BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN. Berdasarkan pembahasan pada bab IV di atas dapat disimpulkan bahwa :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Investor yang berinvestasi pada saham-saham value stock percaya bahwa saham

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan Price Earning Ratio (PER),

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan cerminan kekuatan ekonomi suatu bangsa. Secara formal, pasar

Bab I PENDAHULUAN. ekspansi dengan lingkup ekonomi global seiring perkembangan ekonomi dunia.

BAB I PENDAHULUAN. industri ini akan memiliki prospek yang baik. Dengan pertimbangan ini, saham di

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang produktif guna mengembangkan pertumbuhan jangka panjang.

I. PENDAHULUAN. panjang seperti saham, obligasi, reksadana, instrumen derivatif dan instrumen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal di Indonesia makin menunjukkan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. optimal dengan mempertemukan kepentingan investor selaku pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan tambahan modal guna mendorong kinerja operasional

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini berkembang pesat, terlebih dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkembangnya suatu perusahaan tergantung pada kinerja keuangan yang

Saham. Bukti kepemilikan Tidak ada waktu jatuh tempo Ada dua macam: Saham biasa Saham preferen

Penilaian Nilai Intrinsik Saham (Valuation)

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan bagi para pemiliknya. Untuk mencapai tujuannya perusahaan harus selalu

BAB III METODE PENELITIAN. Ketiga perusahaan tersebut adalah PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan

ANALIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL FUNDAMENTAL YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum pemodal melakukan transaksi di pasar modal, baik pasar perdana

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Nadya Destiyanti Putri

BAB I PENDAHULUAN. datang. Dilihat dari jangka waktunya, investasi dibedakan menjadi tiga macam,

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu: (1) sebagai sarana bagi pendanaan usaha

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh variabel

SKRIPSI. Disusun oleh :

PENILAIAN SAHAM DAN STRATEGI PORTFOLIO SAHAM. Andri Helmi M, SE., MM Manajemen Investasi dan Portofolio

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang semakin bertumbuh dan berkembang di Indonesia. Hal ini ditandai

NILAI INTRINSIK DAN NILAI PASAR

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian yang semakin baik sekarang ini dapat. menyebabkan timbulnya persaingan bisnis yang ketat pada setiap

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian teori, hasil penelitian, dan analisis baik secara

DAFTAR ISI ABSTRACT... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian perusahaan menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982

Ermia Fayana/ Pembimbing : Dr. Singgih Jatmiko, M.Sc., S.Si

BAB I PENDAHULUAN. dasawarsa terakhir. Selama periode 2005 hingga 2015, rata-rata pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. saham yang meningkat menggambarkan bahwa nilai perusahaan meningkat atau

BAB I PENDAHULUAN. memikirkan strategi agar dapat mempertahankan posisi di tengah persaingan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena pasar modal menyediakan fasilitas yang mempertemukan dua

BAB I PENDAHULUAN. Untuk melakukan sebuah investasi, sebaiknya investor melakukan analisis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menumbuhkan perusahaan. Merger berasal dari kata mergere yang berarti. (1) bergabung, bersama, menyatu, berkombinasi

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan banyaknya perusahaan real estate dan properti yang go

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan, tanpa pendanaan perusahaan tidak akan berjalan

BAB I PENDAHULUAN. diperjualbelikan, salah satunya dalam bentuk ekuitas (saham). Pasar

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bab sebelumnya, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:111). investasi dalam bentuk saham. Saham (stock atau share) adalah tanda

BAB I PENDAHULUAN. ke publik, dalam era sekarang ini berkembangnya perusahaan-perusahaan juga

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain dan sebagai sarana bagi kegiatan

I. PENDAHULUAN. Pada umumnya perusahaan yang go public memanfaatkan keberadaan pasar

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan sebuah perusahaan. Karena melalui pasar modal dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat.

BAB 5 PENUTUP. Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi Indonesia. Hal ini dimungkinkan karena pasar modal

BAB 1 PENDAHULUAN. dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal (capital market) adalah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. keuangan (Ruky, 1999: 22). Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. yang memberikan pilihan jenis-jenis investasi serta perantara untuk berinvestasi

profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio solvabilitas. Salah satu indikator penting dalam penilaian prospek sebuah perusahaan

CAKUPAN PEMBAHASAN 1/23

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang seperti obligasi saham, dan lainnya (Wikipedia). penjualan saham meningkat secara signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berinvestasi, alangkah baiknya apabila kita tidak hanya menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan memperoleh laba yang maksimal, maka perusahaan dapat

DAFTAR TABEL DAN GRAFIK. Tabel 4.1 Populasi Perusahaan yang Melakukan IPO Tabel 4.2 Statistik Deskriptif... 29

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang

MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. CAKUPAN PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP. dalam bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : indeks kompas 100 dengan kapitalisasi saham di atas Rp.

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan cukup besar jumlahnya. Sumber dana tersebut dapat dikelompokkan

BAB I PENDAHULUAN. Harga saham merupakan pengekspresian dari earning multipliers untuk

MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. peluang kepada masyarakat untuk menerima return saham, sesuai dengan. karakteristik investasi yang dipilih sebelumnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh faktor fundamental dan nilai kapitalisasi

BAB I PENDAHULUAN. modal didalam mendorong kinerja operasionalnya agar perusahaan tetap berjalan

tingkat laba bersih sebelum bunga atau pajak.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan lain dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya. Salah satu kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemahaman setiap orang mengenai dunia bisnis masih terbatas. Banyak pelaku

1/45 OVERVIEW

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, perusahaan melakukan kegiatan ekonomi tanpa batas

BAB I PENDAHULUAN. tertentu (Jogiyanto,2003). Investasi ke dalam produksi yang efisien dapat

NILAI INTRINSIK DAN NILAI PASAR

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dapat tercapai dan lebih unggul dari perusahaan lain dalam

BAB V. KESIMPULAN dan SARAN. dengan pendekatan discounted cash flow dapat ditarik beberapa

PEMBAHASAN. 1. Nilai Intrinsik dan Nilai Pasar

BAB I PENDAHULUAN. tertarik dengan Earning per Share (EPS). Selain melakukan pengukuran laba

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah penempatan uang atau dana dengan harapan untuk

BAB I PENDAHULUAN. modal. Modal merupakan salah satu faktor terpenting untuk menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. maupun teknologi yang digunakan untuk menyampaikan informasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal di Indonesia telah menjadi salah satu alternatif pembiayaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. asimetri informasi antara pihak manajemen dan pihak eksternal. Untuk mengurangi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT KEDAUNG INDAH CAN TBK DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE KARINA MULIAWATI S 3EB

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab IV di atas dapat disimpulkan bahwa : 1. Saham-saham growth stock menghasilkan tingkat pengembalian yang paling tinggi pada periode t-1 akan tetapi menghasilkan tingkat pengembalian paling rendah pada t+1. Di sisi lain saham-saham value stock menghasilkan tingkat pengembalian yang paling rendah pada periode t-1 akan tetapi menghasilkan tingkat pengembalian paling tinggi pada periode t+1. Hasil tersebut membuktikan hypothesis 1 yang menyatakan bahwa saham-saham value stock menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibanding saham-saham growth stock terutama pada periode t+1 baik pada periode ketika pasar sedang bullish dan bearish. Peneliti menggunakan percentile ke-10 dan ke-30 untuk mengategorikan saham-saham sahamsaham value stock dengan 4 jenis valuasi saham yakni PBV, PER, P/S dan PCF. Keempat valuasi saham tersebut dapat digunakan dalam membedakan saham-saham value stock dan growth stock. Hasil lain juga menunjukkan bahwa bahkan saham-saham value stock dengan kinerja keuangan yang paling buruk pada 3 tahun ke belakang tersebut bahkan menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibandingkan saham-saham growth stock dengan kinerja keuangan yang paling bagus. Hasil ini sekaligus memperkuat hypothesis 1 yang menyatakan 95

bahwa saham-saham value stock menghasilkan tingkat pengembalian tinggi dibanding saham-saham growth stock terutama pada periode t+1 atau pada periode satu tahun setelah pembentukan portofolio. Berdasarkan risiko yang diukur dengan standard deviation, sahamsaham value stock lebih berisiko jika digunakan PBV dan PCF sebagai valuasinya. Akan tetapi jika digunakan PER dan P/S, tidak terdapat perbedaan risiko antara saham-saham value stock dengan growth stock. Pada jangka panjang tidak ada jaminan bahwa saham-saham value stock (terutama pada 10 tahun holding period) akan menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibanding saham-saham growth stock. Peneliti juga menemukan bahwa pada jangka panjang saham-saham growth stock mempunyai kinerja keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan saham-saham value stock. 2. Saham-saham undervalued value stock tersebut menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibandingkan value stock lainnya yang mempunyai kinerja keuangan yang buruk (purely value stock). Hasil ini menjawab hypothesis 2 yang menyatakan bahwa undervalued value stock mengungguli kinerja (tingkat pengembalian) purely value stock. Hasil tersebut menunjukkan bahwa faktor fundamental mendorong besar kecilnya tingkat pengembalian saham. Saham-saham dengan kinerja (keuangan) yang buruk menunjukkan pesimisme. Akan tetapi, ketika terjadi perubahan positif dalam hal kinerja keuangannya maka saham-saham undervalued tersebut 96

akan menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi tetapi dengan volatilitas (standard deviation) yang lebih tinggi dibanding portofolio lain. Berdasarkan 5 model yang diuji, peneliti juga menemukan bahwa saham-saham undervalued menghasilkan tingkat pengembalian yang paling tinggi jika dibentuk berdasarkan kombinasi antara PBV dengan ROE disusul kombinasi antara PER dengan earning growth dan PBV dengan book value growth. 3. Saham-saham overvalued growth stock menghasilkan tingkat pengembalian yang paling rendah dibanding portofolio lainnya bahkan di bawah tingkat pengembalian pasar (IHSG) baik pada periode ketika pasar sedang bullish dan bearish. Saham-saham growth stock merupakan saham-saham perusahaan yang mencerminkan optimisme akan pertumbuhan laba yang tinggi di masa depan. Akan tetapi ketika investor menyadari bahwa tingkat pertumbuhan aktual lebih kecil dari tingkat pertumbuhan yang diharapkan, maka saham tersebut tidak layak beli dan akan menghasilkan tingkat pengembalian yang rendah. Sedangkan ketika saham-saham value stock mengalami perbaikan kinerja atau mengalami kejutan positif, maka saham-saham tersebut dinilai undervalued dan layak untuk dibeli. Hasil ini menjawab hypothesis 3 yang mengatakan bahwa undervalued value stock mengungguli kinerja (tingkat pengembalian) overvalued growth stock. 4. Berdasarkan robustness test, saham-saham undervalued value stock menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi dibandingkan saham-saham 97

purely value stock (VSLE) dan overvalued growth stock (GSLE) pada semua tingkat kapitalisasi pasar, momentum, tingkatan harga dan volume. Akan tetapi saham-saham undervalued value stock menghasilkan tingkat pengembalian paling tinggi terutama pada saham-saham 1) loser stock, 2) berkapitalisasi kecil, 3) berharga rendah 4) dan dengan volume yang tinggi. 5.2 Keterbatasan Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan. Pertama peneliti hanya berfokus pada dual characteristic yang merupakan kombinasi antara valuasi saham dengan fundamental saham. Dalam meneliti fundamental saham, tidak cukup hanya berdasar atas sales growth, earning growth, book value growth dan return on equity yang digunakan secara terpisah. Investor perlu melihat secara keseluruhan laporan perusahaan yang dapat menggambarkan fundamental perusahaan. Sebagi contoh investor dapat mendefinisikan saham-saham dengan fundamental yang baik jika mempunyai pertumbuhan positif dalam aset perusahaan (ekspansi), pertumbuhan positif dalam hal ekuitas, pertumbuhan positif dalam pendapatan (sales), pertumbuhan positif dalam laba bersih (earning), tingkat hutang dan likuitas yang terjaga dan lain sebagainya. Kedua, investor perlu memperhatikan bahwa investasi pada saham-saham value stock dengan kinerja keuangan yang buruk terutama pada beberapa tahun berturut-turut mengandung risiko yang tinggi terutama risiko kebangkrutan (bankcrupty). Penelitian ini tidak melihat apakah diantara saham-saham tersebut 98

terdapat saham yang mengalami risiko kebangkrutan yang menyebabkan saham delisting ataupun suspended dalam jangka waktu lama. 5.3 Saran Peneliti memberikan beberapa saran untuk pengembangan pada pengujian selanjutnya. Pertama perlu dilakukan pengujian lain untuk menilai fundamental perusahaan berdasarkan beberapa faktor keuangan atau faktor lain yang terkait. Sebagai contoh, salah satu metoda yang dapat digunakan dalam membedakan fundamental saham yakni FSCORE (Piotroski, 2000) yang berdasar pada banyak kriteria tertentu. Kedua, perlu dilakukan pengujian dalam tingkat industri yang sama. Saham-saham dengan industri yang berbeda mempunyai karakteristik yang berbeda. Valuasi saham lebih akurat dibandingkan dengan saham-saham lain pada industri yang sama. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa analisa tingkat industri lebih akurat. Akan tetapi penelitian lain mengatakan bahwa dapat dilakukan analisis dalam lingkup industri yang sama (within industry) ataupun antar industri (accros industry). Untuk selanjutnya. Ketiga perlu dilakukan pengujian event study. Dengan event study, investor ataupun peneliti dapat mengetahui efek langsung bagaimana respon pasar terhadap pengumuman laporan keuangan perusahaan, terutama perubahan earnings pada saham-saham value stock dan growth stock. 99