ANALISIS GERAK MOTORIK DASAR SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KECAMATAN KUOK KABUPATEN KAMPAR. Rezki Universitas Islam Riau

dokumen-dokumen yang mirip
Prinsip perkembangan motorik adalah adanya suatu perubahan baik fisik maupun psikis

KESESUAIAN KETERAMPILAN GERAK LOKOMOTOR DAN MANIPULATIF ANAK USIA 4-5 TAHUN SEGUGUS II KECAMATAN GALUR

KONSEP PERKEMBANGAN MOTORIK Motorik sebagai istilah umum untuk berbagai bentuk perilaku gerak manusia. Sedangkan psikomotorik khusus digunakan pada

YUSRA FAUZA, 2015 PENGARUH KIDS ATHLETICS TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR SISWA SEKOLAH DASAR

Gambar 4.1 Perkembangan Fisik Manusia

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN INTERAKTIF KEMAMPUAN GERAK DASAR PADA SISWA SEKOLAH DASAR. Isa Ansori dan Sukardi PGSD FIP UNNES

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. menjadi harapannya. Menurut Rusli Lutan (1988: 96), mengatakan bahwa

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SILABUS MATA KULIAH PERKEMBANGAN MOTORIK

DARMAWAN ADI NUGROHO X

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Inisiasi 4 (Ragam Gerakan dasar)

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan dipaparkan beberapa cakupan yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan. Pada rentang usia ini anak mengalami the golden years yang. perkembangannya, termasuk perkembangan fisik-motoriknya.

TINJAUAN PUSTAKA. di sekolah. Mata pelajaran ini beroreantasi pada pelaksanaan misi. berbagai aktivitas jasmani (Depdikbud, 1993: 1).

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI SEBAGAI DASAR MENUJU PRESTASI OLAH RAGA. Endang Rini Sukamti, MS FIK-UNY

Perilaku gerak dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: (1) kontrol gerak, (2) pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Zulia Rachim, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, menurut Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Survai Kemampuan Motorik Pemain Sekolah Sepakbola Selabora FIK UNY Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter bangsa dari suatu negara. Pendidikan jasmani

PENGARUH PERMAINAN LOMPAT TALI TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK DI KELOMPOK B RA AL-MUHAJIRIN PALU ABSTRAK

PENGEMBANGAN PSIKOMOTOR

MODEL PENGENALAN AKTIVITAS JASMANI BAGI SISWA TAMAN KANAK-KANAK

KONTRAK KULIAH. : Strategi Belajar Mengajar untuk AUD. Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan mahasiswa dapat :

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia Dini

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GERAK DASAR MELALUI PENDEKATAN BERMAIN. Hendra Saputra 1. Abstrak

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH PERKEMBANGAN BELAJAR MOTORIK

HUBUNGAN ANTARA LATIHAN SENAM IRAMA DENGAN KEMAMPUAN GERAKAN TERKOORDINASI ANAK USIA DINI JURNAL. Oleh Anisa Ayu Lestari ( )

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Tanamodindi Dalam Memukul Bola Kasti dengan Menggunakan Modifikasi Alat Bantu Pemukul dan Bola

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang sangat fundamental karena yang diberikan Tuhan

PENINGKATAN AKTIVITAS GERAK LOKOMOTOR, NONLOKOMOTOR DAN MANIPULATIF MENGGUNAKAN MODEL PERMAINAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. (tumbuh dan kembang) terjadi bersama dengan golden age (masa peka).

PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SDN TANJUNG II TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan terasa kurang lengkap jika tidak ada pendidikan jasmani.

ANALISIS MATERI. Pentingnya meningkatkan perkembangan motorik, diantaranya :

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, oleh karena itu pendidikan harus ditanamkan kepada individu

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan pertunbuhan akan dimulai secara bertahap dan meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan Model Pendekatan Taktis Dan Pendekatan Tradisional Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH PERBEDAAN LATIHAN TERHADAP KEMAMPUAN SMASH BOLA VOLI. Slamet Riyadi Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP UNS Surakarta

PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PEMBELAJARAN TARI KREASI BALI

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI SENAM IRAMA DI TAMAN KANAK-KANAK BINA UMMAT PESISIR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini (AUD) merupakan kelompok usia yang berada dalam. proses perkembangan unik, karena proses perkembangannya (tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari system pendidikan secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dimana objeknya adalah benda benda alam. Ilmu pengetahuan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Orang tua dan guru belum memahami akan perkembangan potensi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizal Faisal, 2013

Perseptual motorik pada dasarnya merujuk pada aktivitas yang dilakukan. dengan maksud meningkatkan kognitif dan kemampuan akademik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

SURVEY KEMAMPUAN MOTORIK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH SE-KECAMATAN TAMAN SIDOARJO TAHUN AJARAN DIDIK CAHYO WICAKSONO ABSTRAK

I. Pendahuluan. berlangsung seumur hidup. Berdasarkan undang-undang No.20 tahun. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

PERENCANAAN PENILAIAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LARI SPRINT

DESKRIPSI KECERDASAN KINESTETIK KELOMPOK B DI TK NEGERI PEMBINA KIHADJAR DEWANTORO KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO

PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL LOMPAT TALI TERHADAP HASIL LOMPAT TINGGI PADA SISWA KELAS X SMA N 1 GONDANG TAHUN 2014/ 2015 SKRIPSI.

KEMAMPUAN DASAR BERMAIN SEPAKBOLA SISWA KELAS VIII SMP N 2 PANDAK. Oleh Fitri Hermawan N dan Soni Nopembri Universitas Negeri Yogyakarta

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Irvan Andriana, 2013

PERBANDINGAN MOTOR ABILITY SISWA SEKOLAH DASAR YANG BERASAL DARI TAMAN KANAK KANAK DENGAN YANG BUKAN BERASAL DARITAMAN KANAK KANAK

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga usia 8 tahun. Pendidikan bagi anak usia dini dilakukan melalui

Dari uraian diatas jelas pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting, bahwa pendidikan jasmani memiliki nilai-nilai yang positif untuk

KEMAMPUAN DASAR MULTILATERAL MAHASISWA PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

TINJAUAN PUSTAKA. ini, belajar adalah merupakan salah satu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau hasil

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional, (Depdiknas, 2003: 30). Karanggambas sesuai silabus adalah: atletik, senam, renang, kesehatan dan

SURVEI KETERAMPILAN TEKNIK DASAR UNTUK PEMBINAAN PEMAIN PADA SEKOLAH SEPAKBOLA EAGLE SIDOHARJO SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Deskripsi Teori dan Penelitian yang Relevan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

PENGARUH PERMAINAN FUTSAL TERHADAP MOTOR ABILITY SISWA DI SDIT BANI SALEH 6 KOTA BEKASI. Oleh : Memet Muhamad, Drs., MPd.

Perkembangan Sepanjang Hayat

PRINSIP DAN PROGRAM PENGEMBANGAN KEMAMPUAN GERAK DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuti Kartini, 2014 Meningkatkan motorik kasar anak melalui pembelajaran dengan bermain media bola

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGARUH PERMAINAN MODIFIKASI BOLA BASKET TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK DI KELOMPOK B2 TK AL-KHAIRAAT III PALU

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia, melalui pendidikanlah suatu upaya mencetak sumber daya

KETERAMPILAN GERAK DASAR ANAK USIA DINI PADA TAMAN KANAK-KANAK (TK) DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan agar pribadi anak berkembang secara optimal. Tertunda atau

BAB I PENDAHULUAN. Pembentukan kualitas SDM yang optimal, baik sehat secara fisik maupun

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH :

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan olahraga sekarang ini semakin berkembang pesat sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI TARI KREASI DI TAMAN KANAK-KANAK MELATI KABUPATEN SOLOK SELATAN

Transkripsi:

ISSN 2527-760X (Print) ISSN 2528-584X (Online) ANALISIS GERAK MOTORIK DASAR SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KEAMATAN KUOK KAUPATEN KAMPAR Rezki Universitas Islam Riau Rezki433@gmail.com ASTRAK Gerak fundamental ditentukan berdasarkan kemampuan seseorang menguasai tiga kelompok dasar gerak yaitu Non-Lokomotor, lokomotor, dan manipulatif.tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis kesesuaian gerak dasar siswa dengan tingkat usianya. Metode yang digunakan penelitian ini adalah metode deskribtif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Kuok berjumlah 114 siswa.siswa diminta melakukan 22 gerak yang masuk dalam kelompok gerak Non-Lokomotor, lokomotor, dan manipulatif. Gerak siswa direkam menggunakan kamera, dan hasil rekaman dianalisis menggunakan pedoman observasi kemudian dianalisis dari persentase nilai gerakan yang dilakukan.hasil penelitian ini menemukan bahwa nilai kesesuaian gerak siswa putra lebih baik dibanding dengan siswa putri. Ketiga jenis kelompok gerak dasar dijelaskan bahwa kelompok gerak Non-Lokomotor masuk dalam kategori cukup (74,5%), lokomotor masuk dalam kategori cukup (77,4%), dan manipulatif masuk dalam kategori baik (85,25%). Dari hasil analisis tiga jenis kelompok gerak dasar tersebut dapat diketahui kesesuaian gerak dasar masuk dalam kategori baik (79%). Kata kunci: Non-Lokomotor, Lokomotor dan Manipulatif PENDAHULUAN Setiap anak menggunakan seluruh waktunya untuk bergerak, yaitu gerakan kasar yang menggunakan sebagian besar tubuhnya, seperti berlari, melompat, dan melempar.ia juga melakukan gerakan tubuh yang bersifat keterampilan terbatas, seperti menggunting, menempel, dan mendorong. Gerak fundamental ditentukan berdasarkan kemampuan seseorang menguasai tiga kelompok dasar gerak yaitu Non-lokomotor, lokomotor, dan manipulatif. Gallahue (1996:262-331) mengatakan Pola gerak dasar adalah bentuk gerakangerakan sederhana yang bisa dibagi kedalam tiga bentuk gerak sebagai berikut: 1. Gerak lokomotor (gerakan berpindah tempat) dimana bagian tubuh tertentu bergerak atau berpindah tempat; misalnya jalan,lari,dan loncat. 2. Gerak Non-Lokomotor (gerakan tidak berpidah tempat) dimana sebagian anggota tubuh tertentu saja yang digerakkan namun tidak berpindah tempat. 3. Manipulatif, dimana ada sesuatu yang digerakkan, misalnya melempar, menangkap, menyepak, memukul, dan geraka lain yang berkaitan dengan lemparkan dan tangkapan sesuatu. Kemampuan motorik akan berkembang menjadi suatu keterampilan motorik tertentu. Hal itu akan tergantung sejauh mana mereka mendapat pengalaman- 63

pengalaman gerak dari lingkungan sekitarnya. Perkembangan motorik kasar anak berkaitan dengan kemampuan menggunakan gerak seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaannya serta ketrampilan menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu. Perkembangan motorik kasar ini meliputi kemampuan fisik yang spesifik seperti koordinasi, keseimbangan, ketrampilan, kekuatan, kelenturan, kecepatan dan keakuatan untuk menerima rangsangan, sentuhan dan tekstur. Keterampilan motorik kasar anak sangat penting, sebab motorik kasar anak yang rendah akan menimbulkan masalah perilaku dan emosi bagi anak. Sumantri (2005:187) iri-ciri keterampilan motorik kasar yang rendah, antara lain: 1. Kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran motorik (pendiam). Anak terlihat tidak aktif, tampak selalu diam sekalipun kondisi sedang sehat, didalam kelas pada saat mengerjakan tugas selalu diam jarang bergerak. 2. Kurang percaya diri, karena ketidak mampuan dalam melakukan berbagai kegiatan fisik/motorik yang diberikan. 3. Malas dan tidak mau berusaha, anak yang memiliki perkembangan motorik yang sangat rendah dalam setiap kegiatan yang membutuhkan tenaga tidak pernah mau melaksanakan. 4. Kurang mandiri karena ketidak mampuan melakukan semua aktivitas sendiri, maka setiap kegiatan atau pekerjaan selalu meminta bantuan orang lain. Lembaga pendidikan anak usia dini yang seharusnya menjadi fasilitas bagi perkembangan motorik kasar, ternyata masih banyak guru yang masih hanya mengandalkan pembelajaran membaca, menulis dan berhitung, sehingga perkembangan keterampilan motorik kasar anak seringkali terabaikan. Seiring dengan pertambahan usia dan dipengaruhi oleh faktor latihan, gerakan-gerakan tersebut akan menjadi semakin sempurna. Jean Piaget berpendapat bahwa pemikiran kanak-kanak berbeda pada masingmasing tingkatan. Ia membagi perkembangan pemikiran kanak-kanak menjadi empat tingkatan; tingkatan sensorimotor, tingkat praopersai, tingkatan operasi konkret, dan tingkatan operasi formal. Setiap tahap mempunyai tugas kognitif yang harus diselesaikan. Tingkatan sensori motor (0-2 tahun), pemikiran anak berdasarkan tindakan indrawinya.tingkatan Praoperasional (2-7 tahun), pemikiran anak ditandai dengan penggunaan ahasa serta tanda untuk menggambarkan konsep.tingkatan Operasi konkret (7-11 tahun) ditandai dengan penggunaan aturan aturan logis yang jelas. Tahap Operasi Formal dicirikan dengan pemikiran abstrak, hipotesis, deduktif, serta induktif. Keterampilan motorik kasar yang lebih maju dari sekadar refleks merupakan prasyarat untuk berolahraga, menari, dan aktivitas-aktivitas lain pada masa usia sekolah dasar dan tahap perkembangan selanjutnya. Pada tingkat sekolah menengah pertama seharusnya siswa sudah mahir dalam melakukan keterampilan motorik kasar tesebut, karena pada usia 11-14 tahun mereka sudah mulai melakukan variasi keterampilan teknik yang benar untuk persiapan yang lebih berat. Akan tetapi yang kondisi nyata sekarang ini masih banyak siswa SMP Negeri 1 Kuok belum terampil dalam melakukan gerak dasar seperti berlari, melempar, memukul dan gerakan dasar lainnya yang sesuai dengan tingkat usianya. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam permasalahn yang terjadi pada siswa SMP Negeri 1 Kuok tersebut. Peneliti merumuskan pertanyaan penelitian yakni: 64

1. agaimanakah kemampuan gerak dasar locomotor siswa SMP Negeri 1 Kuok? 2. agaimanakah kemampuan gerak dasar non-lokomotor siswa SMP Negeri 1 Kuok? 3. agaimanakah kemampuan gerak dasar manipulative siswa SMP Negeri 1 Kuok? METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki (Nazir, 1988:63). Subjek dari penelitian ini adalah Siswa SMP Negeri 1 Kuok Kelas VII yang berjumlah 114 orang yang terdiri dari 65 laki-laki dan 49 perempuan. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini mengunakan total sampling. Istrumen penelitian ini adalah dengan melakukan pengamatan lansung dengan cara menvideokan siswa sewaktu melakukan gerakan, kemudian videonya di analisis tim peneliti sesuai dengan kriteria penilaian gerak disesuaikan denga tingkatan umur anak E-elementary stages sama dengan SMP Kelas 7 (Gallahue, 1996:262-331). Dari keterangan hasil Observasi sesuai dengan instrumen pegambilan data, dapat dijelaskan dan dimodifikasi untuk menjadi pedoman Observasi yang dilengkapi dengan skala penilaian sebagai berikut: 1. Nilai 1 untuk kualitas gerak Kurang. 2. Nilai 2 untuk kualitas gerak ukup. 3. Nilai 3 untuk kualitas gerak aik. Sehingga dari nilai tersebut dapat dihitung nilai kesesuaian gerak menjadi persentase menggunakan rumus proporsi sebagai berikut: ( ) x 100% Dari hasil hitung di atas akan didapat nilai berupa persen. Nilai persen tersebut selanjutnya diinterpretasikan menjadi tiga kategori yaitu: (1) kategori kurang; (2) kategori cukup dan (3) baik. HASIL DAN PEMAHASAN 1. Non-Lokomotor Dari 22 tes gerak dasar, yang termasuk dalam kelompok gerak non-lokomotor adalah Static balance, dynamic balance, body rolling, dan dodging. Hasil analisis gerak dasar Non-Lokomotor sebagai berikut: Tabel 1. Nilai Kesesuaian Gerak Non-Lokomotor Gerak Dasar Rerata 1. Static balance Nilai 62% 2. Dynamic balance Nilai 86% 3. ody rolling Nilai 72% 4. Dodging Nilai 80% 65

Nilai 74,5% Non-Lokomotor Keterangan: Kat: ; K: Kurang (33,3%-55,5%); : ukup (55,6%-77,8%) : aik (77,9% - 100,0%) erdasarkan tabel 1 di atas dapat dijelaskan bahwa nilai kesesuaian gerak dasar Non-Lokomotor siswa sebesar 74,5% masuk dalam kategori cukup, nilai tertinggi yang dicapai siswa sebesar 86% masuk dalam kategori baik, dan nilai terendah yang dicapai siswa sebesar 62% masuk dalam kategori cukup. 2. Lokomotor Terdapat 9 jenis tes gerak dasar yang termasuk dalam kelompok gerak dasar lokomotor adalah running, jumping fro distance, jumping fro height, jumping from height, vertical jumping, horizontal jumping, hopping, skipping sliding galloping and, leaping. Dari sepuluh tes gerak dasar tersebut dapat dijelaskan nilai kesesuaian gerak lokomotor dalam tabel 2 berikut ini: Tabel 2. Nilai Kesesuaian Gerak Lokomotor Gerak Dasar Running Nilai Jumping for distance Nilai Jumping fro height Nilai Jumping From Height Nilai Hopping Nilai Skipping Nilai Sliding Nilai Galloping Nilai Leaping Nilai Lokomotor Nilai Rerata 94% 85% 89% 82% 69% 75% 67% 51% K 85% 77,4% Keterangan: Kat: ; K: Kurang (33,3%-55,5%); : ukup (55,6%-77,8%) : aik (77,9% - 100,0%); 66

erdasarkan tabel 2 di atas dapat dijelaskan bahwa nilai kesesuaian gerak dasar lokomotor siswa sebesar 77,4% masuk dalam kategori baik, nilai tertinggi yang dicapai siswa sebesar 94% masuk dalam kategori baik, dan nilai terendah yang dicapai siswa sebesar 51% masuk dalam kategori kurang. 3. Manipulatif Terdapat 8 jenis tes gerak dasar yang termasuk dalam kelompok gerak dasar manipulatif adalah throwing, catching, kicking, trapping dribbling, volleying, striking dan ball rolling. Dari delapan tes gerak dasar tersebut dapat dijelaskan nilai kesesuaian gerak manipulatif yang merupakan hasil analisis dari kedelapan jenis tes dalam tabel 3 berikut ini: Gerak Dasar Tabel 3. Nilai Kesesuaian Gerak Manipulatif Rerata Throwing Nilai 91% atching Nilai 92% Kicking Nilai 74% Trapping Nilai 91% Dribbling Nilai 92% Volleying Nilai 74% Striking Nilai 91% Kaegori all rolling Nilai 77% Manipulatif Nilai 85,25% Keterangan: Kat: ; K: Kurang (33,3%-55,5%); : ukup (55,6%-77,8%) : aik (77,9% - 100,0%); erdasarkan tabel 3 di atas dapat dijelaskan bahwa nilai kesesuaian gerak dasar manipulatif siswa sebesar 85,25% masuk dalam kategori baik, nilai tertinggi yang dicapai siswa sebesar 92% masuk dalam kategori baik, dan nilai terendah yang dicapai siswa sebesar 71% masuk dalam kategori cukup. 67

4. Gerak Dasar Umum Gerak dasar umum adalah hasil analisis dari tiga kelompok tes gerak dasar di atas. Hasil simpulan dari analisis ketiga kelompok gerak dasar di atas menunjukkan bahwa nilai kesesuaian gerak dasar umum siswa sebesar 79% masuk dalam kategori baik. Gerak Dasar Tabel 4. Nilai Kesesuaian Gerak Dasar Umum Rerata Non-Lokomotor Nilai 74,5% Lokomotor Nilai 77,4% Manipulatif Nilai 85,25% Nilai 79% Gerak Dasar Umum Keterangan: Kat: ; K: Kurang (33,3%-55,5%); : ukup (55,6%-77,8%) : aik (77,9% - 100,0%); DISKUSI Menurut Waharsono (1999:53) menyatakan, Sejalan dengan meningkatnya ukuran tubuh dan meningkatnya kemampuan fisik, maka meningkat pulalah kemampuan geraknya. Menurut Lutan, Rusli (2001:96) bahwa, Kemampuan motorik/gerak dasar lebih tepat disebut sebagai kapasitas dari seseorang yang berkaitan dengan pelaksanaan dan peragaan suatu keterampilan yang relatif melekat setelah masa kanak-kanak. Sedangkan menurut Sukintaka (2004:78) bahwa, Kemampuan motorik gerak dasar adalah kualitas hasil gerak individu dalam melakukan gerak, baik gerakan non olahraga maupun gerak dalam olahraga atau kematangan penampilan keterampilan motorik. Motor ability atau kemampuan gerak dasar pada dasarnya merupakan kemampuan yang mendasari dari gerak yang dibawa sejak lahir yang bersifat umum atau dasar yang berperan untuk melakukan gerak baik gerakan olahraga maupun non olahraga. Untuk itu, bagi siswa perlu ditanamkan kemampuan gerak dasar yang dimiliki kemudian dilatih dan dikembangkan secara maksimal sehingga siswa dapat melakukan dengan benar, bermakna, dan bermanfaat. Perkembangan gerak dasar anak dibagi menjadi tiga periode yaitu 1) Fase perkembangan gerak dasar usia 2-7 tahun, 2) fase transisi usia 7-10 tahun 3) fase spesifikasi usia 10-13 tahun (Yudha M Saputra, 2001:14). Pada fase perkembangan gerak dasar anak mulai belajar bentuk gerak-gerak locomotor. Pada dasarnya anak sedang menjalani masa pertumbuhan, mengalami pertambahan pengalaman, mereka bergantung pada instruksi dan meniru yang lain. Pada usia ini guru mulai memberikan keterampilan persepsi motorik, keterampilan gerak dasar, keterampilan multilateral dan keterampilan terpadu. 68

Pada fase transisi usia 7-10 tahun ini, anak secara individu mulai dapat menkombinasikan dan menerapkan gerak dasar yang terkait dengan penampilan dalam aktivitas jasmani. Gerakan yang silakukan berisikan unsur-unsur yang sama, seperti gerak dasar, tetapi dalam pelaksanaanya lebih akurat dan terkendali. Pada fase spesifikasi usia 10-13 tahun ini, anak sudah dapat menentukan pilihannya akan cabang olahraga yang disukainya, secara umum mereka sudah memiliki kemampuan dalam koordinasi dan kelincahan yang jauh lebih baik. Pada fase ini mereka memilih untuk mengkhususkan pada salah satu cabang olahraga yang dianggap mampu untuk dilakukan. Dari hasil penelitian ini dapat kita lihat bahwa dari ketiga kelompok gerkan dasar tersebut tegolong kepada baik sekali. Dengan itu ini akan mendukung terhadap tahap perkembangan selanjutnya dan juga akan memberikan sumbangan terhadap pencapaian prestasi puncak anak. Dengan demikian anak-anak ini sudah siap untuk masuk ketahap selanjutnya yaitu tahap spesialisasi seperti gambar berikut ini. Gambar Tahapan perkembangan Motorik Terhadap Prestasi Puncak Segala sesuatu yang kita lakukan pada domain (ranah) motorik dipengaruhi oleh emosi kita, interaksi sosial, dan perkembangan kognitif.sejauh ini, semua perilaku pada domain afektif dan kognitif lebih kuat dipengaruhi oleh perilaku motorik. Piaget dapat mengkatagorikan perilaku kedalam 4 (empat) tahap perkembangan kognitif, yaitu: Sensorimotorik Lahir s/d 2 tahun Preoperasional 2 tahun s/d 8 tahun Konkret operasional 8 tahun s/d 11 tahun Formal operasional 11 tahun s/d 12 tahun Teori piget ini juga sejalan dengan hasil penelitian ini bahwa anak yang berapa pada Formal Operasional merupakan kemampuan untuk mempertimbangkan ide-ide yang tidak didasarkan pada realita. Anak sudah mampu berpikir yang bersifat abstrak. Namun menurut piaget, banyak individu tidak pernah mencapai tahapan seperti ini, justru orang yang memiliki rata-rata skornya rendah pada tes intelegensi sangat memungkinkan tidak mencapai tahap formal operasional. Pada masa ini gerak yang dapat dikembangkan mengarah pada pencabangan olahraga. Anak sudah saatnya untuk menentukan sikap cabang olahraga apa yang akan ditekuni untuk hobi dan atau masa depannya. Pandangan kita mengenai aktivitas gerak adalah gerakan yang diciptakan melalui proses dari integrasi sensori (panca indra); hal ini termasuk semua gerakan yang dilakukan secara sukarela (tanpa paksaan), seperi aktivitas dalam mata pelajaran pendidikan jasmani. Namun, kita juga telah menyatakan bahwa tujuan dari aktivitas gerak adalah untuk meningkatkan fungsi kognitif. 69

Delacato juga yakin bahwa masalah intelektual dapat ditanggulangi dengan merekapitulasi gerak awal yang diperkirakan menjadi tidak sempurna. Dia merekomendasi bahwa proses diketahui sebagai pola. Melalui pola tersebut, seorang individu mempraktekan gerak sederhana, biasanya merangkak untuk mengakomodasi kebutuhan anak dalam meningkatkan fungsi kognitifnya. Anak yang tidak mampu secara aktif merekapitulasi gerak ini secara pasif dibantu melalui gerak lain. Proses ini sering melibatkan berbagai bantuan dan sering dipelihara untuk memperpanjang waktu. KESIMPULAN Dari hasil tersebut dapat disimpulkan nilai kesesuaian gerak Non-Lokomotor masuk dalam kategori cukup (74,5%), nilai kesesuaian gerak lokomotor masuk dalam kategori baik (77,4%). nilai kesesuaian gerak manipulatif masuk dalam kategori baik (85,25%). Dari tiga kelompok gerak dasar didapat nilai gerak dasar umum masuk dalam dalam kategori baik (79%). DAFTAR PUSTAKA Gallahue, David L. dan Ozmun, John. (1998). Understanding Motor Development: Infants, hildren, Adeloscents, Adults. USA: McGraw-Hills. Lutan, Rusli. (2001). Asas-Asas Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas M,Yudha Saputra. (2001). Pembelajaran Atletik di Sekoah Dasar. Jakarta: Depdiknas Nazir, Moh. (1983). Metode Penelitian. Yogyakarta.Ghalia Indonesia. Sukintaka. (2004). Teori ermain untuk D2 PGSD Penjaskes. Jakarta: Depdikbud Sumantri. (2005). Model Pengembangan keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Waharsono. (1999). Materi Pelatihan Guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan SD/Pelatih Klub Olahraga Usia Dini. Jakarta: Depdikbud. Direktorat Pendidikan Dasar. 70