BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alat kontrasepsi merupakan suatu alat atau metode untuk mencegah kehamilan (Soedarto, 1997:14). Alat-alat kontrasepsi digunakan oleh setiap orang yang sudah kawin yang berusia antara 15 hingga 49 tahun, yang tergolong sebagai pasangan usia subur. Tujuannya untuk menekan jumlah kelahiran anak dan terutama untuk kesejahteraan keluarga itu sendiri. Sebagai salah satu dari lima negara yang terpadat jumlah penduduknya, salah satu masalah yang dihadapi bangsa ini adalah pertumbuhan penduduk yang semakin pesat. Oleh karena itu, bangsa ini berusaha untuk membatasi dan mengurangi angka pertumbuhan penduduk. Salah satu cara yang dijalankan adalah Program Keluarga Berencana (KB). Program KB ini digalakkan pada keluarga-keluarga Pasangan Usia Subur (PUS). Mereka diperkenalkan, dipersuasif atau diajak agar mengikuti program KB ini. Cara pendekatan yang digunakan di Indonesia dikenal dengan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) dan KIPK (Komunikasi Inter Personal dan Konseling) Program KB. Pemerintah menggunakan KIE dan KIPK dalam Program KB karena menyadari bahwa setiap manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu mengutamakan komunikasi. Hal itu sekaligus menunjukkan bahwa komunikasi sangat dibutuhkan oleh siapapun dalam proses kontak sosial. Dengan demikian, peran penting komunikasi selain dapat memberikan informasi tentang pertumbuhan kependudukan yang pesat, juga mendidik 10
penduduk agar berpartisipasi aktif dalam mensukseskan Program KB melalui promosi bagi dirinya sendiri dan juga bagi keluarganya. Promosi merupakan salah satu komponen bauran pemasaran. Promosi merupakan suatu kegiatan komunikasi yang melibatkan koordinasi dari komponen-komponen atau saluran-saluran yang tersedia guna mencapai tujuan yang diharapkan. Buchari Alma (http://www.e-iman.uni.cc) menegaskan bahwa tujuan promosi ialah memberi informasi, menarik perhatian, dan selanjutnya memberi pengaruh meningkatnya penjualan. Promosi juga dapat mempunyai tujuan menerima informasi dan mempengaruhi pihak-pihak yang berkepentingan maupun belum terhadap organisasi. Pencapaian tujuan tersebut melibatkan koordinasi komponen-komponen atau saluran-saluran promosi. Murdick (http://www.e-iman.uni.cc) mengemukakan lima komponen atau saluran yang terdapat dalam bauran promosi adalah sebagai berikut: Advertising (periklanan), meliputi iklan-iklan yang dipasang dalam berbagai bentuk media massa. Personal selling (penjualan langsung), ditandai dengan adanya tatap muka langsung secara fisik antar penjual dengan pembeli. Sales promotion (promosi penjualan), mencakup cara-cara pemberian sampel produk gratis, pemberian kupon, pemberian diskon. Publicity (publisitas),mencakup berbagai kegiatan publikasi melalui brosur, leaflet, spansuk, poster. Public relation (hubungan masyarakat), dapat ditempuh melalui penyelenggaraan berbagai bentuk acara yang disponsori oleh pihak produsen seperti beraneka lomba, seminar dan lain-lain. Kegiatan promosi ini juga digunakan oleh Dinas Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera (KB & KS) Kota Kupang di Kelurahan Oesapa gunanya selain untuk menyampaikan informasi atau memperkenalkan kepada Pasangan Usia 11
Subur (PUS) dan masyarakat luas lainnya tentang alat kontrasepsi, kegiatan promosi ini juga dapat membantu dalam meningkatkan jumlah pengguna alat kontrasepsi (akseptor). Tingkat efektivitas promosi alat kontrasepsi ini ditandai dengan tercapainya sasaran promosi yang mencakup peningkatan jumlah pengguna alat kontrasepsi. Dalam upaya mencapai sasaran tersebut, biasanya petugas Keluarga Berencana selaku pelaku promosi menggunakan media cetak atau menggunakan saluran-saluran promosi personal selling (penjualan langsung), sales promotion (promosi penjualan) dan publicity (publisitas) dalam mendukung programprogramnya agar dipahami oleh masyarakat. Saluran promosi personal selling (penjualan langsung) biasanya dilakukan oleh petugas wanita dikarenakan yang lebih cenderung menggunakan alat kontrasepsi adalah wanita dan juga karena wanita dianggap lebih luwes dan terbuka dalam membicarakan tentang alat kontrasepsi yang lebih mendalam. Ini dilakukan dengan promosi door to door pada setiap keluarga Pasangan Usia Subur (PUS), pada Posyandu-posyandu setempat dan juga promosi pada Puskesmas Terpadu pada Kelurahan setempat. Sales promotion (promosi penjualan) dilakukan langsung oleh petugas dengan sistem pemberian sampel gratis yang lebih dikhususkan pada pria atau wanita yang telah berkeluarga. Publicity (publisitas) merupakan kegiatan promosi melalui brosur, leaflet, booklet, spanduk, poster dan lain-lain dengan tujuan memperkenalkan produk. Namun dalam kenyataannya, jumlah pengguna alat kontrasepsi (akseptor KB) belum mencapai hasil yang memuaskan sekalipun telah dilakukan promosi alat kontrasepsi oleh Petugas KB di Kelurahan. Hal ini terlihat jelas pada tabel berikut. 12
Tabel 1 Klasifikasi Akseptor KB Kelompok Umur Produktif (15-49 Tahun) Dengan Jumlah 487 Orang Di Kelurahan Oesapa, Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang No Akseptor KB F % 1 KB Aktif 258 52,98 2 3 KB Pasif Tolak KB 121 108 24,84 22,18 JUMLAH 487 100 Sumber : Laporan Bulanan Pengendalian Lapangan Program KB Nasional Tingkat Desa/Kelurahan Bulan Mei Tahun Ket : KB Aktif KB Pasif Tolak KB 2007 : Peserta KB yang selalu aktif menggunakan alat kontrasepsi : Peserta KB yang tidak selalu aktif menggunakan alat kontrasepsi : Orang yang betul-betul tidak atau belum menggunakan alat kotrasepsi Berdasarkan data terakhir tahun 2007 pada Dinas KB dan KS Kota Kupang, jumlah pengguna alat kontrasepsi yang tidak selalu aktif menggunakan alat kontrasepsi (KB Pasif) masih menunjukkan jumlah yang besar yaitu 121 orang (24,84%), begitu pula dengan yang sama sekali tidak atau belum menggunakan alat kontrasepsi yaitu 108 orang (22,18 %). Keadaan tersebut diduga karena kurang atau belum efektifnya promosi yang dilakukan oleh petugas KB. Hal ini menjadi sebuah masalah yang ingin dipecahkan sehubungan dengan efektivitas pelaksanaan promosi alat kontrasepsi tersebut. Dari uraian latar belakang di atas maka Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Efektivitas Promosi Alat Kontrasepsi Gerakan Keluarga Berencana di Kelurahan Oesapa, Kecamatan Kelapa Lima-Kota Kupang 13
1.2 Rumusan Masalah Penelitian Yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah tingkat efektivitas promosi alat kontrasepsi Gerakan KB di Kelurahan Oesapa Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang, (2) Faktor-faktor apa yang mempengaruhi perilaku Pasangan Usia Subur (PUS) terhadap alat kontrasepsi di Kelurahan Oesapa Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang. 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian a. Untuk memberikan gambaran tentang tingkat efektivitas promosi Gerakan Keluarga Berencana, khususnya di Kelurahan Oesapa, Kecamatan Kelapa Lima-Kota Kupang b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Pasangan Usia Subur (PUS) terhadap alat kontrasepsi di Kelurahan Oesapa Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang. 1.3.2 Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Akademis Dari segi pengembangan ilmu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah infomasi akademik bagi pengembangan ilmu umumnya dan Ilmu Komunikasi khususnya dalam melakukan studi tentang efektivitas promosi alat kontrasepsi Gerakan KB di Kelurahan Oesapa Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang. Sehubungan dengan itu, bagi almamater, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam melengkapi kepustakaan Ilmu sosial umumnya di Universitas ini dan kepustakaan Ilmu Komunikasi 14
khususnya di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Begitupun bagi penulis/peneliti dan para peneliti lainnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk mngembangkan teori Ilmu Komunikasi umumnya dan Komunikasi Pemasaran khususnya. b. Kegunaan Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang memerlukannya. Pertama, bagi Dinas KB dan KS Kota Kupang, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan menjadi bahan pertimbangan dalam kegiatan promosi di Kelurahan Oesapa Kecamatan Kelapa Lima Kota kupang ini. Kedua, bagi peneliti lainnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan atau input bagi peneliti selanjutnya. Ketiga, bagi penulis, sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana dan untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama kuliah dengan kenyataan yang dihadapi di lapangan. 15