IMPLEMENTASI DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013 PADA MADRASAH ALIYAH. Ruwiah Abdullah Buhungo

dokumen-dokumen yang mirip
PEDOMAN EVALUASI KURIKULUM

Proses Pengambilan Keputusan untuk Mengembangkan Mutu Madrasah. Herson Anwar. Nadwa Jurnal Pendidikan Islam Vol. 8, Nomor 1, April 2014

1. PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor utama

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 19 tentang

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I. I PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum merupakan hal penting dalam sistem pendidikan Indonesia.

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

PERSEPSI GURU BAHASA INDONESIA TERHADAP IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 (STUDI KASUS DI SMP NEGERI SE-KOTA MATARAM)

PENGEMBANGAN KTSP PERT KE-11

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

URGENSI SATUAN ACARAPERKULIAHAN (SAP)DALAM PEMBELAJARAN

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

BAB II KAJIAN TEORITIS. mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Atmodiwiryo,2000:5). Selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi telah berlaku sebagai bagian integral dari setiap proses

PEDOMAN PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. Education For All Global Monitoring Report 2012 yang dikeluarkan oleh

ANALISIS KEMAMPUAN GURU MENGELOLA PEMBELAJARAN TEMATIK MENURUT KURIKULUM 2013 DI SD NEGERI 1 SOPAI KABUPATEN TORAJA UTARA

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

Diajukan Oleh: DEDE SRI RAHAYU A

PENGELOLAAN DAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Rosda Karya, 2013) hlm. 16. aplikasinya (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2009) hlm, 13

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan jaman paradigma pendidikaan juga

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

Elemen Perubahan dari Kurikulum 2006 ke Kurikulum (1) Identitas satuan pendidikan dan mata pelajaran, (2) tingkat kelas, (3)

BAB I PENDAHULUAN. beragam mengatur pada standar nasional pendidkan untuk menjamin. prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN sangat banyak sekali perubahan setiap pergantian Menteri Pendidikan,

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

RASIONAL KURIKULUM 2013

( Word Converter - Unregistered )

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2015 M/ 1435 H

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Perwujudan dari amanat Undang-Undang Dasar 1945

ANALISIS STANDAR PROSES PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS X DI SMA NEGERI 1 MAJALENGKA TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA. : Pengembangan Pendidikan IPS SD. No. Dokumen Revisi: Tgl. Berlaku Hal.

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

Oleh: Dr. Istanto Wahju Djatmiko

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

KOMPETENSI: WAWASAN KEPENDIDIKAN, AKADEMIK, DAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU PADA EVALUASI IMPLEMENTASI KTSP DI SMK

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan Millenium Development Goals (MDGS), yang semula dicanangkan

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

TOPIK UTAMA PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 DI SMP NEGERI 1 KETANGGUNGAN BREBES : SEBUAH FENOMENA DALAM PENDAMPINGAN

PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS X DI SMAN 2 BUNGO. Irma Suryani, Aripudin dan Zulena Fertika

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

LANDASAN FILOSOFI KURIKULUM 2013

RUBRIK KETERLAKSANAAN KURIKULUM 2013 DI SD/SMP/SMA/SMK. Nama SD/SMP/SMA/SMK Alamat Sekolah. Kabupaten/Kota. Nama Kepala Sekolah

I. PENDAHULUAN. Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis, karena

PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

MENYUSUN KURIKULUM: MENJAWAB TANTANGAN KERJA GLOBAL

BAB I PENDAHULUAN. luar pendidikan formal yang teroganisasi, sistematis, dan berjenjang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang Dasar RI Tahun 1945, sedangkan perbedaannya terletak pada penekanan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai : (A) latar belakang, (B)

PENGEMBANGAN KURIKULUM DITINJAU DARI TINGKAT KABUPATEN SAMBAS PADA DAERAH TERTINGGAL DI MADRASAH IBTIDAIYAH KABUPATEN SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

STRATEGI PEMBELAJARAN BER-TEAM PADA KURIKULUM 2013 DI SMK. Oleh : Sri Karyono

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pemerintah yang tertuang dalam Undang-Undang No 32 tahun

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

MATERI PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF (INNOVATIVE LEARNING) TIPE PICTURE AND PICTURE

MATERI PELATIHAN GURU

BAB I PENDAHULUAN. karena itu pendidikan amat strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan. meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh.

Perbandingan Kurikulum (2004 (KBK), 2006 (KTSP) dan Kurikulum 2013)

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

Pembelajaran Matematika SD

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional merupakan salah satu upaya untuk menyiapkan. masyarakat dan bangsa yang mampu mengembangkan kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan

Tanggapan Balik Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI terkait Kurikulum 2013 yang dimuat di Harian Kompas, Kamis, 7 Maret 2013

KONSEP KURIKULUM 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan investasi penting dalam menghadapi globalisasi, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Hal senada pun diungkapkan oleh Gunawan (2013, hlm. 48) menyatakan

KOMPARASI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU AKUNTANSI YANG SUDAH DAN BELUM MENGIKUTI SERTIFIKASI. Oleh : Wilis Puspita Dewi ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, perilaku, pengetahuan, kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib dipelajari di setiap

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 (STUDI KASUS MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA NEGERI 2 PANGKAJENE)

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

Transkripsi:

TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ISSN 2338-6673 E ISSN 2442-8280 Halaman 105-113 http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/tjmpi IMPLEMENTASI DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013 PADA MADRASAH ALIYAH Ruwiah Abdullah Buhungo IAIN Sultan Amai Gorontalo ruwiahbuhungo@gmail.com Abstrak Kerangka penerapan kurikulum 2013, khususnya di Madrasah Aliyah, para guru diharapkan mampu membaca visi sebuah kurikulum, yakni ide-ide pokok yang terkandung di dalam tujuantujuan kurikulum. Ide pokok tersebut dibentuk dari filsafat, teori serta kebijakan-kebijakan formal yang melandasinya. Di samping kemampuan mereka dalam menganalisis struktur kurikulumnya, guru juga harus mampu membaca visi kurikulum, terutama agar persepsi yang dibentuk dalam pemikiran guru itu terdapat relevansi dengan visi kurikulum yang secara prinsip terkandung dalam tujuan-tujuan kurikulumnya. Oleh karena itu, kegiatan pengembangan pengetahuan dan keterampilan guru dalam mengimpleman-tasikan Kurikulum 2013 perlu terus dilakukan, baik yang difasilitasi oleh sekolah, dinas pendidikan, dan terutama pemerintah daerah. Pendahuluan Visi pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Peran guru sangat fundamental dan strategis dalam mewujudkan generasi emas bangsa melalui penyediaan sistem pembelajaran, penyempurnaan kurikulum pendidikan dasar dan menengah serta pembelajaran. Salah satu sasaran adalah penyempurnaan kurikulum sekolah dasar dan menengah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 19, menjelaskan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sehingga kurikulum merupakan salah satu komponen pokok aktivitas pendidikan, dan merupakan penjabaran idealisme, cita-cita, tuntutan masyarakat, atau kebutuhan tertentu. Dari kurikulum inilah akan diketahui arah pendidikan, alternatif pendidikan, fungsi pendidikan, serta hasil pendidikan yang hendak dicapai dari aktivitas pendidikan. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pengembangan kurikulum harus dilakukan karena adanya tantangan yang harus dihadapi, baik tantangan internal maupun eksternal. Untuk menghadapi tuntutan perkembangan zaman dirasa perlu adanya penyempurnaan pola pikir dan penguatan tata kelola kurikulum serta pendalaman dan perluasan materi. Seperti saat ini Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 dikembangkan menjadi Kurikulum 2013. Perubahan kurikulum tersebut di atas harus disosialisasikan secara luas pada semua pihak yang berkepentingan secara langsung dengan pendidikan di sekolah 105

maupun pihak lain yang berke-pentingan. Kurikulum bagaimanapun baiknya tentu masih sangat tergantung kepada para guru. Oleh karena itu perubahan mindset para guru tentu menjadi sangat penting sebagai prasyarat keberhasilan implementasi kurikulum. Dengan demikian, keberhasilan penerapan kurikulum 2013 juga sangat tergantung kepada perubahan mindset para guru di dalam mendidik para siswa. Implementasi KTSP, masih dijumpai beberapa masalah diantaranya: 1) Konten kurikulum masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak; 2) Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional; 3) Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Beberapa alasan perlunya pengembangan Kurikulum 2013 adalah: (1) perubahan proses pembelajaran (dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahun) dan proses penilaian (dari berbasis output menjadi berbasis proses dan output) memerlukan penambahan jam pelajaran; (2) kecenderungan banyak negara menambah jam pelajaran; dan (3) perbandingan dengan negara-negara lain menunjukkan jam pelajaran di Indonesia dengan negara lain relatif lebih singkat (Kemendikbud, 2013). Arah pengembangan kurikulum 2013 antara lain (1) karakteristik penguatan, (2) menggunakan pendekatan saintifik melalui mengamati, menanya, mencoba, menalar, (3) menggunakan ilmu pengetahuan sebagai penggerak pembelajaran untuk semua mata pelajaran, (4) menuntun siswa untuk mencari tahu, bukan diberi tahu (discovery learning), (5) menekankan kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi, pembawa pengetahuan dan berfikir logis, sistematis, dan kreatif, (6) mengukur tingkat berfikir siswa mulai dari rendah sampai tinggi, (7) menekankan pada pertanyaan yang membutuhkan pemikiran mendalam (bukan sekedar hafalan), (8) mengukur proses kerja siswa, bukan hanya hasil kerja siswa, dan (9) menggunakan portofolio pembelajaran siswa. Dari paparan di atas jelas bahwa Kurikulum 2013 sarat akan pengimplementasian paradigma pembelajaran positivistik di mana (1) siswa adalah subyek dalam belajar, (2) siswa diminta untuk selalu bernalar dalam belajar dengan tuntutan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking) pada level 4, 5, dan 6, yakni mulai dari analysis, evaluation, dan creating, dan (3) pembelajaran yang dikembangkan guru adalah pembelajaran yang bermakna. Untuk memenuhi tiga tuntutan di atas, ada banyak hal yang dapat dilakukan oleh guru, mulai bagaimana guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan mengevaluasi pembe-lajaran, menggunakan berbagai pendekatan yang muaranya bagaimana siswa belajar, bukan bagaimana guru mengajar. Guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 berpedoman kepada Lampiran IV Permendikbud No. 81. A Tahun 2013, dimana Kurikulum 2013 mengacu kepada 8 standar pendidikan yang mengalami perubahan hanya terjadi pada 4 standar saja yaitu standar isi, standar proses,standar penilaian dan standar Kompeensi lulusan.perubahannya jika KTSP Standar Nasional pendidikan (SNP) berdasarkan PP No 19 tahun 2005, sebagai acuan minimal penyelenggaraan pendidikan untuk seluruh lembaga penddikan dasar, dan menengah di seluruh wilayah hukum Indonesia. SNP ini memiliki 8 standar, perbedaannya jika pada kurikulum 2006 semua standar dilakukan oleh sekolah sebagai KTSP dengan pemerintah memberikan kebebasan pada sekolah untuk menentukan silabus sendiri, akan tetapi realitasnya implementasi kurikulum 2006 di temukan hampir tidak ada sekolah yang mampu membuat sendiri silabus. Telaah hasil implementasi KTSP 2006 yang mengalami kendala dan kesulitan implementasinya kemudian menghasilkan perubahan-perubahan keputusan-keputusan pendidikan dalam beberapa hal. Secara umum perubahan tersebut menyangkut halhal yang berkaitan dengan perbaikan metodologi, diarahkan bagaimana guru how to make learning (guru fasilitator), bagaimana guru membuat perencanaan yang baik, dan mengorganisasikan aktivitas pembelajaran (to organise activities), dan penataan ulang kurikulum sekolah yang dibagi menjadi kurikulum tingkat nasional, daerah dan sekolah. SNP dalam kurikulum 2013 berdasaarkan PP no. 32 tahun 2013. SNP menentukan Standar isi dan SKL,.Tingkat Nasional menentukan Struktur Kurikulum, alokasi waktu, minimal dan maksimal, beban 106 TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ISSN 2338-6673 E ISSN 2442-8280

belajar dan kalender akademik. Pemerintah daerah menentukan mata pelajaran berbasis daerah, dan sekolah menentukan ciri khas sekolah. Pada kurikulum 2013 SKL, mulai tingkat SD, SMP, SMA/SMK, peserta didik harus memiliki sikap yang baik (menerima, menanggapi, menghargai, menghayati, dan mengamalkan), keterampilan (mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar dan mencipta) dan pengetahuan ( mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisa dan mengevaluasi). SKL ini diturunkan menjadi 4 Kompetensi Inti (KI) yang sama semua mata pelajaran. KI ini dikembangkan menjadi Kompetensi Dasar, sedangkan dalam proses pembelajaran menggunakan KI 3 dan KI 4, akan tetapi KI 1 dan KI 2 harus ditetapkan motto kurikulum 2013 adalah siapapun gurunya, apapun mata pelajaran yang diajarkannya harus menghasilkan peserta didik yang taat beragama, memiliki kemampuan sosial yang baik, cerdas dan terampil. Kerangka penerapan kurikulum 2013, khususnya di Madrasah Aliyah, para guru diharapkan mampu membaca visi sebuah kurikulum, yakni ide-ide pokok yang terkandung di dalam tujuan-tujuan kurikulum. Ide pokok tersebut dibentuk dari filsafat, teori serta kebijakan-kebijakan formal yang melandasinya. Di samping kemampuan mereka dalam menganalisis struktur kurikulumnya, guru juga harus mampu membaca visi kurikulum, terutama agar persepsi yang dibentuk dalam pemikiran guru itu terdapat relevansi dengan visi kurikulum yang secara prinsip terkandung dalam tujuantujuan kurikulumnya. Oleh karena itu, kegiatan pengembangan pengetahuan dan keterampilan guru dalam mengimplemantasikan Kurikulum 2013 perlu terus dilakukan, baik yang difasilitasi oleh sekolah, dinas pendidikan, dan terutama pemerintah daerah. Program pendampingan seyogyanya menjadi kebutuhan setiap guru dalam rangka perbaikan proses pembelajaran yang dilakukannya dan untuk memastikan diri sebagai seorang pembelajar yang terus berusaha belajar mengasah kemampuan diri. Kurikulum 2013 telah diimplementasikan di Madrasah Aliyah yang ada di Kota Gorontalo baik madrasah aliyah negeri maupun madrasah aliyah swasta mulai tahun pelajaran 2013/2014 yaitu MAN Model Gorontalo dan Madrasah swasta yang tersebar di Kota Gorontalo yaitu MA Nurul Yaqiin terdapat di Kota Utara, MA. Al-Yusra terdapat di Kota Barat, di Kota Timur terdapat MA Al-Khairaat dan di Kota Selatan berdiri MA Al-Huda dan di Kota Tengah terdapat MA Muhammadiyah. Meskipun madrasah tersebut telah melakukan berbagai persiapan untuk mendukung pelaksanaan Kurikulum 2013 agar berjalan lancar, akan tetapi di tengah perjalanan masih ditemukan berbagai persoalan terutama bagi guru. Beberapa kendala yang dihadapi dalam implementasi kurikulum 2013, diantaranya: guru belum siap dan sulit mengubah pola pikirnya. Penyiapan guru dilakukan melalui pelatihan yang telah diprogramkan pemerintah secara hierarki mulai dari pemilihan instruktur nasional, guru inti, guru kelas, dan guru mata pelajaran. Selanjutnya dalam pelaksanaan, guru kelas maupun guru mata pelajaran tetap dalam pengawasan serta pendampingan. Akan tetapi, selama proses penyiapan tersebut, pelatihan berlangsung searah dan lebih mengedepankan pemberian ceramah kepada guru yang menjadikan pelatihan berjalan tidak optimal. Dengan cara seperti itu, akan sulit untuk mengubah pola pikir guru dalam waktu yang Lebih berbahaya lagi jika implementasi kurikulum dilaksanakan ketika guru belum siap, sehingga berpengaruh buruk terhadap proses belajar dan masa depan anak-anak. Minimnya pedoman yang disiapkan, menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi pemerintah. Pemerintah harus segera menyiapkan kekurangan tersebut. Masalah ketidaksesuaian buku juga harus segera ditindaklanjuti, guru harus ikut aktif dalam menyaring substansi yang ada dalam buku terutama yang diberikan kepada siswa sehingga tidak ada kesalahan pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan. Berbagai persoalan tersebut tentunya harus segera ditindaklanjuti sebagai bahan evaluasi pengembangan Kurikulum 2013 dilaksanakan di Madrasah Aliyah Kota Gorontalo. Untuk mengetahui ketercapaian implementasi dan pengembangan kurikulum 2013 di Madrasah Aliyah Kota Gorontalo adalah melalui evaluasi. Evaluasi merupakan bagian yang penting dalam setiap kegiatan ataupun program, sehingga tidak ada satu kegiatan pun yang dapat terlaksana dengan baik tanpa evaluasi. Stake mengatakan bahwa apabila menilai suatu program pendidikan harus melakukan perbandingan 107

yang relatif antara satu program dengan yang lain, atau perbandingan yang absolut (satu program dengan standar). Evaluasi selalu berhubungan dengan pengambilan keputusan, karena hasil evaluasi merupakan suatu landasan untuk menilai suatu program dan memutuskan apakah program tersebut dapat diteruskan atau masih perlu diperbaiki lagi. Stufflebeam memandang evaluasi sebagai suatu proses untuk mengungkap, mencari dan menganalisis, dan menyajikan untuk pembuatan keputusan: Evaluation is the process of delineating, obtaining, and providing information for decision making (Stufflebeam, 1971). Menurut Rutman (1984), evaluasi program adalah penerapan metode-metode ilmiah untuk mengukur implementasi dan hasil program untuk pengambilan keputusan. Pengertian Kurikulum Kurikulum merupakan komponen penting dalam rangka pelaksanaan kegiatan pendidikan. Salah satu faktor penentu ketercapaian tujuan pendidikan adalah bergantung pada kurikulum yang berlaku pada suatu lembaga pendidikan atau negara tersebut. Karena itu, maka pemahaman terhadap kurikulum itu sangat diperlukan. Keberadaan kurikulum merupakan inti dan sebagai pedoman dalam kegiatan penyelenggaraan pendidikan, maka para pakar pun banyak memberikan definisi tentang kurikulum, walaupun definisi yang diberikan tersebut tampaknya berbeda dan bervariasi, akan tetapi dalam hal esensinya terjadi kesamaan arti dan makna yang terkandung di dalamnya. Kurikulum yaitu program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa. 1 Berdasarkan program pendidikan tersebut siswa melakukan kegiatan pembelajaran, sehingga mendorong perkembangan dan pertumbuhannya sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Sukmadinata mengklasifikasikan pengertian kurikulum berdasarkan pandangan lama dan pandangan kemudian. Menurutnya, pandangan lama menganggap kurikulum sebagai kumpulan dari Mata Pelajaran atau bahan ajar yang harus disampaikan oleh guru atau dipelajari oleh siswa, sedangkan 1 Hamalik, Oemar. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h.65 pandangan kemudian memandang bahwa kurikulum penekanannya pada sejumlah pengalaman yang diperolah siswa. 2 Kurikulum sebagai suatu dimensi pengertian. Istilah kurikulum memiliki empat dimensi pengertian dimana setiap dimensi memiliki keterkaitan. Keempat dimensi kurikulum tersebut adalah sebagai berikut: (1) kurikulum sebagai suatu ide; (2) kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang sebenarnya merupakan perwujudan dari kurikulum sebagai ide; (3) kurikulum sebagai suatu kegiatan yang sering disebut pula kurikulum sebagai suatu realita atau implementasi kurikulum (secara teorotis dimensi kurikulum ini adalah pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis); dan (4) kurikulum sebagai suatu hasil belajar yang merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai kegiatan. 3 Pasal I ayat 19 Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas disebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Ayat tersebut menegaskan bahwa yang tercakup didalam kurikulum itu adalah sebagai berikut: (1) seperangkat rencana dan pengaturan, (2) tujuan kurikulum, (3) isi kurikulum, (4) bahan pelajaran, (5) cara yang digunakan, dan (6) sebagai pedoman penyelenggaraan. Konsep Evaluasi Evaluasi berasal dari kata bahasa inggris evaluation yang diserap dalam perbendaharaan istilah bahasa Indonesia dengan tujuan mempertahankan kata aslinya dengan sedikit penyesuaian lafal Indonesia menjadi evaluasi. Terdapat beberapa definisi tentang evaluasi yang dikemukakan oleh pakar, diantaranya Djaali & Ramly mendefinisikan evaluasi sebagai proses menilai sesuatu berdasarkan kriteria atau standar objektif 2 Sukmadinata, N.S. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. (Bandung: Yayasan Kesuma Karya, 2004), h.5 3 Hasan, S. H. Evaluasi Kurikulum. (Bandung: SPS UPI dengan Remaja Rosdakarya, 2008), h.27 108 TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ISSN 2338-6673 E ISSN 2442-8280

yang dievaluasi. 4 Sementara Purwanto mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Sesuai dengan pengertian tersebut, maka setiap kegiatan evaluasi merupakan suatu proses yang disengaja dan direncanakan untuk memperoleh informasi atau data, berdasarkan data tersebut kemudian dicoba membuat suatu keputusan. Sudah barang tentu informasi atau data yang dikumpulkan haruslah data yang sesuai dan mendukung tujuan evaluasi yang direncanakan. 5 Evaluasi adalah metode sistematik untuk mengumpulkan, menganalisis, dan memakai informasi untuk menjawab pertanyaan dasar mengenai program. 6 Berangkat dari pengertian ini, maka evaluasi merupakan suatu proses. Secara eksplisit evaluasi mengacu pada pencapaian tujuan sedangkan secara implisit evaluasi harus membandingkan apa yang telah dicapai dengan apa yang seharusnya dicapai berdasarkan standar yang telah ditetapkan. Evaluasi dilaksanakan untuk mencapai berbagai tujuan sesuai dengan objek evaluasinya. Tujuan akhir dari evaluasi adalah untuk memberikan masukan bagi proses kebijakan ke depan agar dihasilkan kebijakan yang lebih baik. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah program mencapai sasaran yang diharapkan. Evaluasi menekankan pada aspek hasil (output). Konsekuensinya, evaluasi baru dapat dilakukan jika program sudah berjalan dalam satu periode. Implementasi dan Pengembangan Kurikulum 2013 Kurikulum merupakan salah satu program pendidikan yang menjadi ujukan inti 4 Djaali, Puji Mulyono & Ramly. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. (Jakarta: PPs UNJ, 2000), h.3 5 Supriyanto. Perencanaan dan Evaluasi. (Surabaya: Universitas Airlangga, 2003), h.11 6 Wirawan, MSL. Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi (Contoh Aplikasi Evaluasi Program: Pengembangan Sumber daya manusia, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan, Kurikulum, Perpustakaan, dan Buku Teks). (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h.92 pelaksanaan sistem pendidikan nasional. Sebagaimana tercantum dalam Pasal 77Q ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dinyatakan bahwa evaluasi kurikulum merupakan upaya mengumpulkan dan mengolah informasi dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan kurikulum pada tingkat nasional, daerah, dan satuan pendidikan. Pengembangan kurikulum merupakan kegiatan sistematis dan terencana yang terdiri atas kegiatan pengembangan ide kurikulum, dokumen kurikulum, implementasi kurikulum, dan evaluasi kurikulum. Keempat dimensi pengembangan kurikulum ini saling terkait dan merupakan satu kesatuan keseluruhan proses pengembangan. Sebagai bagian dari pengembangan kurikulum, evaluasi kurikulum merupakan kegiatan yang dilakukan sejak awal pengembangan ide kurikulum, pengembangan dokumen, implementasi, dan sampai kepada saat di mana hasil kurikulum sudah memiliki dampak di masyarakat. Evaluasi dalam proses pengembangan ide dan dokumen kurikulum dilakukan untuk mendapatkan masukan mengenai kesesuaian ide dan desain kurikulum untuk mengembangkan kualitas yang dirumuskan dalam Standar Kompetensi lulusan (SKL). Evaluasi terhadap implementasi dilakukan untuk memberikan masukan terhadap proses pelaksanaan kurikulum agar sesuai dengan apa yang telah dirancang dalam dokumen. Evaluasi terhadap hasil memberikan keputusan mengenai dampak kurikulum terhadap individu warga negara, masyarakat, dan bangsa. Secara singkat, evaluasi kurikulum dilakukan untuk menegakkan akuntabilitas kurikulum terhadap masyarakat dan bangsa. Evaluasi terhadap ide dan dokumen kurikulum dilakukan terhadap upaya mencari informasi dan memberikan pertimbangan berkenaan dengan keajekan konsistensi ide kurikulum untuk mengembangkan kualitas yang diharapkan, dan keajekan desain kurikulum dengan model dan prinsip pengembangan kurikulum. Evaluasi terhadap ide kurikulum menentukan apakah filosofi, teori, dan model yang akan dikembangkan telah mampu 109

memenuhi fungsi kurikulum dalam mempersiapkan generasi muda bangsa untuk menjalani kehidupan sebagai seorang individu dan warga negara di masa yang akan datang sebagaimana ditetapkan dalam SKL. Evaluasi kurikulum dilaksanakan dengan mengacu pada Pasal 57 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan. Komponen Evaluasi Implementasi dan Pengembangan Kurikulum 2013 Evaluasi kurikulum adalah serangkaian tindakan sistematis dalam mengumpulkan informasi, pemberian pertimbangan dan keputusan mengenai nilai dan makna kurikulum. Adapun kompenen evaluasi kurikulum adalah sebagai berikut. a. Fokus Evaluasi Evaluasi Kurikulum berfokus pada empat dimensi kurikulum yaitu ide, dokumen, implementasi, dan hasil. Evaluasi terhadap dua dimensi kurikulum yaitu terhadap ide dan desain telah dilakukan selama proses pengembangan keduanya. Fokus dari pedoman ini adalah pada implementasi kurikulum. Implementasi diartikan sebagai kegiatan merealisasikan ide dan rancangan kurikulum dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Implementasi terdiri atas dua fase yaitu implementasi awal dan implementasi penuh. Atas dasar pengertian implementasi tersebut maka fokus dari pedoman ini adalah evaluasi terhadap: 1) pengadaan dokumen kurikulum dan distribusi ke pengguna (fokus 1); 2) kegiatan persiapan lapangan untuk melaksanakan kurikulum (fokus 2); dan 3) implementasi kurikulum secara terbatas dan menyeluruh (fokus 3). Fokus pada pengadaan dokumen kurikulum meliputi ketersediaan dokumen untuk digunakan oleh sekolah dan guru yang akan mengimplementasikan Kurikulum 2013 pada tahun 2013/2014, 2014/2015, dan 2015/2016. Evaluasi terhadap ketersediaan diarahkan pada adanya dokumen kurikulum, buku panduan guru dan buku teks 3 pelajaran untuk peserta didik, serta pedoman lain sebelum tahun pendidikan baru dimulai. Evaluasi terhadap persiapan lapangan berkenaan dengan pelatihan para pengguna kurikulum terutama guru, kepala sekolah dan pengawas. Evaluasi persiapan lapangan berkenaan pula dengan kesiapan administrasi sekolah untuk melaksanakan kurikulum. Evaluasi terhadap implementasi kurikulum ditujukan untuk mengkaji rancangan yang dibuat oleh satuan pendidikan, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan kegiatan pembelajaran. Pengkajian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana proses pelaksanaan kurikulum mampu mencapai kompetensi peserta didik yang diharapkan. Termasuk dalam evaluasi ini adalah kajian tentang seberapa jauh pedoman implementasi kurikulum memfasilitasi pengelolaan kurikulum secara optimal di lapangan. Evaluasi untuk fokus 1 dan 2 bersifat reflektif yang ditujukan untuk mengkaji kesahihan isi, keberterimaan, keterlaksanaan, dan legalitas melalui diskusi tim pengembang kurikulum dan uji publik secara nasional. Sedangkan fokus 3 merupakan evaluasi formatif terhadap implementasi kurikulum secara terbatas dan evaluasi sumatif yang merupakan penilaian menyeluruh terhadap pelaksanaan kurikulum baru secara nasional setelah implementasi kurikulum berjalan selama 5 (lima) tahun. b. Aspek Evaluasi Implementasi Aspek evaluasi implementasi kurikulum mencakup evaluasi reflektif dan evaluasi dokumen kurikulum yaitu sebagai berikut. 1) Evaluasi reflektif Evaluasi ini dilakukan dalam suatu proses diskusi intensif dalam kelompok pengembang kurikulum (tim pengarah dan tim teknis) dan tim nara sumber secara internal. Evaluasi reflektif tersebut dilaksanakan melalui diskusi mengenai landasan filosofi, teoritik, dan model yang digunakan dalam pengembangan kurikulum. Landasan filosofi yang digunakan adalah pemikiran yang bersifat eklektik yang berakar dari filosofi perenialisme, esensialisme, progresivisme, rekonstruksi sosial, dan humanisme dinyatakan sebagai landasan filosofi yang dipilih sebagai landasan dan kerangka pengembangan kurikulum. Dengan pandangan filosofis yang bersifat eklektik tersebut kurikulum dikembangkan dengan tetap berakar pada nilai dan moral Pancasila untuk mewarisi keunggulan bangsa, menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk 110 TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ISSN 2338-6673 E ISSN 2442-8280

meningkatkan harkat dan martabat manusia dan bangsa, mengembangkan potensi, bakat, dan minat peserta didik, dan memberikan kontribusi pada upaya pembangunan masyarakat, bangsa dan negara dalam menghadapi tantangan. Desain kurikulum mengalami perubahan. Perubahan ini diyakini lebih memperkuat konsep kurikulum yang berbasis kompetensi, dan memperkuat organisasi vertikal (antar tingkat satuan pendidikan) dan horizontal (antarmuatan atau mata pelajaran) kurikulum. Keterkaitan konten kurikulum secara horizontal dan vertikal dilakukan melalui Kompetensi Inti (KI). Untuk memastikan bahwa disain kurikulum ini mampu menjawab berbagai tantangan abad ke 21, diperlukan evaluasi konseptual dilihat dari koherensi 4 ide dengan kenyataan. Review dan revisi terhadap Kompetensi Dasar (KD) yang menjadi konten/kompetensi kurikulum dilakukan segera setelah KD selesai dikembangkan dan umpan balik untuk revisi segera diberikan. Evaluasi terhadap kesesuaian konten dengan tahap perkembangan psikologi anak dilakukan oleh para ahli psikologi anak dan psikologi pendidikan terutama untuk konten kurikulum SD. Perumusan ulang dan penyederhanaan KD-SD yang telah dikembangkan tim dilakukan untuk memberikan kepastian mengenai kesuaian antar materi kurikulum dengan kemampuan kognitif, sosial, dan afektif peserta didik SD. Di SMP dan SMA/SMK yang peserta didiknya telah memasuki tahap kemampuan berpikir formal, evaluasi terhadap konten kurikulum dilakukan oleh para ahli dalam bidang materi pelajaran. Evaluasi menghasilkan berbagai penyesuaian KD terhadap KI dan keterkaitan antara satu KD dengan KD lainnya. Hasil dari evaluasi ini memberikan keyakinan akan organisasi horizontal dan tata urutan konten kurikulum. Evaluasi terhadap kesinambungan konten antara satu kelas (tahun) dengan kelas lainnya dilakukan secara terbuka. Hasil evaluasi menjadi dasar untuk perubahan beberapa KD yang dianggap terlalu tinggi atau terlalu rendah dibandingkan dengan kelas sebelumnya. Pelaksanaan evaluasi sangat intensif dan dilakukan secara internal dalam pertemuan antartim pengembang. 2) Evaluasi dokumen kurikulum mencakup kegiatan penilaian terhadap: a. Dokumen kurikulum setiap satuan pendidikan atau program pedidikan (kerangka dasar dan struktur kurikulum); b. Dokumen kurikulum setiap mata pelajaran (silabus); c. Pedoman implementasi kurikulum (pedoman penyusunan dan pengelolaan KTSP, pedoman umum pembelajaran, pedoman pengembangan muatan lokal, dan pedoman kegiatan ekstrakurikuler); d. Buku teks pelajaran; e. Buku panduan guru; dan f. Dokumen kurikulum lainnya. Evaluasi dilakukan untuk mengkaji ketersediaan, keterpahaman, dan kemanfaatan dari dokumen tersebut dilihat dari sisi/kelompok pengguna. 3) Evaluasi implementasi kurikulum Evaluasi implementasi dilakukan untuk mengkaji keterlaksanaan dan dampak dari penerapan kurikulum pada tingkat nasional, daerah, dan satuan pendidikan. Pada tingkat nasional mencakup penilaian implementasi kurikulum secara nasional. Pada tingkat daerah penilaian implementasi kurikulum mencakup kajian pelaksanaan pengembangan dan pengelolaan muatan lokal oleh pemerintah daerah. Sedangkan pada tingkat satuan pendidikan evaluasi dilakukan pada tingkat satuan pendidikan. Evaluasi implementasi kurikulum pada tingkat nasional mencakup kajian kebijakan dalam penyiapan dan distribusi dokumen, penyiapan dan peningkatan kemampuan sumber daya yang diperlukan, dan pelaksanaan kurikulum, serta dampak kebijakan terhadap pengelolaan kurikulum pada tingkat daerah dan tingkat satuan pendidikan. Evaluasi implementasi kurikulum pada tingkat daerah mencakup kajian kebijakan dalam penyiapan dan distribusi dokumen muatan lokal, penyiapan dan peningkatan kemampuan sumber daya yang diperlukan, dan pelaksanaan kurikulum muatan lokal serta keterlaksanaannya pada tingkat satuan pendidikan. Evaluasi implementasi kurikulum pada tingkat satuan pendidikan mencakup kajian penyusunan dan pengelolaan KTSP, penyiapan dan peningkatan kemampuan pendidik dan tenaga kependidikan yang diperlukan, dan pelaksanaan pembelajaran secara umum serta muatan lokal, dan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler. 4) Evaluasi hasil implementasi kurikulum 111

Evaluasi ini merupakan evaluasi ketercapaian standar kompetensi lulusan pada setiap peserta didik pada satuan pendidikan. Capaian standar kompetensi lulusan setiap peserta didik dikaji melalui: a. hasil penilaian individual yang bersifat otentik; b. hasil ujian sekolah; dan c. hasil ujian yang bersifat nasional. Daftar Pustaka Adair, John. 2007. Decision Making & Problem Solving Strategies. London: Kogan Page. Anoraga, P. 2001. Psikologi Kepemimpinan. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta Atmodiwirio, Soebagio. 2001. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Ardadizya Jaya. Boehm, R.G. & Webb, B. 2002. Skills Handbook Using Social Studies. Columbus, OH: SRA/McGraw-Hill. Campbell, Vincent., et al. 1997. Decisions Based on Science. Arlington VA: National Science Teachers Association. Depdiknas R.I. 2002. Proses Pengambilan Keputusan. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Tingkat Pertama. Furqon. 2011. Proses Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Organisasi. http://bandtuaku.multiply.com/journal/ item/21/proses_pengambilan_keput usan_dalam_manajemen_organisasi?&show_interstitial=1&u=%2fjournal %2Fitem. Diakses: 27 Januari 2013. Gitosudarmo Indriyo. 2000. Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta : BPFE Guthria and Reed, J. Rodney. 1982. Educational Administration and Policy Effective Leadership of American Education. New Jersey: Prentice Hall Inc. Hendrian. 2012. Pengambilan Keputusan. http://hendriansdiamond.blogspot. com/2012/01/pengertianpengambilan-keputusan.html. Diakses: 27 Januari 2013. Hidayat, Ferli. 2012. Pengambilan Keputusan dalam Organisasi. http:// ferli1982.wordpress.com/2012/02/08/ pengambilan-keputusan-efektifdalam-organisasi/ Diakses: 27 Januari 2013. Hikmat. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. Koontz. 1988. Manajemen. (Terjemahan Tim Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia). Jakarta: Erlangga. Kusnadi, dkk. 2005. Pengantar Manajemen (Konsepsual & Perilaku). Malang: Unibraw. Luthans, Fred. and Keith, Davis. 1996. Organizational Behavior. New York: McGrow-Hill. Luthans Fred. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi 10. Yogyakarta: Penerbit Andi Nurs, 2003. Pengambilan Keputusan. Jakarta: Gunung Agung. Prajudi, Atmodiwirio. 2002. Pengambilan Keputusan. Jakarta: Balai Aksara. Salusu, J. 2006, Pengambilan Keputusan Stratejik (Untuk Organisasi Publik dan Organisasi Non Profit). Jakarta : Erlangga. Siagian, P. Sondang. 2008. Filsafat Administrasi. Jakarta: Bumi Aksara. Soetopo, Hendyat. 2010. Perilaku Organisasi Teori dan Praktik Di Bidang Pendidikan. Jakarta: Ardadizya Jaya. Steiner, A. George. Kebijakan Strategi Manajemen (Terjemahan Tim Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia). Jakarta: Erlangga. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Sugiono. 2006. Metode Penelitian Administratif. Bandung: Alfabeta. 112 TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ISSN 2338-6673 E ISSN 2442-8280

Sunarto, 2004. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Amus. Sutisna, Oteng. 1993. Administrasi Pendidikan Dasar Teoretis untuk Praktek Profesional. Bandung: Angkasa. Syamsi, Ibnu. 1994. Pokok-Pokok Organisasi & Manajemen. Jakarta: Rineka Cipta. Thohiron, Dion. 2012. Analisis Proses Pengambilan Keputusan. http://id. shvoong.com/social- sciences/economics/2267399- proses-pengambilan-keputusan/. Diakses: 27 Januari 2013. Wahyosumidjo. 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Remaja Rosdakarya. 113