Fenomena-fenomena Anak-anak anak tuna grahita merupakan individu yang utuh dan unik yang pada umumnya juga memiliki potensi atau kekuatan dalam mengim

dokumen-dokumen yang mirip
TANGGUNG JAWAB MORAL ORANG TUA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN PENDIDIKAN DAN SOLUSINYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. meningkat 400% menjadi 1 banding 625 (Mash & Wolfe, 2005). Tahun 2006,

SOSIALISASI PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF NUFA (Nurul Falah) Bekasi, 22 Juni PSG Bekasi

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Pada hakekatnya semua anak memiliki kesempatan yang sama untuk

MENGATASI PERMASALAHAN PERILAKU ANAK PENYANDANG AUTISME DENGAN METODE APPLIED BEHAVIOUR ANALYSIS (ABA) DI TK PERMATA BUNDA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. (verbal communication) dan komunikasi nonverbal (non verbal communication).

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting. Untuk menilai tumbuh kembang anak banyak pilihan cara. Penilaian

AUTISME MASA KANAK-KANAK Autis berasal dari kata auto, yg berarti sendiri. Istilah autisme diperkenalkan oleh Leo Kanner, 1943 Pandangan lama: autisme

SISTEM INFORMASI MONITORING PERKEMBANGAN TERAPI AUTISME PADA SEKOLAH INKLUSI

Anak Penyandang Autisme dan Pendidikannya. Materi Penyuluhan

BAB I PENDAHULUAN. berlaku dengan anak autisme. Menurut DSM-IV (Diagnostic Statisctical Manual,

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENDIDIKAN PENYANDANG CACAT DARI SUDUT PANDANG MODEL PENDIDIKAN INKLUSI DI INDONESIA. Oleh: Haryanto

BAB I PENDAHULUAN. sesungguhnya bukanlah penyakit tetapi berupa sindroma (kumpulan gejala) dimana

Bab I PENDAHULUAN AUTISM CARE CENTER

FASILITAS TERAPI DAN PENDIDIKAN ANAK AUTIS DI SEMARANG

BABI PENDAHULUAN. Anak adalah permata bagi sebuah keluarga. Anak adalah sebuah karunia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahwa anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi masyarakat bahkan juga

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat berkembang secara baik atau tidak. Karena setiap manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penjelasan dari individu dengan gejala atau gangguan autisme telah ada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986, pemerintah telah merintis

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sekolah-sekolah regular dimana siswa-siswanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. anak normal maupun anak yang memiliki kebutuhan khusus. Hal ini diperkuat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan lainnya. Setiap manusia memiliki kekurangan. Semua anak manusia tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sisi individu yang sedang tumbuh dan disisi lain nilai sosial, intelektual dan moral

Sekolah Inklusi, Bagaimanakah?

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 2003, hlm Faisal Yatim, Autisme (Suatu Gangguan Jiwa pada Anak-Anak), Pustaka Populer Obor,

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan aset bangsa yang berharga, generasi penerus yang kelak akan

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan manusia merupakan perubahan. yang bersifat progresif dan berlangsung secara

BAB I PENDAHULUAN. semangat untuk menjadi lebih baik dari kegiatan belajar tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. satu pun dari semua ini ada karena hak manusia memutuskan untuk. kebesaran dan kekuasaan Allah di alam semesta ciptaan-nya.

HAKIKAT ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Inklusi dan Anak Berkebutuhan Khusus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Autis merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis

BAB I PENDAHULUAN. 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Sekolah Luar Biasa : Autisme Boyolali Alam Taman Terapi :

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

Bagaimana? Apa? Mengapa?

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial, tidak bisa mengamati dan mengolah informasi. Orang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

STRATEGI COPING ORANG TUA MENGHADAPI ANAK AUTIS

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang-

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu

Bab 1 Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dari hari ke hari istilah autisme semakin banyak diperbincangkan di

PENDAHULUAN. rasanya bila kita terus menerus membicarakan anak-anak normal, sementara

FUZZY LOGIC METODE MAMDANI UNTUK MEMBANTU DIAGNOSA DINI AUTISM SPECTRUM DISORDER

GAMBARAN TINGKAT IQ TERHADAP KEMAJUAN TERAPI ANAK AUTISME DI SLB BIMA KOTA PADANG TAHUN 2011 OLEH NOVERY HARIZAL BP

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

Educational Psychology Journal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS PENELITIAN. A. Analisis Kebijakan Pendidikan Inklusi di SD Negeri 02 Srinahan Kesesi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan anak merupakan sebuah proses yang indah di mata

INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS TERHADAP TEMAN DAN GURU DI SEKOLAH INKLUSI SKRIPSI

PENGUATAN EKOSISTEM PENDIDIKAN MELALUI BATOBO SEBAGAI OPTIMALISASI PENDIDIKAN INKLUSI DI PAUD

[SEKOLAH KHUSUS AUTIS DI YOGYAKARTA]

SISTEM PAKAR DIAGNOSA AUTISME PADA ANAK

TERAPI APPLIED BEHAVIOUR ANALYSIS UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANAK AUTIS SKRIPSI. Oleh: Prestisia Noviarta Hapsari

PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK PENDERITA AUTIS DI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU TUGAS AKHIR TKA 490 BAB I PENDAHULUAN

KEBAHAGIAAN SAUDARA KANDUNG ANAK AUTIS. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul

PENGARUH PERMAINAN LASY TERHADAP PENINGKATAN KONSENTRASI PADA ANAK AUTIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menerima bahwa anaknya didiagnosa mengalami autisme.

BAB I PENDAHULUAN. Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Kelainan ini dikenal dan

P 37 Analisis Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunanetra Kelas X Inklusi SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang secara normal terutama anak, namun itu semua tidak didapatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan, termasuk polio, dan lumpuh ( Anak_

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. istri (Mangunsong, 1998). Survei yang dilakukan Wallis (2005) terhadap 900

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. biasa. Tampaknya semua pihak menyambutnya dengan suka cita. Setiap orangtua

PENDIDIKAN BAGI ANAK AUTIS. Mohamad Sugiarmin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses belajar seumur hidup yang didapatkan baik secara formal maupun nonformal.

BAB I PENDAHULUAN. orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 (Amandemen 4) bahwa setiap warga negara

Seminar Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial (Sintowati, 2007). Autis merupakan gangguan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. manusia di perintahkan untuk mempelajari agama.

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. berkebutuhan khusus. Permasalahan pendidikan sebenarnya sudah lama

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan jalan merubah cara pandang dalam memahami dan menyadari. memperoleh perlakuan yang layak dalam kehidupan.

Transkripsi:

TANGGUNG JAWAB MORAL ORANG TUA ANAK ABK DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN PENDIDIKAN DAN SOLUSINYA Oleh: Rahayu Ginintasasi JURUSAN PSIKOLOGI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2009

Fenomena-fenomena Anak-anak anak tuna grahita merupakan individu yang utuh dan unik yang pada umumnya juga memiliki potensi atau kekuatan dalam mengimbangi kelainan yang disandangnya. Maka dari itu layanan pendidikan yang diberikan diupayakan untuk dapat mengimbangi potensi yang dimiliki anak secara optimal.

Meningkatnya jumlah anak autis Di Amerika Serikat disebutkan autis terjadi pada 6.000-15.000 anak dibawah 15 tahun. Di Inggris pada awal tahun 2002 bahkan dilaporkan angka kejadian autis meningkat sangat pesat, dicurigai 1 diantara 10 anak menderita autisma. Di Indonesia hingga saat ini belum diketahui berapa persisnya jumlah penyandang namun diperkirakan jumlah anak autis dapat mencapai 150-200 ribu orang. Tanggung jawab moral orang tua dalam memberikan pendidikan bagi anak.

Landasan Teoritis Tanggung Jawab Moral Tanggung jawab moral adalah sesuatu yang harus kita lakukan agar kita menerima sesuatu yang dinamakan hak berkenaan dengan kebiasaan hidup yang berkaitan dengan apa yang baik atau buruk, benar atau salah sehingga dianggap berharga.

Autisme Suatu kondisi mengenai seorang anak yang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi normal. Hal ini mengakibatkan anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitive,, aktivitas dan minat yang obsesif. Baron dan Cohen (1993)

Faktor penyebab gangguan autisme masih terus dicari dan masih dalam penelitian para ahli. Beberapa faktor penyebabnya antara lain genetika, pengaruh virus seperti rubella; toxo; herves; ; jamur; nutrisi yang buruk; pendarahan; keracunan makanan, pada kehamilan dapat menghambat pertumbuhan sel otak yang dapat menyebabkan fungsi otak bayi yang dikandung terganggu terutama fungsi pemahaman, komunikasi, interaksi (Baron-Cohen, 1993). Kriteria anak yang didiagnosa menyandang Autisme secara rinci dirumuskan oleh Assosiasi Psikiatri Amerika yang dikenal dengan istilah DSM IV (Diagnostic and Statiscal Manual of Mental Disorder, Fourth Edition. The American Psychiatric Association, Washington D. C. 1994)

METODOLOGI Metode yang digunakan dalam makalah ini yaitu dengan menggabungkan antara metode konseling kelompok (konseling keluarga) dan konseling individual (Terapi Rasional Emotif).

PEMBAHASAN Kebutuhan atau hak anak atas pendidikan baik anak normal atau anak berkebutuhan khusus, sehingga menjadi tanggung jawab moral orang tua dalam pendidikannya. Bentuk tanggung jawab moral orang tua yaitu dengan memasukkan anak mereka sesuai dengan potensi atau kebutuhannya. Peran konseling yaitu membantu orang tua dalam menghadapi permasalahan pendidikan bagi anaknya dengan menggunakan konseling kelompok (fokusknya konseling keluarga) dan konseling individual (menggunakan terapi rasional emotif.

Kesimpulan Memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak merupakan tanggung jawab moral orang tua terlepas anak tersebut normal atau terlahir sebagai anak berkebutuhan khusus. Orang tua seyogyanya memilih dan memberikan pendidikan yang tepat bagi anak dalam hal ini anak autis dengan memasukkan ke sekolah biasa (inklusi) atau sekolah khusus (SLB).

Konseling keluarga dan konseling individual (terapi rasional emotif) memberikan layanan dalam upaya memberikan informasi yang berkaitan tempat yang menyelenggarakan pendidikan yang tepat bagi anaknya dalam hal ini baik sekolah yang telah menjalankan inklusif atau sekolah khusus, persiapan dari orang tua sendiri dalam hal penanganan anak berkebutuhan khusus, dan terbatas pengetahuan orang tua dalam pendidikan anak berkebutuhan khusus.

Implikasi Penempatan anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi dapat dilakukan dengan berbagai model sebagai berikut: 1. Kelas reguler (inklusi penuh) 2. Kelas reguler dengan cluster 3. Kelas reguler dengan pull out 4. Kelas reguler dengan cluster dan pull out 5. Kelas khusus dengan berbagai pengintegrasian 6. Kelas khusus penuh

SEKIAN TERIMA KASIH