II TINJAUAN PUSTAKA. dapat diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputarputar

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari: Pari yang berarti penuh, lengkap, berkeliling; Wis

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

agrowisata ini juga terdapat pada penelitian Ernaldi (2010), Zunia (2012), Machrodji (2004), dan Masang (2006). Masang (2006) yang dikutip dari

BAB IV METODE PENELITIAN PARIWISATA SPIRITUAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Demikian pula dengan kondisi tanah dan iklim yang beragam, sehingga keadaan

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik

BAB. III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. diteliti oleh penulis. Lokasi penelitian dilakukan di Swalayan surya pusat

BAB III METODE PENELITIAN. mengidentifikasi jenis-jenis makanan tradisional, persepsi wisatawan terhadap

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. instruksi, mengolah data sesuai dengan instruksi dan mengeluarkan hasilnya

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP. khususnya dalam pengelolaan sumberdaya air irigasi. Pengelolaan sumberdaya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. (c)foto Satelit Area Wisata Kebun Wisata Pasirmukti

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. potensi wisata, yaitu potensi fisik dan potensi budayayang bisa dikembangkan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. diskriptif yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sistem irigasi subak merupakan warisan budaya masyarakat Bali. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bali, merupakan barometer perkembangan pariwisata nasional. Pulau

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di Kawasan Wisata Pantai Tanjung Pasir,

I. PENDAHULUAN. memiliki julukan lumbung beras Provinsi Bali, memiliki luas 839,33

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB III METODOLOGI. (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar

III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011)

BAB V KESIMPULAN. pengembangan pariwisata dan olahraga di Indonesia. Sport tourism merupakan perpaduan antara olahraga dan rekreasi (wisata)

BAB I PENDAHULUAN. 275 juta orang pada tahun Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: masyarakat, keamanan yang baik, pertumbuhan ekonomi yang stabil,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki potensi besar dalam lingkup pariwisata.

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN TERHADAP PENINGKATAN PENJUALAN PADA TOKO PONSEL RIN PULSA.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL BISNIS STMIK SUMEDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWOT ANALYSIS

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup

BAB III METODE PENELITIAN. daya tarik wisata budaya yang lebih baik. Dalam pengembangan ini perlu

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. yang harus di kembangkan dalam Pariwisata di Pulau Pasaran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis SWOT (strengths-weaknessesopportunities-threats)

Analisis SWOT Deskriptif Kualitatif untuk Pariwisata

MATERI 3 ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BAB II KAJIAN TEORI. bagi suatu perusahaan untuk tetap survive di dalam pasar persaingan untuk jangka panjang. Daya

Bab i PENDAHULUAN. Tingkat II yaitu Kabupaten dan Kota dimulai dengan adanya penyerahan

BAB III METODE PENELITIAN. atau Sagela Pengucapaan yang sering di pakai masyarakat Gorontalo ini, terletak

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mulya Kencana Kecamatan Tulang Bawang

TINJAUAN PUSTAKA. Secara spesifik lansekap adalah suatu areal lahan atau daratan yang memiliki kualitas

BAB I PENDAHULUAN. alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROWISATA BERBASIS SUBAK PADA KAWASAN CEKING KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR SKRIPSI OLEH:

pestisida dan permodalan (Sisfahyuni, 2008).

BAB III METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

Jenis data Indikator Pengamatan Unit Sumber Kegunaan

BAB III METODE KAJIAN

BAB I PENDAHULUAN. buatan dan peninggalan sejarah. Wilayah Kabupaten Sleman terdapat banyak

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB III METODE PENELITIAN

STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG BALADO PADA UKM PUNDI MAS DI KOTA PALU

DAFTAR ISI Silvia Sely Murthy, 2014 Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PENDAHULUAN. Supriadi R 1), Marhawati M 2), Arifuddin Lamusa 2) ABSTRACT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Strategi Pengembangan Subak Menjadi Lembaga Berorientasi Agribisnis di Kabupaten Badung (Kasus Subak Sengempel, Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal)

BAB I PENDAHULUAN. asing lagi bagi kehidupan masyarakat Indonesia. sangat susah, sehingga pemerintah harus melakukan pengadaan impor beras.

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

STRATEGI PEMASARAN DEALER YAMAHA AMIE JAYA UNTUK MENINGKATKAN PENJUALAN MENGGUNAKAN MATRIKS BCG DAN ANALISIS SWOT

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. wisata dan US$ 300 milyar penerimaan ke seluruh dunia (Pusat Perencanaan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Agrotourism. Agro berarti pertanian dan tourism pariwisata/kepariwisataan.

BAB 3 SWOT DAN STRATEGI BERSAING

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bidang pertanian, subak merupakan suatu organisasi yang

PENGEMBANGAN AGROWISATA BALAI BENIH INDUK HORTIKULTURA KECAMATAN PEKALONGAN KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

III. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

URGENSI PENGGUNAAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PENDIDIKAN (E-LEARNING) OLEH: LOVI TRIONO

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata

BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS Faktor-faktor strategis pembentuk SWOT PT. KLS

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN. I S K A N D A R I N I Fakultas Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KERANGKA TEORI. gabungan dari Stratos atau tentara dan ego atau pemimpin. Suatu strategi

Gambar 2 Tahapan Studi

III. KERANGKA PEMIKIRAN

: Budi Utami, SE., MM

STRATEGI PEMASARAN PAKET INBOUND TOUR: STUDI KASUS DI PT. LOTUS ASIA TOURS JIMBARAN BALI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi ini karena di objek wisata tersebut merupakan satu-satunya objek

Transkripsi:

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta. Pari mempunyai arti banyak, berkali-kali, berputar-putar atau lengkap. Sedangkan kata wisata mempunyai arti perjalanan dan berpergian. Berdasarkan dua suku kata tersebut pariwisata dapat diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputarputar dari suatu tempat ke tempat lain. Berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain, seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar (Suwantoro, 2001). Damanik dan Weber (2006) mengatakan dalam arti luas, pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Sebagai suatu aktivitas, pariwisata telah menjadi bagian penting dari kebutuhan masyarakat maju dan sebagian kecil masyarakat negara berkembang. sedangkan sebagai suatu aktivitas manusia, pariwisata adalah fenomena pergerakan manusia, barang, dan jasa yang sangat kompleks yang terkait erat dengan organisasi, hubungan-hubungan 11

12 kelembagaan dan individu, serta kebutuhan layanan, penyediaan kebutuhan layanan, dan sebagainya. Seseorang yang melakukan kegiatan pariwisata disebut dengan wisatawan. World Tourist Organization (WTO), dalam Pamulardi (2006), mendefinisikan wisatawan adalah setiap orang yang bertempat tinggal disuatu negara tanpa memandang kewarganegaraannya, berkunjung ke suatu tempat pada negara yang sama untuk jangka waktu lebih dari dua puluh empat jam yang tujuan perjalanannya dapat diklasifikasikan pada salah satu hal berikut. a. Memanfaatkan waktu luang untuk berekreasi, liburan, kesehatan, pendidikan, keagamaan dan olahraga. b. Bisnis atau mengunjungi kaum keluarga. 2.2 Konsep Agrowisata Agrowisata merupakan salah satu bentuk pariwisata alternatif yang sedang berkembang pesat. Beberapa negara mengembangkan jenis wisata ini untuk melengkapi daya tarik wisata konvensional (sun, sea, and sand) yang telah dikenal wisatawan. Secara umum konsep agrowisata mengandung pengertian suatu kegiatan perjalanan atau wisata yang dipadukan dengan aspek-aspek kegiatan pertanian. Pengertian ini mengacu pada unsur rekreatif yang memang sudah menjadi ciri kegiatan wisata, unsur pendidikan dalam

13 kemasan paket wisatanya, serta unsur sosial ekonomi dalam pembangunan pertanian dan pedesaan. Dari segi substansinya kegiatan agrowisata lebih menitikberatkan pada upaya menampilkan kegiatan pertanian dan suasana pedesaan sebagai daya tarik utama wisatanya tanpa mengabaikan segi kenyamanan (Windia dan Suamba, 2010). Sutjipta (2008) mendefinisikan, agrowisata adalah sebuah sistem kegiatan yang terpadu dan terkoordinasi untuk pengembangan pariwisata sekaligus pertanian, dalam kaitannya dengan pelestarian lingkungan, peningkatan kesajahteraan masyarakat petani. Rahardi (2003) mendefinisikan agrowisata adalah kegiatan wisata ke obyek-obyek pertanian dalam arti luas, baik di sektor hulu, tengah, maupun hilir. Kegiatan ini dikelola dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan finansial bagi pelakunya. Pengembangan agrowisata pada hakikatnya merupakan upaya terhadap pemanfaatan potensi atraksi wisata pertanian. Berdasarkan surat keputusan bersama antara Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi dan Menteri Pertanian No. KM.47/PW.DOW/MPPT-89 dan No. 204/KPT/HK/050/4/1989, agrowisata sebagai bagian dari objek wisata, diartikan sebagai suatu bentuk kegiatan yang memanfaatkan usaha agro sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha

14 dibidang pertanian. Agrowisata diberi batasan sebagai wisata yang memanfaatkan objek-objek pertanian (Tirtawinata dan Fachruddin, 1996). 2.3 Pengembangan Agrowisata Motivasi agrowisata adalah untuk menghasilkan pendapatan tambahan bagi petani. Bagaimanapun, agrowisata juga merupakan kesempatan untuk mendidik orang banyak/ masyarakat tentang pertanian dan ekosistem. Pemain kunci didalam agrowisata adalah petani, pengunjung/wisatawan, dan pemerintah atau institusi. Peran mereka bersama dengan interaksi mereka adalah penting untuk menuju sukses dalam pengembangan agrowisata. Keuntungan dari pengembangan agrowisata bagi petani lokal dapat dirinci sebagai berikut Lobo dkk, 1999 (dalam Utama, 2011). 1. Agrowisata dapat memunculkan peluang bagi petani lokal untuk meningkatkan pendapatan dan meningkatkan taraf hidup serta kelangsungan operasi mereka. 2. Menjadi sarana yang baik untuk mendidik orang banyak/ masyarakat tentang pentingnya pertanian dan kontribusinya untuk perekonomian secara luas dan meningkatkan mutu hidup. 3. Mengurangi arus urbanisasi ke perkotaan karena masyarakat telah mampu mendapatkan pendapatan yang layak dari usahanya di desa (agrowisata).

15 4. Agrowisata dapat menjadi media promosi untuk produk lokal, dan membantu perkembangan regional dalam memasarkan usaha dan menciptakan nilai tambah dan direct-marking merangsang kegiatan ekonomi dan memberikan manfaat kepada masyarakat di daerah dimana agrowisata dikembangkan. Pengembangan agrowisata diharapkan sesuai dengan kapabilitas, tipologi, dan fungsi ekologis lahan akan berpengaruh langsung terhadap kelestarian sumber daya lahan dan pendapatan petani serta masyarakat sekitarnya. Kegiatan ini secara tidak langsung akan meningkatkan persepsi positif petani serta masyarakat sekitarnya akan arti pentingnya pelestarian sumber daya lahan pertanian. Pengembangan agrowisata pada gilirannya akan menciptakan lapangan pekerjaan, karena usaha ini dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat pedesaan, sehingga dapat menahan atau mengurangi arus urbanisasi yang semakin meningkat saat ini. Manfaat yang dapat diperoleh dari agrowisata adalah melestarikan sumber daya alam, melestarikan teknologi lokal, dan meningkatkan pendapatan petani/masyarakat sekitar lokasi wisata (Anonim, 2002). Agrowisata pada prinsipnya merupakan kegiatan industri yang mengharapkan kedatangan konsumen (wisatawan domestik maupun mancanegara) secara langsung di tempat wisata yang diselenggarakan. Aset

16 yang penting untuk menarik kunjungan wisatawan adalah keaslian, keunikan, kenyamanan, dan keindahan alam. Oleh sebab itu, faktor kualitas lingkungan menjadi modal penting yang harus disediakan, terutama pada wilayah-wilayah yang dimanfaatkan untuk dijelajahi para wisatawan. Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1996) Pengembangan agrowisata sebagai upaya menggairahkan kepariwisataan dan juga sebagai upaya dalam melakukan diversifikasi produk wisata baru memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia pada umumnya dan masyarakat desa pada khususnya, serta bagi para wisatawan. Manfaat-manfaat tersebut antara lain adalah sebagai berikut. a. Meningkatkan konservasi lingkungan b. Meningkatkan nilai estetika c. Memberikan nilai rekreasi d. Meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangkan ilmu pengetahuan e. Meningkatkan keuntungan ekonomi, baik bagi daerah dan masyarakat juga bagi obyek agrowisata itu sendiri. Dalam merencanakan dan mengelola agrowisata diperlukan perencanaan yang matang dan pegangan yang professional, karena berbagai kendala diluar perkiraan mungkin akan terjadi. Untuk itu diperlukan sensivitas (kepekaan) dan kiat-kiat khusus dari semua pihak yang terlibat dalam pengembangan agrowisata tersebut, sehingga hasil yang dicapai maksimal dan

17 dampak negatif dapat dihindari dan diminimalisir sehingga pengembangan agrowisata dapat berlangsung dalam jangka waktu yang panjang. 2.4 Subak Dalam Perda Provinsi Bali No.02/PD/DPRD/1972 pada dasarnya diisyaratkan bahwa subak adalah suatu masyarakat hukum adat yang memiliki karakteristik sosio-agraris-religius, yang merupakan perkumpulan petani yang mengelola air irigasi di lahan sawah. Kemudian Arif (1999) dalam Windia (2006), memperluas pengertian sosio-agraris-religius dalam sistem irigasi subak, dengan menyatakan bahwa adalah lebih tepat kalau subak itu disebut memiliki karakter sosio-teknis-religius karena pengertian teknis cakupannya menjadi lebih luas termasuk didalamnya teknis pertanian dan teknis irigasi. Selanjutnya, Sutawan dkk (1989) dalam Windia (2006) melakukan kajian-kajian yang lebih mendalam tentang gatra religius dalam sistem irigasi subak di Bali. Gatra religius pada sistem subak di Bali mencerminkan keberadaan dari konsep parhyangan, palemahan, dan pawongan sebagai salah satu komponen dari Tri Hita Karana merupakan suatu konsep pemikiran yang dijiwai oleh agama Hindu dan relevan dalam kaitannya dengan sistem kebudayaan. Adapun hubungan antar elemen Tri Hita Karana (parhyangan, palemahan, dan pawongan) sebagai landasan kegiatan sistem subak, serta

18 kaitannya dengan elemen atau subsistem kebudayaan seperti terlihat pada Gambar 1. Parhyangan/ pola pikir Palemahan/ artefak/ Kebendaan Pawongan/ Sosial Gambar 1. Hubungan Antar Elemen THK dan Kaitannya dengan Sistem Kebudayaan Sumber: Windia, 2006 Unsur parhyangan memberikan nuansa religius yang mengepresikan hubungan manusia dengan lingkungan spiritual. Setiap subak dilengkapi dengan tempat suci (pura) yang disebut pura ulun suwi atau bedugul yang dibangun tidak jauh dari sumber mata air, bendungan, atau bagian hulu kawasan persawahan. Unsur pawongan mengacu pada aspek sosial (manusia), yakni para petani yang terhimpun dalam organisasi subak dilengkapi dengan awig-awig berupa seperangkat aturan mengenai tata tertib organisasi serta hak dan kewajiban para anggotanya. Unsur palemahan merupakan komponen infrastruktur yang terdiri atas lingkungan fisik alamiah berupa areal persawahan yang disebut uma atau carik dengan berbagai macam fasilitas sistem irigasinya.

19 Sistem subak di Bali memiliki kemampuan untuk menyerap teknologi yang berkembang dalam kurun waktu tertentu dan kemampuannya untuk beradaptasi dengan perkembangan budaya yang ada di lingkungan sekitarnya. Namun, sistem subak tidak mampu menahan intervensi dari luar. Hal ini dapat dilihat dari semakin derasnya alih fungsi lahan sehingga dalam jangka panjang akan menimbulkan kerusakan yang drastis pada sistem subak. Sutawan, 2005 (dalam Windia, 2010) menyebutkan jika sistem subak di Bali hancur, maka kebudayaan Bali akan ikut hancur. Oleh karenanya, langkah yang dapat dilakukan untuk melestarikan sistem irigasi subak di Bali diantaranya: (1) mempertahankan keberlanjutan lahan sawah di Bali; (2) mempertahankan keberlanjutan sumberdaya air untuk irigasi; (3) mempertahankan batas-batas antar subak yang jelas; (4) mempertahankan sistem organisasi subak yang fleksibel, yakni sistem organisasi yang disesuaikan dengan kepentingan setempat; (5) memperkokoh kelembagaan subak; dan (6) mempertahankan konsep harmoni dan kebersamaan dalam polapikir masyarakat (petani) dalam pengelolaan sistem irigasi, sesuai dengan konsep THK yang melandasi sistem irigasi subak. Dalam kaitan ini, kawasan subak sangat penting jika ditetapkan sebagai agrowisata untuk melestarikan warisan nenek moyang. Selain itu juga, dapat mengindari adanya alih fungsi lahan. Sehingga keberlanjutannya akan lebih terjamin.

20 2.5 Analisis SWOT Analisis SWOT adalah indentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Rangkuti (2005) menyatakan bahwa analisis ini didasarkan pada logika yang memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategis, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal tersebut disebut dengan analisis situasi. Model yang paling popular untuk analisis situasi adalah analisis SWOT. Adapun pengertian dari masing-masing bagian SWOT sebagai berikut (Yoeti, 1996). a. Kekuatan adalah suatu yang dapat dikembangkan menjadi lebih tangguh hingga mampu bertahan dalam pasar dan mampu bersaing untuk pengembangan selanjutnya. b. Kelemahan adalah segala faktor yang tidak menguntungkan atau merugikan bagi sektor pariwisata.

21 c. Peluang adalah semua kesempatan yang ada sebagai akibat kebijakan pemerintah, peraturan berlaku, atau kondisi perekonomian nasional yang dianggap dapat memberi peluang bagi pariwisata. d. Ancaman adalah hal-hal yang dapat mendatangkan kerugian bagi pariwisata. 2.6 Lingkungan Internal dan Lingkungan Eksternal Menurut Dirgantoro (2007) Lingkungan Internal terdiri dari komponenkomponen atau variabel lingkungan yang berasal atau berada didalam organisasi/ perusahaan itu sendiri. Komponen-komponen dari lingkungan internal ini cenderung dapat dikendalikan oleh organisasi/ perusahaan yang berada didalam jangkauan intervensi mereka. Karena sifatnya yang berasal dari dalam organisasi, maka organisasi/ perusahaan lebih memiliki bargain value untuk menyiasati komponen-komponen yang berada didalam lingkungan internal. Sedangkan, Lingkungan Eksternal merupakan komponen-komponen atau variabel lingkungan yang berada atau berasal dari luar organisasi/ perusahaan. Komponen tersebut cenderung berada diluar jangkauan organisasi yang artinya organisasi tidak dapat melakukan intervensi terhadap komponenkomponen tersebut. Dimana komponen tersebut lebih dipandang sebagai given

22 atau sesuatu yang mau tidak mau harus diterima, tinggal bagaimana organisasi berkompromi atau menyiasati komponen-komponen tersebut. 2.7 Matrik SWOT Rangkuti (2005) mendefinisikan matrik SWOT adalah alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan. Matrik ini menggambarkan secara jelas peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan yang disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matriks SWOT ini menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategi. Strategi SO (Strengthness-Opportunity) menuntut perusahaan mampu memanfaatkan peluang melalui kekuatan internalnya. Strategi WO (Weakness- Opportunity) menuntut perusahaan untuk meminimalkan kelemahan dalam memanfaatkan peluang. Strategi ST (Strengthness-Threatness) merupakan pengoptimalan kekuatan dalam menghindari ancaman, dan strategi WT (Weakness Threatness) menitikberatkan pada upaya meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman. 2.8 Kerangka Pemikiran Teoritis Kawasan Ceking memiliki daya tarik untuk dikembangkan sebagai kawasan agrowisata karena memiliki keindahan terasering yang sangat unik

23 sehingga menyebabkan peningkatan pada jumlah kunjungan wisatawan. Sebagai suatu daya tarik wisata, subak memiliki perpaduan atraksi alam dan budaya agraris yang sangat menarik bagi para wisatawan. Berdasarkan perpaduan tersebut, subak memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai agrowisata subak, namun sekiranya perlu dilihat situasi internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan, dan situasi eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman. Dari situasi internal dan ekternal ini kemudian akan diketahui bobot, rating, dan skor masing-masing situasi yang kemudian dilakukan perhitungan dengan menggunakan analisis IFAS dan EFAS, Setelah di analisis IFAS dan EFAS selanjutnya di analisis dengan menggunakan kuadran analisis SWOT untuk mengetahui kondisi yang dimiliki oleh Kawasan Ceking. Terakhir akan di analisis dengan menggunakan matrik SWOT, sehingga dari analisis matrik SWOT ini akan diketahui strategi pengembangan agrowisata pada Kawasan Ceking Kecamatan Tegallalang Kabupaten Gianyar. Strategi yang dihasilkan/ diharapkan tepat dengan tujuan memaksimalkan penataan dan pengelolaan Kawasan Ceking tersebut yang selanjutnya akan direkomendasikan untuk pengembangan agrowisata pada kawasan ceking kepada pengelola pada Kawasan Ceking (Gambar 2).

24 Pengembangan Kawasan Ceking Potensi Agrowisata Subak Situasi Internal - Kekuatan - Kelemahan Situasi Eksternal - Peluang - Ancaman IFAS EFAS Matrik SWOT Strategi Pengembangan Agrowisata Rekomendasi Gambar 2. Kerangka Pemikiran Strategi Pengembangan Agrowisata Berbasis Subak pada Kawasan Ceking Kecamatan Tegallalang Kabupaten Gianyar