869 Efisiensi penggunaan plankton untuk pembenihan... (Suko Ismi) EFISIENSI PENGGUNAAN PLANKTON UNTUK PEMBENIHAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) PADA HATCHERI SKALA RUMAH TANGGA ABSTRAK Suko Ismi dan Yasmina Nirmala Asih Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Jl. Br. Gondol Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng, Kotak Pos 14 Singaraja, Bali 8111 E-mail: rimgdl@indosat.net.id Kerapu bebek (Cromileptes altivelis) merupakan jenis kerapu bernilai ekonomis tinggi yang pembenihannya sudah berhasil dikembangkan di tingkat petani secara massal. Salah satu kendala pada saat pemeliharaan larva adalah kultur fitoplankton (Nannochloropsis sp.) yang tidak stabil yang disebabkan antara lain cuaca yang tidak mendukung dan kualitas bibit Nannochloropsis sp. yang kurang baik. Pada penelitian ini dicoba untuk efisiensi dengan cara pemeliharaan larva hanya menggunakan rotifer dengan jumlah yang cukup tanpa menggunakan green water Nannochloropsis sp. dan untuk pembanding pada pemeliharaan larva dengan green water Nannochloropsis sp. konsentrat yang bisa dibeli di pasaran, pemeliharaan larva dilakukan secara massal hingga yuwana umur 45 hari. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa: larva kerapu bebek dapat dipelihara tanpa menggunakan Nannochloropsis sp. dengan sintasan 6,72% dan panjang total 18,71 mm sedangkan pada pemeliharaan larva dengan Nannochloropsis sp. konsentrat mempunyai sintasan 19,1% dan panjang total 21,86 mm. KATA KUNCI: efisiensi, Cromileptes altivelis, pembenihan, plankton PENDAHULUAN Kerapu bebek merupakan jenis-jenis ikan kerapu yang bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia. Ikan kerapu ini pada ukuran benih juga dijual sebagai ikan hias, sedangkan untuk konsumsi dengan ukuran 5 g di petani keramba jaring apung mencapai harga Rp 3.,-/kg. Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut (BBRPBL) Gondol telah merintis pembenihan kerapu bebek sejak tahun 1994, dan beberapa penelitian tentang pemeliharaan larva telah dilakukan antara lain perkembangan larva (Slamet et al., 1996), pakan awal (Wardoyo et al., 1997; Ismi et al., 2), lingkungan (Aslianti, 1996; Aslianti et al., 1998; Ismi et al., 24), pembenihan secara massal (Sugama et al., 21; Ismi, 26). Sejak tahun 1999 kegiatan pembenihan kerapu bebek mulai diaplikasikan pada masyarakat khususnya Hatcheri Skala Rumah Tangga (HRST) di sekitar Gondol. Sejak saat itu petani di HRST tidak saja memproduksi benih bandeng namun juga telah dapat memproduksi benih kerapu bebek (Kawahara & Ismi, 23). Salah satu kendala pada saat pemeliharaan larva adalah kultur fitoplankton (Nannochloropsis sp.) yang tidak stabil, disebabkan antara lain cuaca yang tidak mendukung dan kualitas bibit Nannochloropsis sp. yang kurang baik. Akibat selanjutnya adalah kultur rotifer sebagai pakan larva juga tergangggu. Kuantitas Nannochloropsis sp. yang tidak mencukupi dapat mengganggu sintasan larva digunakan sebagai green water pada pemeliharaan larva. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka Nannochloropsis sp. dalam bentuk produk konsentrat dapat digunakan sebagai green water pada pemeliharaan larva, namun harganya masih relatif mahal. Pada penelitian ini dicoba untuk efisiensi dengan tidak menggunakan Nannochloropsis sp. pada pemeliharaan larva kerapu bebek dan dibandingkan dengan penggunaan Nannochloropsis sp. konsentrat, sehingga diharapkan pemeliharaan larva dapat dilakukan setiap saat tidak tergantung pada keberadaan Nannochloropsis sp. dari hasil kultur alami secara massal. METODOLOGI Penelitian dilakukan di Hatcheri Skala Rumah Tangga di Desa Banyuasri, Kota Singaraja, Bali. Pemeliharaan larva menggunakan 4 bak beton volume 5 8 m 3. Telur kerapu bebek ditebar dengan
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 21 87 kepadatan 1 butir/l. Sebagai perlakuan (A) pemeliharaan larva tanpa menggunakan Nannochloropsis sp. sebagai green water dan (B) pemeliharaan larva dengan menambahkan Nannochloropsis sp. konsentrat pada bak pemeliharaan larva dengan kepadatan 3. sel/ml. Penelitian dilakukan dengan dua kali ulangan dan larva dipelihara hingga yuwana (± 45 hari). Cara pemeliharaan larva mengikuti panduan yang telah ada sedangkan data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Parameter yang diamati meliputi: sintasan, pertumbuhan, jumlah rotifer dalam perut larva, jumlah sisa rotifer dalam air pemeliharaan dan abnormalitas. Sedangkan sebagai data pendukung, dilakukan pengamatan kualitas air meliputi: suhu, ph, oksigen terlarut, salinitas, amonia, nitrit, nitrat, fosfat, dan analisis ekonomi. HASIL DAN BAHASAN Larva kerapu bebek dapat dipelihara tanpa menggunakan green water Nannochloropsis sp., meskipun sintasan dan pertumbuhannya serta panjang total lebih kecil bila dibandingkan dengan larva kerapu bebek yang dipelihara dengan menggunakan green water Nannochloropsis sp. (Tabel 1). Tabel 1. Sintasan, panjang total dan abnormalitas kerapu bebek (Cromileptes altivelis) yang dipelihara tanpa dan menggunakan Nannochloropsis sp. Dengan Nannochloropsis sp. Perlakuan Tanpa Nannochloropsis sp. Daya tetas telur (%) 8 8 Sintasan 19,1 6,72 Panjang total 2,19 1,87 Abnormalitas (%) 15,6 1,72 Pertumbuhan yang diukur dari panjang total, selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Dari awal perkembangan dari d-5 hingga d-45 rata-rata panjang total larva pada pemeliharaan tanpa Nannochloropsis sp. mempunyai pertumbuhan yang lebih kecil meskipun kepadatan larva dalam tangki pemeliharaan selama penelitian lebih rendah karena banyak mengalami kematian pada awal pemeliharaan. Kepadatan rotifer sebagai pakan dalam air pemeliharaan larva masih cukup, karena selalu dipertahankan jumlahnya (Gambar 2a dan 2b). Pada pemeliharaan tanpa Nannochloropsis sp. tubuh rotifer nampak transparan dan jumlah telur sedikit (Gambar 3a). Hal ini disebabkan tidak adanya Panjang total (cm) 2.5 2 1.5 1.5 No Nannochloropsis sp. + Nannochloropsis sp. 1 5 1 15 2 25 3 35 4 45 Gambar 1. Panjang total larva kerapu bebek (Cromileptes altivelis) yang dipelihara tanpa dan menggunakan green water Nannochloropsis sp.
871 Efisiensi penggunaan plankton untuk pembenihan... (Suko Ismi) Kepadatan rotifer (ind./ml) 15 1 5 No Nannochloropsis sp. Telur rotifer 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 13 14 15 16 17 18 19 2 21 22 23 24 25 26 27 28 29 3 Gambar 2a. Kepadatan rotifer dalam air pemeliharaan larva kerapu bebek (Cromileptes altivelis) dengan menggunakan green water Nannochloropsis sp. Kepadatan rotifer (ind./ml) 16 14 12 1 8 6 4 2 + Nannochloropsis sp. Telur rotifer 3 4 5 6 7 8 9 111121314151617181922122232425262728293 Gambar 2b. Kepadatan rotifer dalam air pemeliharaan larva kerapu bebek (Cromileptes altivelis) tanpa menggunakan green water Nannochloropsis sp. A B Gambar 3. (a) Rotifer yang terdapat dalam air pemeliharaan larva tanpa Nannochloropsis sp. (b) Rotifer yang terdapat dalam air pemeliharaan larva dengan Nannochloropsis sp.
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 21 872 Nannochloropsis sp. sebagai pakan maka rotifer tidak dapat berkembang biak selain juga berpengaruh terhadap kandungan nutrisi rotifer, sehingga mempengaruhi kondisi larva menjadi lemas dan mengalami kematian. Nannochloropsis sp. sebagai green water pada pemeliharaan larva menjadi peneduh, warna air menjadi redup sehingga larva tidak bergerombol, warna larva menjadi agak gelap dan mudah untuk dimonitor keberadaannya. Pada kondisi air media yang bening larva banyak mengalami kematian akibat stres, kurus dengan warna tubuh bening. Sebagai peneduh pada pemeliharaan larva dapat ditanggulangi dengan memberi atap dan shelter namun hanya membantu untuk menghalangi sinar matahari langsung tetapi tidak dapat membuat warna air menjadi redup dan penyediaan pakan untuk sisa rotifer dalam air pemeliharaan. Jumlah rotifer yang ada dalam perut larva hingga umur 15 hari kedua perlakuan mempunyai pola yang sama, larva mulai memangsa rotifer setelah buka mulut yaitu umur 3 hari dan jumlah rotifer yang dimangsa semakin bertambah sesuai dengan bertambahnya umur, nampak pada (Gambar 4). Jumlah rotifer di perut (ind.) 8 7 6 5 4 3 2 1 No Nannochloropsis sp. + Nannochlorophis sp. 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 13 14 15 Gambar 4. Jumlah rotifer dalam perut larva kerapu bebek (Cromileptes altivelis) yang dipelihara tanpa dan menggunakan Nannochloropsis sp. selama penelitian Cacat pada benih kerapu bebek hasil dari pembenihan hingga saat ini masih belum dapat dihindari, pada penelitian ini cacat masih mencapai hingga 1,72% 15,6%. Beberapa macam cacat yang dialami yuwana antara lain insang terbuka, cacat pada mulut (mulut atas dan mulut bawah pendek) dan tulang belakang bengkok di antaranya: lordosis (tubuh melengkung ke atas), kiposis (tubuh melengkung ke bawah, skoliosis (tubuh terlihat memendek yang disebabkan tulang belakang melengkung ke atas dan ke bawah) (Gambar 5). a b c d e f g h Gambar 5. Beberapa cacat pada yuwana kerapu bebek (Cromileptes altivelis) a. Normal b. Tutup insang terbuka c. Mulut atas pendek
873 Efisiensi penggunaan plankton untuk pembenihan... (Suko Ismi) d. Kiposis e. Skoliosis f. Lordosis g. Perut ke atas Parameter kualitas air selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 2. Selama pemeliharaan larva dengan kondisi air tersebut larva tidak mengalami gejala-gejala klinis apapun yang disebabkan oleh kondisi air pemeliharaan, karena itu, kualitas air tersebut masih dalam taraf layak untuk pemeliharaan larva kerapu bebek. Tabel 2. Kualitas air selama pemeliharaan larva kerapu bebek (Cromileptes altivelis) Parameter Perlakuan Tanpa Nannochloropsis sp, Dengan Nannochloropsis sp, Suhu ( C) 27,7 29,4 27,5 29,6 ph 8,1 8,4 8,1 8,3 Oksigen terlarut (mg/l) 4,6 5,2 4,4 5,3 Salinitas (ppt) 33 34 33 34 NH 3 (mg/l),68,184,73,212 NO 2 (mg/l),35,48,42,53 NO 3 (mg/l),69,96,73,172 PO 4 (mg/l),17,236,146,341 Hasil perhitungan produksi kerapu bebek yang dilakukan pada penelitian ini masih menguntungkan untuk usaha pembenihan. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3a dan 3b. Tabel 3a.Operasional pemeliharaan larva kerapu bebek dengan menggunakan Nannochloropsis sp. konsentrat selama 2 bulan Faktor produksi Harga satuan Jumlah harga Telur kerapu bebek 5. butir @ Rp 4,- 4, 2 Pakan buatan 3. Artemia 6 kaleng 3 1.8 Bahan pengkaya 1 kg 9 9 Vitamin C,25 kg 3 75 Minyak ikan,25 pak 4 1 Listrik 3 bulan 25 75 Rotifer 15 kantong @ Rp 15.,- 15 2.25 Nannochloropsis konsentrat 1, L 9 9 Lain-lain (grading, oksigen, komsumsi dan lain-lain) 25 25 Jumlah 1.135 Panen 3 cm Panen 19,1% x 5. ekor cacat 1.49 ekor = (8.6 x Rp 3.6,-) 3% diskon 28.145 Hasil kotor 18.1 Teknisi 2% x Rp 18.1.,- 3.62 Hasil bersih 14.48
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 21 874 Tabel 3b.Operasional larva kerapu bebek tanpa menggunakan Nannochloropsis sp. konsentrat selama 2 bulan Faktor produksi Harga satuan Jumlah harga Telur kerapu bebek 5. butir @ Rp 4,- 4, 2 Pakan buatan 1. Artemia 2 kaleng 3 6 Bahan pengkaya 1, kg 9 9 Vitamin C,25 kg 3 75 Minyak ikan,25 pak 4 1 Listrik 3 bulan 25 75 Rotifer 5 kantong 2 Rp 15.,- 15 75 Lain-lain (grading, oksigen, komsumsi dan lain-lain) 25 25 Panen 3 cm Panen 6,72% x 5. cacat 36 ekor = (3. x Rp 3.6,-) 3% diskon Jumlah 4.535 1.8 Hasil kotor 6.265 Teknisi 2% x Rp 6.265.,- 1.253 Hasil bersih 5.12 Biaya untuk 1 ekor benih kerapu umur 2 bulan dengan mengggunakan green water Nannochloropsis sp. konsentrat adalah Rp. 1.74/ekor. Biaya untuk 1 ekor benih kerapu umur 2 bulan tidak mengggunakan green water Nannochloropsis sp. konsentrat adalah Rp 1.929,-/ekor. KESIMPULAN Untuk effisiensi penggunaan plankton, larva kerapu bebek dapat dipelihara dengan menggunakan Nannochloropsis sp. konsentrat sebagai green water yang bisa dibeli di pasaran. Pemeliharaan larva juga bisa dilakukan tanpa penggunaan Nannochloropsis sp., walaupun sintasan dan pertumbuhannnya lebih rendah, tetapi dari perhitungan ekonomi masih menguntungkan. Saran Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kepadatan Nannochloropsis sp. konsentrat sebagai green water pada air pemeliharaan larva agar diperoleh hasil produksi benih kerapu bebek yang maksimal. DAFTAR ACUAN Aslianti, T. 1996. Pemeliharaan kerapu bebek Cromileptes altivelis dengan padat tebar yang berbeda. J. Pen. Perik. Indonesia, 2(2): 6 13 Aslianti, T., Hutapea, J.H., Ismi, S., Wardoyo, & Setiawati, K.M. 1998. Penelitian pemeliharaan larva kerapu bebek Cromileptes altivelis dengan pengelolaan pakan dan lingkungan. Prosiding Simposium V. PERIPI. Universitas Brawijaya Malang, 8 9 Desember 1998, hlm. 71 79. Ismi, S., Wardoyo, Setiawati, K.M., Hutapea, J.H., & Aslianti, T. 2. Penggunaan copepod Acartia sp. sebagai makanan pada pemeliharaan larva kerapu bebek (Cromileptes altivelis). J. Pen. Perik. Indonesia, 6(1): 19 23. Ismi, S. 26. Pembenihan Beberapa Jenis Kerapu Pada Hatchery Skala Rumah Tangga Sebagai Alternatif Usaha. J. Pen. Perik. Fak. Perikanan Univ. Brawijaya Malang, 9(1): 18 111.
875 Efisiensi penggunaan plankton untuk pembenihan... (Suko Ismi) Ismi, S., Wardoyo, Setiawati, K.M., & Tridjoko. 24. Pengaruh frekwensi pemberian minyak ikan pada pemeliharaan larva kerapu bebek (Cromileptes altivelis). J. Pen. Perik. Indonesia, 1(5): 61 64. Kawahara, S. & Ismi, S. 23. Statistik produksi benih ikan kerapu di Indonesia 1999 22. Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol Bekerja sama dengan Balai Budidaya Laut Lampung dan Balai Budidaya Air Payau Situbondo. Departemen Kelautan dan Perikanan, 16 hlm. Sugama, K., Tridjoko, Slamet, B., Ismi, S., Setiadi, E., & Kawahara, S. 21. Petunjuk teknis produksi benih ikan kerapu bebek, Cromileptes altivelis. Balai Riset Budidaya Laut Gondol, Pusat Riset dan Pengembangan Eksploirasi Laut dan Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan serta Japan International Cooperation Agency, 4 hlm. Slamet, B., Tridjoko, Prijono, A., Setiadarma, T., & Sugama, K. 1996. Peneyerapan nutrisi endogen, tabiat makan dan perkembangan morfologi larva kerapu bebek (Cromileptes altivelis). J. Pen. Perik. Indonesia, 2(2): 13 21. Wardoyo, Setiawati, K.M., Ismi, S., Hutapea, J.H., & Aslianti, T. 1997. Pengaruh kepadatan rotifer Brachionus plicatilis terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan kerapu bebek, Cromileptes altivelis. Prosiding Simposium Perikanan Indonesia II, Ujung Pandang, 2 3 Dsember 1997, 11 hlm.