PERANCANGAN ULANG MEJA KURSI BACA BERDASARKAN ASPEK FUNGSI DAN KENYAMANAN SESUAI KEBUTUHAN PENGGUNA PERPUSTAKAAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN

1 Pendahuluan. 2 Tinjauan Literatur

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PERANCANGAN MEJA DAN KURSI PADA ALAT PEMOTONG BULU INDUSTRI SHUTTLE COCK MERK T3 BERDASARKAN PENDEKATAN ANTROPOMETRI DI KELURAHAN SERENGAN SURAKARTA

DAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah.

PENERAPAN KONSEP ERGONOMI DALAM DESIGN KURSI DAN MEJA BELAJAR YANG BERGUNA BAGI MAHASISWA

USULAN RANCANGAN PERBAIKAN MEJA DAN KURSI BELAJAR SISWA SLTP DITINJAU DARI ASPEK ERGONOMI (STUDI KASUS SLTP N 6 WONOGIRI)

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X

BAB 2 LANDASAN TEORI

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI

PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Modul ke: Studio Desain II 10FDSK. Lalitya Talitha Pinasthika M.Ds Hapiz Islamsyah, S.Sn. Fakultas. Program Studi Desain Produk

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

PERANCANGAN STASIUN KERJA OPERATOR PADA LINI PACKING PT. X SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II STUDI LITERATUR

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

MODUL I DESAIN ERGONOMI

PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MEMPERBAIKI POSTUR KERJA PADA AKTIVITAS PEMELITURAN DALAM PROSES FINISHING (Studi Kasus: Home Industry Waluyo Jati)

ANALISIS SERTA USULAN PERBAIKAN FASILITAS FISIK DAN LINGKUNGAN FISIK DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI (Studi kasus di Mini Market 5001 Mart Cabang Cimahi)

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

ABSTRAK. vii Universitas Kristen Maranatha

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN

Ergonomic and Work System Usulan Fasilitas Kerja yang Ergonomis Pada Stasiun Perebusan Tahu di UD. Geubrina

B A B III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR

PERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG

RANCANGAN KURSI OPERATOR SPBU YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN ANTROPOMETRI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN I-1

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

RANCANG BANGUN ULANG MEJA DAN KURSI BELAJAR UNTUK USIA PRA SEKOLAH BERDASARKAN DATA ANTROPOMETRI PADA TK RAUDHATUL ATFAL PONTIANAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

BAB V HASIL DAN ANALISA

ANALISIS DAN PERBAIKAN BENTUK FISIK KURSI KERJA OPERATOR MENJAHIT DENGAN MEMPERHATIKAN ASPEK ERGONOMI (STUDI KASUS PADA PD.

PDF Compressor Pro KATA PENGANTAR. Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi -- 1

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam kawasan Pusat Industri Kecil (PIK) yang bergerak dalam bidang

Furnitur Ergonomis untuk Siswa Sekolah Dasar Usia 6-10 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun Kerja Bawahan. Stasiun Kerja Finishing. Gambar 1.1 Stasiun Kerja Pembuatan Sepatu

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGAJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DI CV. XYZ

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG

Perancangan Ulang Fasilitas Fisik Kerja Operator di Stasiun Penjilidan pada Industri Percetakan Berdasarkan Prinsip Ergonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Analisis Sistem Kerja Sortasi Biji Kopi Dengan Menggunakan Pendekatan Ergonomi Di CV. Kopi Tunah Kolak Jaya

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja merupakan modal utama serta pelaksanaan dari. pembangunan masyarakat Pancasila. Tujuan terpenting dari pembangunan

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan setelah perang dunia kedua, tepatnya tanggal 12 Juli 1949 di Inggris

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kerja, modal, mesin dan peralatan dalam suatu lingkungan untuk menghasilkan

Identifikasi keluhan biomekanik dan kebutuhan operator proses packing di PT X

Antropometri Dan Aplikasinya Dalam Perancangan Fasilitas Kerja

MODUL PRAKTIKUM KAJIAN PUSTAKA ANTROPOMETRI & ERGONOMI FASILITAS DUDUK

USULAN PERBAIKAN RANCANGAN MEJA-KURSI SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA SISWA/I DI SDN MERUYUNG

Bab 3. Metodologi Penelitian

DAFTAR ISI. 2.2 Teori Domino Penyebab Langsung Kecelakaan Penyebab Dasar... 16

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Perancangan Fasilitas Fisik Operator SPBU dengan Pendekatan Ergonomi untuk Mengurangi Beban Kerja

Kata kunci : Kursi, Ergonomis, Antropometri, Perancangan Produk, Quality Function Deployment

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon (kerja) dan nomos

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

RANCANG ULANG KURSI TAMAN DENGAN EVALUASI ERGONOMI - ANTROPOMETRI DAN BIOMEKANIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istilah "ergonomi" berasal dari bahasa Latin yaitu. ERGON (KERJA) dan NOMOS (HUKUM ALAM) dan dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. baik, salah satunya adalah fasilitas kerja yang baik dan nyaman bagi karyawan,

PERANCANGAN ALSIN YANG ERGONOMIS

USULAN RANCANGAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN DAUN PANDAN UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS DI CV XYZ

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Antropometri

Transkripsi:

PERANCANGAN ULANG MEJA KURSI BACA BERDASARKAN ASPEK FUNGSI DAN KENYAMANAN SESUAI KEBUTUHAN PENGGUNA PERPUSTAKAAN (Studi Kasus Di Kantor Arsip Dan Perpustakaan Kabupaten Klaten) Skripsi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik INTAN KUSUMAWATI I 1305035 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 011 i

ABSTRAK Intan Kusumawati, NIM: I 1305035. PERANCANGAN ULANG MEJA KURSI BACA BERDASARKAN ASPEK FUNGSI DAN KENYAMANAN SESUAI KEBUTUHAN PENGGUNA PERPUSTAKAAN (Studi Kasus: Kantor Arsip Dan Perpustakaan Kabupaten Klaten). Skripsi. Surakarta: Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, April 011. Kantor Arsip dan Perpustakaan Klaten merupakan lembaga pemerintah yang memberikan pelayanan ilmu dan sumber informasi bagi semua kalangan masyarakat khususnya di kota Klaten. Meja kursi baca merupakan salah satu fasilitas pokok yang harus dipertimbangkan dalam pelayanan pengguna perpustakaan. Meja kursi baca yang digunakan saat ini, dirasakan kurang berfungsi dengan baik karena tidak sesuai anthropometri penggunanya. Meja tersebut digunakan untuk tiga orang sehingga pengguna harus berdesak-desakan ketika akan membaca dan membuat ketidaknyamanan membaca pengguna satu dengan yang lainnya. Selain itu, kelelahan dirasakan pada leher, punggung dan pinggang ketika pengguna menggunakan meja kursi baca tersebut. Menurut Chaffin (1983), bahwa ketika menulis sebaiknya menggunakan meja datar, sedangkan ketika membaca sebaiknya mempunyai kemiringan terhadap permukaan kerja dan sudut antara 0 dan 45 0 baik digunakan untuk membaca. Metode yang digunakan dalam perancangan ini adalah pendekatan anthropometri. Pendekatan anthropometri digunakan untuk menentukan dimensi meja dan kursi baca di perpustakaan. Data antropometri yang menggunakan persentil 5 yaitu siku sampai ke ujung jari. Data antropometri yang menggunakan persentil 50 antara lain tinggi plopiteal, tinggi sandaran punggung, pantat plopiteal, jangkauan tangan ke depan, tinggi siku duduk dan panjang telapak kaki. Sedangkan untuk persentil 95 digunakan pada data antropometri lebar pinggul dan lebar bahu. Hasil penelitian diperoleh rancangan meja kursi baca yang lebih ergonomis yang mengakomodasi anthropometri penggunanya, sehingga kelelahan yang terjadi pada leher, punggung dan pinggang dapat dikurangi. Kata kunci: meja kursi baca, ergonomi, anthropometri. xxi + 80, 1 gambar, 36 tabel, 5 lampiran Daftar pustaka: 1 (1979-010) ix

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR VALIDASI SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH KATA PENGANTAR ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN ii iii iv v vi viii ix x xiii xiv xv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.. Perumusan Masalah 1.3. Tujuan Penelitian 1.4. Manfaat Penelitian 1.5. Batasan Masalah 1.6. Sistematika Penulisan I - 1 I - 1 I - 4 I - 4 I - 4 I - 4 I - 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Ergonomi. Antropometri..1 Data Antropometri dan Pengukurannya.. Aplikasi distribusi Normal.3 Perancangan Kursi.3.1 Pendekatan Untuk Perancangan Kursi.3. Ukuran (Dimensi Kursi).4 Kriteria Kursi yang commit Ideal to user II - 1 II - 3 II 4 II - 4 II - 8 II - 8 II - 10 II - 1 xii

.5 Meja dan Permukaan Bidang Kerja.6 Pengujian Data.7 Penelitian Sebelumnya II - 14 II - 15 II - 18 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian 3.. Waktu dan Tempat Penelitian 3.3. Pendokumentasian Gambar 3.4. Wawancara Pengguna 3.5. Kuesioner NBM 3.6. Identifikasi Keluhan dan Kebutuhan Perancangan 3.7. Pengumpulan Data Meja Kursi dan Antropometri 3.8. Perancangan Alat 3.8.1 Perhitungan Standar Deviasi dan Mean 3.8. Penentuan Dimensi Rancangan 3.8.3 Perhitungan Persentil 3.8.4 Gambar D dan 3D 3.8.5 Penentuan Material Rancangan 3.9. Estimasi Biaya 3.10.Analisis dan Interpretasi Hasil 3.11.Kesimpulan dan Saran III - 1 III - 1 III - III - III - 3 III - 3 III - 4 III - 5 III - 7 III - 7 III - 8 III - 8 III - 9 III - 9 III - 9 III - 10 III - 10 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Gambaran Umum Perpustakaan 4.1.. Kuesioner NBM 4.1.3. Data Pengukuran Meja Kursi Aktual 4.. Kebutuhan dan Konsep Rancangan 4..1. Identifikasi Keluhan dan Kebutuhan Perancangan 4... Konsep Rancangan 4.3. Detail spesifikasi Rancangan 4..1. Perancangan commit Meja to user IV - 1 IV - 1 IV - 1 IV - IV - 3 IV - 4 IV - 4 IV - 5 IV - 6 IV - 6 xii

4... Perancangan Kursi 4.4. Pengolahan Data 4.4.1 Perancangan Meja 4.4. Perancangan Kursi 4.5. Rancangan D Meja Kursi 4.6. Rancangan 3D Meja Kursi 4.7. Estimasi Biaya IV - 6 IV - 7 IV - 7 IV - 19 IV - 31 IV - 33 IV - 34 BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI HASIL 5.1. Analisis Pemenuhan Kebutuhan Pengguna 5.. Analisis Penggunaan Data Antropometri 5.3. Analisis Perbandingan Awal dan Hasil Rancangan 5.4. Analisis Layout Ruang Baca 5.5. Analisis Penentuan Bahan dan Biaya 5.6. Interpretasi Hasil V 1 V 1 V V 3 V 4 V 5 V 7 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 6.. Saran VI 1 VI - 1 VI - 1 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dikemukakan uraian tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah, asumsi, serta sistematika penulisan penelitian. 1.1 LATAR BELAKANG Konsep perkembangan informasi serta teknologi pendidikan menekankan kepada individu yang belajar melalui pemanfaatan dan penggunaan berbagai jenis sumber belajar terutama sarana perpustakaan umum. Dalam perjalanan perkembangan layanan perpustakaan dan aspek pemanfaatannya oleh masyarakat umum, nampak bahwa fasilitas-fasilitas yang terdapat di perpustakaan perlu adanya perbaikan untuk menunjang kelancaran proses pencarian informasi. Hal ini tercermin dari sarana perpustakaan umum yang bertindak sebagai wadah pelayanan ilmu dan sumber informasi yang diperuntukkan bagi semua kalangan masyarakat ternyata kurang diperhatikan baik dari segi fungsi maupun kenyamanan pengguna dan pengelola perpustakaan. Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Klaten adalah salah satu lembaga pemerintah yang memberikan pelayanan ilmu dan sumber informasi bagi semua kalangan masyarakat kota Klaten. Fasilitas-fasilitas pendukung yang ada di perpustakaan ini antara lain meja dan kursi baca, rak buku, internet, ruang olahraga, ruang seminar, dan mushola. Meja kursi baca merupakan salah satu fasilitas pokok yang harus dipertimbangkan dalam pelayanan pengguna Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Klaten. Dampak dari ketidakserasian antara meja kursi baca yang ada di perpustakaan dengan kebutuhan penggunanya merupakan salah satu I-1

kendala dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan yang ada di perpustakaan tersebut. Berdasarkan survey bahwa dari pemakaian meja baca yang ada di ruang baca Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Klaten ini masih menimbulkan keluhan-keluhan bagi para pengguna perpustakaan. Diketahui bahwa meja baca yang digunakan sekarang masih menimbulkan rasa ketidaknyamanan bagi pengguna dalam kegiatan membaca serta mengakibatkan keluhan sakit pada anggota tubuh para penggunanya. Meja yang hanya dengan tinggi 61 cm membuat posisi membaca pengguna dengan asumsi tinggi rata-rata 150 cm kurang nyaman karena tidak dapat mengakomodasi tubuh pengguna seluruhnya sehingga posisi tubuh lebih condong membungkuk ke bawah dan jarak membaca pun mejadi terlalu dekat. Hal tersebut dapat menyebabkan kelelahan dan nyeri pada leher, punggung maupun mata. Hal ini dibuktikan dengan hasil kuesioner Nordic Body Map (NBM) yang diberikan kepada pengguna. Digunakan kuesioner NBM karena kuesioner NBM mampu memetakan 7 segmen tubuh manusia sehingga dapat diketahui bagian-bagian mana saja dari otot pengguna yang mengalami keluhan (Corlett, 199). Berdasarkan hasil pengisian kuesioner terhadap 40 pengguna perpustakaan dapat diketahui bahwa terdapat keluhan-keluhan yang dialami pengguna diantaranya pada leher 7,5%, punggung 17,5%, pinggang 15%, kaki 7,5%, bahu 0 % dan paha 1,5%. Keadaan tersebut juga diperparah dengan lebar meja yang hanya berukuran sebesar 33 cm dimana membuat ruang gerak para pengguna terbatas dan kurang leluasa jika dipakai oleh enam pengguna secara bersamaan. Lebar meja yang kurang lebar tersebut kurang dapat mengakomodasi buku ataupun majalah yang dibaca apabila untuk ukuran rata-rata buku 5x18 cm sedangkan ukuran rata-rata koran atau majalah sebesar 45x40 cm. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Klaten, meja baca yang digunakan oleh para I-

pengguna adalah sebuah meja yang dibagi menjadi dua bagian dan dipisahkan oleh sebuah sekat sekat sehingga terbagi menjadi dua bagian dengan masing-masing terdapat tiga buah di tiap sisi mejanya. Untuk tiap sisi mejanya dengan lebar meja berukuran 33 cm dan panjang 19 cm, meja tersebut digunakan untuk tiga orang sehingga pengguna harus berdesak-desakan ketika akan membaca dan membuat ketidaknyamanan membaca pengguna satu dengan yang lainnya. Selain itu, hanya terdapat sebuah pijakan kaki yang terdapat di meja baca tersebut dengan panjang pijakan berukuran 13 cm sehingga pengguna tidak leluasa untuk menjejakkan kakinya di pijakan meja kursi itu karena dapat terjadi kemungkinan pengguna satu menginjak kaki pengguna lainnya. Meja baca di perpustakaan ini terdapat display yang menempel di meja baca yang berisi peringatan untuk meletakkan dan merapikan buku setelah selesai membaca dimana kurang diperhatikan oleh para pengguna. Koran maupun buku yang telah selesai dibaca diletakkan begitu saja di meja sehingga tampak berserakan dan tak teratur. Berdasarkan hasil wawancara kepada para pengguna perpustakaan, kursi baca yang digunakan oleh para pengguna perpustakaan sebenarnya sudah cukup nyaman dipakai karena material pelapis alas kursi maupun sandaran kursinya sudah dilapisi dengan busa sehingga pengguna nyaman saat duduk bersandar. Akan tetapi hanya dengan tinggi sandaran kursi berukuran 43 cm dan lebar sandaran kursi berukuran 33 cm tersebut tidak dapat menyangga dan mengakomodasi bagian punggung seluruhnya sehingga menyebabkan posisi duduk kurang nyaman. Setelah melakukan identifikasi terhadap kondisi meja maupun kursi yang ada di ruang baca perpustakaan tersebut, maka perlu dilakukan perancangan ulang meja kursi baca yang nyaman bagi pengguna perpustakaan dengan pendekatan antropometri. Pendekatan antropometri ini dilakukan agar dihasilkan suatu rancangan yang sesuai dengan antropometri pengguna. I-3

1. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan dari penelitian ini yaitu bagaimana merancang ulang meja kursi baca yang sesuai dengan kebutuhan pengguna perpustakaan baik dari aspek fungsi maupun kenyamanan? 1.3 TUJUAN PENELITIAN Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, yaitu merancang ulang meja kursi baca yang sesuai dengan kebutuhan pengguna perpustakaan baik dari aspek fungsi maupun kenyamanan. 1.4 MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini yaitu memberikan kontribusi desain meja kursi baca yang sesuai dengan kebutuhan pengguna perpustakaan baik dari aspek fungsi maupun kenyamanan. 1.5 BATASAN MASALAH Pembatasan masalah pada penelitian tugas akhir ini adalah : 1. Penelitian ini dilakukan di ruang baca perpustakaan Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Klaten.. Meja kursi baca yang diteliti dianggap sudah mewakili meja kursi baca lain yang ada di ruang baca Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Klaten karena model meja kursi yang digunakan sama. 3. Subyek dalam penelitian ini adalah para pengguna Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Klaten. 4. Pada penelitian ini perancangan produk belum sampai pada pengujian prototype. I-4

1.6 SISTEMATIKA PENELITIAN Sistematika penulisan dibuat agar dapat memudahkan pembahasan penyelesaian masalah dalam penelitian ini. Penjelasan mengenai sistematika penulisan adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. Uraian bab ini dimaksudkan untuk menjelaskan latar belakang penelitian yang dilakukan sehingga dapat memberikan manfaat sesuai dengan tujuan penelitian dengan batasan-batasan yang digunakan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan tentang uraian teori, landasan konseptual dan informasi yang diambil dari literatur yang ada. Pada bagian ini akan diuraikan mengenai metode perancangan dan perhitungan-perhitungan yang ada digunakan dalam pengumpulan dan pengolahan data. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan gambaran terstruktur tahap demi tahap proses pelaksanaan penelitian dalam bentuk flow chart, membahas tentang tahapan yang dilalui dalam penyelesaian masalah sesuai dengan permasalahan yang ada mulai pengumpulan data hingga estimasi biaya rancangan. BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini berisi mengenai data penelitian yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer berkenaan dengan hasil wawancara dan penyebaran kuesioner terhadap pengguna perpustakaan. Sedangkan data sekunder merupakan data anthropometri pengguna perpustakaan. I-5

Selanjutnya pengolahan terhadap data, tahapannya yang sesuai dengan langkah-langkah pemecahan masalah yang dikembangkan pada BAB III. BAB V ANALISIS & INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi tentang analisis dan interpretasi hasil terhadap pengumpulan dan pengolahan data. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menguraikan target pencapaian dari tujuan penelitian dan kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan sebelumnya berupa pembahasan kesimpulan hasil yang diperoleh dan memberikan saran perbaikan yang dilakukan untuk penelitian selanjutnya. I-6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas konsep-konsep berkaitan dengan objek penelitian yang dilakukan. Teori pendukung yang dibahas dalam bab ini antara lain tentang konsep ergonomi, antropometri, dinamika posisi duduk dan sikap duduk yang benar..1 ERGONOMI Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah dan tempat rekreasi. Di dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. Ergonomi disebut juga Human Factors. Ergonomi juga digunakan oleh berbagai macam ahli profesional pada bidangnya misalnya: ahli anatomi, arsitektur, perancangan produk industri, fisika, fisioterapi, terapi pekerjaan, psikologi dan teknik industri. (Definisi diatas adalah berdasar pada International Ergonomics Association). Selain itu ergonomi juga dapat diterapkan untuk bidang fisiologi, psikologi, perancangan, analisis, sintesis, evaluasi proses kerja dan produk bagi wiraswastawan, manajer, pemerintahan, militer, dosen dan mahasiswa. (Nurmianto, 1991). Definisi atau pengertian penting sebagai wawasan kita dalam menggunakan istilah. McCormick (1987) mendefinisikan pengertian ergonomi ini dalam 3 tahap sebagai berikut : a) Fokus Utama dari ergonomi berkaitan dengan pemikiran manusia dalam mendesain peralatan, fasilitas dan lingkungan yang dibuat oleh manusia, yang digunakan dalam berbagai aspek kehidupannya. b) Tujuan dari ergonomi dalam mendesain peralatan, fasilitas dan lingkungan yang dibuat oleh manusia ada commit hal : to user II-1

a) Untuk meningkatkan efektifitas fungsional penggunanya b) Untuk mempertahankan atau meningkatkan human value tertentu misalnya kesehatan, keselamatan dan kepuasan. c) Pendekatan utama dari ergonomi adalah penerapan yang sistematik dari informasi yang relevan mengenai karakteristik dan tingkah laku manusia untuk mendesain peralatan, fasilitas dan lingkungan yang dibuat oleh manusia. (McCormick, 1987). Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas rancang bangun (desain) ataupun rancang ulang (re-desain). Hal ini dapat meliputi perangkat keras seperti misalnya perkakas kerja (tools), bangku kerja (benches), platform, kursi, pegangan alat kerja (workholders), sistem pengendali (controls), alat peraga (displays), jalan/lorong (acces ways), pintu (doors), jendela (windows), dan lain-lain. Ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya: desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat peraga (visual display unit station) (Tarwaka, 004). Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi (Tarwaka, 004), yaitu: a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja. b. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif. c. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi. Secara ringkas ergonomi dapat didefinisikan sebagai cabang ilmu yang secara sistematis memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman dan nyaman. II-

Banyak penerapan ergonomi yang hanya berdasar sekedar common sense (dianggap suatu hal yang sudah biasa terjadi), dan hal itu benar, jika sekirannya suatu keuntungan yang besar bisa didapat hanya sekedar dengan penerapan suatu prinsip sederhana. Hal ini biasanya merupakan kasus dimana ergonomi belum dapat diterima sepenuhnya sebagai alat untuk proses desain, akan tetapi masih banyak aspek ergonomi yang jauh dari kesadaran manusia. Penerapan ergonomi harus diikuti dengan pendekatan ilmiah, hal tersebut berguna untuk mendapatkan perancangan produk yang optimum tanpa harus mengalami trial and error. Suatu hal yang vital pada penerapan ilmiah untuk ergonomi adalah Antropometri (kalibrasi tubuh manusia). Dalam hal ini terjadi penggabungan dan pemakaian data antropometri dengan ilmu-ilmu statistik yang menjadi prasyarat utamanya (Sutalaksana, 1979).. ANTROPOMETRI Istilah antropometri berasal dari anthro yang berarti manusia dan metri yang berati ukuran. Antropometri adalah pengetahuan yang menyangkut pengukuran tubuh manusia khususnya dimensi tubuh (Wignjosoebroto., 000). Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan (design) produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksi manusia. Secara definisi antropometri dapat dinyatakan sebagai studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasanya akan memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar dan sebagainya) berat dan lain-lainnya. Antropometri secara luas digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomi dalam proses perancangan (desain) produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia (Wignjosoebroto., 000). Antropometri menurut Nurmianto (1991) adalah suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik tubuh manusia, ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain. II-3

..1 Data Antropometri Dan Cara Pengukurannya Manusia pada umumnya berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran tubuh manusia (Wignjosoebroto., 000) yaitu: a. Umur, Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar 0 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Setelah itu, tidak lagi akan terjadi pertumbuhan bahkan justru akan cenderung berubah menjadi pertumbuhan menurun ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40 tahunan. b. Jenis kelamin (sex), Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul, dan sebagainya. c. Suku/bangsa (etnic), Setiap suku, bangsa ataupun kelompok etnic akan memiliki karakteristik fisik yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dimensi tubuh suku bangsa negara Barat pada umumnya mempunyai ukuran yang lebih besar daripada dimensi tubuh suku bangsa negara Timur. d. Sosio ekonomi, Tingkat sosio ekonomi sangat mempengaruhi dimensi tubuh manusia. Pada negara-negara maju dengan tingkat sosio ekonomi tinggi, penduduknya mempunyai dimensi tubuh yang besar dibandingkan dengan negara-negara berkembang. e. Posisi tubuh (posture), Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh karena itu posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survei pengukuran. Menurut Sritomo Wignjosoebroto (1995) berkaitan dengan posisi tubuh manusia antropometri dibagi atas dua bagian, yaitu: a. Antropometri statis (structural body dimensions), Pengukuran manusia pada posisi diam dan linier pada permukaan tubuh. Ada beberapa metode pengukuran tertentu agar hasilnya representative. Disebut juga pengukuran dimensi struktur commit tubuh to user dimana tubuh diukur dalam berbagai II-4

posisi standar dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna). Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lain meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri maupun duduk, ukuran kepala, tinggi atau panjang lutut pada saat berdiri atau duduk, panjang lengan, dan sebagainya. Ukuran dalam hal ini diambil dengan percentile tertentu seperti 5-th percentile, 50-th percentile dan 95-th percentile. b. Antropometri dinamis (functional body dimensions), Antropometri dinamis adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya. Hasil yang diperoleh merupakan ukuran tubuh yang nantinya akan berkaitan erat dengan gerakangerakan nyata yang diperlukan tubuh untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Antropometri dalam posisi tubuh melaksanakan fungsinya yang dinamis akan banyak diaplikasikan dalam proses perancangan fasilitas ataupun ruang kerja. Terdapat tiga kelas pengukuran antropometri dinamis, yaitu: 1. Pengukuran tingkat ketrampilan sebagai pendekatan untuk mengerti keadaan mekanis dari suatu aktifitas. Contoh : Dalam mempelajari performansi atlet.. Pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan saat kerja. Contoh : Jangkauan dari gerakan tangan dan kaki efektif pada saat bekerja, yang dilakukan dengan berdiri atau duduk. 3. Pengukuran variabilitas kerja. Contoh : Analisis kinematika dan kemampuan jari-jari tangan dari seorang juru ketik atau operator komputer... Aplikasi Distribusi Normal dan Pengukuran Data Antropometri Data antropometri jelas diperlukan supaya rancangan suatu produk dapat sesuai dengan orang yang akan mengoperasikannya. Permasalahan akan adanya variasi ukuran sebenarnya akan lebih mudah diatasi bilamana kita mampu merancang produk yang memiliki fleksibilitas dan sifat mampu suai (adjustable) dengan suatu rentang ukuran tertentu (Wignjosoebroto., 000). Penerapan distribusi normal dalam penetapan data antropometri untuk II-5

perancangan alat bantu ataupun stasiun kerja seperti terlihat pada gambar.1 berikut ini. N( x,sx) 95%.5%.5% 1.96 sx 1.96 sx.5-th percentile X 97.5-th percentile Gambar.1 Distribusi normal dengan data anthropometri 95-th percentile Sumber: Wignjosoebroto., 000 Penetapan data antropometri ini, pemakaian distribusi normal akan umum diterapkan. Dalam statistik, distribusi normal dapat diformulasikan berdasarkan harga rata-rata (mean, x ) dan simpangan standarnya (standar deviation, s X ) dari data yang ada. Percentiles dapat ditetapkan sesuai dengan tabel probabilitas distribusi normal. Percentile adalah suatu nilai yang menunjukkan prosentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau dibawah nilai tersebut. Sebagai contoh, 95-th percentile akan menunjukkan 95% populasi akan berada pada atau dibawah ukuran tersebut; sedangkan 5-th percentile akan menunjukkan 5% populasi akan berada pada atau dibawah ukuran itu. Dalam antropometri, angka 95-th akan menggambarkan ukuran manusia yang terbesar dan 5-th percentile sebaliknya akan menunjukkan ukuran terkecil. Bilamana diharapkan ukuran yang mampu mengakomodasikan 95% dari populasi yang ada, maka diambil rentang.5-th dan 97.5-th percentile sebagai batas-batasnya (Wignjosoebroto., 000). Pemakaian nilai-nilai percentile yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data antropometri dapat dilihat dalam tabel.1 berikut ini. II-6

Tabel.1 Jenis precentile dan cara perhitungan dalam distribusi normal Percentile Perhitungan 1 st x-.35sx.5 th x- 1.96sx 5 th x- 1.645sx 10 th x- 1.8sx 50 th x 90 th x+ 1.8sx 95 th x+ 1.645sx 97.5 th x+ 1.96sx 99 th x+.35sx Sumber: Wignjosoebroto., 000 Menurut Wignjosoebroto (000) untuk memperjelas mengenai data antropometri untuk bisa diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja diperlukan informasi tentang berbagai macam anggota tubuh yang perlu diukur seperti terlihat pada gambar. dibawah ini. Gambar. Data antropometri untuk perancangan produk atau fasilitas Sumber: Wignjosoebroto., 000 II-7

Keterangan gambar., yaitu: 1 = dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai sampai dengan ujung kepala) = tinggi mata dalam posisi berdiri tegak 3 = tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak 4 = tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus) 5 = tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam gambar tidak ditunjukkan) 6 = tinggi tubuh dalam posisi duduk (diukur dari alas tempat duduk pantat sampai dengan kepala) 7 = tinggi mata dalam posisi duduk 8 = tinggi bahu dalam posisi duduk 9 = tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus) 10 = tebal atau lebar paha 11 = panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan ujung lutut 1 = panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan. bagian belakang dari lutut atau betis 13 = tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk 14 = tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai dengan paha 15 = lebar dari bahu (bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk) 16 = lebar pinggul ataupun pantat 17 = lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan dalam gambar) 18 = lebar perut 19 = panjang siku yang diukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam posisi siku tegak lurus 0 = lebar kepala 1 = panjang tangan diukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari = lebar telapak tangan 3 = lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar-lebar kesamping kirikanan (tidak ditunjukkan dalam gambar) 4 = tinggi jangkauan tangan dalma posisi berdiri tegak, diukur dari lantai sampai dengan telapak tangan yang terjangkau lurus keatas (vertikal) 5 = tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur seperti halnya nomor 4 tetapi dalam posisi duduk (tidak ditunjukkan dalam gambar) 6 = jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan diukur dari bahu sampai ujung jari tangan.3 PERANCANGAN KURSI Tempat duduk yang nyaman untuk digunakan untuk jangka waktu yang lama adalah tempat duduk yang memperhatikan juga faktor kepuasan psikologis..3.1 Pendekatan-Pendekatan Untuk Perancangan Kursi Menurut Nurmianto (1991), pendekatan-pendekatan yang dilakukan dalam perancangan kursi antara lain: II-8

a. Merancang penyangga lumbar pada posisi duduk Pendekatan ini menekankan pada ketentuan dari sandaran punggung yang dapat disetel untuk menyangga daerah lumber atau daerah yang lebih rendah pada tulang belakang. Ini dapat mengurangi usaha otot yang diperlukan untuk menjaga suatu sikap duduk yang kaku atau tegang. Hal ini juga dapat mengurangi kecenderungan tulang belakang ke arah bentuk khyphosis. Sandaran kursi juga menstabilkan sikap duduk dan menghasilkan suatu reaksi terhadap gerakan yang agak sedikit mendorong kedepan selama bekerja. Persyaratan adanya bantalan punggung akan bermanfaat untuk mengatasi sakit punggung. Banyak sandaran tempat duduk (pesawat terbang, teater,dll) yang tidak mempunyai penyangga empuk yang berguna sebagai bantalan penyangga. Kursi eksekutif saat ini umumnya dikembangkan dengan penyangga ruas belakang bagian bawah (lumbar), sedangkan tempat duduk mobil yang dapat disetel semakin banyak dikagumi. b. Perancangan tempat duduk yang miring kedepan Pada umumya permukaan duduk dimiringkan sekitar 5 0 kearah belakang untuk mengurangi kemungkinan operator meluncur kedepan. Diperkirakan kemiringan bangku kedepan sampai 15 0, dari permukaan, 0 0 dari lekukan lumbar. Oleh karena itu perancangan kursi harus lebih sedikit miring kedepan dengan tujuan agar operator merasa condong dengan meja kerja sehingga akan lebih mudah untuk melakukan aktivitas diatas meja kerja. c. Postur Duduk Berlutut Kursi keseimbangan adalah suatu hasil logika terhadap problema dari perubahan tekukan tulang belakang jika duduk. Perputaran pinggul dapat dikurangi dengan cepat dan rotasi pinggul hampir dapat dihilangkan. Akan tetapi kelemahannya seseorang akan dapat meluncur pada kursi ini jika kursi model seperti ini tidak dilengkapi sandaran untuk lutut. Kursi keseimbangan banyak menawarkan kenyamanan pada penderita nyeri atau sakit punggung, namun kursi ini juga menimbulkan banyak masalah seperti : 1) Kesulitan untuk perubahan sikap duduk ) Tekanan pada lutut dan 3) Putaran dari kaki dan ibu jari commit kaki to user II-9

d. Perancangan sudut sandaran kursi sampai suatu posisi semi-reclining Hal ini akan mengurangi reaksi pada berat badan bagian atas sepanjang punggung, dan sepanjang tulang belakang. Suatu sandaran punggung yang sesuai untuk kursi panjang (kursi malas) dan yang paling penting lagi untuk tempat duduk kendaraan adalah sama sudut 110 0. Grandjean (1993) memberikan suatu sudut yang sejenis untuk kursi panjang (kursi malas)..3. Ukuran (Dimensi Kursi) Ukuran-ukuran kursi seharusnya didasarkan pada data antropometri yang sesuai, dan ukuran-ukurannya ditetapkan. Penyesuaian tinggi dan dan posisi sandaran punggung sangat diharapkan, tetapi belum praktis dalam banyak keadaan (transportasi umum, gedung-gedung pertunjukkan, restoran, dan-lainlain). Dalam pemilihan ukuran kursi harus diperhatikan jangkauan penyesuaian untuk tinggi tempat duduk (Panero dan Zelnik, 003). Adapun dalam hal ini dibedakan menjadi : a. Kursi Rendah, yang digunakan pada bangku dan meja (desk and tables) Tujuan perancangan kursi ini adalah membiarkan kaki untuk istirahat langsung diatas lantai dan menghindari tekanan pada sisi bagian bawah paha. Terlalu rendahnya sebuah tempat duduk akan dapat menimbulkan masalahmasalah baru pada tulang belakang. Menurut Panero J dan Zelnik M jika suatu landasan tempat duduk terlalu rendah dapat menyebabkan kaki condong menjulur ke depan, menjauhkan tubuh dari keadaan stabil dan akan menjauhkan punggung dari sandaran sehingga penopangan lumbar tidak terjaga dengan tepat, seperti yang ditunjukkan gambar.3. Oleh karena itu ukuran antropometri membentuk dasar untuk tinggi tempat duduk yang jaraknya dari tumit kaki sampai permukaan yang lebih rendah dari paha disamping lutut dengan lekukan pada sudut 90 0. Gambar.3 Landasan commit tempat to duduk user yang terlalu rendah Sumber : Panero dan Zelnik, 003 II-10

Jika suatu landasan tempat duduk terlalu tinggi letaknya, bagian bawah paha akan tertekan dan menghambat peredaran darah, seperti yang ditunjukkan gambar.3. Telapak kaki yang tidak dapat menapak dengan baik di atas permukaan lantai akan mengakibatkan melemahnya stabilitas tubuh, Ketebalan sol sepatu dapat di tambah dalam hal ini dengan memberikan suatu tinggi tempat duduk yang maksimum. Untuk menghindari kompresi paha diharapkan tinggi tempat duduk adalah 5 th persentil wanita dan 95 th persentil pria. Untuk tinggi tempat duduk yang tetap dapat menyebabkan kesalahan pada ketinggian yang rendah (Panero dan Zelnik, 003). b. Kursi yang tinggi Tinggi bangku untuk pekerjaan sambil berdiri didasarkan pada tinggi siku saat berdiri. Bangku-bangku seperti ini diharapkan dapat dirancanag, namun bangku ini tidak dapat digunakan setiap waktu. Kursi tinggi dengan tinggi tempat duduk yang dapat disetel dapat menyangga badan bagian atas sedemikian rupa sehingga tinggi siku berada beberapa centimeter diatas pekerjaan. Ukuran yang biasanya ada dalam antropometri adalah jarak vertikal dari titik terendah dari tekukan siku sampai permukaan untuk duduk yang horisontal. Problem utama yang timbul dari kursi seperti ini adalah terbatasnya gerak untuk lutut. Perancangan ulang untuk kursi yang memiliki ruang untuk lutut lebih diinginkan. Jelasnya sebuah sandaran kaki merupakan bagian yang paling penting dari suatu kursi yang tinggi, tanpa sandaran tersebut beban kaki bagian bawah akan dipindahkan pada sisi dalam dari lipat paha. Sandaran kaki seharusnya dapat disetel untuk tinggi yang tidak bergantung pada tinggi tempat duduk, untuk panjang kaki yang lebih rendah (Panero dan Zelnik, 003). c. Kedalaman Tempat Duduk Pertimbangan dasar lainnya dari perancangan sebuah kursi adalah kedalaman landasan tempat duduk. Bila kedalaman landasan tempat duduk terlalu besar, bagian depan dari permukaan atau ujung dari tempat duduk tersebut akan menekan daerah tepat dibelakang lutut, memotong peredaran darah pada bagian kaki, seperti ditunjukkan commit pada to gambar user.4 di bawah. II-11

Gambar.4 Landasan tempat duduk yang terlalu lebar Sumber : Panero dan Zelnik, 003 Bila kedalaman landasan tempat duduk terlalu sempit, akan menimbulkan situasi yang buruk pula, yaitu dapat menimbulkan perasaan terjatuh atau terjungkal dari kursi dan akan menyebabkan berkurangnya penopangan pada bagian bawah paha (Panero dan Zelnik, 003)..4 KRITERIA KURSI YANG IDEAL Perancangan kursi kerja harus dikaitkan dengan jenis pekerjaan, posture yang diakibatkan, gaya yang dibutuhkan, arah visual (pandangan mata), dan kebutuhan akan perlunya merubah posisi (postur). Kursi tersebut haruslah terintegrasi dengan bangku atau meja. Kursi untuk kerja dengan posisi duduk adalah dirancang dengan metode floor-up yaitu berawal pada permukaan lantai, untuk menghindari tekanan dibawah paha. Setelah ketinggian kursi dapat ditentukan kemudian barulah menentukan ketinggian meja kerja yang sesuai dan konsisten dengan ruang yang diperlukan untuk paha dan lutut (Nurmianto, 1991). Adapun kriteria kursi kerja yang ideal adalah sebagai berikut: (1) Stabilitas Produk Diharapkan suatu kursi mempunyai empat atau lima kaki untuk menghindari ketidakstabilan produk. Kursi lingkar yang berkaki lima dirancang dengan posisi kaki kursi berada pada bagian luar proyeksi tubuh. Sedangkan kursi dengan kaki gelinding sebaiknya dirancang untuk permukaan yang berkarpet. () Kekuatan Produk Kursi kerja haruslah dirancang sedemikian rupa sehingga kompak dan kuat dengan konsentrasi perhatian commit pada to user bagian-bagian yang mudah retak II-1

dilengkapi dengan sistem mur-baut ataupun keling pasak pada bagian sandaran tangan (arm-rest) dan sandaran punggung (back-rest). Kursi kerja tidak boleh dirancang pada populasi dengan persentil kecil dan seharusnya cukup kuat untuk menahan beban pria yang berpersentil 99 th. (3) Sandaran punggung Sandaran punggung sangat penting untuk menahan beban punggung kearah belakang (lumber spine). Hal ini haruslah dirancang agar dapat digerakkan naik-turun maupun maju mundur. Selain itu harus dapat pula diatur fleksibilitasnya sehingga sesuai dengan bentuk punggung. (4) Fungsional Bentuk tempat duduk tidak boleh menghambat berbagai macam alternatif perubahan postur (posisi). (5) Bahan material Tempat duduk dan sandaran harus dilapisi dengan material yang cukup lunak. (6) Kedalaman kursi Kedalaman kursi (depan-belakang) harus sesuai dengan dimensi panjang antara lutut (popliteal) dan pantat (buttock). (7) Lebar kursi Lebar kursi minimal sama dengan lebar pinggul wanita 5 persentil populasi. (8) Lebar sandaran kursi Lebar sandaran punggung seharusnya sama dengan lebar punggung wanita persentil 5 populasi. Jika terlalu lebar maka akan mempengaruhi kebebasan gerak siku. (9) Bangku tinggi Kursi untuk bangku tinggi harus diberi sandaran kaki yang dapat digerakkan naik-turun. Sedangkan berikut ini adalah rekomendasi bangku atau kursi untuk menulis yang dianjurkan seperti terlihat pada gambar.5 dibawah. II-13

Gambar.5 Rekomendasi pada bangku atau kursi untuk menulis Sumber : Nurmianto, 1991.5 MEJA DAN PERMUKAAN BIDANG KERJA Meja merupakan salah satu fasilitas yang digunakan oleh orang dalam bekerja, terutama berkaitan dengan aktivitas menulis dan membaca. Karena adanya berbagai faktor seperti ukuran benda kerja, gerakan yang dibutuhkan oleh pekerja, keseluruhan layout kerja, sehingga ketinggian permukaan kerja tidak dapat disamakan untuk setiap pekerjaan (Chaffin, 1983). Ketinggian meja harus selalu dikaitkan dengan posisi siku, dan ketinggian meja harus disesuaikan setelah ketinggian kursi. Hal penting yang harus diingat adalah tinggi permukaan kerja tidak selalu sama dengan tinggi meja, seperti tinggi keyboard merupakan tinggi permukaan kerja. Ketinggian tempat kerja disarankan 3,5 cm di bawah siku. Meja yang terlalu rendah menyebabkan kyphosis terhadap tulang punggung dan meningkatkan beban. Meja yang terlalu rendah menyebabkan abduksi atau pengangkatan bahu dan membungkuk ke depan atau kyphosis leher yang menyebabkan kelelahan pada bahu dan otot leher. Chaffin (1983) menemukan bahwa sudut 15 0 pada leher masih dapat diterima. Kemiringan terhadap permukaan kerja mempunyai dampak yang positif terhadap leher dan punggung, tapi harus dikaitkan dengan cara kerjanya. Chaffin (1983) menyarankan bahwa kemiringan meja karena mempunyai dampak positif terhadap beban pada leher dan perut dapat dilihat pada gambar.7, di bawah ini (Chaffin, 1983). II-14

Gambar.6 Kemiringan permukaan meja harus disesuaikan untuk megoptimalkan posisi duduk Sumber: Chaffin, 1983 Pengaruh kemiringan meja terhadap perut sebenarnya lebih besar daripada pengaruh kemiringan kursi. Chaffin menyarankan bahwa ketika menulis sebaiknya menggunakan meja datar, sedangkan ketika membaca sebaiknya mempunyai kemiringan terhadap permukaan kerja dan sudut antara 0 dan 45 0 baik digunakan untuk membaca (Chaffin, 1983)..6 PENGUJIAN DATA Pengujian data berguna untuk menentukan bahwa data antropometri yang digunakan valid dan dapat merepresentasikan data ukuran tubuh yang diambil dari pengguna perpustakaan, pengujian tersebut meliputi uji keseragaman dan uji kenormalan (Modul Praktikum Ergonomi, 007). a. Uji Keseragaman Data Uji keseragaman dan kecukupan data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh pada pengamatan cukup mewakili untuk menentukan nilai rataratanya. Untuk melakukan uji keseragaman, data yang telah diperoleh diplot ke dalam grafik dengan batas kendali atas dan batas kendali bawah sebagai acuannya. Jika data melewati kedua batas tersebut data akan dihilangkan dan perhitungan keseragaman diulang (Modul Praktikum Ergonomi, 007). Perhitungan Mean menggunakan persamaan sebagai berikut: n å xi i= X = 1... (.1) n II-15

Perhitungan Standar Deviasi å ( Xi- X) i= 1 s x =.. (.) N -1 Perhitungan batas kendali BKA= x+ 3SD... (.3) BKB= x- 3SD... (.4) b. Uji Kenormalan Data Banyak cara yang dapat digunakan untuk melakukan pengujian normalitas sampel, salah satunya ialah dengan rumus chi-kuadrat (Modul Praktikum Ergonomi, 007).. Langkah-langkah uji kenormalan diuraikan, sebagai berikut: 1. Menentukan jumlah kelas, Penentuan jumlah kelas menggunakan formula H.A. Sturges, dalam modul Praktikum Ergonomi, 007, karena formulanya mendasarkan pada jumlah pengamatan, yang mana banyaknya pengamatan senantiasa berbeda antara penelitian yang satu dengan yang lain, sehingga formula ini dianggap yang paling ideal menurut ukuran jumlah pengamatannya. Rumus Kriterium Sturges, yaitu: k = 1 + 3,3 log n persamaan.5 Keterangan: k = banyaknya kelas n = jumlah pengamatan. Menentukan wilayah data, Wilayah data adalah selisih data maksimum dan minimumnya. 3. Menentukan lebar selang, Lebar selang dihitung dengan membagi wilayah data dengan banyaknya kelas. 4. Menentukan limit kelas dan batas kelas, Penentuan limit kelas dan batas kelas dilakukan dengan menentukan limit bawah kelas bagi selang yang pertama dan kemudian batas bawah kelasnya. Menambahkan lebar kelas pada batas bawah kelas untuk mendapatkan batas atas kelasnya. Mendaftar semua limit kelas dan batas kelas dengan cara menambahkan lebar kelas pada commit limit dan to user batas selang sebelumnya. II-16

5. Menentukan frekuensi pengamatan (o i ) bagi tiap-tiap kelas interval, 6. Menghitung nilai z padanan batas-batas kelas, Nilai z padanan setiap batas-batas kelas dihitung dengan menggunakan rumus, yaitu: Keterangan: ( batas _ bawah _ kelas) - x z 1 =... persamaan.6 s ( batas _ atas _ kelas) - x z =...persamaan.7 s z 1 = nilai z padanan batas bawah kelas z = nilai z padanan batas atas kelas x = rata-rata contoh s = standar deviasi contoh 7. Menghitung luas daerah di bawah kurva normal untuk menghitung frekuensi harapan (e i ) setiap selang kelas, Perhitungan frekuensi harapan menggunakan rumus, yaitu: Keterangan: e i = (P(z 1 <Z<z ))(n)..persamaan.8 e i = frekuensi harapan P(z 1 <Z<z ) = luas daerah di bawah kurva normal antara z 1 dan z n = jumlah pengamatan Luas daerah di bawah kurva normal dapat dilihat pada tabel di lampiran. 8. Menghitung nilai chi-kuadrat. Jika harga c teramati lebih kecil dari harga c dalam tabel di lampiran, maka data yang diperoleh menunjukkan kesesuaian yang baik dengan distribusi normal. Kriteria keputusan yang diuraikan di sini hendaknya tidak digunakan bila ada frekuensi harapan yang kurang dari 5. Persyaratan ini mengakibatkan adanya penggabungan sel-sel (kelas-kelas) yang berdekatan, sehingga mengakibatkan berkurangnya derajat bebas. Rumus chi-kuadrat, yaitu: ( o e) i - i c = å... persamaan.9 e i II-17

Keterangan: c = nilai chi-kuadrat o i = frekuensi pengamatan e i = frekuensi harapan Banyaknya derajat bebas yang berkaitan dengan dengan sebaran chi-kuadrat yang digunakan di sini bergantung pada dua faktor, yaitu banyaknya sel dalam percobaan yang bersangkutan dan banyaknya besaran yang diperoleh dari data pengamatan yang diperlukan dalam perhitungan frekuensi harapannya. Pada uji normalitas ini ada tiga besaran yang diperlukan untuk menghitung frekuensi harapan, yaitu frekuensi total, mean, dan standar deviasi. Jadi pada kasus ini derajat bebas dapat dihitung dengan rumus, yaitu: Keterangan: v = banyak sel 1. persamaan.10 v = derajat bebas.7 PENELITIAN SEBELUMNYA Harini (006), dalam penelitian yang berjudul Usulan Perancangan Ulang Rak Buku dan display ditinjau dari aspek antropometri Pengguna menyatakan bahwa rak buku yang digunakan sekarang masih menimbulkan ketidaknyaman pengguna. Dimensi rak buku actual belum mengakomodasi jangkauan tangan sehingga pengguna mengalami kesulitan untuk menjangkau rak buku bagian atas. Sebanyak 95% jangkauan tangan responden dibawah ukuran tinggi rak buku actual yaitu 4 cm sehingga pengguna harus berjinjit untuk menjangkau tinggi rak maksimal. Berdasarkan hasil kuesioner diperoleh 66,5% responden menyatakan bahwa pada jarak pembacaan 3 m dengan mata normal display tersebut tidak dapat terbaca dengan jelas. Priyono (007), dalam penelitian yang berjudul Perancangan Ulang meja dan Kursi Belajar ditinjau dari Aspek Ergonomis menyatakan bahwa meja dan kursi belajar yang digunakan masih menimbulkan ketidaknyamanan bagi siswa ketika sedang belajar serta mengakibatkan keluhan sakit pada anggota tubuh para siswa. Dari hasil kueisioner didapatkan 76,7 % responden menyatakan bahwa posisi belajar tidak nyaman dengan meja kursi yang ada sehingga perlu dilakukan perancangan ulang. Pengukuran antropometri II-18

terhadap 10 sampel digunakan untuk menentukan dimensi rancangan meja dan kursi belajar. Dimensi tubuh yang diukur yaitu tinggi plopiteal, pantat plopiteal, lebar bahu dan tinggi sandaran punggung. Dasinger (005), dalam penelitian yang berjudul Analysis of the ideal high work table to worker posture in division of cutting garmen industrial with Posture Evaluation Index (PEI) on virtual environment menyatakan bahwa tool yang digunakan dalam menentukan ketinggian meja yang ideal bagi pekerja divisi cutting industri garmen adalah Posture Evaluation Index yang mengintegrasikan skor Low Back Analysis (LBA), Ovako Working Posture (OWAS), dan Rapid Upper Limb Assessment (RULA). Penentuan konfigurasi yang ideal dilakukan dengan mempertimbangkan jenis pekerjaan dan posisi kerja ketika melakukan pekerjaan tersebut, apakah dalam posisi duduk atau berdiri. Krause (005), dalam penelitian yang berjudul Review of ergonomic risk factor for musculoskeletal disorders (MSDs) complaints on handling manual activity in operational department of PT. R menyatakan bahwa terdapat 6 jenis aktivitas manual handling yang paling dominan yang dilakukan pekerja Departemen Operasional HLPA Station, yaitu mengoper barang, mengangkat barang, menggunakan hand pallet, melakukan van scan dokumen dengan posisi jongkok, van scan barang, van scan dokumen dengan posisi duduk. Hasil survei keluhan MSDs dari 9 bagian tubuh yang dinilai pada 7 responden pekerja Departemen Operasional di PT. R, HLPA Station didapatkan hasil mayoritas keluhan pada bagian tubuh leher yaitu sebesar 81,9%, 78% merasakan keluhan pada bagian punggung, 63% mengatakan merasakan keluhan pada bagian kaki, 40,7% merasakan keluhan pada bagian bahu kanan, sebanyak 9,6% mengalami keluhan pada bahu kiri, 33,3% merasakan keluhan pada tangan dan pergelangan tangan kanan,,% merasakan keluhan pada tangan dan pergelangan tangan kiri, sebanyak 7,4% mempunyai keluhan pada bagian siku kiri dan kanan. II-19

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PENELITIAN berikut: Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai Gambar 3.1 Metode penelitian

Langkah-langkah penyelesaian masalah pada gambar 3.1, diuraikan dalam sub bab di bawah ini. 3. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan mulai dari bulan Juli 009 Desember 010 di ruang baca Kantor Arsip dan Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Klaten. Pengumpulan data penelitian dibutuhkan untuk mendapatkan informasiinformasi yang lengkap serta menentukan masalah yang diangkat dalam penelitian. Metode untuk mendapatkan data penelitian dilakukan dengan pengamatan langsung, pendokumentasian gambar dan wawancara kepada para pengguna perpustakaan. 3.3 PENDOKUMENTASIAN GAMBAR Pendokumentasian gambar di sini meliputi dokumentasi dari meja kursi baca yang digunakan pengguna sekarang ini, dokumentasi posisi duduk para pengguna pada saat beraktivitas dan dokumentasi hal-hal terkait lainnya. Pada pengambilan dokumentasi ini digunakan sebuah camera digital sebagai media pengambil gambar dokumentasi. 3.4 WAWANCARA PENGGUNA Pengumpulan data melalui wawancara ini dilakukan untuk mengetahui keluhan keluhan apa saja yang dirasakan oleh para pengguna tersebut pada saat membaca menggunakan meja kursi baca yang ada di perpustakaan. Adapun pertanyaan pertanyaan yang diajukan adalah sebagai berikut : 1. Apakah anda merasa nyaman ketika sedang membaca di perpustakaan ini?. Selama duduk membaca tersebut apa anda merasakan keluhan-keluhan nyeri atau pegal-pegal di tubuh anda? 3. Apakah perlu adanya fasilitas tambahan pada meja baca ini untuk membuat anda merasa nyaman ketika membaca?

3.5 Kuesioner Nordic Body Map Kuesioner ini berbentuk pertanyaan pilihan dan pertanyaan terbuka seperti pada lampiran. Kuesioner tersebut diberikan kepada para pengguna perpustakaan yang ada selama masa penelitian. Melalui kuesioner Nordic Body Map dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan terbesar. Pada tahap ini ditampilkan hasil kuesioner yang telah diberikan kepada responden. 3.6 Identifikasi Keluhan dan Kebutuhan Perancangan Pada tahapan ini akan dilakukan interpretasi keluhan pengguna menjadi kebutuhan pengguna. Keluhan pengguna diekspresikan sebagai pernyataan dan merupakan hasil interpretasi kebutuhan pengguna. Data keluhan pengguna diperoleh dengan wawancara terhadap pengguna. Kebutuhan-kebutuhan pengguna inilah yang nantinya akan digunakan sebagai dasar perancangan meja kursi baca. Hasil rancangan meja kursi baca diharapkan mampu memenuhi kebutuhankebutuhan pengguna tersebut. Hasil identifikasi ini nantinya akan digunakan untuk penggalian ide. Penggalian ide bertujuan untuk menemukan penyelesaian tentang kebutuhankebutuhan pengguna yang belum terpenuhi pada meja kursi yang digunakan sekarang. Penggalian ide ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari wawancara pengguna dan pencarian literatur. Selain itu, juga berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh perancang untuk mengembangkan ide-ide yang terlihat mungkin untuk dikerjakan. Berikut table mengenai keluhan dan kebutuhan perancangan meja dan kursi. Tabel 3.1 Keluhan dan Kebutuhan Perancangan Meja No. Keluhan Kebutuhan Perancangan 1. Meja terlalu sempit, Panjang dan lebar meja dibuat sedikit lebih kurang lebar luas agar lebih leluasa dan nyaman bergerak. Selesai membaca buku Pada meja diberi rak buku untuk meletakkan diletakkan begitu saja dan buku selesai membaca agar terlihat lebih rapi berserakan di meja

3. Pijakan kaki meja kecil Pijakan kaki dibuat agak lebar dan miring agar otot kaki tidak kaku/tegang 4. Berdesakan-desakan ketika membaca Meja dibuat kubikel-kubikel dan diberi sekat pemisah agar pengguna lebih berkonsentrasi Tabel 3. Keluhan dan Kebutuhan Perancangan Kursi No. Keluhan Kebutuhan Perancangan 1. Alas duduk dan Sandaran kursi kurang empuk - Kursi dibuat sesuai dengan antropometri pengguna - Kursi diberi bantalan busa yang lebih tebal dan empuk. Alas duduk dan Sandaran kursi kurang lebar - Alas duduk dan sandaran kursi dibuat sedikit lebih lebar 3.7 Pengumpulan Data Meja Kursi Baca Awal dan Data Anthropometri Pada tahapan ini akan dikumpulkan data-data tentang meja kursi baca awal yang digunakan di Perpustakaan Umum Kabupaten Klaten. Adapun data-data tersebut meliputi kondisi umum meja kursi baca, dimensi meja kursi baca, dan posisi duduk pengguna awal ketika menggunakan meja kursi baca. Dalam perancangan ini juga diperlukan data anthropometri yang digunakan untuk menetapkan ukuran rancangan. Hal ini dimaksudkan agar rancangan yang dihasilkan dapat digunakan dengan baik dan disesuaikan atau paling tidak mendekati karakteristik penggunanya. Pengambilan data diperoleh dari hasil pengukuran anthropometri para pengguna yang melakukan aktivitas membaca. Responden yang diambil berjenis kelamin pria dan wanita. Adapun data anthropometri yang diambil sesuai dengan variabel yang dibutuhkan yaitu: A. Data-data dimensi tubuh yang diperlukan untuk merancang meja baca antara lain: