1. PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia adalah tuan rumah budaya megalitik Austronesia di masa lalu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. PENDAHULUAN. Secara kronologis, sejarah Indonesia meliputi masa prasejarah, hindu-budha, masa

PERSEPSI MASYARAKAT TINGGIHARI TERHADAP KEBERADAAN SITUS MEGALITIK TINGGIHARI KECAMATAN GUMAYULU KABUPATEN LAHAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang akan

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk dapat memecahkan masalah-masalah yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Wilayah Kerinci secara administratif merupakan salah satu

I.PENDAHULUAN. provinsi di Indonesia. Sebagai bagian dari Indonesia, Lampung tak kalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

DESKRIPSI PEMETAAN LOKASI SITUS MEGALITIK PAJAR BULAN KECAMATAN PAJAR BULAN KABUPATEN LAHAT

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini disebabkakan oleh kehidupan dan kebudayaan masyarakat Bali yang

TINGGALAN TRADISI MEGALITIK DI DESA BASANGALAS, KECAMATAN ABANG, KABUPATEN KARANGASEM. Kadek Yogi Prabhawa Program Studi Arkeologi

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN ASTANA GEDE. di Kabupaten Ciamis. Situs Astana Gede merupakan daerah peninggalan

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1. Menhir. Waruga. Sarkofagus. Dolmen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nias merupakan salah satu pulau yang kaya dengan peninggalan megalitik

SARKOFAGUS SAMOSIR: KREATIVITAS LOKAL MASYARAKAT SAMOSIR

MASA PRA AKSARA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

Hasil Kebudayaan masa Praaksara

SIMBOLISME KEPURBAKALAAN MEGALITIK DI WILAYAH PAGAR ALAM, SUMATERA SELATAN

BAB 1: SEJARAH PRASEJARAH

Seni Rupa Pasemah: Arah Hadap dan Orientasi Karya Seni Rupa Pasemah

III. METODE PENELITIAN. Menurut Moh.Nazir, para peneliti dapat memilih berjenis-jenis metode dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan masa prasejarah pada masyarakat sekarang di antaranya hanya dapat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan hukum lingkungan tidak dapat dipisahkan dari gerakan sedunia

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan daerah-daerah atau bangsa-bangsa lain di luar Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau

02/10/2012. Cupture 2. Sejarah Seni Rupa dan Kebudayaan Indonesia. Oleh: Handriyotopo, M.Sn NEOLITIKUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha I 1

PEMANFAATAN SITUS SEPUTIH DI DESA SEPUTIH KECAMATAN MAYANG KABUPATEN JEMBER SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH

JENIS KOLEKSI KETERANGAN UKURAN SKALA GAMBAR RUANG TRANSISI A. Dimensi obyek = 5m x 2m 1 :1. diorama 1 : 1. Dimensi 1 vitrin B = 1,7 m x 1,2 m 1 : 1

BAB I PENDAHULUAN. Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang

NISAN ARCA SITUS MAKAM KUNO MANUBA KECAMATAN MALLUSETASI KABUPATEN BARRU

MENENGOK KEMBALI BUDAYA DAN MASYARAKAT MEGALITIK BONDOWOSO. Muhammad Hidayat (Balai Arkeologi Yogyakarta)

Kata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel

Kebudayaan Masyarakat Prasejarah di Indonesia. SMA kelas X Semester 2 Tahun 2008/2009 Artmy Tirta Ikhwanto

PENGGUNAAN TINGGALAN BATU PAMALI SEBAGAI MEDIA PELANTIKAN RAJA DI DESA LIANG KEC. TELUK ELPAPUTIH KABUPATEN MALUKU TENGAH

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB 3 PERBANDINGAN BANGUNAN PASIR KARAMAT DENGAN BANGUNAN BERKONSEP MEGALITIK

FUNGSI BUDAYA MEGALITIK DI ORAHILI-GOMO KABUPATEN NIAS SELATAN. ( Supsiloani, S.Sos dan Sulian Ekomila, S.Sos)

ARTIKEL. Judul. Oleh I WAYAN GUNAWAN

SITUS-SITUS MEGALITIK DI MALANG RAYA: KAJIAN BENTUK DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya

Zaman Pra- Aksara masa Food Producing

FUNGSI SITUS PAGAR BATU DI DESA PARDOMUAN, SIMANINDO, SAMOSIR, SUMATERA UTARA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata itu sendiri, dimana pariwisata memiliki cerita tersendiri dalam sejarah

PENYELAMATAN ARCA-ARCA MEGALITIK SITUS PADANGPERIGI KABUPATEN LAHAT The Salvage of the Megalithic Statues at Padangperigi Site Lahat Regency

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KUBUR BATU (RETI) DI KAMPUNG KAWANGU KECAMATAN PANDAWAI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Sejarah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

UNIVERSITAS INDONESIA PUNDEN BERUNDAK DI SITUS GUNUNG GENTONG, KUNINGAN, JAWA BARAT SKRIPSI ADITYA NUGROHO

ARKENAS PERSEBARAN DAN BENTUK-BENTUK MEGALITIK INDONESIA: SEBUAH PENDEKATAN KAWASAN. Bagyo Prasetyo

MASYARAKAT PENDUKUNG TRADISI MEGALITIK: PENGHUNI AWAL SITUS TANJUNGRAYA, KECAMATAN SUKAU, LAMPUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kebudayaan yang berbeda-beda antara satu sama lain. Hal ini dapat kita

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal ,2,3,4, dan 5. 2,3,4,5, dan 1. 3,4,5,1, dan 2.

MENGHARGAI PENINGGALAN SEJARAH. By : Arista Ninda Kusuma / PGSD USD

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun pertama masehi, Lampung telah dihuni oleh manusia. Hal ini dibuktikan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia adalah mahkluk yang diberi akal dan pikiran sehingga ia

BAB I PENDAHULUAN. Film Dokumenter tidak seperti halnya film fiksi (cerita) merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. hutan belantara merupakan kebanggaan pada usia muda. Di tengah perjalanannya rombongan

ARCA MEGALITIK DI PURA SIBI AGUNG, DESA PAKRAMAN KESIAN,GIANYAR, BALI, DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA BERDASARKAN KURIKULUM

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA MALUKU (Paparan Dinas Pariwisata Provinsi Maluku)

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan cermin kecerdasan dan kemajuan suatu bangsa. Negara yang dapat

SITUS DUPLANG DI DESA KAMAL KECAMATAN ARJASA KABUPATEN JEMBER : HISTORISITAS DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH

89 Kapata Arkeologi Vol. 1 No. 1 Agustus / Marlyn Salhuteru Masyarakat Maluku Tenggara

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

SITUS DUPLANG DI DESA KAMAL KECAMATAN ARJASA KABUPATEN JEMBER : HISTORISITAS DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan lingkungannya (Rossler, 2009: 19). Warisan Budaya dapat diartikan

Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan

BAB I PENDAHULUAN. satunya Indonesia, Indonesia sendiri memiliki berbagai macam suku

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah pada mulanya disampaikan dengan cara lisan (dari mulut

I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB V PENUTUP. kesimpulan untuk mengingatkan kembali hal-hal yang penting dan sekaligus

SEJARAH DAN PENINGGALANNYA

SENI LUKIS DAN SENI GORES PADA MEGALITIK PASEMAH, PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam periodesasinya disebut seni prasejarah indonesia. Seni prasejarah disebut

BAB I PENINGGALAN SEJARAH DI LINGKUNGAN SETEMPAT

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari budaya karena

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat Batak di Tapanuli utara, upacara-upacara Sigalegale

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan semata-mata sebuah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

TINGGALAN MEGALITIK DI DESA TUHAHA KECAMATAN SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH

Eksplorasi Tinggalan Batu Besar di Lereng Ciremai

BAB I PENDAHULUAN. tauhid, mengubah semua jenis kehidupan yang timpang kearah kehidupan yang

Transkripsi:

1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepulauan Indonesia adalah tuan rumah budaya megalitik Austronesia di masa lalu dan sekarang. Bangunan megalitik hampir tersebar di seluruh kepulauan Indonesia, dengan bentuk yang bermacam-macam. Perkembangan megalitik di Indonesia diawali sejak masa neolitik atau bercocok tanam. Hal ini diungkapkan dengan di temukannya berbagai bentuk peninggalan tradisi megalitik yang didominasi oleh bangunan-bangunan seperti: menhir, dolmen, sarkofagus, bangunan teras berundak, arca menhir, batu lumpang, batu bergores, kubur batu, dan lain sebagainya, yang tersebar diberbagai daerah seperti Sumatera, Jawa, Sulawesi, Bali dan Indonesia bagian Timur (Poesponegoro, 1993: 210-238). Persebaran megalitik di Indonesia tersebut merupakan bukti pada masa neolitik (bercocok tanam), masyarakat Indonesia sudah mulai memanfaatkan benda-benda yang terdapat di lingkungannya, diantaranya ada yang dibuat sebagai alat dalam memenuhi kebutuhan pribadi, atau untuk memenuhi keperluan kebutuhan bersama. Menurut Sutaba, luas wilayah perkembangan tradisi megalitik di Indonesia dipandang sebagai petunjuk dari adanya intensitas mobilitas penduduk dari satu tempat ke

2 tempat yang lainnya di masa lampau dengan membawa konsepsi-konsepsi yang bercorak megalitik yang menghasilkan berbagai bentuk bangunan-bangunan megalitik dari batu-batu (Sutaba, 1996: 1). Setiap pendirian peninggalan megalitik yang tersebar di Indonesia, mempunyai tujuan dan maksud tertentu bagi masyarakat pendukungnya pada masa prasejarah. Tujuan pendirian megalitik tersebut umunya sebagai sarana untuk pemujaan, penguburan dan ada juga sebagai bentuk penghormatan masyarakat pada masa itu terhadap para pemimpin mereka. Peninggalan megalitik yang tersebar di Indonosia sudah tentu mempunyai sejarah dan bentuk yang berbeda-beda. Tetapi ada juga diantaranya yang memiliki kesamaan, namun biasanya persamaannya terlihat dalam bentuk wujud peninggalan megalitik tersebut. Walaupun dari segi bentuk mempunyai kesamaan namun hal itu bukan berarti betuk peninggalan megalitik tersebut mempunyai kesamaan persis dalam segi bentuk apapun, karena setiap peninggalan yang tersebar di wilayah Indonesia sudah tentu mempunyai ciri khusus tersendiri, yang biasanya ciri-ciri khusus tersebut sesuai dengan keadaan daerah dimana letak peninggalan situs megalitik itu berada. Peniggalan situs megalitik di Indonesia biasanya mempunyai hubungan dengan cerita legenda yang tersebar di kalangan masyarakat Indonesia, yang mana setiap cerita legenda yang tersebar dimasyarakat memiliki perberbedaan-perbedaan dari satu daerah dengan daerah lainnya. Biasanya masyarakat yang menetap atau yang dekat dengan wilayah situs-situs peninggalan megalitik tersebut, secara umum mereka

3 sangat mempercayai cerita legenda tersebut sebagai sebuah cerita yang seolah-olah merupakan sebuah cerita yang benar-benar terjadi dalam suatu daerah tersebut. Begitu juga dengan peniggalan-peninggalan megalitik yang tersebar di dataran tinggi Pasema, yang secara umum memiliki cerita legenda seperti masyarakat Indonesia lainnya. Cerita legenda yang tersebar dan terkenal pada situs megalitik pasemah yaitu cerita legenda Si Pahit Lidah atau Serunting Sakti. Tokoh dalam cerita tersebut diyakini masyarakat sebagai penyebab terbentuknya peninggalan-peningalan megalitik yang tersebar di wilayah pasemah. Peniggalan di situs megalitik Tinggihari ini termasuk ke dalam megalitik Pasemah, sehingga cerita legenda yang tersebar pada peninggalan megalitik ini mempunyai kesamaan. Masyarakat di daerah Tinggihari mempercayai akan cerita legenda yang diyakini berhubungan dengan leluhur atau nenek moyang mereka. Seperti yang diceritakan oleh bapak Ahmad Rifai, rata-rata masyarakat Tinggihari percaya situs ini merupakan hasil dari kutukan Si Pahit Lidah atau Serunting Sakti. Tokoh ini disebut Si Pahit Lidah karena ia memiliki kekuatan pada lidahnya. Semua yang terkena jilatan lidahnya atau kutukannya akan berubah menjadi batu, seperti cerita Patung Batu Putri. Di ceritakan pada zaman dulu, sang putri merasa terhina saat Si Pahit Lidah menanyakan padanya ke mana ia akan pergi. Sang putri tidak menjawab teguran tersebut. Si Pahit Lidah tersinggung oleh sikap itu, maka dikutuklah sang putri menjadi batu. Namun berbagai cerita tentang legenda situs Tinggihari tidak memiliki bukti yang kuat untuk menjelaskan secara pasti sejarah dari situs Tinggihari

4 ini (wawancara dengan bapak Ahmad Rifai, Penduduk desa Tinggihari yang dianggap dan mengetahui legenda situs Tinggihari 52 tahun, 1 Januari 2013). Situs megalitik Tinggihari ini terletak di desa Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat. Peninggalan benda-benda megalitiknya terdiri dari tiga komplek situs, yaitu situs Tinggihari satu, situs Tinggihari dua, dan situs Tinggihari tiga. Situs megalitik Tinggihari ini mempunyai keunikan tersendiri baik dari segi bentuk maupun lukisannya. dan juga merupakan situs yang sering dikunjungi oleh para sejarawan, mahasiswa maupun pelajar SMA. Benda-benda megalitik di situs Tinggihari dibuat dengan bentuk bervariasi, yang dapat dilihat dari jenis dan ukurannya. Dari segi jenis peninggalnya berupa menhir, arca megalitik, lumpang batu, umpak-umpak batu, susunan batu gelang (stone enclosure). Dari segi ukuran ada yang panjang, pendek, bulat dan lebar. Megalitik di situs Tinggihari ini juga rata-rata berbentuk perkasa. Tujuan pembuatan megalitik tersebut adalah sebuah bentuk penghormatan kepada pemimpin masyarakat yang sudah meninggal. Bentuk-bentuk keperkasaan megalitik Tinggihari, membuat para ahli berfikir benda ini dibuat untuk menggambarkan seorang pemimpin masyarakat yang dihormati dan disegani. Hal ini dijelaskan oleh Ayu Kusuma, dalam buku Megalitik Bumi Pasemah Peranan Serta Fungsinya, yaitu: karena keperkasaan bentuknya, banyak para ahliahli menyebutya sebagai penggambaran pemimpin masyarakat (Ayu Kusuma, 2003: 30).

5 Keberadaan situs megalitik Tinggihari di Tinggihari, serta adanya perbedaan bentuk, jenis dan cerita legenda pada situs megalitik Tinggihari ini, menjadi penyebab timbulnya persepsi masyarakat yang berbeda-beda mengenai situs megalitik Tinggihari. Perbedaan persepsi tersebut juga dilatar belakangi oleh faktor perhatian, pengetahuan dan cara berfikir pada masyarakat Tinggihari. Masyarakat yang memiliki perhatian terhadap situs megalitik Tinggihari memiliki persepsi yang berbeda dengan masyarakat yang tidak memiliki perhatian terhadap situs megalitik Tinggihari. Masyarakat yang memiliki pengetahuan terhadap situs megalitik Tinggihari memiliki persepsi yang berbeda dengan masyarakat yang tidak memiliki pengetahuan terhadap situs megalitik Tinggihari, begitu juga cara berfikir masyarakatnya akan berbeda dengan masyarakat yang tidak mempunyai perhatian dan pengetahuan mengenai situs megalitik Tinggihari. Keberadaan situs megalitik Tinggihari di tengah-tengah masyarakat Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat mempunyai arti penting bagi pelestarian nilai-nilai budaya sejarah di daerah ini. Kurang jelasnya persepsi masyarakat Tinggihari terhadap keberadaan situs megalitik Tingggihari mendorong melakukan penelitian tentang persepsi masyarakat Tinggihari terhadap keberadaan situs megalitik Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat.

6 B. Analisis Masalah 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Jarak peninggalan situs megalitik Tinggihari terhadap desa Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat. 2. Lokasi peninggalan situs megalitik Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat. 3. Persepsi masyarakat Tinggihari terhadap keberadaan situs megalitik Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat. 2. Pembatasan Masalah Agar permasalahan dalam penelitian tidak terlalu luas maka penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas pada, persepsi masyarakat Tinggihari terhadap keberadaan situs megalitik Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat. Persepsi yang akan dilihat berdasarkan perhatian masyarakat, pengetahuan masyarakat dan cara berfikir masyarakat. 3. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi masyarakat terhadap keberadaan situs megalitik Tinggihari

7 Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat dilihat berdasarkan perhatian masyarakat, pengetahuan masyarakat, dan cara berfikir masyarakat? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat terhadap keberadaan situs megalitik Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat ditinjau dari perhatian masyarakat, pengetahuan masyarakat dan cara berfikir masyarakat. D. Kegunaan Penelitian Setiap penelitian tentunya mempunyai kegunaan pada pihak-pihak yang membutuhkan, adapun kegunaan dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk menambah wawasan bagi penulis, pembaca serta masyarakat pada umumnya dan penulis khususnya mengenai persepsi masyarakat Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat terhadap keberadaan situs megalik Tinggihari. 2. Sebagai sumbangan pustaka yang dapat dimanfaatkan bagi mahasiswa Universitas Lampung sebagai informasi sejarah lokal di Kabupaten Lahat.

8 E. Ruang Lingkup Penelitian Mengingat masalah di atas cukup umum dalam penelitian, maka untuk menghindari kesalah pahaman, dalam hal ini peneliti memberikan kejelasan tentang sasaran dan tujuan penelitian mencakup : 1. Obyek Penelitian : Persepsi masyarakat Tinggihari terhadap keberadaan situs megalitik Tinggihari dilihat berdasakan perhatian masyarakat, pengetahuan masyarakat dan cara berfikir masyarakat. 2. Subyek Penelitian : Masyarakat Tinggihari Kecamatan Gumay Ulu Kabupaten Lahat. 3. Tempat Penelitian : Desa Tinggihari, Kecamatan Gumay Ulu, Kab. Lahat. 4. Waktu Penelitian : 2013 5. Bidang Ilmu : Sejarah Lokal

9 REFERENSI Poesponegoro. 1993. Sejarah Nasional Indonesia 1. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Pustaka. Jakarta. Halaman 210-238. Sutaba. 1996. Masyarakat Megalitik Di Indonesia. Balai Arkiologi. Bandung. Halaman 1. Wawancara dengan Bapak Ahmad Rifai 52 tahun. 1 Januari 2013. Pukul 13.30 WIB Ayu Kusumawati. 2003. Megalitik Bumi Pasemah Peranan serta Fugsinya. Pusat Penelitian Arkiologi. Jakarta. Halaman 30.