MODUL KEPANITERAAN KLINIK ROTASI II BAGIAN PSIKIATRI

dokumen-dokumen yang mirip
EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III Demensia Delirium

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang

STATUS PASIEN PSIKIATRI. : Hagu Barat Laut, Banda Sakti, Aceh Utara Status Pernikahan : Belum menikah

Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III. Dr. Tribowo Tuahta Ginting S, SpKJ SMF Psikiatri RSUP Persahabatan

Gangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ

BIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ

A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

GANGGUAN MOOD. dr. Moetrarsi SKF., DTM&H, Sp.KJ

Mata: sklera ikterik -/- konjungtiva anemis -/- cor: BJ I-II reguler, murmur (-) gallop (-) Pulmo: suara napas vesikuler +/+ ronki -/- wheezing -/-

Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood yg disertai dengan sindroma man

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

REFERAT Gangguan Afektif Bipolar

SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

PEMERIKSAAN PSIKIATRI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM

Gangguan Mood/Suasana Perasaan

STATUS PSIKIATRI. II. RIWAYAT PSIKIATRI No. Rekam Medis : Autoanamnesis : Alloanamnesis : A. Keluhan Utama. Autoanamnesis.

Definisi Suatu reaksi organik akut dengan ggn utama adanya kesadaran berkabut (clouding of consciousness), yg disertai dengan ggn atensi, orientasi, m

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham),

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN KASUS SKIZOFRENIA PARANOID PEMBIMBING : DR. A. SYAIFUL HD, SP.KJ

LAPORAN PSIKIATRI GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR CAMPURAN

CASE REPORT SESSION. Oleh: Denny Maulana Preseptor: Veranita Pandia, dr., SpKJ (K)

GANGGUAN MOOD (ALAM PERASAAN)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas hidup seseorang tidak dapat didefinisikan secara pasti, hanya orang tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Gangguan

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DAFTAR KOMPETENSI KLINIK

GANGGUAN BIPOLAR PENDAHULUAN

SKIZOFRENIA HEBEFRENIK. Siska Nurlaela Dina Astiyanawati Dr. Tuti Wahmurti A.S., dr., Sp.KJ (K)

Mampu mengenal dan mengetahui tanda, gejala dan pemeriksaan status mental yang menunjang dalam mendiagnosa pasien dengan gangguan skizofrenia.

Gangguan Suasana Perasaan. Dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ

BAB 1. PENDAHULUAN. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar dulunya dikenal sebagai gangguan manik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.

BAB 1 PSIKIATRI KLINIK

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Benedict A.Morel ( ), seorang dokter psikiatri dari Prancis

Diagnosis & Tatalaksana Gangguan Depresi & Anxietas di Layanan Kesehatan Primer Dr. Suryo Dharmono, SpKJ(K)

GANGGUAN PSIKOTIK I. PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

16/02/2016 ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE

BIPOLAR. oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz. Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA

MOOD DISORDER. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A / YUNITA KURNIAWATI, S.Psi., M.Psi dita.lecture.ub.ac.id

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

Gangguan Afektif Bipolar episode Manik dengan Gejala Psikotik Muhammad Hazim Afif b Amirudin

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Gangguan Waham Menetap (Paranoid)

RIWAYAT PSIKIATRI Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 5 Juni 2013, pukul WIB di Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit

PEDOMAN PENGGOLONGAN DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM RS GRHASIA YOGYAKARTA

Pendahuluan Masalah kesehatan jiwa sering terabaikan karena dianggap tidak menyebabkan kematian secara langsung. DALY (disability-adjusted adjusted li

Modul ke: Pedologi. Skizofrenia. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

Rekam Medis Penghuni Panti Sosial. Tanggal masuk panti: 25 Mei 2015 Tanggal wawancara: 29 Mei 2015

: Jl. Petamburan 2 RT 03 RW 03 No.10

Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)

HEMODIALISIS PADA PASIEN GANGGUAN JIWA SKIZOFRENIA. By Ns. Ni Luh Gede Suwartini,S.Kep

Kata kunci: halusinasi audiotorik, sindrom ekstrapiramidal, skizofrenia paranoid, waham bizarre

STATUS PSIKIATRI. Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 11 Februari Suku bangsa /warga Negara : Sunda/ Indonesia

MULTIAKSIAL DIAGNOSIS & PENGANTAR PENULISAN STATUS PSIKIATRI. FK UII, 14 Januari 2016 Tika Prasetiawati KSM Psikiatri RS UGM

BAB 1 PENDAHULUAN. disertai suatu perubahan pada keseluruhan tingkat aktivitas. 1. Gangguan afektif bipolar adalah salah satu gangguan mood yang

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Gangguan Mental Organik (GMO) Oleh : Syamsir Bs, Psikiater Departemen Psikiatri FK-USU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI

1. Gangguan Bipolar. A. Definisi

KEGAWATDARURATAN PSIK I IA I TR T I

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan C. Manfaat

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia adalah suatu penyakit psikiatrik yang bersifat kronis dan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. penutupan rumah sakit jiwa dan cepatnya pengeluaran pasien tanpa

Rekam Medis Penghuni Panti Sosial. Nama : Tn. B Umur : 47 tahun. Jenis kelamin : Laki-laki Status pernikahan : Menikah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Wahid, dkk, 2006).

Mampu mengenal dan mengetahui tanda, gejala dan pemeriksaan status mental yang menunjang dalam mendiagnosa pasien dengan gangguan mental organik

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

SKILL LAB. SISTEM NEUROPSIKIATRI BUKU PANDUAN MAHASISWA TEHNIK KETERAMPILAN WAWANCARA

POST TRAUMATIC STRESS DISORDER

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Penatalaksanaan Gangguan Jiwa Psikotik di Puskesmas

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Keterangan; a. Medical Flight Test dapat dilakukan di Simulator atau Aircraft; b. Medical Flight Test hanya untuk Penerbang. flt

JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK. Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ. Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari H2A012001

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kecacatan, atau kerugian (Prabowo, 2014). Menurut Videbeck (2008), ada

Transkripsi:

MODUL KEPANITERAAN KLINIK ROTASI II BAGIAN PSIKIATRI BAGIAN PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2016

DAFTAR MODUL Minggu Topik No Sub Topik Level Hal Modul Kompetensi I Gangguan Mental 1 Delirium 3A 3 Organik Gangguan Psikotik 2 Skizofrenia 3A 7 3 Gangguan Psikotik Lainnya 3A 15 (Gangguan Psikosis akut) II Gangguan Afektif 4 Gangguan Mania 3A 20 5 Gangguan Depresif 3A 29 6 Gangguan Bipolar 3A 37 III Gangguan Ansietas/ 7 Gangguan ansietas 3A 43 Neurosis menyeluruh 8 Gangguan panik 3A 46 9 Gangguan somatoform 4A 50 IV Gangguan mental 10 Retardasi Mental 3A 53 emosional pada anak dan remaja Gangguan Tidur 11 Insomnia 4A 55 Gangguan mental dan 12 Intoksikasi Akut zat 3B 59 perilaku penggunaan psikoaktif akibat zat psikoaktif Adiksi/ Ketergantungan zat psikoaktif 3A 59 2

MODUL I GANGGUAN MENTAL ORGANIK BAGIAN PSIKIATRI FK UNAND TOPIK : GANGGUAN MENTAL ORGANIK TUJUAN PEMBELAJARAN SUBTOPIK : DELIRIUM Kompetensi : 3A 1. Kognitif a. Menjelaskan definisi dan kriteria diagnosis Gangguan Mental Organik (terutama delirium) b. Menjelaskan pembagian Gangguan Mental Organik c. Menjelaskan etiologi Gangguan Mental Organik d. Menjelaskan pemeriksaan fisik dan psikiatrik Gangguan Mental Organik e. Menjelaskan penatalaksanaan Gangguan Mental Organik f. Menjelaskan prognosis Gangguan Mental Organik 2. Psikomotor a. Mampu melakukan auto anamnesis dan alloanamnesis b. Mampu memperoleh data mengenai keluhan/ masalah utama c. Mampu memperoleh data mengenai riwayat perjalanan penyakit sekarang dan dahulu d. Mampu memperoleh data bermakna mengenai riwayat perkembangan, pendidikan, pekerjaan, perkawinan dan kehidupan keluarga e. Mampu menilai status mental: kesadaran, orientasi, intelegensia secara klinis, bentuk dan isi pikiran, mood dan afek, motorik, pengendalian 3

impuls, kemampuan menilai realita, insight, judgement f. Mampu menilai kemampuan fungsional (general assessment of functioning) g. Mampu menegakkan diagnosis kerja berdasarkan diagnosis multiaksial h. Mampu membuat diagnosis banding i. Mampu mengidentifikasi kedaruratan psikiatri j. Mampu mengidentifikasi masalah di bidang fisik, psikologis dan sosial k. Mampu memberikan terapi pendahuluan l. Mampu membuat prognosis m. Mampu menentukan indikasi rujuk n. Mampu menindaklanjuti setelah kembali dari rujukan 3. Attitute a. Memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga b. Menjelaskan tujuan wawancara dan pemeriksaan c. Melakukan Rapport d. Berempati kepada pasien dan keluarga e. Mendengarkan keluhan pasien dan keluarga f. Menghargai pasien dan keluarga g. Menghargai keputusan keluarga terhadap pasien h. Mengakhiri wawancara i. Memberikan edukasi kepada keluarga mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis j. Memberikan informed consent kepada keluarga 4

DEFINISI ETIOLOGI PEMERIKSAAN FISIK DAN PSIKIATRI Merupakan gangguan gangguan yang dikaitkan dengan disfungsi otak secara temporer atau permanen. Disfungsi ini dapat primer, seperti pada penyakit, cidera, dan rudapaksa yang langsung atau diduga mengenai otak, dapat juga sekunder, seperti pada gangguan dan penyakit sistemik yang menyerang otak sebagai salah satu dari beberapa organ atau sistem tubuh. Disebut juga dengan organic brain syndrome, meliputi : 1. Delirium dan demensia 2. Sindrom amnestik dan halusinasi 3. Sindrom waham organik 4. Sindrom afektif organik 5. Sindrom kepribadian organik 6. Intoksikasi dan sindrom putus zat Riwayat perubahan tingkah laku yang timbul akibat disfungsi primer pada otak, seperti pada penyakit, cidera, dan ruda paksa yang langsung atau diduga mengenai otak, atau sekunder, seperti pada gangguan dan penyakit sistemik yang menyerang otak sebagai salah satu dari beberapa organ atau sistem tubuh 1.Adanya faktor organik yang dimulai secara etiologik berhubungan dengan gangguan mental itu, atas dasar riwayat, pemeriksaan fisik dan laboratorium Penyakit primer pada otak (contoh : stroke, infeksi SSP, trauma kapitis, dll) Penyakit sistemis yang secara sekunder mempengaruhi otak (contoh demam tifoid, malaria, sepsis, Gagal ginjal dll) Zat toksik yang mempengaruhi otak langsung, atau mempengaruhi dalam jangka waktu panjang Sindrom putus zat pada seseorang yang tergantung secara faal 2. Penurunan yang konsisten dari aktivitas (goal directed activities). 3. Perubahan perilaku emosional : Emosi labil, Euphoria, iritabilitas dan bisa juga apati 4.Tidak bisa mengontrol diri, kebersihan dan tindakan sexual yang tidak sopan 5. Gangguan proses berfikir : curiga 5

PEMERIKSAAN PENUNJANG KRITERIA DIAGNOSIS 6. Arus pemikiran cepat dan berubah ubah 7. Gangguan itu demikian parahnya, hingga mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan. Pemeriksaan penunjang bergantung pada jenis GMO, sesuai dengan saran bagian terkait. Kriteria Diagnostik untuk Delirium Karena Kondisi Medis Umum: 1. Gangguan kesadaran (yaitu, penurunan kejernihan kesadaran terhadap lingkungan) dengan penurunan kemampuan untuk memusatkan, mempertahankan, atau mengalihkan perhatian. 2. Gangguan timbul setelah suatu periode waktu yang singkat (biasanya beberapa jam sampai hari dan cenderung berfluktuasi selama perjalanan hari. 3. Perubahan kognisi (seperti defisit daya ingat disorientasi, gangguan bahasa) atau perkembangan gangguan persepsi yang tidak lebih baik diterangkan demensia yang telah ada sebelumnya, yang telah ditegakkan, atau yang sedang timbul. 4. Terdapat bukti-bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan Iaboratorium bahwa gangguan adalah disebabkan oleh akibat fisiologis langsung dan kondisi medis umum. DIAGNOSIS KERJA DIAGNOSIS BANDING Derlirium 1. Skizofrenia 2. Psikosis Akut 3. Gangguan Konversi TERAPI Bila kondisi medis umum yang mendasari gejala psikiatri belum teratasi, rawat bersama bagian psikiatri dengan bagian terkait di bagian terkait. Perawatan di bagian psikiatri: bila kondisi medis umum yang mendasari gejala psikiatri telah teratasi oleh bagian terkait. Terapi: Anti psikotik 6

Anti ansietas EDUKASI 1. Penjelasan mengenai penyakit dan hubungannya dengan kondisi medis umum pasien. 2. Rencana perawatan dan terapi. PROGNOSIS Tergantung kondisi medis umum yang mendasari DAFTAR PUSTAKA 1. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Cetakan Pertama. 2. Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa. 2012. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa/Psikiatri. 3. Sadock BJ, Sadock VA. 2003. Kaplan & Sadock s Synopsis of Psychiatry. 10 th ed. Philadelphia : Lippincont Williams & Wilkins. 7

MODUL 2 BAGIAN PSIKIATRI FK UNAND TOPIK : SKIZOFRENIA TUJUAN PEMBELAJARAN SKIZOFRENIA SUB TOPIK : KOMPENTENSI : 3A SKIZOFRENIA 1. Kognitif a. Menjelaskan definisi dan kriteria diagnosis skizofrenia b. Menjelaskan pembagian skizofrenia c. Menjelaskan etiologi skizofrenia d. Menjelaskan tanda dan gejala skizofrenia e. Menjelaskan penatalaksanaan skizofrenia f. Menjelaskan prognosis skizofrenia 2. Psikomotor a. Mampu melakukan auto anamnesis dan alloanamnesis b. Mampu memperoleh data mengenai keluhan/ masalah utama c. Mampu memperoleh data mengenai riwayat perjalanan penyakit sekarang dan dahulu d. Mampu memperoleh data bermakna mengenai riwayat perkembangan, pendidikan, pekerjaan, perkawinan dan kehidupan keluarga e. Mampu menilai status mental: kesadaran, orientasi, intelegensia secara klinis, bentuk dan isi pikiran, mood dan afek, motorik, pengendalian impuls, kemampuan menilai realita, insight, judgement f. Mampu menilai kemampuan fungsional (general assessment of functioning) g. Mampu menegakkan diagnosis kerja berdasarkan 8

diagnosis multiaksial h. Mampu membuat diagnosis banding i. Mampu mengidentifikasi kedaruratan psikiatri j. Mampu mengidentifikasi masalah di bidang fisik, psikologis dan sosial k. Mampu memberikan terapi pendahuluan l. Mampu membuat prognosis m. Mampu menentukan indikasi rujuk k. Mampu menindaklanjuti setelah kembali dari rujukan 3. Attitute a. Memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga b. Menjelaskan tujuan wawancara dan pemeriksaan c. Melakukan Rapport d. Berempati kepada pasien dan keluarga e. Mendengarkan keluhan pasien dan keluarga f. Menghargai pasien dan keluarga g. Menghargai keputusan keluarga terhadap pasien h. Mengakhiri wawancara i. Memberikan edukasi kepada keluarga mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis j. Memberikan informed consent kepada keluarga PENGERTIAN Merupakan gangguan jiwa yang berat, yang ditandai dengan distorsi fikiran dan persepsi yang mendasar dan khas, dan oleh afek yang tidak wajar (inapropriate) atau tumpul (blunted). Meliputi : 1. Skizofrenia Paranoid 2. Skizofrenia Hebefrenik 3. Skizofrenia Katatonik 4. Skizofrenia tak terinci 5. Depressi pasca skizofrenia 9

6. Skizofrenia residual 7. Skizofrenia lainnya 8. Skizofrenia YTT ETIOLOGI Faktor Organik : PEMERIKSAAN FISIK DAN PSIKIATRI a. Faktor Genetik b. Faktor Biokimiawi : - Dopamin Faktor Psikososial : - Serotonin Konflik Intrapsikik. - Norepinephrin Komunikasi yang patologik. Interaksi keluarga yang patologik : 1) Adanya dominating figure dalam keluarga. 2) Hub. Suami-istri dalam bentuk permusuhan kronis Status Mental A. Penampilan : Kesadaran : kompos mentis Cara berpakaian : biasanya poor grooming, tidak rapi atau kotor, kesan tidak dapat mengurus diri Sikap: tidak koperatif, bermusuhan B. Psikomotor: Agitasi psikomotor, hiperaktivitas/ hiperkinesis, C. Pembicaraaan Logorrhea (pembicaraan meningkat), kadang-kadang bicara kacau D. Emosi Afek afek inappropriate/ tidak serasi, afek tumpul, afek yang terbatas, afek datar Mood mood disforik, mood yang iritabel. E. Proses Pikir 1. Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran Gangguan mental, psikosis, tes realitas terganggu 10

2. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran Kadang-kadang jawaban yang tidak relevan dan asosiasi longgar 3. Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran Delusi/ waham: waham bizarre, waham persekutorik, waham kebesaran, waham referensi, though of withdrawal, though of broadcasting, though of insertion, though of control, waham agama. F. Persepsi Halusinasi Halusinasi auditorik ( ), halusinasi visual ( ), halusinasi olfaktorik ( ), halusinasi gustatorik ( ), halusinasi taktil ( ), halusinasi perintah (command halusination), Ilusi ( ) G. Tilikan Derajat I (penyangkalan) à pasien skizofrenia paranoid Derajat II (ambigu) Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain): Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab) Derajat V (tilikan intelektual) Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya) I. Discriminative Judgement : Judgment tes : terganggu Judgment sosial : terganggu PEMERIKSAAN PENUNJANG KRITERIA DIAGNOSIS Laboratorium rutin. Pemeriksaan fungsi ginjal dan hepar minimal sekali 6 bulan karena penggunaan obat yang lama akibat perjalanan penyakit yang kronis dan progresif. Diagnosis skizofrenia dan skizofrenia paranoid menurut PPDGJ III adalah sebagai berikut : Walaupun tidak ada gejala yang patognomonik khusus, dalam praktek dan manfaatnya untuk membagi gejala-gejala tersebut ke 11

dalam kelompok-kelompok yang penting untuk diagnosis dan yang sering terdapat secara bersama-sama, misalnya: 2 a. Thought echo, thought insertion atau withdrawal dan thought broadcasting; b. Waham dikendalikan (delusion of control), waham dipengaruhi (delusion of influence) atau passivity yang jelas merujuk pada pergerakan tubuh atau pergerakan anggota gerak atau pikiran, perbuatan atau perasaan (sensation) khusus; persepsi delusional; c. Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri, atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh; d. Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya dianggap tidak wajar serta sama sekali mustahil, seperti misalnya mengenai identitas keagamaan atau politik, atau kekuatan dan kemampuan manusia super (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dari dunia lain); e. Halusinasi yang menetap dalam setiap modalitas, apabila disertai baik oleh waham yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun ide-ide berlebihan (overload ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama bermingguminggu atau berbulan-bulan terus-menerus; f. Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan (interpolasi) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme; g. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), sikap tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas serea, negativisme, mutisme dan stupor; h. Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat masa bodoh (apatis), pembicaraan yang terhenti, respon emosional yang menumpul 12

DIAGNOSIS KERJA DIAGNOSIS BANDING TERAPI atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika; i. Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek perilaku perorangan, bermanisfestasi sebagai hilangnya minat, tak bertujuan, sikap malas, sikap berdiam diri (self absorbed attiude) dan penarikan diri secara sosial. 2 Pedoman Diagnostik Persyaratan yang normal untuk diagnostik skizofrenia ialah harus ada sedikitnya satu gejala tersebut di atas yang amat jelas ( dan biasanya dua gejala atau lebih apabila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) dari gejala yang termasuk salah satu kelompok gejala (a) sampai (d) tersebut di atas, atau paling sedikit dua gejala dari kelompok (e) sampai (h) yang harus selalu ada secara jelas selama kurun waktu satu bulan atau lebih. 2 1. Skizofrenia Paranoid 2. Skizofrenia Hebefrenik 3. Skizofrenia Katatonik 4. Skizofrenia tak terinci 5. Depressi pasca skizofrenia 6. Skizofrenia residual 7. Skizofrenia lainnya 8. Skizofrenia YTT 1. gangguan mental organik 2. gangguan afektif gejala psikotik Ada 3 model pengobatan skizofrenia 1. Somatic therapy a.terapi obat 13

b.terapi kejang listrik (ECT=electro convulsive therapy) 2.Psikoterapi a. berupa tata laksana psikoterapi b. psikoterapi formal (dapat diberikan hanya pada kasus yg tenang) 3.Milleu therapy (=terapi lingkungan ) Terapi obat dibagi atas 3 fase : 1. Fase akut 2. Fase stabilisasi : paling sedikit 6 bulan 3. Fase stabil l serangan I : 6 bulan-2 tahun l serangan II : 2 tahun-5 tahun l serangan III : seumur hidup Obat antipsikotik dibagi atas : 1. OAP tipikal 2.OAP atipikal Perawatan : jika Membahayakan Lingkungan dan dirinya. Pada keadaan gelisah dapat diberikan : 1. injeksi Chlorpromazine 50-100 mg ( IM ), CPZ tidak dianjurkan untuk usia lanjut dan pasien dengan penyakit kondisi medis umum. 2. injeksi haloperidol 5 mg ( IM ) 3. injeksi olanzapin 10mg (IM) 4. injeksi aripiprazole 9,75mg (IM) Terapi Oral : Antipsikotik tipikal atau Antipsikotik atipikal Chlorpromazin 3 x 100 200 mg/ hari - po. Haloperidol 3 x 1,5 5 mg / hr po Trifluoperazine 3 x 5 10 mg / hr po Risperidone 2 x 1 3mg/hr po (naikkan dosis dengan titrasi Olanzapin 5-10mg/hari Quetiapin: tab SR 200-400mg/hari po Pengobatan dapat digabungkan dengan antipsikotik injeksi jangka panjang (long acting), setiap 2-4 minggu. Electro Convulsive Therapy - Diberikan pada pasien : Ada ide bunuh diri atau membunuh orang lain 14

Tidak mau / menolak makan Sangat gelisah sekali Apabila tidak menunjukkan kemajuan setelah 10 hari pengobatan psikofarmaka. - Pelaksanaan ECT mempedomani PPK ECT EDUKASI Psikoterapi : bila gejala psikotik hilang, pasien mulai tenang, dapat dilakukan psikoterapi keluarga, individu, CBT dll Gejala Ekstrapiramidal : Trihexipenidil 2x2mg selama 2-6 hari Gejala ekstrapiramidal akut : injeksi Sulfas Atropin 0,25-0,5 mg (IM) 1. Penjelasan mengenai penyakit pasien. 2. Rencana perawatan dan terapi. PROGNOSIS DAFTAR PUSTAKA Quo ad Vitam : Dubia ad malam Quo ad Sanationam : Dubia ad malam Quo ad Fungsionam : Dubia ad malam 1. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Cetakan Pertama. 2. Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa. 2012. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa/Psikiatri. 3. Sadock BJ, Sadock VA. 2003. Kaplan & Sadock s Synopsis of Psychiatry. 10 th ed. Philadelphia : Lippincont Williams & wilkins, 15

MODUL III BAGIAN PSIKIATRI FK UNAND TOPIK : GANGGUAN PSIKOSIS LAINNYA TUJUAN PEMBELAJARAN GANGGUAN PSIKOTIK AKUT DAN SEMENTARA SUB TOPIK : GANGGUAN PSIKOSIS AKUT DAN SEMENTARA 1. Kognitif 2. Psikomotor KOMPETENSI : 3A a. Menjelaskan definisi dan kriteria diagnosis Gangguan Psikosis akut dan sementara b. Menjelaskan pembagian Gangguan Psikosis akut dan sementara c. Menjelaskan etiologi Gangguan Psikosis akut dan sementara d. Menjelaskan pemeriksaan fisik dan psikiatrik Gangguan psikosis akut dan sementara e. Menjelaskan penatalaksanaan Gangguan Psikosis akut dan sementara f. Menjelaskan prognosis Gangguan Psikosis akut dan sementara a. Mampu melakukan auto anamnesis dan alloanamnesis 16

b. Mampu memperoleh data mengenai keluhan/ masalah utama c. Mampu memperoleh data mengenai riwayat perjalanan penyakit sekarang dan dahulu d. Mampu memperoleh data bermakna mengenai riwayat perkembangan, pendidikan, pekerjaan, perkawinan dan kehidupan keluarga e. Mampu menilai status mental: kesadaran, orientasi, intelegensia secara klinis, bentuk dan isi pikiran, mood dan afek, motorik, pengendalian impuls, kemampuan menilai realita, insight, judgement f. Mampu menilai kemampuan fungsional (general assessment of functioning) g. Mampu menegakkan diagnosis kerja berdasarkan diagnosis multiaksial h. Mampu membuat diagnosis banding i. Mampu mengidentifikasi kedaruratan psikiatri j. Mampu mengidentifikasi masalah di bidang fisik, psikologis dan sosial k. Mampu memberikan terapi pendahuluan l. Mampu membuat prognosis m. Mampu menentukan indikasi rujuk l. Mampu menindaklanjuti setelah kembali dari rujukan 3. Attitute a. Memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga b. Menjelaskan tujuan wawancara dan pemeriksaan c. Melakukan Rapport d. Berempati kepada pasien dan keluarga 17

PENGERTIAN ETIOLOGI PEMERIKSAAN FISIK DAN PSIKIATRI e. Mendengarkan keluhan pasien dan keluarga f. Menghargai pasien dan keluarga g. Menghargai keputusan keluarga terhadap pasien h. Mengakhiri wawancara i. Memberikan edukasi kepada keluarga mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis j. Memberikan informed consent kepada keluarga Psikotik akut didefinisikan sebagai suatu perubahan dari keadaan tanpa gejala psikotik ke keadaan psikotik yang jelas yang terjadi dalam periode 2 minggu atau kurang. Gangguan psikosis akut dan sementara adalah sekelompok gangguan jiwa yang : Meliputi : 1. Gangguan Psikotik Polimorfik akut tanpa gejala Skizofrenia 2. Gangguan Psikotik Polimorfik akut dengan gejala Skizofrenia 3. Gangguan Psikotik lir Skizofrenia akut. 4. Gangguan Psikotik akut lainnya dengan predominan wahana. 5. Gangguan Psikotik akut dan sementara lainnya 6. Gangguan Psikotik akut dan sementara YTT Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian besar di jumpai pada pasien dengan gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis atau psikologis terhadap perkembangan gejala psikotik. Satu atau lebih faktor stres berat, seperti peristiwa traumatis, konflik keluarga, masalah pekerjaan, kecelakaan, sakit parah, kematian orang yang dicintai, dan status imigrasi tidak pasti, dapat memicu psikosis reaktif singkat. Beberapa studi mendukung kerentanan genetik untuk gangguan psikotik singkat. Status Mental A. Penampilan : Kesadaran : kompos mentis Cara berpakaian : biasanya tidak rapi, kesan tidak dapat mengurus diri Sikap: tidak koperatif B. Psikomotor: 18

Agitasi psikomotor, hiperaktivitas/ hiperkinesis, C. Pembicaraaan Logorrhea (pembicaraan meningkat), kadang-kadang bicara kacau D. Emosi Afek afek inappropriate/ tidak serasi, afek yang terbatas, afek labil Mood mood disforik, mood yang iritabel, mood labil E. Proses Pikir 4. Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran Gangguan mental, psikosis, tes realitas terganggu 5. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran Kadang-kadang jawaban yang tidak relevan 6. Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran Delusi/ waham:, waham persekutorik, waham kebesaran, waham referensi, waham agama dan lain lain F. Persepsi Halusinasi Halusinasi auditorik ( ), halusinasi visual ( ), halusinasi olfaktorik ( ), halusinasi gustatorik ( ), halusinasi taktil ( ), halusinasi perintah (command halusination), Ilusi ( ) G. Tilikan Derajat I (penyangkalan) à pasien skizofrenia paranoid Derajat II (ambigu) Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain): Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab) Derajat V (tilikan intelektual) Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya) I. Discriminative Judgement : Judgment tes : terganggu 19

PEMERIKSAAN PENUNJANG KRITERIA DIAGNOSIS Judgment sosial : terganggu Laboratorium rutin Gangguan Psikotik Polimorfik Akut tanpa Gejala Skizofrenia (a) Onset harus akut (dari suatu keadaan non psikotik sampai keadaan psikotik yang jelas dalam kurun waktu 2 minggu atau kurang); (b) Harus ada beberapa jenis halusinasi atau waham yang berubah dalam jenis dan intensitasnya dari hari ke hari atau dalam hari yang sama ; (c) Harus ada keadaan emosional yang beranekaragamnya ; (d) Walaupun gejala-gejalanya beraneka ragam, tidak satupun dari gejala itu ada secara cukup konsisten dapat memenuhi kriteria skizofrenia atau episode manik atau episode depresif. Gangguan Psikotik Polimorfik Akut dengan Gejala Skizofrenia (a) Memenuhi kriteria yang khas untuk gangguan psikotik polimorfik akut (b) Disertai gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk diagnosis Skizofrenia yang harus sudah ada untuk sebagian besar waktu sejak munculnya gambaran klinis psikotik itu secara jelas. (c) Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk lebih dari 1 bulan maka diagnosis harus diubah menjadi skizofrenia. DIAGNOSIS KERJA DIAGNOSIS BANDING Gangguan Psikotik Akut 1. Skizofrenia 2. Gangguan mental organik 3. Gangguan afektif bipolar dengan gejala psikotik 4. Episode depresif berulang dengan gejala psikotik 20

TERAPI Perawatan : Jika Membahayakan Lingkungan dan dirinya. Pada keadaan gelisah dapat diberikan : 1. injeksi Chlorpromazine 50-100 mg ( IM ), CPZ tidak dianjurkan untuk usia lanjut dan pasien dengan penyakit kondisi medis umum. 2. injeksi haloperidol 5 mg ( IM ) 3. injeksi olanzapin 10mg (IM) 4. injeksi aripiprazole 9,75mg (IM) Terapi Oral : Antipsikotik atipikal atau antipsikotik tipikal Chlorpromazin 3 x 100 200 mg/ hari - po. Haloperidol 3 x 1,5 5 mg / hr po Trifluroperazin 3 x 5 10 mg / hr po Risperidone 2 x 1 3mg/hr po (naikkan dosis dengan titrasi) Olanzapin 5-10mg/hari po Quetiapin: tab SR 200-400mg/hari po Dan lain-lain Electro Convulsive Therapi - Diberikan pada pasien : Ada ide bunuh diri atau membunuh orang lain Tidak mau / menolak makan Sangat gelisah sekali Apabila tidak menunjukkan kemajuan setelah 10 hari pengobatan psikofarmaka. - Pelaksanaan ECT mempedomani PPK ECT Psikoterapi Gejala Ekstrapiramidal : Trihexipenidil 2x2mg selama 2-6 hari Gejala ekstrapiramidal akut : injeksi Sulfas Atropin 0,25-0,5 mg (IM) EDUKASI 1. Penjelasan mengenai penyakit pasien. 2. Rencana perawatan dan terapi. PROGNOSIS Quo ad Vitam : Dubia ad bonam 21

Quo ad Sanationam : Dubia ad bonam Quo ad Fungsionam : Dubia ad bonam DAFTAR PUSTAKA 1. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Cetakan Pertama. 2. Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa. 2012. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa/Psikiatri. 3. Sadock BJ, Sadock VA. 2003. Kaplan & Sadock s Synopsis of Psychiatry. 10 th ed. Philadelphia : Lippincont Williams & wilkins, MODUL 4 BAGIAN PSIKIATRI FK UNAND TOPIK: GANGGUAN AFEKTIF TUJUAN PEMBELAJARAN SUBTOPIK : GANGGUAN AFEKTIF MANIK 1. Kognitif 2. Psikomotor GANGGUAN AFEKTIF MANIK KOMPETENSI : 3A a. Menjelaskan definisi dan kriteria diagnosis Gangguan afektif manik b. Menjelaskan pembagian Gangguan afektif manik c. Menjelaskan etiologi Gangguan afektif manik d. Menjelaskan tanda dan gejala Gangguan afektif manik e. Menjelaskan penatalaksanaan Gangguan afektif manik f. Menjelaskan prognosis Gangguan afektif manik a. Mampu melakukan auto anamnesis dan alloanamnesis b. Mampu memperoleh data mengenai keluhan/ masalah 22

utama c. Mampu memperoleh data mengenai riwayat perjalanan penyakit sekarang dan dahulu d. Mampu memperoleh data bermakna mengenai riwayat perkembangan, pendidikan, pekerjaan, perkawinan dan kehidupan keluarga e. Mampu menilai status mental: kesadaran, orientasi, intelegensia secara klinis, bentuk dan isi pikiran, mood dan afek, motorik, pengendalian impuls, kemampuan menilai realita, insight, judgement f. Mampu menilai kemampuan fungsional (general assessment of functioning) g. Mampu menegakkan diagnosis kerja berdasarkan diagnosis multiaksial h. Mampu membuat diagnosis banding i. Mampu mengidentifikasi kedaruratan psikiatri j. Mampu mengidentifikasi masalah di bidang fisik, psikologis dan sosial k. Mampu memberikan terapi pendahuluan l. Mampu membuat prognosis m. Mampu menentukan indikasi rujuk m. Mampu menindaklanjuti setelah kembali dari rujukan 3. Attitute a. Memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga b. Menjelaskan tujuan wawancara dan pemeriksaan c. Melakukan Rapport d. Berempati kepada pasien dan keluarga e. Mendengarkan keluhan pasien dan keluarga f. Menghargai pasien dan keluarga g. Menghargai keputusan keluarga terhadap pasien 23

h. Mengakhiri wawancara i. Memberikan edukasi kepada keluarga mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis j. Memberikan informed consent kepada keluarga PENGERTIAN ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK DAN PSIKIATRI Gangguan afektif manik adalah gangguan mental dimana yang menonjol adalah peningkatan suasana perasaan dan peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental. Meliputi : 1. Hipomania 2. Mania tanpa gejala psikotik 3. Mania dengan gejala psikotik 4. Episode manik lainnya 5. Episode manik YTT 1. Hipomania Derajat ringan dan mania Afek meninggi dan meningkatkan aktifitas menetap beberapa hari berturut-turut. Tidak begitu mengganggu aktifitas sehari-hari 2. Mania Tanpa Gejala psikotik Episode berlangsung minimal satu minggu Afek meninggi dan peningkatan aktifitas, bicara banyak dan cepat, kebutuhan tidur kurang, ide-ide kebesaran dan terlalu optimistic Mengganggu aktifitas sehari-hari 3. Mania Dengan Gejala Psikotik Gambaran menyerupai mania tanpa gejala psikotik Ditemukan waham kejar, waham dan halusinasi sesuai dengan keadaan afek yang meningkat. Riwayat perubahan tingkah laku dengan meningkatnya suasana alam perasaan, cenderung gembira berlebihan, disertai peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental. A. Penampilan : Kesadaran : kompos mentis Cara berpakaian : biasanya berpakaian menyolok, dadanan berlebihan Sikap: tidak koperatif, ekspansif (menguasai), menggoda 24

B. Psikomotor: Hiperaktivitas/ hiperkinesis, C. Pembicaraaan Produktivitas kata, perbendaharaan bahasa dan nada suara meningkat D. Emosi Afek afek inappropriate/ tidak serasi Mood mood disforik, mood elevated E. Proses Pikir 7. Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran Gangguan mental, psikosis (bisa ada/tidak), tes realitas terganggu/ tidak 8. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran Kadang-kadang jawaban yang tidak relevan dan asosiasi longgar 9. Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran Delusi/ waham: waham kebesaran, waham persekutorik, waham referensi F. Persepsi Halusinasi (bisa ada/ tidak) Halusinasi auditorik ( ), halusinasi visual ( ), halusinasi olfaktorik ( ), halusinasi gustatorik ( ), halusinasi taktil ( ), halusinasi perintah (command halusination), Ilusi ( ) G. Tilikan Derajat I (penyangkalan) à pasien skizofrenia paranoid Derajat II (ambigu) Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain): Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab) Derajat V (tilikan intelektual) Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya) I. Discriminative Judgement : Judgment tes : terganggu Judgment sosial : terganggu 25

PEMERIKSAAN PENUNJANG KRITERIA DIAGNOSIS Laboratorium rutin Fungsi ginjal jika direncanakan untuk mendapat terapi Lithium Carbonat Menurut PPDGJ-III F. 30 Episode Manik Kesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental, dalam berbagai derajat keparahan. Kategori ini hanya untuk satu episode manik tunggal (yang pertama), termasuk gangguan afektif bipolar, episode manik tunggal. Jika ada episode afektif (depresi, manik atau hipomanik) sebelumnya atau sesudahnya, termasuk gangguan afektif bipolar. Menurut DSM-IV-TR Pedoman diagnostik episode manik: a. Periode terpisah mood yang secara abnormal dan persisten meningkat, ekspansif, atau iritabel yang berlangsung hingga setidaknya 1 minggu (atau berapa pun lama waktunya jika memerlukan rawat inap). b. Selama periode gangguan mood, tiga (atau lebih) gejala berikut telah ada (empat gejala jika mood hanya iritabel) dan signifikan: 1) Harga diri membumbung atau rasa kebesaran 2) Berkurangnya kebutuhan tidur (merasa telah beristirahat setelah tidur hanya 3 jam) 3) Lebih banyak berbicara daripada biasanya atau ada tekanan untuk terus berbicara 4) Flight of ideas atau pengalaman subjektif bahwa pikirannya saling berlomba 5) Perhatian mudah teralih (perhatian terlalu mudah ditarik ke stimulus eksternal yang tidak penting dan tidak relevan) 6) Meningkatnya aktivitas yang berorientasi tujuan (baik secara sosial, di tempat kerja atau sekolah, maupun secara seksual) atau agitasi psikomotor 7) Keterlibatan yang berlebihan di dalam aktivitas yang menyenangkan dan berpotensi tinggi memiliki akibat menyakitkan (terlibat di dalam kegiatan berbelanja yang tidak bisa ditahan, tindakan seksual yang tidak bijaksana, atau investasi bisnis yang bodoh) 26

c. Gejala tidak memeuhi kriteria episode campuran. d. Gangguan mood cukup berat hingga menyebabkan hendaya nyata fungsi pekerjaan maupun aktivitas atau hubungan sosial yang biasa dengan orang lain, atau memerlukan rawat inap untuk mencegah mencelakakan diri sendiri atau orang lain, atau terdapat ciri psikotik. e. Gejala tidak disebabkan pengaruh fisiologis langsung suatu zat atau kondisi medis umum. 1.2 Kriteria Diagnostik Gangguan Bipolar Menurut PPDGJ-III F31 Gangguan Afek bipolar Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stress atau trauma mental lainnya (adanya stres tidak esensial untuk penegakan diagnosis). Termasuk: gangguan atau psikosis manik-depresif Tidak termasuk: Gangguan bipolar, episode manic tunggal (F30) F31.1 Gangguan afektif Bipolar, Episode kini Manik Tanpa Gejala Psikotik Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala psikotik (F30.1); dan Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lampau. F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan gejala 27

psikotik Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala psikotik (F30.2); dan Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau campuran) di masa lampau DIAGNOSIS KERJA DIAGNOSIS BANDING 1. Hipomania 2. Mania tanpa gejala psikotik 3. Mania dengan gejala psikotik 4. Episode manik lainnya 5. Episode manik YTT 1. Skizoafektif tipe manik 2. Gangguan afektif bipolar TERAPI Mania Dengan Gejala Psikotik ; Regimen mania ditambah dengan : Chlorpromazin 3 x 100 200 mg/ hari po. Haloperidol 3 x 1,5 5 mg / hr po trifluoperasin 3 x 5 10 mg / hr po Risperidone 2 x 1 3mg/hr po (naikkan dosis dengan titrasi) Olanzapin 5-10mg/hari Quetiapin: tab SR 200-400mg/hari po Pada keadaan gelisah dapat diberikan : 1. injeksi Chlorpromazine 50-100 mg ( IM ), CPZ tidak dianjurkan untuk usia lanjut dan pasien dengan penyakit kondisi medis umum. 28

2. injeksi haloperidol 5 mg ( IM ) 3. injeksi olanzapin 10mg (IM) 4. injeksi aripiprazole 9,75mg (IM) Electro Convulsive Therapi - Diberikan pada pasien : Ada ide bunuh diri atau membunuh orang lain Tidak mau / menolak makan Sangat gelisah sekali Apabila tidak menunjukkan kemajuan setelah 10 hari pengobatan psikofarmaka. - Pelaksanaan ECT mempedomani PPK ECT EDUKASI 1. Penjelasan mengenai penyakit pasien. 2. Rencana perawatan dan terapi. PROGNOSIS DAFTAR PUSTAKA Quo ad Vitam : Dubia ad bonam Quo ad Sanationam : Dubia ad bonam Quo ad Fungsionam : Dubia ad bonam 1. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Cetakan Pertama. 2. Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa. 2012. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa/Psikiatri. 3. Sadock BJ, Sadock VA. 2003. Kaplan & Sadock s Synopsis of Psychiatry. 10 th ed. Philadelphia : Lippincont Williams & wilkins, 29

MODUL 5 BAGIAN PSIKIATRI FK UNAND TOPIK : GANGGUAN AFEKTIF TUJUAN PEMBELAJARAN SUBTOPIK: EPISODE DEPRESIF 1. Kognitif 2. Psikomotor EPISODE DEPRESIF KOMPETENSI: 3A a. Menjelaskan definisi dan kriteria diagnosis episode depresif b. Menjelaskan pembagian episode depresif c. Menjelaskan etiologi episode depresif d. Menjelaskan tanda dan gejala episode depresif e. Menjelaskan penatalaksanaan episode depresif f. Menjelaskan prognosis episode depresif a. Mampu melakukan auto anamnesis dan alloanamnesis b. Mampu memperoleh data mengenai keluhan/ masalah utama 30

c. Mampu memperoleh data mengenai riwayat perjalanan penyakit sekarang dan dahulu d. Mampu memperoleh data bermakna mengenai riwayat perkembangan, pendidikan, pekerjaan, perkawinan dan kehidupan keluarga e. Mampu menilai status mental: kesadaran, orientasi, intelegensia secara klinis, bentuk dan isi pikiran, mood dan afek, motorik, pengendalian impuls, kemampuan menilai realita, insight, judgement f. Mampu menilai kemampuan fungsional (general assessment of functioning) g. Mampu menegakkan diagnosis kerja berdasarkan diagnosis multiaksial h. Mampu membuat diagnosis banding i. Mampu mengidentifikasi kedaruratan psikiatri j. Mampu mengidentifikasi masalah di bidang fisik, psikologis dan sosial k. Mampu memberikan terapi pendahuluan l. Mampu membuat prognosis m. Mampu menentukan indikasi rujuk n. Mampu menindaklanjuti setelah kembali dari rujukan 3. Attitute a. Memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga b. Menjelaskan tujuan wawancara dan pemeriksaan c. Melakukan Rapport d. Berempati kepada pasien dan keluarga e. Mendengarkan keluhan pasien dan keluarga f. Menghargai pasien dan keluarga 31

PENGERTIAN ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK DAN PSIKIATRI g. Menghargai keputusan keluarga terhadap pasien h. Mengakhiri wawancara i. Memberikan edukasi kepada keluarga mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis j. Memberikan informed consent kepada keluarga Merupakan gangguan mental dimana yang menonjol adalah suasana perasaan yang depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurang nya aktifitas. Meliputi : 1. Episode depresif ringan 2. Episode depresif sedang 3. Episode depresif berat tanpa gejala psikotik 4. Episode depresif berat dengan gejala psikotik Riwayat perubahan tingkah laku dengan suasana perasaan yang depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurang nya aktifitas. Pemeriksaan Psikiatri Khusus A. Penampilan : Kesadaran : kompos mentis Cara berpakaian : biasanya poor grooming, tidak rapi, kesan tidak dapat mengurus diri Sikap: koperatif, pasif B. Psikomotor: hipoaktif C. Pembicaraaan Produktivitas pembicaraan menurun, perbendaharaan menurun, nada melemah D. Emosi Afek afek appropiate Mood mood depresif E. Proses Pikir 32

10. Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran Gangguan mental, psikosis (+), psikosis (-), tes realitas terganggu/ tidak 11. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran Tidak ada 12. Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran Delusi/ waham: waham nihilistik (bila psikotik). F. Persepsi Halusinasi (bila psikotik) Halusinasi auditorik ( ), halusinasi visual ( ), halusinasi olfaktorik ( ), halusinasi gustatorik ( ), halusinasi taktil ( ), halusinasi perintah (command halusination), Ilusi ( ) G. Tilikan Derajat I (penyangkalan) à pasien skizofrenia paranoid Derajat II (ambigu) Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain): Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab) Derajat V (tilikan intelektual) Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya) I. Discriminative Judgement : Judgment tes : terganggu Judgment sosial : terganggu PEMERIKSAAN PENUNJANG KRITERIA DIAGNOSIS Laboratorium rutin Menurut PPDGJ III EPISODE DEPRESIF (F32) Gejala Utama: 1. Afek depresif 2. Kehilangan minat dan kegembiraan, dan 3. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas. 33

Gejala lainnya : a) Konsentrasi dan perhatian berkurang b) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang c) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna d) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis e) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri f) Tidur terganggu g) Nafsu makan berkurang Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat. Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1), dan berat (F32.2) hanya digunakan untuk episode depresi tunggal (yang pertama). Episode depresif berikutnya harus diklasifikasi di bawah salah satu diagnosis gangguan depresif berulang (F33.-) EPISODE DEPRESIF RINGAN (F32.0) Pedoman Diagnostik 1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut di atas 2) Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya : (a) sampai dengan (g) tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya 3) Lamanya seluruh episode berlangsung sekurangkurangnya sekitar 2 minggu 4) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya Karakter kelima : F32.00 = Tanpa gejala somatik F32.01 = Dengan gejala somatik EPISODE DEPRESI SEDANG (F32.1) (1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama (2) Ditambah sekurang-kurangnya 3 atau 4 dari gejala lainnya 34

(3) Lamanya seluruh episode berlangsung minimum 2 minggu(4) Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, dan urusanrumah tangga. EPISODE DEPRESI BERAT (F32.2) (1) Semua 3 gejala utama depresi harus ada (2) Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat (3) Bila ada gejala penting (misalnya retardasi psikomotor) yang menyolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresi berat masih dapat dibenarkan. (4) Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas DIAGNOSIS KERJA DIAGNOSIS BANDING EPISODE DEPRESI BERAT DENGAN GEJALA PSIKOTIK (F32.3) Episode depresi berat yang memenuhi kriteria (F.32.2) tersebut di atas, disertai waham, halusinasi atau stupor depresi. 1. Episode depresif ringan 2. Episode depresif sedang 3. Episode depresif berat tanpa gejala psikotik 4. Episode depresif berat dengan gejala psikotik 1. Skizoafektif tipe depresi 2. Gangguan afektif bipolar TERAPI Perawatan : Bila membahayakan lingkungan dan dirinya Untuk Episode Depresi : Regimen I : SSRI - Fluoxetin 10-40 mg/hr po - Sertralin 50-100mg/hr po Regimen II : Amitripin 25-75 mg/ hr-po dalam dosis terbagi. Tidak 35

diberikan pada usia >45 tahun dan atau dengan gangguan jantung. Regimen III : Maprotilin 25-50 mg/hr po dalam dosis terbagi Untuk Episode Depresi Berat Dengan Gejala Psikotik: Regimen antidepresi ditambah dengan : Antipsikotik per oral Pada keadaan gelisah dapat diberikan : Injeksi Electro Convulsive Therapi - Diberikan pada pasien : Ada ide bunuh diri atau membunuh orang lain Tidak mau / menolak makan Sangat gelisah sekali Apabila tidak menunjukkan kemajuan setelah 10 hari pengobatan psikofarmaka. - Pelaksanaan ECT mempedomani PPK ECT Psikoterapi : bila gejala psikotik hilang, pasien mulai tenang, dapat dilakukan psikoterapi keluarga, individu, CBT dll Gejala Ekstrapiramidal : Trihexipenidil 2x2mg selama 2-6 hari EDUKASI Gejala ekstrapiramidal akut : injeksi Sulfas Atropin 0,25-0,5 mg (IM) 1. Penjelasan mengenai penyakit pasien. 2. Rencana perawatan dan terapi. PROGNOSIS DAFTAR PUSTAKA Quo ad Vitam : Dubia ad bonam Quo ad Sanationam : Dubia ad bonam Quo ad Fungsionam : Dubia ad bonam 1. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Cetakan Pertama. 2. Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa. 2012. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa/Psikiatri. 3. Sadock BJ, Sadock VA. 2003. Kaplan & Sadock s Synopsis of 36

Psychiatry. 10 th ed. Philadelphia : Lippincont Williams & wilkins, MODUL 6 BAGIAN PSIKIATRI FK UNAND TOPIK : GANGGUAN AFEKTIF TUJUAN PEMBELAJARAN GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR SUBTOPIK : GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR 1. Kognitif 2. Psikomotor KOMPETENSI : 3A a. Menjelaskan definisi dan kriteria diagnosis Gangguan Afektif Bipolar b. Menjelaskan pembagian Gangguan Afektif Bipolar c. Menjelaskan etiologi Gangguan Afektif Bipolar d. Menjelaskan pemeriksaan fisik dan psikiatrik Gangguan Afektif Bipolar e. Menjelaskan penatalaksanaan Gangguan Afektif Bipolar Menjelaskan prognosis Gangguan Afektif Bipolar a. Mampu melakukan auto anamnesis dan alloanamnesis b. Mampu memperoleh data mengenai keluhan/ masalah 37

utama c. Mampu memperoleh data mengenai riwayat perjalanan penyakit sekarang dan dahulu d. Mampu memperoleh data bermakna mengenai riwayat perkembangan, pendidikan, pekerjaan, perkawinan dan kehidupan keluarga e. Mampu menilai status mental: kesadaran, orientasi, intelegensia secara klinis, bentuk dan isi pikiran, mood dan afek, motorik, pengendalian impuls, kemampuan menilai realita, insight, judgement f. Mampu menilai kemampuan fungsional (general assessment of functioning) g. Mampu menegakkan diagnosis kerja berdasarkan diagnosis multiaksial h. Mampu membuat diagnosis banding i. Mampu mengidentifikasi kedaruratan psikiatri j. Mampu mengidentifikasi masalah di bidang fisik, psikologis dan sosial k. Mampu memberikan terapi pendahuluan l. Mampu membuat prognosis m. Mampu menentukan indikasi rujuk o. Mampu menindaklanjuti setelah kembali dari rujukan 3. Attitute a. Memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga b. Menjelaskan tujuan wawancara dan pemeriksaan c. Melakukan Rapport d. Berempati kepada pasien dan keluarga e. Mendengarkan keluhan pasien dan keluarga f. Menghargai pasien dan keluarga g. Menghargai keputusan keluarga terhadap pasien 38

h. Mengakhiri wawancara i. Memberikan edukasi kepada keluarga mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis j. Memberikan informed consent kepada keluarga PENGERTIAN Gangguan afektif adalah gangguan mental dimana yang menonjol adalah gangguan afek yang mempengaruhi fungsi kognisi psikomotor. Gangguan Afektif dapat terjadi secara bipolar atau unipolar. Gangguan afektif bipolar bersifat episode berulang (sekurang-kuranya 2 episode), pada waktu tertentu terjadi peningkatan afek (Mania/Hiponia), dan waktu lain berupa penurunan afek (Depresi). Yang khas ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode Manik (kriteria mengikuti PPK gangguan afektif manik) : Biasanya mulai tiba-tiba berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan Episode Depresi (kriteria mengikuti PPK episode depresi) : Bisa Berlangsung lebih lama ( ± 6 bulan ). Meliputi : 1. Gangguan afektif bipolar episode kini hipomanik 2. Gangguan afektif bipolar episode kini manik tanpa gejala psikotik 3. Gangguan afektif bipolar episode kini manik dengan gejala psikotik 4. Gangguan afektif bipolar episode kini depresi ringan atau sedang 5. Gangguan afektif bipolar episode kini depressi berat tanpa gejala psikotik 6. Gangguan afektif bipolar episode kini depressi berat dengan gejala psikotik 7. Gangguan afektif bipolar episode kini campuran 8. Gangguan afektif bipolar saat ini remisi 9. Gangguan afektif bipolar lainnya 10. Gangguan afektif bipolar YTT ANAMNESIS Riwayat perubahan tingkah laku yang berulang (sekurang-kuranya 2 episode), pada waktu tertentu terjadi peningkatan afek (Mania/Hipomania), 39

dan waktu lain berupa penurunan afek (Depresi). Yang khas ada penyembuhan sempurna antar episode. Kedua episode terjadi setelah terjadinya stress atau trauma mental lain. PEMERIKSAAN FISIK DAN PSIKIATRI Pemeriksaan Psikiatri Khusus A. Penampilan : Kesadaran : kompos mentis Cara berpakaian : biasanya berpakaian menyolok, dadanan berlebihan Sikap: tidak koperatif, ekspansif (menguasai), menggoda B. Psikomotor: Hiperaktivitas/ hiperkinesis, C. Pembicaraaan Produktivitas kata, perbendaharaan bahasa dan nada suara meningkat D. Emosi Afek afek inappropriate/ tidak serasi Mood mood disforik, mood elevated E. Proses Pikir 13. Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran Gangguan mental, psikosis (bisa ada/tidak), tes realitas terganggu/ tidak 14. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran Kadang-kadang jawaban yang tidak relevan dan asosiasi longgar 15. Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran Delusi/ waham: waham kebesaran, waham persekutorik, waham referensi F. Persepsi Halusinasi (bisa ada/ tidak) Halusinasi auditorik ( ), halusinasi visual ( ), halusinasi olfaktorik ( ), halusinasi gustatorik ( ), halusinasi taktil ( ), halusinasi perintah (command halusination), Ilusi ( ) 40

G. Tilikan Derajat I (penyangkalan) à pasien skizofrenia paranoid Derajat II (ambigu) Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain): Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab) Derajat V (tilikan intelektual) Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya) I. Discriminative Judgement : Judgment tes : terganggu Judgment sosial : terganggu PEMERIKSAAN PENUNJANG KRITERIA DIAGNOSIS Laboratorium rutin. Pemeriksaan fungsi ginjal jika direncanakan penggunaan Lithium Carbonat. Menurut PPDGJ-III F31 Gangguan Afek bipolar Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stress atau trauma mental lainnya (adanya stres tidak esensial untuk penegakan diagnosis). Termasuk: gangguan atau psikosis manik-depresif Tidak termasuk: Gangguan bipolar, episode manic tunggal (F30) F31.1 Gangguan afektif Bipolar, Episode kini Manik Tanpa Gejala Psikotik 41

Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala psikotik (F30.1); dan Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lampau. F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan gejala psikotik Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala psikotik (F30.2); dan Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau campuran) di masa lampau DIAGNOSIS KERJA 1. Gangguan afektif bipolar episode kini hipomanik 2. Gangguan afektif bipolar episode kini manik tanpa gejala psikotik 3. Gangguan afektif bipolar episode kini manik dengan gejala psikotik 4. Gangguan afektif bipolar episode kini depresi ringan atau sedang 5. Gangguan afektif bipolar episode kini depressi berat tanpa gejala psikotik 6. Gangguan afektif bipolar episode kini depressi berat dengan gejala psikotik 7. Gangguan afektif bipolar episode kini campuran 8. Gangguan afektif bipolar saat ini remisi 9. Gangguan afektif bipolar lainnya 10. Gangguan afektif bipolar YTT DIAGNOSIS BANDING TERAPI 1. Skizoafektif tipe campuran Penatalaksanaan A. Farmakoterapi Antipsikotik atipikal atau tipikal Mood stabilizer B. Non Farmakoterapi ECT 42

C. Psikoterapi Psikoedukasi, Psikoterapi suportif D. ECT ( Electro Convulsive Therapy ) Diberikan pada pasien : EDUKASI Ada ide bunuh diri atau membunuh orang lain Tidak mau / menolak makan Sangat gelisah sekali Apabila tidak menunjukkan kemajuan setelah 10 hari pengobatan psikofarmaka. 1. Penjelasan mengenai penyakit pasien. 2. Rencana perawatan dan terapi. PROGNOSIS DAFTAR PUSTAKA Quo ad Vitam : Dubia ad bonam Quo ad Sanationam : Dubia ad bonam Quo ad Fungsionam : Dubia ad bonam 1. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Cetakan Pertama. 2. Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa. 2012. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa/Psikiatri. 3. Sadock BJ, Sadock VA. 2003. Kaplan & Sadock s Synopsis of Psychiatry. 10 th ed. Philadelphia : Lippincont Williams & wilkins, 43

MODUL 7 BAGIAN PSIKIATRI FK UNAND TOPIK: GANGGUAN ANSIETAS PENGERTIAN GANGGUAN ANSIETAS MENYELURUH SUB TOPIK: GANGGUAN KOMPETENSI : 3A ANSIETAS MENYELURUH Gangguan ansietas menyeluruh merupakan gangguan ansietas kronik yang ditandai dengan kekhawatiran yang berlebihan, sulit dikendalikan, dan menetap, yang disertai dengan gejala-gejala somatik dan psikik. ANAMNESIS Keluhan cemas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau menonjol pada situasi khusus tertentu saja. Dapat disertai dengan gangguan. Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau menonjol pada situasi khusus tertentu saja (sifatnya free floating atau mengambang ). Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut : 1. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit konsentrasi, dsb) 2. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai) 3. Overaktivitas otonom (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb) PEMERIKSAAN FISIK DAN PSIKIATRI Penampilan : sesuai usia, perawatan diri cukup baik Psikomotor : agak gelisah, tidak bisa duduk tenang, selama wawacara kadang meremas-remas tangan Pembicaraan : lancar, volume dan artikulasi cukup Mood : cemas Afek : luas Persepsi : tidak ada halusinasi dan ilusi Proses pikir : koheren Isi pikir : tidak ada waham 44