Jalan terjal perjuangan hak pilih perempuan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

Komunisme dan Pan-Islamisme

2015 PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tiga Komponen Marhaenisme

KISAH PILU KAUM PEREMPUAN INDONESIA SEPANJANG MASA Jumat, 23 Desember :17 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 23 Desember :20

Menuju Pemilu Demokratis yang Partisipatif, Adil, dan Setara. Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia Jakarta, 16 Desember 2015

BAB I PENDAHULUAN. berupa upah yang layak diberikan kepada mereka. Selain itu bagi buruh

2015 PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT

Salawati Daud, Walikota Perempuan Pertama Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

Presiden Seumur Hidup

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat biasa adalah mahkluk yang lemah, harus di lindungi laki-laki,

BAB I PARTAI POLITIK PADA MASA PENJAJAHAN

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 4/PUU-XI/2013

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi.

sherila putri melinda

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan

BAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia

[95] Ketika Peran Ibu Diperangi Friday, 18 January :09

Peran Publik Perempuan dalam Parlemen

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil

Negara Hukum. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tentang perempuan di masyarakat tidak jarang menimbulkan

A. Pengertian Orde Lama

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka,

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat.

Sejarah umum - kelas XII BAB 9 Revolusi perancis. Revolusi Amerika, Revolusi Rusia, dan Indonesia

Siapa pendiri SDI??? Tirto Adisuryo pernah mendirikan Sarekat Dagang Islamiyah di Bogor 1909 Tirto mendapat dukungan dari keluarga Badjanet

I. TINJAUAN PUSTAKA. kekerasan itu tidak jauh dari kebiasaan kita. Berdasarkan Undang-undang (UU) No. 23 Tahun

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. cenderung ditulis sebagai fenomena yang tidak penting dengan alasan

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME

Gerwani dan Tragedi 1965

SOAL ULANGAN HARIAN. Hari / Tanggal : Rabu, Kelas / semester

SERIKAT PEKERJA SERIKAT PEKERJA. Widha K Ningdyah, ST., MT 2012

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. melainkan juga dalam literatur Barat (Portugis, Belanda, Inggris, dan. Semeriramis istri dari Raja Babilonia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

EMANSIPASI WANITA KINI TIDAK HANYA SEBATAS TEMBOK RUMAH

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak bisa apa apa di bawah bayang bayang kekuasaan kaum pria di zaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP. dipilih melalui pemilihan umum. DPR memegang kekuasaan membentuk. undang-undang. Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh DPR dan

BAB IV DAMPAK PENGGUNAAN DIPLOMASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK INDONESIA BELANDA. A. Peran Dunia Internasional dalam Diplomasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus

FEBRUARI Berdoa untuk Mengakhiri Pernikahan Anak-anak

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia

SEJARAH PEMILU DUNIA

Pidato Politik Pimpinan Komite Pusat Perhimpunan Rakyat Pekerja

DARI PABRIK KE PARLEMEN: GERAKAN BURUH INDONESIA PASCA- REFORMASI

I. PENDAHULUAN. memberikan kesempatan lebih luas bagi kaum wanita untuk lebih berkiprah maju

DEMOKRASI. Demokrasi berasal dari kata Yunani demos dan kratos. Demos artinya rakyat, Kratos berarti pemerintahan.

BAB V KESIMPULAN. di Kerajaan Saudi. Ulama berperan dalam mendukung segala kebijakan-kebijakan

RESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,

BAB I PENDAHULUAN. feminisme yang berkembang mulai abad ke-18 telah menjadi salah satu penanda

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam

Muchamad Ali Safa at INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik.

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan mengenai dinamika Partai

Menjadi manajer di rumah sendiri, jauh lebih terhormat

BAB I PENDAHULUAN. tentang dirinya sendiri. Semua usaha yang tidak menentu untuk mencari identitas-identitas

PEMILU. Oleh : Nur Hidayah

Perempuan dalam pandangan Islam

BAB IV TANGGAPAN DAN TINDAKAN KOMUNITAS ARAB DALAM MENYIKAPI ADANYA PARTAI ARAB INDONESIA

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dian Kurnia Putri, 2014

Keterwakilan Perempuan Di Lembaga Legislatif

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan

Mengapa Kartini, bukan Cut Nyak Dhien?

BAB V PENUTUP Kesimpulan. Kaum buruh merupakan klas baru dalam tatanan sosial dengan semangat

I. PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR

BAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law

UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1958 Tentang PENEMPATAN TENAGA KERJA ASING (Lembaran Negara No. 8 Tahun 1958) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Strategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Artikel HARI IBU 22 DESEMBER Mengobarkan Semangat Perjuangan Kaum Perempuan. Drs. Mardiya

Ketika Bung Karno Didemo Tentara

Transkripsi:

Jalan terjal perjuangan hak pilih perempuan 21 Agustus 2016 19:35 Hak pilih perempuan tidak datang cuma-cuma, bukan hadiah dari langit, apalagi terberi secara alami. Dia adalah hasil perjuangan yang panjang, berliku dan penuh pengorbanan. Film terbaru garapan sutradara Inggris Sarah Gavron, Suffragette (2015), menggambarkan dengan apik perjuangan itu. Film sejarah ini merekam perjuangan perempuan untuk hak pilih di Inggris pada awal abad 20. Dikisahkan, Maud Watts (Carey Mulligan), seorang pekerja di perusahaan laundry, ikut terseret dalam arus gerakan suffragette, sebuah organisasi perempuan di abad ke-19 dan 20 yang memperjuangkan hak pilih perempuan. Namun, keterlibatan Maud tidak tiba-tiba. Memang di film itu digambarkan, dia tak sengaja menyaksikan aksi para suffragette melempari sebuah toko bayi. Dan kebetulan lagi, seorang rekan kerjanya, Violet Miller (Anne-Marie Duff), adalah aktivis suffragette. Namun, pengalaman personal Maud, baik sebagai ibu rumah tangga maupun pekerja perempuan, membuatnya merasa ada keterkaitan dengan isu-isu yang diusung aktivis suffragette. Maud adalah contoh kehidupan perempuan di bawah cekikan patriarki dan kapitalisme. Di rumah, dia adalah pelayan suami dan mengurus anaknya. Suaminya, Sonny Watts (Ben Whishaw), yang berusaha menjadi suami yang baik dan bertanggungjawab, adalah seorang patriarkal. Dia merasa berkuasa atas tubuh dan perbuatan istrinya. Sehingga, ketika istrinya makin terlibat dalam gerakan hak pilih, dia merasa berhak untuk mengusirnya keluar rumah. 1

Di pabrik, Maud menjadi korban dari jam kerja yang panjang, upah murah dan kondisi kerja yang buruk. Bahkan dirinya dan beberapa teman kerjanya beberapa kali mengalami serangan seksual dari majikannya. Tentu saja, kondisi semacam itu membuat perempuan seperti Maud bermimpi bisa membangun kehidupan yang lebih baik melalui hak pilih. Singkat cerita, Maud mulai tertarik dengan gerakan hak pilih. Awalnya, dia hanya memberi testimoni soal kondisi pekerja perempuan di hadapan parlemen. Namun, lama-lama dia menjadi anggota suffragette, setelah dipenjara karena menghadiri pidato pemimpin gerakan suffragette, Emmeline Pankhurst (Meryl Streep s). Ada yang menarik di film ini. Pertama, film ini berusaha meruntuhkan narasi tradisional, terutama di kalangan feminis liberal, yang mengabaikan peranan perempuan kalangan bawah (kaum buruh dan kaum miskin) dalam perjuangan emansipasi. Film ini menghadirkan dua perempuan pekerja, yakni Maud dan Violet, sebagai protagonis utamanya. Kedua, film ini berusaha menunjukkan dilema, atau tepatnya tantangan, yang dihadapi perempuan kalangan bawah ketika terlibat dalam perjuangan emansipasi. Mereka harus berhadapan dengan suami mereka, pengasingan sosial dari masyarakatnya dan ancaman kehilangan pekerjaan. Ini yang terjadi pada Maud dan Violet. Maud bahkan diusir dari rumahnya oleh suaminya. Juga dipisahkan dengan anaknya yang tercinta, George. Ketiga, gerakan perempuan dipaksa berhadapan dengan brutalisme negara. Kita lihat, berkali-kali aksi damai perempuan dibubarkan paksa oleh polisi. Hampir semua aktivis suffragette pernah mengalami penangkapan. Di dalam penjara, untuk melawan perlakuan sewenang-wenang, mereka kerap menggelar aksi mogok makan. Saya kira, respon negara yang terlalu keras, yang selalu mengabaikan suara protes perempuan, mendorong suffragette mengambil jalan kekerasan dalam perjuangannya: melempari toko-toko, mensabotase jaringan komunikasi, membakar rumah pejabat dan lain sebagainya. Memang, di Inggris, salah satu tokoh penting dalam perjuangan hak pilih perempuan adalah Emmeline Pankhurst dan tiga anak perempuannya: Sylvia, Christabel dan Adela. Pada tahun 1903, Pankhrust mendirikan organisasi bernama Women s Social and Political Union (WPSU) beberapa kali aktivitas organisasi dan kantornya ditampilkan di film ini. Awalnya, Pankhurst ini sangat progressif. Dia keluar dari organisasi liberal dan masuk ke Partai Buruh Independen, yang progressif dan mengorganisir kelas pekerja. Saya kira, 2

ini yang memungkinkan WPSU membuka tangan untuk perempuan kalangan pekerja, seperti Maud dan Violet. Yang menarik adalah kontribusi Sylvia Pankhurst. Dia yang mendorong WPSU membuka tangannya terhadap kelas pekerja. Dia juga yang bersikeras mendorong WPSU untuk menyuarakan nasib perempuan kelas bawah. Dia juga yang menentang penggunaan aksi terorisme, seperti sabotase dan pembakaran rumah, dalam perjuangan politik perempuan. Ini yang membuat dia dan ibunya berseberangan sempat disebut dalam film Suffragette ini. Sayang, ide Sylvia ini kalah. Akhirnya, pada 1914, dia keluar dari WPSU dan mendirikan Federasi Suffragette London Timur. Memang, seperti digambarkan di film ini, WPSU semakin mendorong anggotanya melakukan aksi militan. Dalam hal ini, Maud dan Violet berseberangan: Maud setuju aksi pembakaran rumah seorang Menteri, sedangkan Violet menentang. WPSU, terutama sang pemimpin Emmeline Pankhurst, memang mendorong aksi-aksi militan untuk membuat isu hak pilih perempuan terdengar luas. Jadilah militan, masing-masing dengan caramu sendiri. Jika diantara kalian ada yang bisa memecahkan kaca jendela, maka pecahkanlah. Jika diantara kalian ada yang bisa menghancurkan properti tempat sakral, lakukan saja. Kita tidak ada jalan lain selain menentang pemerintahan ini, katanya Pankhurst di sebuah rapat umum. Belakangan, untuk menarik perhatian Raja Inggris saat itu, seorang aktivis WPSU, Emily Wilding Davison, menempuh jalan berbahaya: berlari ke tengah arena pacuan kuda untuk menarik perhatian Raja George V. Namun, aksi itulah yang membuat Emily menemui ajalnya: ia tergilas oleh kuda sang raja. Aksi martir Emily itulah yang jadi klimaks sekaligus penutup film ini. Digambarkan, ribuan orang berbaris di jalanan untuk menghantarkan Emily ke tempat peristirahat terakhirnya. Aksi heroiknya juga telah menginspirasi perjuangan hak pilih perempuan di negara lain. Perjuangan panjang itu memang pelan-pelan membuahkan hasil. Pada tahun 1918, hak pilih perempuan diakui untuk perempuan tertentu yang berusia di atas 30 tahun. Tahun 1925, hak asuh perempuan atas anaknya diakui. Dan baru tahun 1928, perempuan Inggris mendapatkan hak pilih yang sama dengan laki-laki. Di Rusia, hak pilih perempuan diperoleh bersamaan dengan kemenangan revolusi 1917. Di AS, hak pilih perempuan baru diberikan tahun 1920 150 tahun setelah Amerika Serikat 3

memproklamirkan kemerdekaannya. Sedangkan Perancis baru memberikan hak pilih perempuan pada 1944. Bagaimana dengan Indonesia? Perjuangan hak pilih perempuan sudah ada dan berjalan beriringan dengan perjuangan anti-kolonialisme. Tahun 1918, pemerintah kolonial Belanda membentuk parlemen boneka yang disebut Volksraad (Dewan Rakyat). Di sini perempuan belum punya hak pilih. Di Belanda sendiri, perempuan baru mendapat hak pilih tahun 1919. Tahun 1930, gerakan perempuan mulai bicara hak pilih. Pada tahun 1938, dalam Kongres Perempuan Indonesia ke-iii, di Bandung, isu hak pilih bagi perempuan masuk sebagai agenda pembahasan. Pada saat itu juga, empat orang perempuan Indonesia terpilih di dewan Kotapraja: Nj Soedirman di Surabaya; Nj Soenario Mangoenpoespito di Semarang; Nj Emma Puradireja di Bandung; dan Nj Sri Umiati di Cirebon (Cora Vreede-de Stuers, 1960). Pada tahun 1935, gerakan perempuan Indonesia mengusulkan sejumlah nama, seperti Maria Ulfah dan Nj Datu Tumenggung, untuk menempati posisi sebagai wakil di Volksraad. Namun, pemerintah kolonial mengabaikan usulan itu. Malahan menunjuk seorang perempuan Belanda untuk posisi tersebut. Pada tahun 1939, ketika usulan serupa kembali diabaikan oleh pemerintah kolonial, sebanyak 45 organisasi perempuan melancarkan protes keras. Mereka mengeluarkan resolusi, bahwa pemerintah Belanda harus mencalonkan perempuan Indonesia sebagai Dewan Rakyat pada periode berikutnya (1941). Keberhasilan perempuan Indonesia meraih hak pilih bersamaan dengan keberhasilan memproklamirkan Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Konstitusi Republik Indonesia, UUD 1945, mengakui kesetaraan laki-laki dan perempuan. Pada tanggal 29 Agustus 1945, Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) badan yang punya fungsi menyerupai parlemen dibentuk oleh pemerintah Republik yang baru berdiri. Di badan tersebut, ada 5 perempuan yang terpilih sebagai anggota. Salah satunya adalah Maria Ulfah Santoso (Harry A Poeze, 2006: 46). Pada pemilu 1955, pemilu pertama dalam sejarah Indonesia, perempuan bukan hanya punya hak pilih dan memilih, tetapi bahkan ada partai perempuan yang turut bertarung, 4

yakni Partai Wanita Indonesia/Partai Wanita Rakjat. Dalam pemilu itu, ada 19 perempuan yang terpilih sebagai anggota parlemen (DPR): 4 dari PNI, 4 dari Masyumi, 5 dari NU, 5 dari PKI, dan 1 dari PSI. Begitulah, hak pilih perempuan direbut melalui perjuangan yang panjang dan maha-berat. Dan, jangan lupa, perempuan Arab Saudi baru punya hak pilih pada tahun 2015 lalu. Tepatnya pada Pemilu Desember 2015. Itupun hanya 130.000 perempuan yang menggunakan hak pilihan. Dan 17 perempuan terpilih sebagai anggota Dewan di tingkat lokal. Rini Hartono, aktivis Aksi Perempuan Indonesia (API) Kartini Suffragette (2015) Durasi: 106 menit Negara: Inggris Sutradara: Sarah Gavron Penulis: Abi Morgan Pemeran: Carey Mulligan, Helena Bonham Carter, Brendan Gleeson, Anne-Marie Duff, Ben Whishaw dan Meryl Streep Sumber Artikel: http://www.berdikarionline.com/jalan-terjal-perjuangan-hak-pilih-perempuan/#ixzz4i 0xB4B6c Follow us: @berdikarionline on Twitter berdikarionlinedotcom on Facebook 5