikan merupakan ilmu yang yang memberikan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasikan pengalamannya. Nilai pendidikan sosial dalam penelitian ini berjumlah 6 indikator. Aja lali karo kanca (BGBB: 4: 3). Jangan lupa dengan teman (BGBB: 4: 3). Kutipan di atas menceritakan tentang jangan sampai lupa kepada teman jika sudah kaya atau bergelimang harta karena ketika sudah waktunya ajal tiba nanti semua harta yang sudah terkumpul tersebut tidak akan dibawa sampai mati. d. Nilai pendidikan moral Menurut Baron, dkk. dalam Budiningsih (2013: 24) mengatakan bahwa moral adalah hal-hal yang berhubungan dengan larangan dan tindakan yang membicarakan salah dan benar. Dari pendapat di atas, nilai pendidikan moral pada penelitian ini yaitu pada (1) nilai moral yang berhubungan dengan Tuhan, Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 87

(2) nilai moral yang berhubungan dengan sesama manusia. Nilai pendidikan moral dalam penelitian ini berjumlah 7 indikator. 1) Nilai moral yang berhubungan dengan Tuhan Sinau karo maca geguritan, Yen ana tembung sing kliwatan, Kabeh mau duweke Pangeran (BGBB: 5: 1). Belajar sambil membaca geguritan, Kalau ada kata yang klewatan, Semua tadi miliknya Tuhan (BGBB: 5: 1). Nilai pendidikan moral pada kutipan di atas adalah pengarang mengajarkan berhati-hatilah sebelum kita berkata dan segera meminta ampunan kepada Tuhan jika kita melakukan kekeliruan dalam berkata karena itu semua miliknya Tuhan. 2) Nilai pendidikan moral yang berhubungan dengan sesama manusia Nang televisi dadi tradisi, Mbuh kuwi mentri, Mbuh kuwi komisi, Ora kuwi para politisi, Ngecuwis, idune ngebaki bumi (BGBB: 4: 17). Di televisi jadi tradisi, Entah itu menteri, Entah itu komisi, Tidak itu para politisi, Ngomong, liurnya memenuhi bumi (BGBB: 4: 17). Berdasarkan kutipan di atas nilai pendidikan moral yang dapat diambil adalah kita sebagai rakyat kecil harus saling menghargai dan menepati janji jika mempunyai janji kepada orang lain. Simpulan Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian serta pembahasan pada BAB IV tentang analisis gaya bahasa dan nilai-nilai pendidikan antologi puisi Blakotang Geguritan Blak-Blakan karya Widya Babahe Leksana, penulis menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut. Gaya bahasa simile berjumlah 5 indikator, metafora berjumlah 14 indikator, personifikasi berjumlah 1 indikator, alusi berjumlah 2 indikator, sinekdoke berjumlah 7 indikator, metonimia berjumlah 10 indikator, antonomasia berjumlah 1 indikator, hipalase berjumlah 1 indikator, gaya bahasa sinisme berjumlah 5 indikator, gaya bahasa sarkasme berjumlah 1 indikator, satire berjumlah 5 indikator, ironi berjumlah 7 indikator, inuendo berjumlah 1 indikator, alegori berjumlah 1 indikator, Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 88

hiperbola berjumlah 9 indikator, pun/ paronomasia berjumlah 2 indikator. Nilai pendidikan budaya berjumlah 1, agama (religius) berjumlah 3, sosial berjumlah 6, moral meliputi: moral yang berhubungan dengan Tuhan berjumlah 3 dan moral yang berhubungan dengan sesama manusia berjumlah 4. Daftar Pustaka Budiningsih, Asri. 2013. Pembelajaran Moral Berpijak Pada Karakteristik Siswa dan Budayanya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Keraf, Gorys. 2010. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Nasution, S. 2011. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Pradopo, Rachmat Djoko. 2014. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Tarigan, Henry Guntur. 2013. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 89