BAB V INDUKSI KELAHIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENYERENTAKAN BERAHI

BAB IV DIAGNOSA KEBUNTINGAN

I. PENDAHULUAN. Selatan. Sapi pesisir dapat beradaptasi dengan baik terhadap pakan berkualitas

I. PENDAHULUAN. Propinsi Lampung memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar untuk

Tatap muka ke 13 & 14 SINKRONISASI / INDUKSI BIRAHI DAN WAKTU IB

Evaluasi Penampilan Reproduksi Sapi Perah (Studi Kasus Di Perusahaan Peternakan Sapi Perah KUD Sinarjaya)

PEMACUAN KEAKTIFAN BERAHI MENGGUNAKAN HORMON OKSITOSIN PADA KAMBING DARA ESTRUS ACTIVITY INDUCTION OF YOUNG GOAT BY OXYTOCIN

TINJAUAN PUSTAKA Siklus Reproduksi Kuda

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan prioritas ke-5 tingkat Nasional dalam Rancangan

F I S I O L O G I Reproduksi dan Laktasi. 10 & 17 Februari 2014 Drh. Fika Yuliza Purba, M.Sc.

Minggu Topik Sub Topik Metode Pembelajaran

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus

GAMBARAN AKTIVITAS OVARIUM SAPI BALI BETINA YANG DIPOTONG PADA RUMAH PEMOTONGAN HEWAN (RPH) KENDARI BERDASARKAN FOLIKEL DOMINAN DAN CORPUS LUTEUM

BAB II FAAL KELAHIRAN

PENGENTASAN GANGGUAN REPRODUKSI MENGGUNAKAN HORMON PGF 2α UNTUK MENINGKATKAN KELAHIRAN ANAK PADA SAPI

Buletin Veteriner Udayana Vol.1 No.2. :83-87 ISSN : Agustus 2009 INDUKSI ESTRUS DENGAN PMSG DAN GN-RH PADA SAPI PERAH ANESTRUS POSTPARTUM

I. PENDAHULUAN. dengan tujuan untuk menghasilkan daging, susu, dan sumber tenaga kerja sebagai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bone Bolango merupakan salah satu kabupaten diantara 5

HUBUNGAN ANTARA JUMLAH FOLIKEL YANG MENGALAMI OVULASI TERHADAP KEBERHASILAN KEBUNTINGAN DOMBA PADA BERAHI PERTAMA SETELAH PENYUNTIKAN PGF2,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. khususnya daging sapi dari tahun ke tahun di Indonesia mengalami peningkatan

ONSET DAN LAMA ESTRUS KAMBING KACANG YANG DIINJEKSIPROSTAGLANDINF2α PADA SUBMUKOSA VULVA


I. PENDAHULUAN. yang mayoritas adalah petani dan peternak, dan ternak lokal memiliki beberapa

I. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH BERBAGAI DOSIS PROSTAGLANDIN (PGF2α) TERHADAP KARAKTERISTIK ESTRUS PADA DOMBA GARUT

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Estrus Setelah Penyuntikan Kedua PGF 2α. Tabel 1 Pengamatan karakteristik estrus kelompok PGF 2α

BAB I. PENDAHULUAN A.

PERAN KADAR PROGESTERON DALAM PLASMA DARAH UNTUK DETEKSI ESTRUS DAN AKTIVITAS OVARIUM

TINJAUAN PUSTAKA Domba Garut Gambar 1

Pemantauan dan Pengukuran Proses Layanan Purna Jual. Kegiatan Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal. Kepala BIB Lembang

HASIL DAN PEMBAHASAN. pejantan untuk dikawini. Diluar fase estrus, ternak betina akan menolak dan

DAFTAR PUSTAKA. Anonim Fisiologi Reproduksi Ternak 1. Bagian Reproduksi dan Kebidanan FKH UGM. Yogyakarta

PEMBERIAN WHOLE SERUM KUDA LOKAL BUNTING YANG DISENTRIFUGASI DENGAN CHARCOAL TERHADAP BIRAHI DAN KEBUNTINGAN PADA SAPI POTONG

PERFORMA REPRODUKSI PADA SAPI POTONG PERANAKAN LIMOSIN DI WILAYAH KECAMATAN KERTOSONO KABUPATEN NGANJUK

DAFTAR PUSTAKA. Bearden, J and J. W Fuquay, Applied Animal Reproduction Fourth Edition. Prentice Hall, Inc. USA

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

PENGARUH PARITAS TERHADAP PERSENTASE ESTRUS DAN KEBUNTINGAN SAPI PERANAKAN ONGOLE YANG DISINKRONISASI ESTRUS MENGGUNAKAN PROSTAGLANDIN F 2 Α (PGF 2 Α)

I. PENDAHULUAN. hari. Dalam perkembangannya, produktivitas kerbau masih rendah dibandingkan dengan sapi.

Sexual behaviour Parturient behaviour Nursing & maternal behaviour

TEKNIK DAN MANAJEMEN PRODUKSI BIBIT SAPI BALI DI SUBAK KACANG DAWA, DESA KAMASAN, KLUNGKUNG ABSTRAK

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

UMUR SAPIH OPTIMAL PADA SAPI POTONG

PEMANFAATAN LARUTAN IODIN POVIDON SEBAGAI HORMON STIMULAN GERTAK BERAHI KAMBING SECARA ALAMIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen. Pembibitan sapi perah dimaksudkan untuk meningkatkan populasi

LAPORAN PROGRAM PENERAPAN IPTEKS

KONSENTRASI PROGESTERON PLASMA PASCA TERAPI ANTIBIOTIK DAN PROSTAGLANDIN TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN PADA SAPI PYOMETRA

I. PENDAHULUAN. jika ditinjau dari program swasembada daging sapi dengan target tahun 2009 dan

ABSTRACT. Key words: Ongole Offspring, Estrous, Estrous Synchronization, PGF 2 α, Parities

Jurnal Ilmu dan Kesehatan Hewan, Agustus 2013 Vol. 1, No. 2: 40-44

PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali berasal dari banteng (Bibos banteng) yang telah didomestikasi berabadabad

SINKRONISASI ESTRUS MELALUI MANIPULASI HORMON AGEN LUTEOLITIK UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI REPRODUKSI SAPI BALI DAN PO DI SULAWESI TENGGARA

HUBUNGAN BODY CONDITION SCORE (BCS),SUHU RECTAL DAN KETEBALAN VULVA TERHADAP NON RETURN RATE (NR) DAN CONCEPTION RATE (CR) PADA SAPI POTONG

PENGARUH METODE PERKAWINAN TERHADAP KEBERHASILAN KEBUNTINGAN SAPI DONGGALA DI KABUPATEN SIGI

PENGARUH PENYUNTIKAN OKSITOSIN SEBELUM INSEMINASI PADA BABI TERHADAP PERSENTASE KEBUNTINGAN DAN JUMLAH ANAK PER KELAHIRAN

DAFTAR PUSTAKA. Ball, P.J.H. dan Peter. A.R Reproduction in Cattle Third Edition. Philadelphia: Blackwell Science.

FENOMENA ESTRUS DOMBA BETINA LOKAL PALU YANG DIBERI PERLAKUAN HORMON FSH

KUALITAS SEMEN DOMBA LOKAL PADA BERBAGAI KELOMPOK UMUR SEMEN QUALITY OF RAM AT DIFFERENT AGE-GROUP

I. TINJAUAN PUSTAKA. tidak vital bagi kehidupan tetapi sangat penting bagi kelanjutan keturunan suatu

2. Mengetahui waktu timbulnya dan lamanya estrus pada setiap perlakuan penyuntikan yang berbeda. Manfaat Penelitian

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBAIKAN FERTILITAS MELALUI APLIKASI HORMONE GONADOTROPIN PADA INDUK SAPI BALI ANESTRUS POST-PARTUM DI TIMOR BARAT

PUBERTAS DAN ESTRUS 32 Pubertas 32 Estrus 32 Waktu kawin 33

PARAMETER GENETIK BOBOT BADAN DAN LINGKAR DADA PADA SAPI PERAH

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi PO adalah sapi persilangan antara sapi Ongole (Bos-indicus) dengan sapi

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan ilmu

Pengaruh Waktu Pemberian Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) terhadap Jumlah Korpus Luteum dan Kecepatan Timbulnya Berahi pada Sapi Pesisir

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. kebutuhan sehingga sebagian masih harus diimpor (Suryana, 2009). Pemenuhan

Pengujian Anti Protein Produksi Blastosis (Anti -PAG) melalui Metode Dot Blot (Evaluatin Of Anti PAG From Blastosis through Dot Blot Method)

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebesar 90-95% dari total kebutuhan daging sapi dalam negeri, sehingga impor

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana

Prosiding Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan II Membangun Kewirausahaan Dalam Pengelolaan Kawasan Peternakan Berbasis Sumberdaya Lokal

PENDAHULUAN. pemotongan hewan (TPH) adalah domba betina umur produktif, sedangkan untuk

F.K. Mentari, Y. Soepri Ondho dan Sutiyono* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

KAJIAN KEPUSTAKAAN. sangat besar dalam memenuhi kebutuhan konsumsi susu bagi manusia, ternak. perah. (Siregar, dkk, dalam Djaja, dkk,. 2009).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Kajian Veteriner Desember 2015 Vol. 3 No. 2 : ISSN :

I. PENDAHULUAN. Teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau dikenal dengan istilah kawin suntik pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boerawa merupakan hasil persilangan antara kambing Boer jantan

PSKH, Kamis/13 Februari 2014 Drh. Fika Yuliza Purba, M.Sc. DIAGNOSA DAN DIFERENSIAL DIAGNOSA KEBUNTINGAN

HUBUNGAN HIPOTALAMUS-HIPOFISE- GONAD. Oleh: Ir. Diah Tri Widayati, MP, Ph.D Ir. Kustono, M.Sc., Ph.D.

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH INJEKSI PGF2α DENGAN HORMON PMSG PADA JUMLAH KORPUS LUTEUM, EMBRIO DAN JUMLAH ANAK KELINCI

PEMANFAATAN PMSG LOKAL SEBAGAI ALTERNATIF HORMON SUPEROVULASI

Pengaruh Pemberian Prostaglandin F2 Alpha Terhadap Waktu Kemunculan Birahi dan Keberhasilan Inseminasi Buatan Sapi Brahman Cross (Bx) Heifers

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENYUNTIKAN PROSTAGLANDIN TERHADAP PERSENTASE BIRAHI DAN ANGKA KEBUNTINGAN SAPI BALI DAN PO DI KALIMANTAN SELATAN

IDENTIFIKASI KADAR HEMOGLOBIN DARAH KAMBING PERANAKAN ETAWAH BETINA DALAM KEADAAN BIRAHI

Kata-Kata Kunci : Waktu Kosong, anestrus, Peranakan Fries Holland. JURNAL TERNAK Vol. 01 No.01 Th

Transkripsi:

BAB V INDUKSI KELAHIRAN 5.1 Pendahuluan Induksi kelahiran merupakan suatu proses merangsang kelahiran dengan mengunakan preparat hormon dengan tujuan ekonomis. Beberapa alasan dilakukannya induksi kelahiran adalah : 1. memperpendek interval kelahiran 2. mengurangi resiko distocya melalui pencegahan ukuran foetus yang besar 3. menghentikan kebuntingan abnormal 4. merangsang waktu kelahiran pada induk sehingga mempercepat waktu kebuntingan berikutnya, dimana perkawinan dan produksi susu dipengaruhi oleh musim Induksi kelahiran pada suatu peternakan menunjukkan beberapa keuntungan ditinjau dari segi ekonomi atau finasial, yakni : Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD V-1

1. Untuk suatu kelompok Sapi yang sedang menanti masa kelahiran, dimana secara normal akan terjadi proses kelahiran dalam waktu 1 atau 2 minggu, maka dapat dilakukan induksi kelahiran dengan menggunakan treatment hormon PGF 2α yang diberikan secara aman 3 hari sebelum pendugaan atau perhitungan masa kelahiran. Disini perlu mendapat perhatian adalah rataan lama kebuntingan dari induk-induk sapi tersebut. 2. Diperoleh lebih banyak anak dengan umur kelahiran dan ukuran yang seragam pada saat waktu penjualan 3. Memperpendek masa kebuntingan dan interval generasi kelahiran 4. Untuk alasan kesehatan seperti kebuntingan toxemia atau ukuran fetus yang terlalu besar 5.2 Prinsip Kerja Hormon Pada proses kelahiran secara normal melibatkan prinsip kerja tiga hormonal, yakni Progesteron Corticosteroid Prostaglandin Berdasarkan aktivitas hormon tersebut di atas, maka dapat dilakukan induksi kelahiran sesuai dengan program yang ditentukan. Sebagai contoh, penyuntikan secara intra muscular Dexamethasone atau preparat cortisone lain pada sapi dan domba Progesteron Pada Sapi, Progesteron berfungsi memelihara kebuntingan. Hal ini disebabkan pada saat kebuntingan Korpus luteum selalu ada. Kondisi ini dimungkinkan dengan konsentrasi atau level Progesteron darah pada hari ke 150 kebuntingan dan selama beberapa saat sebelum kelahiran tinggi, dimana Korpus luteum merupakan sumber dari Progesteron. Selain itu pada periode tersebut, Plasenta juga memproduksi Progesteron untuk memelihara kebuntingan tersebut. Dilain pihak, proses kelahiran dipacu oleh adanya peningkatan produksi cortisol pada foetal, dan ini akan merangsang produksi Estrogen dan Prostaglandin (PGF 2 ). Selanjutnya Prostaglandin akan menyebabkan regresinya Korpus Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD V-2

luteum (Corpus Luteum) dan konsentrasi atau level Progesteron dalam darah akan menurun secara drastis. Dari prinsip kerja hormon tersebut di atas, maka dilakukan penelitian untuk induksi kelahiran dengan menggunakan ke dua hormon tersebut yaitu penggunaan Prostaglandin, Corticosteroid atau kombinasi ke dua hormon tersebut. Corticosteroid Pemberian Dexamethasone (Dexadreson, 15 ml) dalam waktu pendek segera sebelum atau menjelang kelahiran akan merangsang peningkatan konsentrasi Cortisol Fetus dan merangsang proses kelahiran. Umumnya kelahiran akan terjadi dalam waktu 72 Jam. Selanjutnya apabila induksi dilakukan lebih dari 7 10 hari sebelum waktu kelahiran, maka respons yang ditimbulkan lebih bervariasi dan kejadian kegagalan induksi akan lebih sering terjadi. Kondisi tersebut dapat diantisipasi dengan pemberian preparat corticosteroid yaitu Dexafort, 10 ml dalam dosis medium, kemudian dilanjutkan satu (1) minggu kemudian pemberian periode pendek preparat Dexadreson ; 10-15 ml. Induk Sapi akan melahirkan dalam waktu pemberian preparat Corticosteroid. Prostaglandins Injeksi dengan dosis standar ProstaglandinF 2 selama minggu kelahiran atau dalam minggu dimana waktu proses kelahiran telah diduga, maka kelahiran dapat diinduksi dan umumnya kelahiran terjadi dalam waktu 48 Jam setelah injeksi Prostaglandins. Selain itu pemberian kombinasi corticosteroid dan prostaglandin akan lebih baik karena akan memberikan efek pada tingkat dewasa kelamin (maturasi) fetus yang dilahirkan. Induksi kelahiran ternyata memberikan efek negatif yaitu meningkatkan kejadian terhambatnya pelepasan plasenta. Penggunaan Prostaglandin beberapa jam setelah kelahiran dilaporkan dapat menyebabkan terhindarnya penghambatan pelepasan membran foetal. Yang penting untuk diketahui bahwa pelaksanaan waktu perkawinan yang tepat akan mencegah kekahiran prematur yang erat kaitannya dengan penurunan daya tahan fotus setelah kelahiran. Catatan perkawinan (breeding record) adalah Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD V-3

sangat penting diperhatikan, dimana hal ini sangat erat hubungannya dengan faktor kebersihan lingkungan saat induk melahirkan. Gambar di bawah ini menunjukkan aktivitas hormon pada saat menjelang kelahiran. Gambar 32. Aktivitas hormonal saat menjelang kelahiran Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD V-4

5.3. Bahan Bacaan 1. Buku Wajib (BW): 1. Hafez, E.S.E. 2000. Reproduction In Farm Animals. 7 th Ed. Lippincott Williams & Wilkins 2. Partodihardjo, S. 1987. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara Sumber Widya. Jakarta 2. Buku Anjuran (BA) : 1. Peters, A.R., and Ball, P.J. 2004. Reproduction in Cattle. 3 rd ed. Blackwell Science, Inc. 2. Bearden, H.J., J.W. Fuquay and S.T. Willard. 2004. Applied Animal Reproduction. Sixth Edition. Pearson. Prentice Hall. New Jersey. 5.4 Tugas dan Latihan 1. Jelaskan dengan singkat alasan dilakukannya induksi kelahiran 2. Jelaskan bagaimana peranan hormon dalam induksi kelahiran Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD V-5