PERBEDAAN STATUS GIZI BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DENGAN TIDAK ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS TAROKAN KABUPATEN KEDIRI

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP BERAT BADAN BAYI UMUR 4 6 BULAN (Di Wilayah Kerja Puskesmas Plumpang Kabupaten Tuban)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan zat gizi bagi bayi usia sampai 2 tahun merupakan hal yang

GAMBARAN KETIDAKBERHASILAN IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAPURAN RAYA

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI PENGGUNA ASI EKSLUSIF DENGAN ASI TIDAK EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 0-6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI DENGAN YANG DIBERI PASI DI DESA GLAGAH JATINOM KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

GASTER Vol. 11 No. 2 Februari Wahyuningsih Akademi Giri Husada Wonogiri. Abstrak

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

BAB 1 PENDAHULUAN. bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DINI DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI DIBAWAH UMUR 6 BULAN

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

KONTRIBUSI PERSEPSI DAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH PEDESAAN. Lilik Hidayanti 1, Nur Lina

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI, DURASI MENYUSUI DENGAN BERAT BADAN BAYI DI POLIKLINIK BERSALIN MARIANI MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. kurang dalam hal pemberian makanan yang baik (Akhsan, 2007).

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF PADA IBU BEKERJA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

Jurnal Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya, Volume 2, Nomor 2, September 2016 ISSN X

PENGARUH PUTING SUSU LECET TERHADAP PENERAPAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA HARJOBINANGUN PURWOREJO GITA APRILIA ABSTRAK

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. tergantng dari motif yang dimiliki (Taufik, 2007). menggerakkan kita untuk berperilaku tertentu. Oleh karena itu, dalam

Widi Apriani Putri 1) Ai Sri Kosnayani, dan Lilik Hidayanti 2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN KUESIONER Identitas Pengetahuan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

GAMBARAN PERKEMBANGAN BAYI YANG TIDAK DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KADEMANGAN DAN DESA MIAGAN KECAMATAN MOJOAGUNG KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi

ASI ADALAH ANUGERAH LUAR BIASA YANG DIBERIKAN TUHAN KEPADA MANUSIA KENAPA BANYAK ORANG TUA TIDAK MEMBERIKAN ASI

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DI DESA BUTUH KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

ABSTRAK GAMBARAN SOSIAL BUDAYA DENGAN POLA MAKAN IBU MENYUSUI DI KEMUKIMAN JANGKA BUYA KECAMATAN JANGKA BUYA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013

61 c. Setelah bayi diberikan susu formula untuk latihan menghisap, barulah diberikan ASI pertama d. Menunggu bayi menangis terus karena kelaparan 4.

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN PADA IBU HAMIL TENTANG ANEMIA TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN ANEMIA SELAMA KEHAMILAN. Kiftiyah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh: MUJI RAHAYU J.

TINJAUAN PUSTAKA. ditentukan oleh ketersediaan zat gizi dalam jumlah cukup dan dalam. penyerapan, dan penggunaan zat-zat tersebut (Triaswulan, 2012)

STUDI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN IBU HAMIL DALAM MENGKONSUMSI TABLET BESI DI POLINDES BENDUNG JETIS MOJOKERTO.

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012

BAB I PENDAHULUAN. berusia 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman (Depkes, 2004). ASI

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMBERIAN MPASI DINI DI RW 1 KELURAHAN NGAGEL KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR DI BIDAN PRAKTEK SWASTA (BPS) KECAMATAN TURI LAMONGAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI ESKLUSIF DI PUSKESMAS 7 ULU PALEMBANG TAHUN 2013

Hubungan Pengetahuan, Pendidikan, Paritas dengan Pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

Sugiarti dan Vera Talumepa

Penyajian Susu Formula Terhadap Kejadian Diare Pada Bayi 0 24 Bulan di RS. Surabaya Medical Service

Nisa khoiriah INTISARI

DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI UMUR 1-6 BULAN DI DESA TEGALARUM KECAMATAN BOROBUDUR KABUPATEN MAGELANG TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menempuh, menemui, mengarungi, menyebrangi, menanggung, mendapat,

ARIS SETYADI J

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal untuk meningkatkan

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) ASI Ekslusif 6 Bulan

PERBEDAAN PEMBERIAN ASI DAN PASI TERHADAP PERTUMBUHAN BAYI USIA 6 BULAN DI DESA KADUNGREMBUG KECAMATAN SUKODADI KABUPATEN LAMONGAN

MEDICA MAJAPAHIT. Vol 5. No. 2 Oktober Sri Sudarsih 1, Pipit Bayu Wijayanti 2 *)

GAMBARAN TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 6-24 BULAN YANG MENDAPAT ASI EKSKLUSIF DI DESA GASOL KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN PERTUMBUHAN BAYI DI DESA PAKIJANGAN KECAMATAN BULAKAMBA KABUPATEN BREBES

MANFAAT ASI BAGI BAYI

BAB I PENDAHULUAN. makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran seseorang hingga berusia 18 atau 24 bulan. Masa-masa bayi adalah

HUBUNGAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) DENGAN BERAT BAYI LAHIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di mana salah satu indikator tingkat kesehatan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih

BAB I PENDAHULUAN. Bayi sejak lahir harus mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) secara Eksklusif, sesegera mungkin

BAB I PENDAHULUAN.

Naili Nur Meifanna. Kata kunci : motorik halus, ASI, susu formula. Kepustakaan : 30 ( )

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pola menyusui yang dianjurkan (Suradi, 1995).

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS DEPOK I SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PRODUKSI ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGALO PADANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. termasuk anak, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui dengan kegiatan pokok

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN MOTIVASI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF NASKAH PUBLIKASI

76 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. ISSN (elektronik) PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

DAFTAR PUSTAKA. Ahmadi, Abu dan Nur Unbiyati Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

Hubungan Pemberian Asi Eksklusif dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 7-24 Bulan di Desa Jembungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF BERDASARKAN STATUS BEKERJA IBU YANG MEMILIKI BAYI USIA 6-11 BULAN DI WILAYAH KERJAPUSKESMAS KARANGAWEN 1 KABUPATEN DEMAK

DEWI SUSANTI ( S)

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Hj. Umah Kec. Cidadap Kel. Ciumbuleuit Kota Bandung

Transkripsi:

PERBEDAAN STATUS GIZI BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DENGAN TIDAK ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS TAROKAN KABUPATEN KEDIRI Susi Erna Wati,S.Kep.,Ns.M.Kes. Fakultas Ilmu Kesehatan UN PGRI Kediri susiernawati9@gmail.com ABSTRAK Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zatzat gizi. Pemberian ASI eksklusif dan ASI tidak eksklusif dapat mempengaruhi status gizi bayi. Pemberian ASI eksklusif kepada bayi sampai usia 6 bulan saat ini masih rendah itu terjadi karena pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI masih rendah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan status gizi bayi yang diberi ASI eksklusif dengan tidak ASI eksklusif. Desain penelitian menggunakan komparatif dan teknik quota sampling dengan jumlah 4 responden. Pengumpulan data dengan wawancara dan observasi. Hasil uji statistik menemukan hampir seluruh 37 responden (92,5%) memiliki status gizi normal. Hasil analisa dengan menggunakan uji t tes didapatkan t hitung =,28 sedangkan pada t hitung dengan db 38 terletak pada α 5% = 2,42. Jadi nilai t hitung < t table, sehingga dapat disimpulkan Ho diterima, artinya tidak ada perbedaan antara status gizi bayi yang diberi ASI eksklusif dengan ASI tidak eksklusif di Puskesmas Tarokan Kabupaten Kediri. Hal ini dapat terjadi karena status gizi tidak hanya dipengaruhi oleh pemberian ASI saja, melainkan ada faktor lain seperti kecukupan mengkonsumsi makanan, keadaan kesehatan bayi, pendidikan orang tua, faktor ekonomi orang tua. Diharapkan pada para ibu yang mempunyai bayi supaya memberikan ASI eksklusif pada bayinya meskipun mempunyai kesibukan diluar rumah bisa dengan cara menyimpan ASI ke botol dot dan menyimpannya di dalam lemari es. Kata Kunci : Status Gizi, ASI Eksklusif, ASI Tidak Eksklusif PENDAHULUAN ASI adalah nutrisi alamiah terbaik bagi bayi dengan kandungan gizi paling sesuai untuk pertumbuhan optimal. ASI eksklusif juga mengandung zat untuk perkembangan kecerdasan zat kekebalan (mencegah dari berbagai penyakit) dan dapat menjalin hubungan cinta kasih antara bayi dengan ibu (Rachmawati dan kuntari, 26). Pemberian ASI eksklusif kepada bayi sampai berumur enam bulan saat ini masih rendah, yaitu kurang dari 2% dari jumlah total ibu melahirkan. Itu terjadi karena pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI masih rendah, tata laksana rumah sakit yang salah dan banyaknya ibu yang mempunyai pekerjaan di luar rumah (Roesli, 2). Jumlah ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai berumur 6 bulan masih rendah yaitu kurang dari 2% dari jumlah total ibu melahirkan, hal tersebut lebih disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain karena kurang pengetahuan ibu tentang 69

pentingnya ASI masih rendah, tatalaksana rumah sakit yang salah, dan banyak ibu yang mempunyai pekerjaan diluar rumah. Di Indonesia, rata-rata ibu memberikan ASI eksklusif hanya 2 bulan. Pada saat yang bersamaan, pemberian susu meningkat 3x lipat (Yuliati, 21). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Tarokan pada tahun 215 terdapat 186 ibu menyusui dan ada 129 ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya, dan ada 6 orang bayi yang mengalami kurang gizi dikarenakan ibunya tidak memberikan ASI eksklusif dan 9 bayi yang mengalami gizi lebih dikarenakan bayi tidak mendapatkan ASI eksklusif tetapi mendapatkan makanan tambahan lain. Anak-anak yang tidak diberi ASI secara eksklusif juga lebih cepat terjangkit penyakit kronis seperti kanker, jantung, hipertensi dan diabetes setelah dewasa (Dewi, 25). ASI, selain dapat diberikan dengan cara mudah dan murah juga dapat menurunkan resiko terjadinya pendarahan dan anemia pada ibu, serta menunda kehamilan berikutnya (Roesli, 2). Akibat ketidaktahuan ibu menyusui terhadap manfaat pemberian ASI eksklusif tersebut, maka akan banyak ibu-ibu yang kurang bahkan tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya dan senang menggunakan susu formula atau makanan pengganti lainnya sehingga akan menimbulkan masalah-masalah pada bayi yaitu gizi buruk, bayi mudah sakit, bayi-bayi yang kurang mendapatkan kasih sayang yang akhirnya secara tidak langsung juga akan mempengaruhi sumber daya manusia di masa yang akan datang. Untuk meningkatkan cakupan ASI eksklusif pemerintah Indonesia melalui departemen kesehatan telah menertibkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor:45/menkes/sk/iv/24 tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara Eksklusif pada Bayi di Indonesia, yang menetapkan bahwa pemberian ASI secara Eksklusif pada bayi berusia 6 bulan dan semua tenaga kesehatan agar menginformasikannya kepada semua ibu yang melahirkan (Prasetyono, 27). Dari fenomena yang ada di atas maka peniliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perbedaan status gizi bayi yang mengkonsumsi asi eksklusif dengan tidak eksklusif di puskesmas tarokan Kediri. KAJIAN PUSTAKA 1. Pengertian Status Gizi Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zatzat gizi. Status gizi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu konsumsi makanan dan kesehatan. 7

Konsumsi makanan dipengaruhi zat gizi dalam makanan, program pemberian makanan dalam keluarga, kebiasaan makan, pemeliharaan kesehatan, daya beli keluarga, lingkungan fisik dan sosial (Supariasa, dkk, 22). 2. Penilaian Status Gizi Secara Langsung a. Penilaian secara antropometri Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidak seimbangan antara asupan energi dan protein (Supariasa, dkk, 22). 1) Berat Badan Menurut Umur (BB/U) 2) Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) 3) Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) b. Penilaian secara klinis Penilaian secara klinis yaitu penilaian yang mengamati dan mengevaluasi tanda-tanda klinis atau perubahan fisik yang ditimbulkan akibat gangguan kesehatan dan penyakit kurang gizi. Perubahan tersebut dapat dilihat pada kulit atau jaringan epitel, yaitu jaringan yang membungkus permukaan kulit tubuh seperti rambut, mata, mulut, lidah, gigi dan lainnya serta kelenjar tiroid (Supariasa, dkk, 22). c. Penilaian Secara Biokimia Pemeriksaan biokimia dalam penilaian status gizi memberikan hasil yang lebih tepat dan objektif dari pada penilaian konsumsi pangan dan pemeriksaan lain. Pemeriksaan biokimia dapat mendeteksi defisiensi zat gizi lebih dini (Supariasa, dkk, 22). Pemeriksaan biokimia yang sering digunakan adalah tehnik pengukuran kandungan sebagai zat gizi dan subtansi kimia lain dalam darah dan urin (Supariasa, dkk, 22). 1. Klasifikasi Status Gizi Klasifikasi status gizi menurut standar WHO-NCHS berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi adalah sebagai berikut : a. Gizi lebih > 2, SD (standar deviasi) b. Gizi baik 2. SD s/d +2 SD (standar deviasi) c. Gizi kurang < - 2, SD s/d 3 SD (standar deviasi) d. Gizi buruk < - 3, SD. (standar deviasi) 2. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi a. Faktor Langsung 1) Kecukupan Komsumsi Makanan 2) Keadaan Kesehatan b. Faktor Tidak Langsung 71

1) Ketahanan Makanan Keluarga 2) Asuhan Ibu Bagi Anak 3) Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan dan Sanitasi Lingkungan 4) Pendidikan 5) Keberadaan dan Kontrol Keluarga 6) Politik 7) Faktor Ekonomi 3. Konsep ASI Eksklusif dan Tidak Eksklusifa a. ASI Eksklusif Pemberian ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti : susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa makanan tambahan padat seperti : pisang,bubur, biskuit, bubur asi dan tim (Roesli, 2). ASI eksklusif merupakan cara menyusui bayi segera setelah lahir dan hanya diberikan ASI saja sampai bayi umur 6 bulan tanpa diberikan makanan lain. 1) Manfaat ASI Eksklusif bagi bayi a) Komposisi sesuai dengan kebutuhan b) Kalori ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai enam bulan c) ASI mengandung zat pelindung d) Perkembangan psikomotor lebih cepat e) Menunjang perkembangan kognitif f) Menunjang perkembangan penglihatan g) Memperkuat ikatan ibu dan anak h) Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat i) Dasar untuk perkembangan kepribadian yang percaya diri 2) Manfaat Bagi Ibu a) Mencegah perdarahan b) Mencegah anemia defisiensi zat besi c) Mempercepat ibu kembali ke berat sebelum hamil d) Menunda kesuburan e) Menimbulkan perasaan dibutuhkan f) Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium 3) Manfaat bagi keluarga a) Mudah pemberian b) Mengurangi biaya rumah tangga 72

4) Manfaat Bagi Negara a) Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat-obatan. Angka kematian dan kesakitan bayi yang mendapat ASI akan berkurang. Selain itu dengan tertundanya masa subur ibu, penggunaan obat-obatan atau alat KB dapat dihemat untuk beberapa bulan. b) Penghematan devisa untuk pembelian susu formula dan perlengkapan menyusui. Pemerintah dapat menghemat biaya pengeluaran untuk membeli suu botol, botol, dot dan bahan bakar minyak atau gas yang diperlukan dalam persiapan air panas untuk membuat susu formula c) Mengurangi polusipemberian ASI tidak akan menyebabkan terjadinya tumpukan kaleng/kardus dan pencemaran udara d) Mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. 4. Pemberian ASI Eksklusif a. Frekwensi menyusui dengan pembatasan ( Taken Breast Feeding). Pembatasan dilakukan mengenai frekwensi, jarak menyusui. Jadwal waktu yang ketat dan lama menyusui kira-kira 1-15 menit. Cara ini dapat mendidik bayi untuk membiasakan disiplin dan memberi kemudahan bagi petugas kesehatan di rumah sakit atau dirumah bersalin dalam mengelola pasangan bayi dan ibu menyusui, namun sekarang cara ini dianggap mengurangi kemampuan menyusui pada ibu oleh karena itu tidak dianjurkan lagi. b. Frekwensi menyusui dengan gaya bebas ( On demand) Cara ini bayi disusui setiap kali menangis karena lapar atau haus. Menyusui gaya ini dianjurkan dan biasa disebut menyusui menurut kehendak bayi (Samsudin, 1985). 5. Lama Pemberian ASI Pemberian ASI tergantung kondisi dalam dua hari pertama, produksi ASI yang belum banyak hingga tidak perlu menyusui terlalu lama cukup beberapa menit saja untuk merangsang keluarnya ASI. Pada hari-hari berikutnya bayi dapat disusui selama 15-2 menit tiap kali menyusui. b. ASI Tidak Eksklusif yaitu pemberian ASI tidak eksklusif merupakan pemberian ASI yang ditambah dengan pemberian makanan tambahan atau yang biasa dikenal dengan nama MP-ASI, pemberian ASI tidak eksklusif diberikan karena kurangnya pengetahuan, pemahaman tentang ASI eksklusif dan pengaruh promosi susu formula (Roesli, 25). 73

METODOLOGI Desain penelitian ini menggunakan metode penelitian komparatif. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 8-19 Juli 215 di wilayah kerja Puskesmas Tarokan Kabupaten Kediri. Populasi dalam penelitian ini adalah bayi usia 7-8 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif dan tidak eksklusif sejumlah 63 di wilayah kerja Puskesmas tarokan. Tehnik sampling menggunakan quota sampling dan sampel dalam penelitian ini adalah bayi berusia 7-8 bulan yang diberi ASI eksklusif dan ASI tidak eksklusif, untuk mencari jumlah sampel yang dibutuhkan menggunakan rumus n = (Notoatmodjo.25). n = = 4 jadi jumlah sampel yang didapat adalah 4 yang dibagi menjadi 2 yaitu 2 responden yang mendapatkan ASI eksklusif dan 2 responden yang tidak mendapatkan ASI eksklusif. Tehnik analisa data yang digunakan dalam pengujian hipotesis adalah uji t dengan tingkat kemaknaan 5% untuk mengetahui adanya perbedaan antara status gizi bayi yang diberi ASI eksklusif dengan tidak ASI eksklusif. HASIL 1. Data Umum Table 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur No Umur (bulan) Frekuensi Prosentase (%) 1. 2. 7 8 29 11 72,5 % 27,5 % Total 4 1% Berdasarkan tabel 4.1 diatas dari 4 orang jumlah seluruh responden menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya responden (72,5%). 2. Data khusus a. Status gizi bayi yang diberi ASI eksklusif yaitu pada umur 7 bulan Table 4.2 distribusi frekuensi responden berdasarkan status gizi bayi yang diberi ASI eksklusif No Status gizi Frekuensi Prosentase (%) 1. 2. 3. 4. Normal Kurus Kurus sekali Gemuk 19 1 95 % 5 %.. Total 2 1 74

Berdasarkan tabel 4.2 diatas dari 2 orang jumlah seluruh responden menunjukkan bahwa status gizi bayi yang diberi ASI eksklusif dari 2 responden hampir seluruhnya memiliki status gizi normal (95%). b. Status gizi bayi yang tidak diberi ASI eksklusif Table 4.3 distribusi frekuensi responden berdasarkan status gizi bayi yang tidak diberi ASI eksklusif No Status gizi Frekuensi Prosentase (%) 1. 2. 3. 4. Normal Kurus Kurus sekali Gemuk 18 2 9 % 1 % % % Total 2 1 Berdasarkan tabel 4.3 diatas dari 2 orang jumlah seluruh responden menunjukkan bahwa status gizi bayi yang tidak diberi ASI eksklusif dari 2 responden hampir seluruhnya memiliki status gizi normal (9%). c. Perbedaan status gizi bayi yang diberikan ASI eksklusif dengan ASI tidak eksklusif Table 4.4 tabulasi silang antara status gizi bayi yang diberikan ASI eksklusif dengan ASI tidak eksklusif. Status gizi Pemberian ASI Jumlah ASI eksklusif ASI Tidak eksklusif n (%) n (%) n (%) Normal Kurus Kurus sekali Gemuk 19 (47,5%) 1 (2,5%) 18 (45%) 2 (5%) 37 (92,5%) 3 (7,5%) Total 2 (5%) 2 (5%) 4 (1%) Berdasarkan hasil tabulasi silang antara status gizi bayi yang diberi ASI eksklusif dan ASI tidak eksklusif menunjukkan hampir setengahnya responden yaitu 19 responden (47,5%) memiliki status gizi normal dan diberikan ASI eksklusif, 18 responden (46%) memiliki status gizi normal dan tidak diberikan ASI eksklusi. d. Hasil analisa data dengan menggunakan uji t SD mx =SDy SD my = = = = = = = =,51 =,49 75

SD bm = =,51 2 +,49 2 =,26 +,24 =,5 T = = =,38 e. Membandingkan t hitung dengan t table untuk mengukur hipotesisnya Dari analisa data dengan uji t didapatkan hasil t hitung =,38 yang kemudian dibandingkan dengan t table dengan taraf signifikan 5% dengan db = N x + N y -2 = 16-2 = 14 t table 5% = 2,. Sehingga akan diperoleh harga kritik t hitung =,38 lebih kecil dari harga t tabel = 2,. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak dan H diterima yang artinya tidak ada perbedaan antara status gizi bayi yang diberi ASI eksklusif dengan ASI tidak eksklusif PEMBAHASAN 1. Status gizi bayi yang diberi ASI eksklusif Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa hasil tentang status gizi bayi yang diberi ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Tarokan Kabupaten Kediri Tahun 215 diperoleh hampir seluruhnya responden yaitu 19 responden (95%) mempunyai status gizi normal. ASI diyakini dan bahkan terbukti memberi manfaat bagi bayi baik dari sisi/aspek gizi, aspek imunologi, aspek spikologik, aspek kecerdasan serta aspek penundaan kehamilan (Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur, 27). ASI eksklusif adalah cara menyusui bayi segera setelah lahir dan hanya diberikan ASI saja tanpa sampai bayi umur 6 bulan tanpa diberikan makanan lain (Roesli,2). Faktor yang mempengaruhi sebagian besar status gizi normal pada bayi yang diberi ASI eksklusif dapat terjadi karena konsumsi ASI dan kesehatan bayi yang baik. Dalam hal ini faktor orang tua juga sangat barperan dalam pemenuhan gizi pada bayi yang meliputi jadwal pemberian ASI dan ketulusannya dalam pemberian ASI. 2. Status gizi bayi yang tidak diberi ASI eksklusif 76

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa hasil tentang status gizi bayi yang tidak diberi ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas tarokan kabupaten Kediri Tahun 215 diperoleh hampir seluruhnya responden yaitu 18 responden (9%) mempunyai status gizi normal. ASI tidak eksklusif adalah pemberian ASI yang ditambah dengan pemberian makanan tambahan (Roesli,2). Faktor yang mempengaruhi sebagian besar status gizi normal pada bayi yang tidak diberi ASI eksklusif dapat terjadi karena konsumsi makanan dan kesehatan bayi yang baik. Dalam hal ini faktor orang tua juga sangat barperan dalam pemenuhan gizi pada bayi yang meliputi jadwal pemberian makanan tambahan atau jadwal makanan yang diatur oleh orang tua, dan pemiliharaan kesehatan yang sesuai pada bayi. Sehingga status gizi pada bayi dapat dikatakan baik atau tidak sangat tergantung oleh orang tua. 3. Perbedaan status gizi bayi yang diberi asi eksklusif dengan tidak ASI ekklusif Hasil uji hipotesa yang dilakukan untuk mengetahui perbedaan statua gizi bayi yang diberi ASI eksklusif dengan ASI tidak eksklusif menggunakan analisis statistic uji t didapatkan hasil t hitung =,28 sedangkan t tabel dengan db = 38 dan taraf signifikan 5% adalah 2,42, dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa t hitung < t tabel sehingga H 1 ditolak dan H diterima yaitu Tidak Ada perbedaan status gizi bayi yang diberi ASI eksklusi dengan ASI tidak eksklusif. Teori status gizi seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor makanan dalam keluarga makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak dimana anak berbeda dengan orang dewasa, pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam tumbuh kembang anak, faktor ekonomi penghasilan keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi langsung terhadap status gizi anak (Soetjiningsih, 1995). Dalam penelitian ini dihasilkan tidak ada perbedaan status gizi antara bayi yang diberi ASI eksklusif dan tidak eksklusif. Hal ini dapat terjadi karena status gizi tidak hanya dipengaruhi oleh pemberian ASI saja, melainkan masih banyak factor yang mempengaruhi status gizi bayi misalnya kecakupan mengkonsumsi makanan, keadaan kesehatan bayi, pendidikan orang tua, faktor ekonomi orang tua. KESIMPULAN 1. Status gizi bayi yang diberi ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas tarokan kabupaten 77

kediri tahun 215 hampir seluruhnya (95%) status gizi normal 2. Status gizi bayi yang diberi ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas tarokan kabupaten kediri tahun 215 hampir seluruhnya (9%) status gizi normal 3. Tidak ada perbedaan status gizi bayi yang diberi ASI eksklusif dengan bayi yang tidak diberi ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas tarokan kabupaten Kediri tahun 215 dibuktikan dengan hasil uji T yang menyatakan bahwa t hitung < t tabel =,28 < 2,42 dengan db 38 dan α = 5%. DAFTAR PUSTAKA Alimul, Aziz. (23). Riset keperawatan dan teknik pengumpulan ilmiah. Jakarta: Salemba Medika Arikunto, S. (26). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Departemen Kesehatan Republic Indonesia. (27). Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi tumbuh kembang anak. jakarta Dinkes propinsi jatim (27). Managemen laktasi. Jakarta: Dirjen Binkesmas Depkes RI Gupte, Suraj. (24). Panduan Perawatan Anak. Jakarta: Pustaka Popular Obor Hidayat, A.A.A. (27). Metode penelitian kebidanan dan analisa data. Jakarta: Salemba Medika Notoatmodjo, S. (25). Metodologi Penelitian Kesehatan. Ed. Revisi. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Nursalam. (23). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Nursalam. (28). Konsep Penerapan Metodelogi Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Rahmawati, Evy & Kuntari, Rien. (26). Kesehatan Ibu Dan Anak ASI Eksklusif Demi Sang Anak. Agustus 26. Jakarta : Harian Kompas. Roesli, Utami. (2). Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubu Agriwidya Sugiono, (2). Dasar-Dasar statistic pendidikan. Kediri Supariasa, I. D, (22). Penilaian Status Gizi. Buku kedokteran : EGC WHO. (24). Pemberian Makanan Tambahan (Makanan Untuk Anak Menyusu). Jakarta : EGC. Yuliati, Nurheti. (21). Keajaiban ASI Makanan Terbaik Untuk Kesehatan, Kecerdasan, Dan Kelincahan Sikecil. Penerbit : C.V Andi Offset 78