Peningkatan Kualitas Semen Beku Domba Garut melalui Penambahan α-tokoferol ke dalam Pengencer Susu-Skim Kuning Telur

dokumen-dokumen yang mirip
MEDIA PENGENCER TRIS KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN CAIR DOMBA GARUT

MUHAMMAD RIZAL AMIN. Efektivitas Plasma Semen Sapi dan Berbagai Pengencer

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

PERAN MALTOSA SEBAGAI KRIOPROTEKTAN EKSTRASELULER DALAM MEMPERTAHANKAN KUALITAS SEMEN BEKU DOMBA GARUT

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di. Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru.

PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

Mahasiswa Pascasarjana PS Peternakan Universitas Diponegoro

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU DOMBOS TEXEL DI KABUPATEN WONOSOBO

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Statistik 2013 jumlah penduduk Indonesia mencapai jiwa yang akan bertambah sebesar 1,49% setiap tahunnya

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Laboratoium Unit

INTEGRITAS SPERMATOZOA KERBAU LUMPUR (BUBALUS BUBALIS) PADA BERBAGAI METODE PEMBEKUAN SEMEN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung,

Penambahan Bovine Serum Albumin Mempertahankan Motilitas Progresif Spermatozoa Kalkun pada Penyimpanan Suhu 4 C

Pengaruh metode gliserolisasi terhadap kualitas semen domba postthawing... Labib abdillah

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Maret hingga 27 April 2017 di

OPTIMALISASI PENAMBAHAN VITAMIN E DALAM PENGENCER SITRAT KUNING TELUR UNTUK MEMPERTAHANKAN KUALITAS SEMEN KAMBING BOER

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik semen

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada (Mulyono dan Sarwono, 2004). K isaran volume semen per ejakulat

MATERI DAN METODE. Metode Penelitian

Pengaruh Level Gliserol dalam Pengencer Sitrat... Ayunda Melisa

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai

PENGARUH PLASMA SEMEN SAPI TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU KERBAU LUMPUR (Bubalus bubalis)

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

ABSTRAK. Kata Kunci : Jarak Tempuh; Waktu Tempuh; PTM; Abnormalitas; Semen ABSTRACT

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. breeding station Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Domba jantan yang

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

HASIL DAN PEMBAHASAN. domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis

STUDI TERHADAP KUALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA CAUDA EPIDIDIMIDIS DOMBA GARUT MENGGUNAKAN BERBAGAI JENIS PENGENCER

Kualitas Semen Cair Domba Garut pada Penambahan Sukrosa dalam Pengencer Tris Kuning Telur

PENGARUH MALTOSA SEBAGAI KRIOPROTEKTAN EKSTRASELULER DALAM MENINGKATKAN KUALITAS SEMEN BEKU GUNA MENDUKUNG KEBERHASILAN TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN

PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK

Pengaruh Penambahan Trehalosa dalam Pengencer Tris terhadap Kualitas Semen Cair Domba Garut (Ovis aries)

PENGGANTIAN BOVINE SERUM ALBUMIN PADA CEP-2 DENGAN SERUM DARAH SAPI TERHADAP KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN PADA SUHU PENYIMPANAN 3-5 o C

D. Alawiyah dan M. Hartono Jurusan Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandar Lampung ABSTRAK

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di Unit Pelaksana

Jurnal Nukleus Peternakan (Juni 2014), Volume 1, No. 1: ISSN :

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

Dosis Glukosa Ideal pada Pengencer Kuning Telur Fosfat Dalam Mempertahankan Kualitas Semen Kalkun pada Suhu 5 C

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Unit Pelayanan

PENGARUH JUMLAH SPERMATOZOA PER INSEMINASI TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU KAMBING PERANAKAN ETAWAH

PENGARUH BERBAGAI METODE THAWING TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai

Pengaruh Level Glutathione dalam Pengencer Tris-Kuning... Riga Pradistya Hardian

Semen beku Bagian 3 : Kambing dan domba

T.L.Yusuf, R.I. Arifiantini, dan N. Rahmiwati Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor ABSTRAK

SKRIPSI OLEH SARI WAHDINI

APLIKASI IB DENGAN SPERMA HASIL PEMISAHAN DI SUMATERA BARAT

PENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera

MATERI DAN METODE. Materi

PENDAHULUAN. sehingga dapat memudahkan dalam pemeliharaannya. Kurangnya minat terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan pola faktorial dengan dua faktor, yaitu suhu dan lama thawing, dengan

PENGGUNAAN KATALASE DALAM PRODUKSI SEMEN DINGIN SAPI

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dalam saluran kelamin betina sewaktu kopulasi. Evaluasi semen segar yang telah

Pengaruh Level Gliserol dalam Pengencer Tris-Sitrat... Muthia Utami Islamiati

PENGARUH LINGKAR SCROTUM DAN VOLUME TESTIS TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA PEJANTAN SIMMENTAL, LIMOUSINE DAN BRAHMAN

KUALITAS SPERMA SAPI BEKU DALAM MEDIA TRIS KUNING TELUR DENGAN KONSENTRASI RAFFINOSA YANG BERBEDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba

Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Ayam Dalam Pengencer Glukosa Kuning Telur Fosfat pada Penyimpanan 3-5 C

PENGARUH LAMA THAWING DALAM AIR ES (3 C) TERHADAP PERSENTASE HIDUP DAN MOTILITAS SPERMATOZOA SAPI BALI (Bos sondaicus)

PERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH ABSTRACT

PENGARUH MEDIA PENGENCER TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA BEKU SAPI PO

SKRIPSI. Oleh FINNY PURWO NEGORO. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

ANALISIS KUALITAS SEMEN BEKU SAPI SIMMENTAL MENGGUNAKAN PENGENCER ANDROMED DENGAN VARIASI WAKTU PRE FREEZING

KUALITAS SPERMATOZOA EPIDIDIMIS SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) YANG DISIMPAN PADA SUHU 3-5 o C

Kualitas Semen Kambing Peranakan Boer. Quality of Semen Crossbreed Boer Goat. M. Hartono PENDAHULUAN. Universitas Lampung ABSTRACT

. KARAKTERISTIK SIFATFISIK SEMEN DOMBA ST. CROIX

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Kelinci Penelitian

OBJEK DAN METODE PENELITIAN. diberi lima perlakuan. Domba yang digunakan ini adalah domba lokal yang

PENGARUH PENAMBAHAN GLUTATHIONE

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian menggunakan semen kambing Peranakan Etawah

Pengaruh Pengencer Kombinasi Sari Kedelai dan Tris terhadap Kualitas Mikroskopis Spermatozoa Pejantan Sapi PO Kebumen

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

L.N. Varasofiari, E.T. Setiatin, dan Sutopo Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRACT ABSTRAK

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta 2. Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Cibinong 3

PENGARUH LAMA SIMPAN SEMEN DENGAN PENGENCER TRIS AMINOMETHAN KUNING TELUR PADA SUHU RUANG TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING BOER

PENDAHULUAN. Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

Pengaruh Penambahan Streptomycin dalam Skim Kuning Telur Sebagai Pengencer terhadap Kualitas Semen Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.)

BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI

Pengaruh Penambahan Berbagai Tingkat DMF (Dimethylformamide)...Nevaya Erlandani S

KUALITAS SEMEN DOMBA LOKAL PADA BERBAGAI KELOMPOK UMUR SEMEN QUALITY OF RAM AT DIFFERENT AGE-GROUP

OPTIMALISASI KUALITAS SEMEN BEKU DOMBA GARUT MELALUI PENAMBAHAN TREHALOSA KE DALAM PENGENCER TRIS KUNING TELUR

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2015 sampai 25 Mei 2015.

Penambahan Vitamin C Pada Pengencer Fosfat Kuning Telur Semen Kalkun Yang Disimpan Pada Suhu 5 C

PENGARUH KOMBINASI KUNING TELUR DENGAN AIR KELAPA TERHADAP DAYA TAHAN HIDUP DAN ABNORMALITAS SPERMATOZOA DOMBA PRIANGAN PADA PENYIMPANAN 5 0 C

Transkripsi:

HERDIS et al.: Peningkatan kualitas semen beku domba Garut melalui penambahan α-tokoferol Peningkatan Kualitas Semen Beku Domba Garut melalui Penambahan α-tokoferol ke dalam Pengencer Susu-Skim Kuning Telur HERDIS 1, I. KUSUMA 1, M. SURACHMAN 1, M. RIZA 2, I. K. SUTAMA 3, I. INOUNU 3, B. PURWANTARA 4 dan I. ARIFIANTINI 4 1 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Gd. BPPT II Lt. 16, Jln. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340, Tlp. 021-3169587 Fax. 021-3169566 2 Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Univ. Pattimura. Jln. Ir. M. Putuhena, Poka. Ambon 97233 3 Balai Penelitian Ternak. PO BOX 221, Bogor 16002, Indonesia 4 Fakultas Kedokteran Hewan Institut Perrtanian Bogor, Kampus IPB Darmaga Bogor (Diterima dewan redaksi 10 Mei 2002) ABSTRACT HERDIS, I. KUSUMA, M. SURACHMAN, M. RIZAL, I. K. SUTAMA, I. INOUNU, B. PURWANTARA dan I. ARIFIANTINI. 2002. Improvement of frozen semen quality of Garut Sheep through the addition of α-tocopherol into yolk egg-skim milk diluent. JITV 7(1): 12-17. The sperm is very fragile to lipid peroxide reaction, that it can easily broken during the process of freezing. To eliminate this consequences an antioxidant agent added into the extender. A research was done to observe the effect of antioxidant agent α- tocoferrol and butylated hydroxytoluene (BHT) presence in the extender on the quality of frozen semen. Once week, semen from six male Garut sheep ages about 2.5 years old was collected using artificial vagina and egg yolk skim-milk diluent used as the extender. The semen were treated in egg yolk skim-milk diluent without antioxidant as control, in egg yolk skim-milk diluent with α- tocoferrol 0,2 g/100 ml diluent and in egg yolk skim-milk diluent with butylated hydroxytoluene 0,2 g/100 ml diluent. The after thawing observation shown that in egg yolk skim-milk diluent with α- tocoferrol had life percentage (75.0 ± 3.5% vs 64.8 ± 7.8%) and membrane intact percentage (65.8 ± 6.8 % vs 55.2 ± 8.3%) significantly higher than control (P<0,05) but insignificantly different from with BHT addition. The presence of α-tocoferrol in the diluent, the motility percentage consideraly higher (P<0.05) than (45.8 ± 3.8%) using BHT addition (40.0 ± 4.5%) but not different from control (41.7 ± 4.1%); while acrosomal intake percentage after α-tocoferrol (54.8% ± 3.3%) expressively higher (p,0.05) than BHT addition (49.7 ± 3.6%) or control (49.8 ± 3.5%). In conclusion the presence of α-tocoferrol in the diluent could improve the quality of Garut sheep frozen semen. Key words: Antioxidant, sperm, Garut sheep ABSTRAK HERDIS, I. KUSUMA, M. SURACHMAN, M. RIZAL, I. K. SUTAMA, I. INOUNU, B. PURWANTARA dan I. ARIFIANTINI. 2002. Peningkatan kualitas semen beku domba Garut melalui penambahan α-tokoferol ke dalam pengencer susu-skim kuning telur. JITV 7(1): 12-17. Spermatozoa mudah rusak selama proses pengolahan semen, karena sangat rentan terhadap kerusakan akibat peroksidasi lipida. Salah satu usaha untuk mengurangi akibat buruk dari reaksi tersebut adalah dengan menambahkan antioksidan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan antioksidan α-tokoferol dan butylated hydroxytoluene (BHT) ke dalam media pengencer semen susu skim terhadap kualitas semen beku domba Garut. Penelitian menggunakan enam ekor pejantan domba Garut berumur sekitar 2,5 tahun. Semen ditampung menggunakan vagina buatan sekali dalam seminggu. Perlakuan yang diberikan terdiri dari kontrol yaitu pengencer susu skim kuning telur tanpa antioksidan, pengencer susu skim kuning telur dengan α-tokoferol dosis 0,2 g/100 ml pengencer dan pengencer susu skim kuning telur dengan butylated hydroxytoluene dosis 0,2 g/100 ml pengencer. Hasil penelitian menunjukkan setelah proses pembekuan, penambahan α-tokoferol menghasilkan persentase hidup (75,0 ± 6,0% vs 64,8 ± 8,0%) dan persentase membran plasma utuh (65,8 ± 6,8% vs 55,2 ± 8,3%) nyata lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (P<0,05), tetapi tidak berbeda nyata dibandingkan dengan penambahan BHT. Pada persentase motilitas, penambahan α-tokoferol (45,8 ± 4,0%) nyata lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan dengan penambahan BHT (40,0 ± 5,0%) tetapi tidak berbeda nyata dengan kontrol (41,7 ± 4,1%). Pada persentase tudung akrosom utuh, penambahan α- tokoferol (54,8 ± 3,3%) nyata lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan dengan penambahan BHT (49,7 ± 3,6%) dan kontrol (49,8 ± 3,5%). Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa penambahan α-tokoferol ke dalam pengencer semen dapat meningkatkan kualitas semen beku domba Garut. Kata kunci: Antioksidan, semen, domba Garut 12

JITV Vol. 7. No. 1. Th. 2002 PENDAHULUAN Domba Garut sering disebut domba Priangan merupakan hasil persilangan antara domba lokal, domba merino dan domba ekor gemuk dari Afrika Selatan. Domba Garut mempunyai sifat mudah beradaptasi dengan lingkungan, memiliki tanduk yang besar dan khas serta ukuran tubuh relatif lebih besar dibandingkan domba lokal. Bobot hidup domba jantan bisa mencapai 60-80 kg sedangkan domba betina sekitar 30 40 kg (BRADFORD dan INOUNU, 1996). Melihat sifat-sifat diatas domba Garut mempunyai potensi yang besar untuk dikembangbiakkan sebagai ternak potong maupun domba laga. Guna mengatasi keterbatasan jumlah pejantan unggul pada program pengembangbiakkan domba Garut, maka penerapan teknologi inseminasi buatan dengan semen beku merupakan alternatif yang tepat untuk mengatasi keadaan tersebut. Namun demikian sampai saat ini belum banyak peneliti dan kegiatan penelitian yang khusus mengkaji proses pembekuan semen pada domba Garut yang merupakan domba khas daerah Priangan. Pada proses pembekuan semen, masalah yang sering timbul adalah rusaknya membran plasma spermatozoa akibat terbentuknya peroksidasi lipida. Keadaan ini terjadi karena membran spermatozoa banyak mengandung asam lemak tak jenuh yang sangat rentan terhadap kerusakan peroksidasi (MAXWELL dan WATSON, 1996). Menurut ALVAREZ dan STOREY (1982) dalam FERADIS (1999) peroksidasi lipida terjadi pada spermatozoa yang disimpan lama dan dapat menurunkan daya tahan sehingga mempengaruhi pengawetan semen untuk inseminasi buatan. Guna menghambat reaksi peroksidasi lipida, dapat dilakukan penambahan antioksidan. Antioksidan adalah suatu zat yang dapat mengikat senyawa radikal bebas (WIJAYA, 1996). Beberapa jenis antioksidan seperti α- tokoferol dan butylated hydroxytoluene (BHT) telah diteliti pengaruhnya dalam melindungi membran plasma spermatozoa sapi. Menurut BECONI et al., (1993) α-tokoferol atau vitamin E terbukti dapat melindungi membran plasma spermatozoa sapi selama pembekuan sampai pencairan kembali. HAMMERSTEDT et al. (1976) dalam FERADIS (1999) mengungkapkan bahwa butylated hydroxytoluene (BHT) dapat mencegah kerusakan membran plasma spermatozoa sapi yang disebabkan oleh cekaman dingin dan memberikan perlindungan terhadap perubahan akibat proses pembekuan semen. Penelitian FERADIS (1999) pada domba St. Croix menunjukkan bahwa pemberian α-tokoferol dengan dosis 0,2 g/100 ml pengencer memberikan kualitas semen domba St. Croix lebih baik dibandingkan dengan perlakuan α-tokoferol dengan dosis 0,1 g/100 ml pengencer, BHT dengan dosis 0,2 g/100 ml pengencer dan BHT dengan dosis 0,1 g/100 ml pengencer. Melihat besarnya potensi domba Garut serta manfaat antioksidan dalam proses pembekuan semen, penelitian dilakukan untuk mengkaji pengaruh penambahan antioksidan α-tokoferol dan butylated hydroxytoluene ke dalam pengencer semen susu skimkuning telur terhadap kualitas semen beku domba Garut. Hasil penelitian diharapkan menjadi informasi yang berguna dalam mengembangkan teknologi inseminasi buatan dengan semen beku domba Garut. Bahan dan peralatan MATERI DAN METODE Penelitian menggunakan semen yang berasal dari enam ekor domba Garut jantan terpilih berumur sekitar 2,5 tahun dengan berat badan sekitar 70 kg. Semua hewan percobaan dimasukkan dalam kandang individu yang dilengkapi dengan tempat pakan. Pakan yang diberikan berupa hijauan rumput segar sekitar 7 kg ditambah konsentrat. Peralatan yang digunakan terdiri atas vagina buatan, tabung koleksi, mikroskop cahaya, gelas objek, gelas penutup, gelas erlenmeyer, gelas piala, timbangan, kontainer nitrogen cair, autoclave, straw serta rak tempat straw. Bahan-bahan yang digunakan terdiri atas media pengencer semen susu skim-kuning telur, K-Y jelly, NaCl fisiologis, formalin 1%, penisilin, streptomisin, eosin negrosin, alkohol, nitrogen cair, susu, fruktosa, kuning telur, gliserol dan akuabides. Antioksidan yang diberikan adalah α-tokoferol (Sigma Chemical Co. Switzerland) dengan dosis 0,2 g/100 ml pengencer dan BHT (Sigma Chemical Co. Switzerland) dengan dosis 0,2 g/100 ml pengencer. Metode penelitian Semen ditampung sekali seminggu dengan menggunakan vagina buatan yang bertemperatur 40 sampai 42 0 C. Jumlah domba jantan yang ditampung sebanyak enam ekor dijadikan sebagai ulangan. Semen segar yang diperoleh kemudian dievaluasi secara makroskopis dan mikroskopis. Pemeriksaan makroskopis meliputi pemeriksaan volume, warna dan kekentalan. Pemeriksaan mikroskopis meliputi pemeriksaan gerakan masa, konsentrasi, morfologi spermatozoa, persentase motilitas, persentase hidup, persentase membran plasma utuh dan persentase tudung akrosom utuh. Setelah dievaluasi, semen segar dicampur dengan media pengencer susu skim-kuning telur dengan komposisi pengencer semen (100 ml) terdiri atas: 9 g susu, 2,16 g fruktosa, 20 ml kuning telur, 7 ml gliserol, 13

HERDIS et al.: Peningkatan kualitas semen beku domba Garut melalui penambahan α-tokoferol penisilin 1.000 IU/ml, streptomisin 0,5 mg/ml dan akuabides ad 100 ml (HERDIS et al., 2002). Pengencer dibagi menjadi tiga kelompok yakni kelompok kontrol tanpa perlakuan antioksidan, kelompok perlakuan antioksidan α-tokoferol dengan dosis 0,2 g/100 ml pengencer dan kelompok perlakuan antioksidan BHT dengan dosis 0,2 g/100 ml pengencer. Sebelum dicampurkan antioksidan dilarutkan dengan ethanol dengan perbandingan antioksidan: ethanol sebesar 1:5. Setelah diencerkan secara merata, semen dikemas kedalam straw yang berukuran 0,25 ml. Straw dibedakan menjadi tiga kelompok berdasarkan warna sesuai dengan perlakuan jenis antioksidan yang diberikan. Proses ekuilibrasi dilakukan dengan memasukkan straw ke dalam styoroform yang berisi es batu selama 3 jam dengan suhu mendekati 5 0 C. Pembekuan dilakukan dengan cara menguapkan straw pada rak, 10 cm diatas permukaan nitrogen cair selama 15 menit, straw kemudian dimasukkan kedalam nitrogen cair untuk disimpan. Pencairan kembali (thawing) untuk evaluasi dilakukan pada suhu 37 0 C selama 30 detik. Guna mengetahui pengaruh perlakuan antioksidan terhadap kualitas semen beku domba Garut dilakukan evaluasi pada tahap semen segar, tahap setelah pengenceran, tahap setelah ekuilibrasi dan tahap setelah pencairan kembali. Parameter yang diukur untuk setiap perlakuan terdiri atas persentase motilitas, persentase hidup, persentase membran plasma utuh dan persentase tudung akrosom utuh. Penilaian persentase Membran Plasma Utuh (% MPU) dilakukan dengan menggunakan metode Uji hipoosmotis atau Hypo Osmotic Swelling (HOS) test. Pengujian dilakukan dengan cara mencampur 0,1 ml semen dengan 9,9 ml medium hipoosmotik. Medium hipoosmotik dibuat dengan melarutkan 0,179 NaCl ke dalam aquabidestilata menjadi 100 ml larutan. Setelah dicampurkan, sediaan diinkubasi dalam waterbath bersuhu 37 0 C selama 30 menit. Kemudian dibuat preparat ulas dengan pewarna diferensial eosin-negrosin untuk mempermudah pengamatan. Evaluasi dilakukan di bawah mikroskop cahaya pada pembesaran 400 kali. Penilaian dilakukan dengan sistim skor 0% sampai 100%. Persentase Tudung Akrosom Utuh (% TAU) dievaluasi dengan melihat kondisi tudung akrosom, menggunakan mikroskop cahaya pada pembesaran 1000 kali. Semen dicampur dengan NaCl fisiologis ditambah formalin 1% yang berfungsi untuk mematikan dan menfiksasi spermatozoa. Evaluasi dilakukan dengan sistim skor 0% sampai 100%. Rancangan penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 kali ulangan. Apabila terdapat perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda jujur menurut STEEL dan TORRIE (1993). HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas semen segar domba Garut Hasil evaluasi menunjukkan bahwa kualitas semen segar yang diperoleh adalah persentase motilitas spermatozoa 74,2 ± 4,9%, persentase hidup 91,8 ± 3,0%, konsentrasi spermatozoa 4.100 ± 49,9 juta/ml dan persentase spermatozoa abnormal 2,5 ± 1,2%. Hasil ini termasuk kedalam katagori memenuhi syarat untuk dilakukan proses pembekuan. Menurut TOELIHERE (1981) supaya dapat di proses pembekuan, semen segar harus mempunyai persentase motil progresif minimal 65%, konsentrasi spermatozoa 700 juta spermatozoa/ml dan abnormalitas kurang dari 20%. Warna semen yang ditampung putih susu dengan konsistensi kental. Hasil ini sesuai dengan pendapat AXL et al. (2000) dan QOMARIYAH et al. (2001) yang menyatakan bahwa warna semen domba adalah putih susu atau krem, dengan konsistensi kental (HASTONO et al., 2001). Hasil evaluasi terhadap integritas spermatozoa pada semen segar menunjukkan persentase tudung akrosom utuh dan persentase membran plasma utuh yang diperoleh pada penelitian lebih tinggi dibandingkan dengan integritas spermatozoa pada domba St. Croix yakni 86,3% (FERADIS, 1999). MOSES et al. (1996) melaporkan bahwa MPU semen segar domba adalah 70% dan VALCAREL et al. (1997) mendapatkan 73%. Tabel 1 menunjukkan secara lengkap karakteristik semen segar domba Garut yang diteliti. Kualitas spermatozoa domba Garut sebelum dan sesudah pembekuan Motilitas atau daya gerak spermatozoa digunakan sebagai ukuran kesanggupan spermatozoa untuk membuahi sel telur. Perkiraan motilitas adalah prosedur visual dan dinyatakan secara komparatif, tidak mutlak. Motilitas spermatozoa di dalam suatu contoh semen ditentukan secara keseluruhan atau sebagai rata-rata dari suatu populasi spermatozoa (TOELIHERE, 1999). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahap setelah pengenceran, ketiga perlakuan dapat mempertahankan motilitas spermatozoa domba Garut. Pada tahap ekuilibrasi persentase motilitas tertinggi dicapai pada perlakuan α-tokoferol (70,8 ± 3,8%) namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol dan perlakuan penambahan antioksidan BHT. Evaluasi setelah pembekuan menunjukkan perlakuan penambahan α-tokoferol lebih unggul dalam mempertahankan motilitas spermatozoa (45,8 ± 3,8%) dan berbeda nyata (P<0,05) dibandingkan dengan 14

JITV Vol. 7. No. 1. Th. 2002 perlakuan penambahan BHT (40,0 ± 4,5%) tetapi tidak berbeda dengan perlakuan kontrol (41,7 ± 4,1%). Tabel 2 menunjukkan secara lengkap rataan motilitas spermatozoa domba Garut pada perlakuan penambahan antioksidan. Evaluasi persentase hidup (%H) spermatozoa pada tahap setelah pengenceran dan setelah ekuilibrasi menunjukkan semua jenis perlakuan memberikan respon yang tidak berbeda. Evaluasi setelah pembekuan, menunjukkan perlakuan α-tokoferol memberikan respon persentase hidup paling tinggi (75,0 ± 3,5%) dan berbeda nyata (P<0,05) dibandingkan dengan perlakuan kontrol (64,7 ± 7,8%) tetapi tidak berbeda dibandingkan dengan perlakuan BHT (70,2 ± 5,4%). Tabel 3 menunjukkan secara lengkap respon perlakuan penambahan antioksidan terhadap persentase hidup spermatozoa domba Garut. Evaluasi terhadap parameter persentase membran plasma utuh (% MPU) spermatozoa menunjukkan pada tahap setelah pengenceran semua jenis perlakuan memberikan respon yang tidak berbeda terhadap parameter % MPU. Persentase MPU tertinggi pada evaluasi setelah ekuilibrasi dicapai pada perlakuan penambahan α-tokoferol (82,2 ± 6,0%). Evaluasi setelah pembekuan, menunjukkan perlakuan penambahan antioksidan α-tokoferol memberikan respon % MPU paling tinggi (65,8 ± 6,8%) dan berbeda nyata (P<0,05) dibandingkan dengan perlakuan kontrol (55,2 ± 8,3%) tetapi tidak berbeda dengan perlakuan BHT (65,0 ± 5,7%). Tabel 1. Kualitas semen segar domba Garut Karakteristik semen Volume per ejakulat (ml) Warna Konsistensi Gerakan massa Konsentrasi (jt spermatozoa/ml) Persentase motilitas (%) Persentase hidup (%) Persentase abnormal (%) Persentase tudung akrosom utuh (%) Persentase membran plasma utuh (%) Rata rata 0,7 ± 0,2 putih susu kental 2,6 ± 0,5 4.100 ± 49,9 74,2 ± 4,9 91,8 ± 3,0 3,5 ± 0,4 93,7 ± 1,6 92,0 ± 2,2 Tabel 2. Persentase motilitas spermatozoa domba Garut pada berbagai penambahan antioksidan Perlakuan antioksidan Tahapan evaluasi Kontrol (%) BHT (%) Vitamin E (%) Setelah pengenceran 78,3 ± 3,6 78,3 ± 3,6 78,3 ± 3,8 Setelah ekuilibrasi 66,7 ± 5,2 69,2 ± 3,7 70,8 ± 3,7 Setelah pembekuan 41,7 ± 4,1 ab 40,0 ± 4,5 a 45,8 ± 37 b Angka dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% Tabel 3. Pengaruh pemberian antioksidan ke dalam pengencer terhadap persentase hidup spermatozoa domba Garut Tahapan evaluasi Jenis perlakuan Kontrol (%) BHT (%) Vitamin E (%) Setelah pengenceran 89,3 ± 3,3 89,7 ± 2,7 89,5 ± 4,3 Setelah ekuilibrasi 83,2 ± 2,8 85,0 ± 1,7 83,3 ± 3,4 Setelah pembekuan 64,7 ± 7,8 a 70,2 ± 5,4 ab 75,0 ± 3,5 b Angka dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% 15

HERDIS et al.: Peningkatan kualitas semen beku domba Garut melalui penambahan α-tokoferol Sama seperti tiga parameter sebelumnya, penelitian menunjukkan bahwa pada tahap setelah pengenceran dan tahap setelah ekuilibrasi semua jenis perlakuan memberikan respon yang tidak berbeda (P>0,05) terhadap parameter persentase tudung akrosom utuh (% TAU) spermatozoa. Evaluasi setelah pembekuan, menunjukkan perlakuan penambahan antioksidan α- tokoferol memberikan respon persentase tudung akrosom utuh paling tinggi (54,8 ± 3,3%) dan berbeda nyata (P<0,05) dibandingkan dengan perlakuan kontrol (49,8 ± 3,5%) dan perlakuan penambahan BHT (49,7 ± 3,6%). Tabel 4 menunjukkan secara lengkap respon perlakuan penambahan antioksidan terhadap persentase membran plasma utuh dan tudung akrosom utuh spermatozoa domba Garut. Dari semua parameter yang dievaluasi terlihat bahwa perlakuan penambahan antioksidan α-tokoferol memberikan respon kualitas spermatozoa lebih baik dibandingkan dengan perlakuan kontrol dan penambahan antioksidan BHT. Hasil yang diperoleh sejalan dengan penelitian FERADIS (1999) pada domba St Croix yang menunjukkan bahwa antioksidan α- tokoferol dapat meningkatkan kualitas spermatozoa domba St Croix. Penelitian menunjukkan perlakuan α-tokoferol menghasilkan kualitas semen beku domba Garut lebih baik dibandingkan dengan perlakuan tanpa anti oksidan dan penambahan BHT. Keadaan ini diduga terjadi karena α-tokoferol lebih mampu menghambat proses peroksidasi lipida dibandingkan dengan BHT. Menurut HAMILTON et al. (1997) dalam FERADIS (1999) tingkat reaksi α-tokoferol dengan radikal bebas jauh lebih tinggi dibandingkan dengan BHT. Keunggulan lain α-tokoferol dibandingkan dengan BHT adalah kemampuan α-tokoferol yang dapat didaur ulang setelah digunakan oleh spermatozoa dengan bantuan vitamin C yang terkandung dalam semen domba. Rataan kandungan vitamin C dalam semen domba adalah 5 mg per desiliter semen dengan rentang 2 sampai 8 mg per desiliter semen (PINEDA, 1989). Menurut FERADIS (1999) ketersediaan α-tokoferol selalu terjamin di dalam pengencer yang digunakan dalam pembekuan semen, sehingga proses peroksidasi lipid dapat dihambat secara terus menerus selama ada vitamin C. Lain halnya dengan BHT, ketersediaan BHT di dalam pengencer tergantung dari seberapa besar jumlah atau dosis yang ditambahkan ke dalam pengencer. Jadi wajar apabila pengencer yang diberi α- tokoferol mempunyai kualitas spermatozoa yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan BHT. Pada parameter integritas spermatozoa, penelitian menunjukkan bahwa penambahan α-tokoferol pada pengencer semen susu-skim kuning telur lebih mampu mempertahankan integritas spermatozoa dibandingkan penambahan BHT dan kontrol. Keadaan ini terjadi, karena α-tokoferol diduga mempunyai aktivitas biologik yang lebih besar dibandingkan dengan BHT. Menurut MAYES (1995) α-tokoferol merupakan baris pertama pertahanan terhadap proses peroksidasi asamasam lemak tak jenuh ganda yang terdapat dalam fosfolipid membran seluler dan subseluler. α-tokoferol bertindak sebagai antioksidan dengan memutuskan berbagai reaksi rantai radikal bebas sebagai akibat kemampuannya untuk memindahkan hidrogen fenolat kepada radikal bebas peroksil dari asam lemak tak jenuh ganda yang telah mengalami peroksidasi. Radikal peroksil yang terbentuk kemudian bereaksi dengan radikal bebas peroksil selanjutnya. Tabel 4. Pengaruh pemberian antioksidan ke dalam pengencer terhadap persentase membran plasma utuh dan persentase tudung akrosom utuh spermatozoa domba Garut Tahapan evaluasi Membran plasma utuh: Jenis Perlakuan Kontrol (%) BHT (%) Vitamin E (%) Setelah pengenceran 82,7 ± 5,5 86,3 ± 5,5 86,7 ± 6,1 Setelah ekuilibrasi 74,7 ± 4,9 80,3 ± 6,5 82,2 ± 6,0 Setelah pembekuan 55,2 ± 8,3 a 65,0 ± 5,7 b 65,8 ± 6,8 b Tudung akrosom utuh: Setelah pengenceran 91,8 ± 1,9 92,8 ± 1,6 92,5 ± 1,4 Setelah ekuilibrasi 80,0 ± 2,9 82,5 ± 2,8 82,3 ± 2,4 Setelah pembekuan 49,8 ± 3,5 a 49,7 ± 3,6 a 54,8 ± 3,3 b Angka dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% 16

JITV Vol. 7. No. 1. Th. 2002 KESIMPULAN DAN SARAN Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa ditinjau dari persentase motilitas, persentase hidup, persentase membran plasma utuh dan persentase tudung akrosom utuh, penambahan antioksidan α- tokoferol ke dalam pengencer semen susu skim-kuning telur menghasilkan kualitas semen beku domba Garut lebih baik dibandingkan penambahan antioksidan BHT dan perlakuan kontrol (tanpa antioksidan). Guna mendapatkan kualitas semen yang lebih baik dalam proses pembekuan semen domba Garut disarankan menambahkan α-tokoferol ke dalam pengencer semen susu skim-kuning telur. DAFTAR PUSTAKA AX RL., DALLY M., DIDION B. A., LENZ R. W., LOVE C. C., VARNER D. D., HAFEZ B. and BELLIN M. E. 2000. Semen Evaluation. In: Reproduction in Farm Animals. B. Hafez and E.S.E. Hafez (Eds). Lea and Febiger. Philadelphia. pp 365-375. BECONI, M. T., C. R. FRANCIA, N. G. MORA and M. A. AFFRANCHINO. 1993. Effect of natural antioxidants on frozen bovine semen preservation. Theriogenology. 40:841-851. BRADFORD, G. E. and I. INOUNU. 1996. Prolific sheep of Indonesia In: M.H. Fahmy (Ed). Prolific Sheep. Agriculture and Agrifood Canada. Lennok Vile. Quebec. Canada. FERADIS. 1999. Penggunaan Antioksidan dalam Pengencer Semen Beku dan Metode Sinkronisasi Estrus pada Program Inseminasi Buatan Domba St. Croix. Disertasi Doktor. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. HASTONO, dan MASBULAN E. 2001. Keragaan Reproduksi Domba Rakyat di Kabupaten Garut. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor 17-18 September 2001. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Balitbang Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor. pp 100-105. HERDIS, B. PURWANTARA, I. SUPRIATNA dan I. G. PUTU. 1999. Integritas Spermatozoa Kerbau Lumpur pada Berbagai Metode Pembekuan Semen. JITV 4(1) : 1-5. HERDIS, I. KUSUMA, M. SURACHMAN dan EPIH R. SUHANA. 2002. Pembekuan Spermatozoa Domba Garut dengan Pengencer dan Krioprotektan yang Berbeda. Prosiding Teknologi Untuk Negeri 2002. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jakarta. DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN. 2001. Buku Statistik Peternakan Indonesia. Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian. Jakarta. MEYES, P. A. 1995. Struktur dan fungsi vitamin yang larut dalam lemak. In: Biokimia Harper. Editor: D.H. Ronardy dan J. Oswari Alih bahasa : A. Hartono. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta. Pp. 681-691. MOSES, D. F., A. VARCARCEL, L. J. PEREZ and M. A. DE LAS HERAS. 1996. Intracellular ATP concentration are maintained in freezing-resistant ram spermatozoa. Cryo- Letters. 17:287-294. PINEDA, M. H. 1989. Male reproduction. In: Veterinary Endocrinology and Reproduction. L.E. McDonald and M.H. Pineda (Eds). Lea and Febiger. Philadelphia. London. QOMARIYAH, MIHARDJA S., dan IDI R. 2001. Pengaruh Kombinasi Kuning Telur dengan Air Kelapa terhadap Daya Tahan Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Domba Priangan pada Penyimpanan 5 0 C. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor 17-18 September 2001. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Balitbang Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor. pp 172-177. STEEL, R. G. D dan J. H. TORRIE. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Alih Bahasa: B. Sumantri. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. TOELIHERE, M. R. 1981. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa, Bandung. VARCARCEL, A., M. A. DE LAS HERAS, L. PERES, D. F. MOSES and H. BALDASSARE. 1997. Assesment of the acrosomal status of membrane intact ram spermatozoa after freezing and thawing, by simultaneous lectin/hoechst 33258 staining. Anim. Reprod. Sci. 45: 229-309. WIJAYA, A. 1996. Radikal bebas dan parameter status antioksidan. Forum Diagnosticum No.1. Laboratorium Klinik Prodia. 17