PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM KERJA DAN ANGGARAN BADAN KETAHANAN PANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2012

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN KETAHANAN PANGAN TA.2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

Revisi ke : 01 Tanggal : 15 April 2014

Revisi ke : 02 Tanggal : 15 Juli 2014

Oleh : Sekretaris Badan Ketahanan Pangan

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016

RENCANA KEGIATAN PRIORITAS KETAHANAN PANGAN TA.2015

Terlampir. Terlampir

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

Sekretaris Badan Ketahanan Pangan

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

Revisi ke 01 Tanggal : 29 Februari 2016

Pasal 3 (1) Susunan Organisasi Dinas Pangan dan Perkebunan terdiri dari : a. Kepala; b. Sekretariat, terdiri dari : 1. Sub Bagian Perencanaan; 2.

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (RENJA - SKPD) TAHUN ANGGARAN 2016

SAMBUTAN DAN ARAHAN KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN pada RAPAT TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA.

Revisi ke 03 Tanggal : 02 Juli 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM KERJA DAN ANGGARAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN

B ADAN K E T AHANAN PANG AN J l. Ha rs ono rm no 3 ra guna n ja ka rta s ela ta n

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2013

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB

Ketahanan Pangan dan Pertanian. disampaikan pada : Workshop Hari Gizi Nasional (HGN) ke-55

Revisi ke 01 Tanggal : 16 Januari 2017

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2010

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) PUSAT KETERSEDIAAN DAN KERAWANAN PANGAN TAHUN 2011

Rincian Program dan Kegiatan Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Riau sebagai berikut : RENJA 2017 PER PROGRAM PER KEGIATAN

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 101 TAHUN 2016 T E N T A N G

BAB II PERENCANAAN KINERJA

CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010

BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN. OLEH : Dr. Ir. Gardjita Budi, M.Agr.St KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2018 NOMOR : SP DIPA /2018

KATA PENGANTAR. Ungaran, Desember 2014 KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH. Ir. Gayatri Indah Cahyani, M.Si NIP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Strategis Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Lumajang 1

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. Samarinda, April 2016 Kepala, Ir. Fuad Asaddin, M.Si. Nip

PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM KERJA DAN ANGGARAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 BAB I. PENDAHULUAN

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016

DUKUNGAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 TERHADAP INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN

BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN Disampaikan pada : Pertemuan Sinkronisasi Kegiatan dengan Kabupaten/Kota

GUBERNUR SULAWESI BARAT

PROFIL DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB

5 / 7

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Plan), Rencana Kinerja (Performace Plan) serta Laporan Pertanggungjawaban

Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON

PROGRAM DAN KEGIATAN UTAMA KETAHANAN PANGAN TAHUN 2018

BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

LAPORAN KINERJA PUSAT KETERSEDIAAN DAN KERAWANAN PANGAN TAHUN 2015

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

Revisi ke 01 Tanggal : 13 Maret 2018

PENGUATAN KOORDINASI DINAS/INSTANSI DALAM PEMANTAPAN KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 5 SERI E

WALIKOTA PROBOLINGGO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROGRAM DAN KEGIATAN BIDANG KONSUMSI DAN PENGANEKARAGAMAN PANGAN TAHUN 2017

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 60 TAHUN 2010 TENTANG PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

KATA PENGANTAR. Padang, Desember 2016 KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 33 TAHUN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

KEMAJUAN PELAKSANAAN (%) - Sosialisasi Pedum - Kawasan di Papua belum dapat dilaksanakan karena PPK harus koordinasi dan gubernur

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

1 % 1,73% Data capaian penduduk rawan pangan tergambar pada akhir tahun dan capaian tersebut tergantung pada instansi lain.

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2015

LAPORAN KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH PADA RAPAT KOORDINASI DEWAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal.

BAB I PENDAHULUAN. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN

Transkripsi:

PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM KERJA DAN ANGGARAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN ANGGARAN 2013

BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN Jl. Harsono RM No.3 Ragunan Jakarta Selatan 12550 Telp. 021-7805035 7805641; Fax. 021-78846536 Website.http://bkp.deptan.go.id

KATA PENGANTAR Pembangunan ketahanan pangan merupakan prioritas kelima pembangunan nasional Pemerintah RI yang tertuang dalam RPJMN Tahun 2010-2014. Hal ini menunjukkan betapa petingnya peran ketahanan pangan dalam mewujudkan ketahanan nasional yang kuat dan tangguh. Untuk memantapkan dan meningkatkan ketahanan pangan nasional, Badan Ketahanan Pangan (BKP) melaksanakan program dan kegiatan pembangunan ketahanan pangan nasional, baik di tingkat Pusat maupun Daerah. Sejak tahun 2010, BKP melaksanakan Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat, dengan 4 (empat) kegiatan utama, yaitu Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Kerawanan Pangan, Pengembangan Distribusi dan Stabilisasi Harga Pangan, Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar, serta Dukungan Manajemen dan Teknis lainnya pada Badan Ketahanan Pangan. Pada tahun 2013, pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan ketahanan pangan nasional akan dilaksanakan di 33 propinsi dan 497 kabupaten/kota, dengan fokus kegiatan strategis Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dengan kegiatan utama adalah Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Hal ini untuk mendukung empat kunci sukses pembangunan pertanian, dimana Diversifikasi Pangan merupakan target prioritas kedua dalam pembangunan pertanian. Kegiatan strategis lainnya dalam mendukung pemantapan ketahanan pangan adalah Pengembangan Desa Mandiri Pangan, Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat, serta Pemberdayaan Lumbung Pangan Masyarakat. Agar pelaksanakan program dan kegiatan pembangunan ketahanan pangan sesuai dengan yang direncanakan, bisa berjalan secara efektif dan efisien, serta menghasilkan output yang maksimal, maka perlu disusun dan disempurnakan Pedoman Pelaksanaan Program Kerja dan Anggaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2013. Pedoman tersebut agar digunakan sebagai acuan untuk pelaksanaan program, kegiatan, anggaran, pengorganisasian, pemantauan dan evalausi, serta pelaporan pembangunan ketahanan pangan, baik di Pusat maupun Daerah. Semoga Allah SWT selalu memberikan taufik dan hidayah-nya atas semua upaya dalam pencapaian ketahanan pangan yang mantap dan berkelanjutan. Jakarta, Desember 2012 Prof.(R) Dr. Ir. Achmad Suryana, MS. NIP.195407221979011001 i

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iv v vi BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 2 C. Sasaran... 2 D. Pengertian... 4 BAB II. KERANGKA PIKIR PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN... 7 A. Isu Nasional... 7 B. Potensi dan Peluang... 8 C. Strategi... 8 BAB III. PROGRAM, KEGIATAN, DAN ANGGARAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013... 11 A. Pengembangan Ketersediaan Pangan dan Penanganan Rawan Pangan... 12 B. Pengembangan Sistim Distribusi dan Stabilisasi Harga Pangan... 13 C. Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar... 15 D. Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada BKP... 17 E. Dukungan Pembiayaan... 18 F. Satuan Kerja Lingkup BKP Tahun 2013... 19 G. Agenda Pertemuan Tahun 2013... 20 BAB IV. PENGELOLAAN ANGGARAN... 21 A. Pengertian... 21 B. Penyusunan Program dan Anggaran... 21 C. Mekanisme Pencairan dan Penyaluran Dana... 23 D. Sanksi... 25 BAB V. PENGORGANISASIAN... 27 A. Pengorganisasian... 27 B. Struktur Organisasi... 27 C. Kewenangan dan Tugas Pekerjaan Pejabat Perbendaharaan... 29 D. Penanggungjawab Sementara... 34 ii

Halaman BAB VI. PEMANTAUAN DAN EVALUASI, PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN, SERTA PELAPORAN... 38 A. Pemantauan dan Evaluasi... 38 B. Pengendalian dan Pengawasan... 40 C. Pelaporan... 41 BAB VII. PENUTUP... 43 LAMPIRAN... 44 iii

DAFTAR TABEL Tabel Judul Halaman 1. Alokasi Anggaran Ketahanan Pangan Pusat dan Daerah Tahun 2013... 11 2. Alokasi Anggaran per Kegiatan Lingkup BKP Tahun 2013. 11 3. Alokasi Anggaran, Sasaran, dan Lokasi pada Kegiatan Pengembangan Ketersediaan Pangan dan Penanganan Rawan Pangan Tahun 2013... 13 4. Alokasi Anggaran, Sasaran, dan Lokasi pada Kegiatan Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan Tahun 2013 14 5. Alokasi Anggaran, Sasaran, dan Lokasi pada Kegiatan Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar tahun 2013... 16 6. Alokasi Anggaran, Sasaran, dan Lokasi pada Kegiatan Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada BKP Tahun 2013... 17 7. Pembiayaan Pembangunan Ketahanan Pangan Lingkup BKP Tahun 2013... 18 8. Pembiayaan Pembangunan Ketahanan Pangan di Daerah Tahun 2013... 19 9. Satker Pelaksana Kegiatan Ketahanan Pangan Lingkup BKP Tahun 2013... 20 10. Agenda Perencanaan Tahunan Pembangunan Pertanian... 22 iv

DAFTAR GAMBAR Gambar Judul Halaman 1. Struktur Organisasi Satuan Kerja Badan Ketahanan Pangan Pusat Tahun Anggaran 2013... 35 2. Struktur Organisasi Satuan Kerja Badan/Dinas Ketahanan Pangan Propinsi Tahun Anggaran 2013... 36 3. Struktur Organisasi Satuan Kerja Badan/Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2013... 37 4. Arus Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan Ketahanan Pangan 43 v

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Judul Halaman 1. Sasaran dan Anggaran Lingkup BKP Tahun 2013... 45 2. Rincian Anggaran Menurut Jenis Belanja Per Unit/Provinsi/ Satker TA. 2013... 64 3. Agenda Pertemuan Nasional Lingkup BKP Tahun 2013... 70 vi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahun 2013 merupakan tahun keempat pelaksanaan program dan kegiatan ketahanan pangan sesuai dengan Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan Tahun 2010-2014. Program yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan adalah Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat. Tugas pokok dan fungsi Badan Ketahanan Pangan tercantum dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang: Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian. Program tersebut mencakup 4 (empat) kegiatan, yaitu: (1) Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Kerawanan Pangan; (2) Pengembangan Distribusi dan Stabilisasi Harga Pangan; (3) Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar; dan (4) Dukungan Manajemen dan Teknis lainnya pada Badan Ketahanan Pangan. Kegiatan kesatu sampai ketiga merupakan kegiatan prioritas nasional yang ditujukan dalam rangka pemantapan ketahanan pangan masyarakat yang membutuhkan partisipasi dan peran serta instansi terkait sesuai dengan masing-masing kegiatan yang dilaksanakan, serta melalui kerjasama dengan stakeholders/pemangku kepentingan di pusat dan daerah. Pada dasarnya pelaksanaan kegiatan tahun 2013 merupakan lanjutan dari tahun sebelumnya, dengan program-program aksinya sebagai berikut : 1. Program aksi pada kegiatan Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar, diarahkan pada Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) yang meliputi: (1) Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL); (2) Pengembangan Pangan Pokok Lokal; serta(3) Promosi dan Sosialisasi P2KP 2. Program aksi pada kegiatan Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Kerawanan Pangan yaitu: Pengembangan Kawasan Kemandirian Pangan di Perbatasan, Daerah Tertinggal/Kepulauan, serta Papua dan Papua Barat yang merupakan pengembangan Desa Mandiri Pangan. 3. Program aksi pada kegiatan Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan, yaitu : (1) Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM); dan (2) Pemberdayaan Lumbung Pangan Masyarakat. Selain itu, juga dilakukan peningkatan peran Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan yang diarahkan untuk : (1) mendorong peningkatan koordinasi lintas sektor dan lintas daerah; (2) meningkatkan peran kelembagaan formal dan informal dalam 1

pelaksanaan ketahanan pangan; (3) meningkatkan perumusan kebijakan, pelaksanaan pemantauan/monitoring, evaluasi, dan pelaporan ketahanan pangan; serta (4) pemberian penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara kepada masyarakat dan pemangku kepentingan yang berkarya dalam pembangunan ketahanan pangan. Badan Ketahanan Pangan pada tahun 2013 juga melaksanakan pengembangan model pemberdayaan ketahanan pangan masyarakat pada tahun ketiga, dengan program aksinya adalah Peningkatan Kesejahteraan Petani Kecil/Smallholder Livelihood Development Programme in Eastern Indonesia (SOLID) dalam rangka Pemantapan Ketahanan Pangan Keluarga. Program aksi tersebut didanai oleh IFAD dan dilaksanakan di Propinsi Maluku dan Maluku Utara. Untuk meningkatkan pelaksanaan kinerja kegiatan ketahanan pangan dalam pencapaian sasaran tahun 2013, perlu mempertimbangkan : (1) keberlanjutan program dan kegiatan disesuaikan dengan struktur organisasi dan tupoksi kelembagaan ketahanan pangan; (2) fokus dan penajaman pada implementasi tugas pokok dan fungsi kelembagaan dalam mendorong peningkatan kesejahteraan petani/masyarakat pedesaan; (3) dilakukan sinergi antar program/kegiatan berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan tahun sebelumnya; dan (4) sinkronisasi antara program pusat dan daerah. Fokus pelaksanaan kegiatan ketahanan pangan tahun 2013 adalah mempercepat pencapaian Peningkatan Diversifikasi Pangan sebagai salah satu dari empat kunci sukses pembangunan pertanian tahun 2010-2014. B. Tujuan Pedoman Pelaksanaan Program Kerja dan Anggaran BKP Tahun 2013 bertujuan untuk memberikan acuan bagi pelaksana dan penanggung jawab kegiatan ketahanan pangan dalam melaksanakan program, kegiatan, dan rencana aksi ketahanan pangan, serta dukungan manajemen dan administrasi ketahanan pangan pada tahun 2013. C. Sasaran Sasaran strategis pemantapan ketahanan pangan Tahun 2013 meliputi: 1. Menurunnya konsumsi beras 1,5 % per tahun; tersedianya energi per kapita minimal 2.200 kkal/hari dan protein 57 gr/hari (WNPG, 2004); tercapainya konsumsi energi sebesar 99,90% dari Angka Kecukupan Gizi (AKG), dan skor Pola Pangan Harapan (PPH) 91,5; serta meningkatnya kemampuan penanganan keamanan pangan segar, melalui: 2

a. Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) di 6.280 desa pada 33 propinsi dan 497 kabupaten/kota untuk pengembangan KRPL; b. Pengembangan Pangan Pokok Lokal di 30 kabupaten pada 18 propinsi; c. Promosi dan Sosialisasi P2KP oleh 1 pusat dan 33 propinsi. 2. Mantapnya stabilitas harga, pasokan pangan pokok, serta berfungsinya cadangan pangan pemerintah daerah dan cadangan masyarakat, melalui: a. Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat dalam memfungsikan stabilisasi harga pangan pokok dan cadangan pangan pada 581 Gapoktan di 26 propinsi sentra produksi padi dan/atau jagung; b. Pemberdayaan Lumbung Pangan Masyarakat untuk antisipasi masa paceklik dan rawan pangan pada 872 lumbung di 33 propinsi; c. Penguatan kapasitas daerah dan analisis distribusi dan cadangan pangan di 33 propinsi. 3. Berkurangnya penduduk rawan pangan sebesar 1 % per tahun, serta meningkatnya keberdayaan, kemandirian, dan akses pangan masyarakat, melalui: a. Pengembangan Desa Mandiri Pangan pada 1.516 desa di 410 kabupaten/kota di 33 propinsi; b. Pengembangan Kawasan Mandiri Pangan di Perbatasan, Daerah Tertinggal/ Kepulauan, serta Papua dan Papua Barat pada 121 kawasan di 60 kabupaten pada 13 propinsi; c. Penguatan kapasitas penanganan kerawanan pangan: di pusat, 33 propinsi dan 421 kabupaten/kota. 4. Meningkatnya efektifitas koordinasi dan eksistensi penanganan ketahanan pangan masyarakat melalui kabupaten/kota yang menindaklanjuti hasil sidang regional Dewan Ketahanan Pangan: 380 kabupaten/kota, dan konferensi Dewan Ketahanan Pangan: 33 propinsi. 5. Mengembangkan model pembedayaan ketahanan pangan melalui peningkatan kesejahteraan petani kecil (SOLID: Smallholder Livelihood Development Programme in Eastern Indonesia) dalam pemantapan ketahanan pangan keluarga: 11 kabupaten di Propinsi Maluku dan Maluku Utara. 3

D. Pengertian 1. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. 2. Kemandirian pangan adalah kemampuan negara dan bangsa dalam memproduksi pangan yang beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan keraifan lokal secara bermartabat. 3. Kedaulatan pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan pangan yang menjamin hak atas pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menetukan sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal. 4. Gerakan Kemandirian Pangan adalah upaya bersama berbagai komponen masyarakat dan pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat untuk memobilisasi, memanfaatkan dan mengelola aset setempat (potensi sumber daya manusia, sumber daya alam, modal dan sosial) untuk meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga dan masyarakat. 5. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses dimana masyarakat khususnya mereka yang kurang memiliki akses kepada sumberdaya pembangunan didorong untuk mandiri dalam mengembangkan perikehidupan mereka. Dalam proses ini masyarakat dibantu untuk mengkaji kebutuhan, masalah dan peluang dalam pembangunan yang dimilikinya sesuai dengan lingkungan sosial ekonomi perikehidupan mereka sendiri. 6. Rumah Pangan Lestari (RPL) adalah rumah penduduk yang mengusahakan pekarangan secara intensif untuk dimanfaatkan dengan berbagai sumber daya lokal secara bijaksana yang menjamin kesinambungan penyediaanya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas, nilai, dan keanekaragamannya. 7. Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) adalah kawasan yang terdiri dari atas beberapa rumah penduduk dalam satu wilayah/kawasan (RT/RW/Desa) yang mengembangkan pemanfaatan pekarangan sebagai sumber pangan dan gizi keluarga, dan juga tambahan pendapatan keluarga. 4

8. Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) adalah beragam upaya untuk menginformasikan (transfer kebiasaan) pola konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman kepada anak didik dan masyarakat, agar pengetahuan dan pemahamannya tentang penganekaragaman konsumsi pangan meningkat. 9. Desa Pelaksana P2KP adalah desa yang melaksanakan kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP). 10. Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Penguatan-LDPM) adalah upaya pemberdayaan Gapoktan dalam pengelolaan distribusi pangan (gabah/beras, jagung) melalui pembelian, penyimpanan, pengolahan, dan pemasaran untuk mendorong stabilitasi harga gabah/beras/jagung ditingkat petani dan mengembangkan cadangan pangan masyarakat. 11. Desa Mandiri Pangan adalah desa yang masyarakatnya mempunyai kemampuan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi melalui pengembangan subsistem ketersediaan, subsistem distribusi dan subsistem konsumsi dengan memanfaatkan sumberdaya setempat secara berkelanjutan. 12. Kawasan Mandiri Pangan adalah masyarakat dalam kawasan yang mempunyai kemampuan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi melalui pengembangan subsistem ketersediaan, subsistem distribusi, dan subsistem konsumsi dengan memanfaatkan sumber daya setempat secara berkelanjutan. Kawasan tersebut merupakan distrik/kecamatan yang memiliki beberapa desa, atau suatu desa yang memiliki beberapa kampung dengan kondisi kemiskinan dan kerentanan pangan yang relatif seragam, serta lokasinya dapat diakses secara langsung oleh penyuluh atau petugas lapangan dalam pendampingan pemberdayaan masyarakat. 13. Lumbung Pangan Masyarakat adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat desa/kota yang bertujuan untuk pengembangan penyediaan cadangan pangan dengan sistem tunda jual, penyimpanan, pendistribusian, pengolahan dan perdagangan bahan pangan yang dikelola secara berkelompok. 14. Penanganan Daerah Rawan Pangan (PDRP) adalah tindakan untuk memecahkan masalah kerawanan pangan di suatu daerah melalui: (1) Pencegahan masalah pangan dan gizi untuk menghindari terjadinya kerawanan pangan dengan penerapan SKPG; serta (2) Penanggulangan kerawanan pangan dengan cara investigasi (peninjauan) dilapangan untuk menentukan jenis intervensi (tindakan) yang sesuai dengan permasalahan. 15. Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) adalah suatu sistem pendeteksian dan pengelolaan informasi tentang situasi pangan dan gizi yang berjalan terus 5

menerus dan menghasilkan pemetaan daerah rawan pangan dan gizi yang menjadi dasar perencanaan, penentuan kebijakan, koordinasi program dan kegiatan penanggulangan daerah rawan pangan dan gizi. 16. Dana Bantuan Sosial untuk pertanian adalah semua pengeluaran negara dalam bentuk transfer uang kepada kelompok tani/gabungan kelompok tani guna melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya berbagai resiko sosial, sesuai dengan Pedoman Pengelolaan Dana Bantuan Sosial untuk Pertanian Tahun Anggaran 2013. Sedangkan untuk transfer dalam bentuk barang mengacu kepada Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Jo Perpres Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. 17. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal diwilayah tertentu. 18. Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh Gubernur sebagai wakil Pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah. 19. Tugas Pembantuan adalah penugasan Pemerintah kepada daerah untuk melaksanakan tugas tertentu dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawakan pelaksanaannya kepada yang menugaskan. 20. Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dilaksanakan oleh daerah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan. 6

BAB II. KERANGKA PIKIR PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN A. Isu Nasional Masalah utama yang masih dihadapi dalam memantapkan ketahanan pangan nasional tahun 2013 antara lain: 1. Ketergantungan konsumsi beras dan kecenderungan konsumsi terigu masih cukup tinggi, serta belum optimalnya pemanfaatan pangan lokal untuk konsumsi pangan harian. 2. Masih rendahnya kualitas dan kuantitas pola konsumsi pangan penduduk, karena pengetahuan, budaya dan kebiasaan makan masyarakat kurang mendukung konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman. 3. Belum berkembangnya industri pangan berbasis bahan pangan lokal yang mendukung penganekaragaman konsumsi pangan. 4. Masih terjadinya kasus keracunan akibat penggunaan bahan kimia berbahaya pada makanan sehingga menimbulkan rendahnya ketahanan pangan masyarakat. 5. Peningkatan diversifikasi pangan belum sepenuhnya didukung dengan dana secara optimal dan sinergitas antar Eselon I lingkup Kementerian Pertanian dan antar sektor masih rendah kontribusi dan implementasinya. 6. Belum memadainya prasarana dan sarana transportasi baik darat dan terlebih antar pulau, sehingga meningkatkan biaya distribusi pangan. 7. Cadangan pangan pemerintah masih terbatas (hanya beras dan dikelola oleh pemerintah pusat), sementara cadangan pemerintah daerah dan masyarakat belum berkembang, termasuk belum optimalnya pemanfaatan dan pengelolaan lumbung pangan masyarakat. 8. Kemampuan ketahanan pangan masyarakat dalam pemenuhan ketersediaan pangan dan akses pangan masih rendah. 9. Perubahan iklim global tidak dapat dihindari dan dapat mempengaruhi produksi, distribusi, cadangan dan harga pangan. 10. Jumlah penduduk rawan pangan masih cukup besar, meskipun telah menunjukkan trend yang menurun. 7

B. Potensi dan Peluang Potensi dan peluang dalam pembangunan ketahanan pangan adalah antara lain: 1. Besarnya jumlah penduduk Indonesia merupakan pasar produk pangan sekaligus penggerak ekonomi nasional. 2. Tingkat pendidikan masyarakat dan pengetahuan tentang pangan yang semakin tinggi memberikan peluang bagi percepatan proses peningkatan kesadaran gizi masyarakat. 3. Luas wilayah Indonesia yang besar dan merupakan negara kepulauan menyediakan peluang usaha distribusi pangan yang cukup besar. 4. Perkembangan teknologi informatika, perhubungan, dan transportasi yang sangat pesat hingga ke pelosok daerah menjadi penunjang penting bagi keberhasilan pembangunan ketahanan pangan nasional. 5. Ketersediaan sumber daya lahan dan air sebagai faktor utama produksi untuk menghasilkan pangan, belum dikelola secara optimal. 6. Keragaman sumberdaya alam dan keanekaragaman hayati baik flora dan fauna nasional belum dimanfaatkan secara optimal sebagai sumber pangan untuk mendukung peningkatan konsumsi masyarakat sekaligus mempertahankan kelestariannya. 7. Ketersediaan lahan pertanian cukup besar dan belum dimanfaatkan secara optimal. 8. Semakin berkembangnya riset dan teknologi pangan yang telah menghasilkan berbagai varietas tanaman pangan yang tahan terhadap kondisi tidak optimal namun tetap berproduksi tinggi. Demikian pula untuk hortikultura dan peternakan. 9. Kebijakan, program dan kegiatan prioritas nasional yang mendukung pemantapan ketahanan pangan berbasis sumber daya lokal. 10. Kelembagaan ketahanan pangan masyarakat yang makin konsisten berpartisipasi dalam mengelola proses produksi, pengolahan, pemasaran dan konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang, dan aman. C. Strategi 1. Fokus Wilayah Mengingat luas dan beragamnya permasalahan ketahanan pangan yang dihadapi di daerah, serta terbatasnya sumberdaya pembangunan yang tersedia, maka Badan 8

Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian pada tahun 2013 memfokuskan pembangunan ketahanan pangan berdasarkan pewilayahan. Fokus wilayah pembangunan ketahanan pangan yang akan dibiayai dari dana APBN pada Tahun Anggaran 2013 antara lain: a. Kabupaten/Kota yang mempunyai lokasi rawan pangan berdasarkan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan/Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) nasional dan daerah. b. Mempunyai unit kerja yang menangani ketahanan pangan, baik yang mandiri dalam lembaga Badan atau Kantor, maupun yang masih bergabung dengan fungsi lainnya dalam Badan atau Kantor. c. Memperkuat pengembangan kawasan rumah pangan lestari (KRPL) dalam rangka peningkatan diversifikasi pangan di seluruh kabupaten/kota. d. Menunjukkan kinerja yang baik dalam pelaksanaan program dan kegiatan pemantapan ketahanan pangan, termasuk penyerapan anggaran dan kepatuhan penyampaian laporan kegiatan, keuangan dan barang secara periodik selama 3 tahun terakhir. 2. Cara Mencapai Sasaran Pencapaian sasaran strategis pemantapan ketahanan pangan yang ditetapkan, dilaksanakan melalui pendekatan jalur ganda (twin-track approach) yaitu: (1) membangun ekonomi berbasis pertanian dan pedesaan untuk meningkatkan produksi pangan dan pertanian, penyediaan lapangan kerja, dan peningkatan pendapatan/daya beli; dan (2) memenuhi kebutuhan pangan bagi kelompok masyarakat miskin dan rawan pangan melalui pemberian dana bantuan sosial serta pemberdayaan agar semakin mampu mewujudkan ketahanan pangan secara mandiri. Dalam rangka mengoptimalkan pendekatan jalur ganda diatas, yang perlu dilaksanakan adalah menggerakkan seluruh komponen bangsa: pemerintah, masyarakat/lsm, organisasi profesi, organisasi massa, koperasi, organisasi sosial, dan pelaku usaha, secara aktif, dan sinergi. 3. Program Aksi dan Sasaran Untuk mencapai sasaran strategis pemantapan ketahanan pangan tahun 2013, program aksi lingkup Badan Ketahanan Pangan beserta sasarannya dilaksanakan dengan melakukan pemberdayaan aparat dan masyarakat sebagai berikut: 9

a. Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) : terselenggaranya Peningkatan Diversifikasi Pangan melalui : (1) Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari di 6.280 desa (5.000 desa baru dan 1.280 desa lanjutan) pada 497 kabupaten/kota di 33 propinsi; (2) Pengembangan Pangan Pokok Lokal pada 30 kabupaten di 18 propinsi; serta(3) Promosi dan Sosialisasi P2KP di 33 propinsi. b. Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Penguatan LDPM) : meningkatnya kemampuan gapoktan dalam rangka stabilisasi harga pangan dan penguatan cadangan pangan gapoktan di daerah sentra produksi pangan, sebanyak 591 gapoktan (75 gapoktan baru dan 516 gapoktan lanjutan) di 26 Provinsi. c. Pemberdayaan Lumbung Pangan Masyarakat : meningkatnya kemampuan pengelola kelompok lumbung dalam menangani cadangan pangan masyarakat pada 872 lumbung pangan di pedesaan. d. Pengembangan Desa Mandiri Pangan: meningkatnya kemampuan ketahanan pangan masyarakat dan pemerintah melalui pengembangan Desa Mandiri Pangan di 1.516 desa rawan pangan pada 410 kabupaten/kota; pengembangan kawasan mandiri pangan sebanyak 121 desa/kawasan di 60 kabupaten pada Perbatasan, Daerah Tertinggal/Kepulauan, serta Papua dan Papua Barat. e. Penanganan Daerah Rawan Pangan: terwujudnya penguatan kapasitas penanganan kerawanan pangan di 421 kabupaten/kota pada 33 provinsi. f. Penanganan dan Pengembangan Keamanan Pangan Segar: terwujudnya peningkatan kapasitas penanganan keamanan pangan segar di seluruh propinsi. g. Peningkatan Kesejahteraan Petani Kecil atau Smallholder Livelihood Development Programme in Eastern Indonesia (SOLID) dalam rangka pemantapan ketahanan pangan keluarga: terlaksananya operasional SOLID di 6 kabupaten pada Propinsi Maluku dan 5 kabupaten pada Propinsi Maluku Utara. h. Penguatan Kelembagaan Ketahanan Pangan: (1) terselenggaranya koordinasi dan keterpaduan pengelolaan ketahanan pangan oleh pemerintah bersama masyarakat pada 33 provinsi; (2) terlaksananya pemberian Adhikarya Pangan Nusantara; serta (3) tersusunnya rumusan kebijakan ketahanan pangan bagi komoditas strategis melalui DKP di tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. 10

BAB III. PROGRAM, KEGIATAN DAN ANGGARAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 Dalam melaksanakan Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat Tahun 2013, lingkup Badan Ketahanan Pangan mendapatkan alokasi anggaran Rp.692.070 Juta, turun sebesar Rp.3.180 Juta atau 0,46% dari tahun 2012, dengan rincian alokasi dan proporsi antara pusat dan daerah seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Alokasi Anggaran Ketahanan Pangan Pusat dan Daerah Tahun 2013 No Unit Kerja Pagu (Rp. Juta) 2012 % 2013 % 1 Pusat 83.570,55 12,02 86.815,21 12,54 2 Daerah 611.679,46 87,98 605.255,13 87,46 Jumlah 695.250,00 100,00 692.070,34 100 Total anggaran lingkup BKP digunakan untuk melaksanakan 4 (empat) jenis kegiatan, dengan alokasi terbesar adalah kegiatan Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar, yaitu Rp.353.693 Juta atau 51,11 persen dari total angaran. Rincian rencana anggaran tahun 2013 berdasarkan kegiatan pada lingkup BKP (pusat dan daerah) seperti terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Alokasi Anggaran per Kegiatan Lingkup BKP Tahun 2013 No Kegiatan 1 Pengembangan Ketersediaan Pangan dan Penanganan Rawan Pangan 2 Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan 3 Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar 4 Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Badan Ketahanan Pangan Pusat (Rp. Juta) Daerah (Rp. Juta) Jumlah (Rp. Juta) 4.957,31 86.480,75 91.438,06 7.866,00 93.653,00 101.519,00 18.263,66 335.429,50 353.693,16 55.728,24 89.691,88 145.420,12 Jumlah 86.815,21 605.255,13 692.070,34 11

Outcome dari program tersebut dalam pencapaian sasaran strategis ketahanan pangan tahun 2013 adalah meningkatnya ketahanan pangan melalui pemberdayaan ketersediaan, distribusi, konsumsi dan keamanan pangan segar di tingkat masyarakat, serta terkoordinasinya kebijakan ketahanan pangan. Indikator kinerja utama program tersebut adalah : 1. Skor PPH Peningkatan Diversifikasi Pangan sebesar 91,5; 2. Penurunan konsumsi beras per kapita tiap tahun sebesar 1,5%; 3. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan tiap tahun sebesar 1%; dan 4. Terwujudnya stabilisasi harga dan pasokan pangan pokok melalui pengembangan lembaga distribusi stabilisasi pangan pokok oleh 591 gapoktan dan 872 lumbung. Penjelasan kegiatan dan dukungan anggaran yang berada pada lingkup Badan Ketahanan Pangan tahun 2013 dapat diuraikan berdasarkan subbagian-subbagian pada kegiatan tersebut sebagaimana berikut ini. A. Pengembangan Ketersediaan Pangan dan Penanganan Rawan Pangan Kegiatan Pengembangan Ketersediaan Pangan dan Penanganan Rawan Pangan diarahkan untuk mengupayakan ketersediaan pangan yang cukup dan terjangkau serta mengurangi jumlah penduduk rawan pangan melalui pemberdayaan masyarakat. Kegiatan tersebut dibagi dalam 6 (enam) subkegiatan yang meliputi : (1) Pengembangan Desa Mandiri Pangan (Demapan); (2) Penanganan Daerah Rawan Pangan (PDRP); (3) Penyusunan Peta Ketahanan dan Kerawanan Pangan (Food Security and Vulnerability Atlas/FSVA); (4) Kajian Ketersediaan Pangan, Rawan Pangan dan Akses Pangan; (5) Apresiasi Analisis Ketersediaan Pangan dan Akses Pangan; serta (6) Penguatan Kapasitas Masyarakat di Kemandirian Pangan Kawasan. Pengembangan desa mandiri pangan dilanjutkan pendampingannya, sedangkan pada daerah perbatasan, kepulauan/tertinggal, Papua dan Papua Barat dikembangkan pelaksanaan dari desa mandiri pangan menjadi Kawasan Kemandirian Pangan, karena cakupannya menjadi kegiatan pemberdayaan kelompok afinitas yang berada di suatu desa/kawasan rawan pangan. Kegiatan dilaksanakan selama 4 (empat) tahun, dimana pada tahun pertama diberikan dana bantuan sosial (bansos) sebagai stimulan dalam mengelola usaha produktif untuk memantapkan ketahanan pangan keluarga, dan pada tahun selanjutnya dilakukan pendampingan. Untuk analisis ketersediaan, akses pangan dan kerawanan pangan dilaksanakan melalui penyusunan FSVA serta kajian ketersediaan pangan, rawan pangan dan akses pangan, digunakan sebagai informasi yang relevan bagi pimpinan dalam menetapkan 12

kebijakan ketersediaan pangan, penanganan rawan pangan dan akses pangan secara tepat dan cepat. Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan aparat di pusat dan daerah dilakukan apresiasi ketersediaan, rawan pangan dan akses pangan. Akhirnya untuk mengawal pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dan analisis ketersediaan pangan, dilaksanakan pembinaan dan pemantauan secara periodik. Rencana anggaran kegiatan Pengembangan Ketersediaan Pangan dan Penanganan Rawan Pangan pada tahun 2013 sebesar Rp.91.438,06 Juta yang terbagi dalam 6 (enam) subkegiatan dengan volume output, besarnya anggaran dan lokasi kegiatan seperti terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Sasaran, Alokasi Anggaran, dan Lokasi Kegiatan Pengembangan Ketersediaan Pangan dan Penanganan Rawan Pangan Tahun 2013 No Sub Kegiatan Volume 1 Pengembangan Desa Mandiri Pangan 2 Penanganan Daerah Rawan Pangan Anggaran (Rp. Juta) Lokasi 1.637 Desa 65.129,00 33 provinsi, 421 kab/kota 455 Lokasi 15.436,50 pusat, 33 propinsi, 421 kab/kota 3 Penyusunan FSVA 34 Laporan 895,00 33 propinsi, pusat 4 Kajian Ketersediaan Pangan, Rawan Pangan dan Akses Pangan 5 Apresiasi Analisis Ketersediaan Pangan dan Akses Pangan 6 Penguatan Kapasitas Masyarakat di Kawasan 34 Laporan 3.500,00 33 propinsi, pusat 10 Laporan 1.000,00 10 angkatan 47 Laporan 5.477,56 33 propinsi Jumlah 91.438,06 B. Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan Kegiatan Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan diarahkan untuk mengupayakan pengalokasian pangan kepada masyarakat secara efektif dan efisien melalui analisis dan koordinasi kebijakan, serta mendorong terciptanya stabilitas harga pangan di tingkat produsen dan konsumen. Subkegiatan yang akan dilaksanakan adalah : (1) Penguatan Lembaga Distribusi Pangan; (2) Pemberdayaan Lumbung Pangan Masyarakat; (3) Pengendalian Kondisi Harga Pangan Pokok; (4) 13

Pemantauan/Pengumpulan Data Distribusi, Harga dan Cadangan Pangan; serta (5) Pengembangan Model Pemantauan Distribusi, Harga dan Cadangan Pangan. Rencana alokasi anggaran kegiatan Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan tahun 2013 sebesar Rp.101.519,00 Juta. Adapun volume output dan lokasi masing-masing subkegiatan seperti terlihat pada Tabel 4. Tabel 4. Sasaran, Alokasi Anggaran, dan Lokasi Kegiatan Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan Tahun 2013 No Sub Kegiatan Volume 1 Penguatan Lembaga Distribusi Pangan 2 Pemberdayaan Lumbung Pangan Masyarakat 3 Pengendalian Kondisi Harga Pangan Pokok 4 Pemantauan/pengumpulan data distribusi, harga dan cadangan pangan 5 Pengembangan model pemantauan distribusi, harga dan cadangan pangan 591 Gapoktan 872 Lumbung Anggaran Lokasi (Rp. Juta) 57.751,00 Seluruh provinsi sentra produksi pangan, kecuali Malut, DKI Jakarta, Babel, Kepri, Kaltim,Papua, dan Papbar. 29.695,00 32 provinsi, 33 8.550,00 32 propinsi, pusat Laporan 1 Laporan 4.171,66 pusat 1 Laporan 1.394,34 pusat Jumlah 101.519,00 Penguatan LDPM merupakan upaya stabilisasi harga pangan pokok di tingkat produsen dan penguatan cadangan pangan dalam masa panen raya maupun paceklik melalui pemberdayaan Gapoktan selama 3 (tiga) tahun, dimana pada tahun pertama diberikan bansos untuk pembangunan gudang dan pengadaan pangan, tahun kedua diberikan bansos memperkuat pelaksanaan sistim tunda jual, serta tahun ketiga berupa pembinaan untuk memperkuat manajemen gapoktan menuju LDPM Mandiri. Dalam rangka mendukung program peningkatan produksi beras nasional (P2BN) sebesar 10 Juta Ton di daerah sentra produksi, serta untuk mengantisipasi masa paceklik di daerah rawan pangan, dilakukan pemberdayaan pengelolaan pangan bagi kelompok lumbung selama 3 (tiga) tahun, dimana pada tahun pertama untuk pembangunan fisik lumbung 14

yang dibiayai oleh dana alokasi khusus (DAK), serta tahun kedua dan ketiga diberikan bansos untuk mengisi bahan pangan pada lumbung. Untuk memberikan masukan bagi pimpinan dalam menetapkan kebijakan distribusi, harga, serta cadangan pangan pemerintah daerah dan masyarakat, dilakukan analisis harga pangan pokok menjelang hari besar keagamaan dan nasional; pengumpulan dan pemantauan distribusi, harga dan cadangan pangan yang dibutuhkan secara periodik dalam mengantisipasi gejolak pasokan pangan; serta mengembangkan model pemantauan distribusi dan harga pangan dalam memperoleh data secara cepat dan valid. C. Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar Kegiatan Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan diarahkan untuk mendorong konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman, melalui analisis, koordinasi kebijakan, promosi dan pemberdayaan masyarakat di pedesaan. Kegiatan tersebut terdiri dari 7 (tujuh) subkegiatan, yaitu: (1) Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP); (2) Pemantauan, Monitoring, Evaluasi dan Perumusan Kebijakan P2KP; (3) Promosi P2KP; (4) Situasi Konsumsi Pangan Peduduk; (5) Koordinasi Keamanan Pangan Segar; (6) Pengembangan Olahan Pangan Lokal; serta (7) Percontohan Fortifikasi Beras. Percepatan penganekaragaman konsumsi pangan merupakan berbagai aktifitas dalam mendorong konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman (B2SA) dengan pendekatan pemberdayaan kelompok wanita untuk membudayakan konsumsi pangan B2SA dan pengembangan kawasan rumah pangan lestari, melalui: Optimalisasi pemanfaatan pekarangan sebagai lumbung hidup; Pengembangan tepung-tepungan dalam pengembangan pangan lokal bagi kelompok UMKM; serta Promosi P2KP dalam percepatan penyebaran informasi dan pengetahuan. Pemberdayaan kelompok wanita dan pemanfaatan pekarangan dilakukan melalui Sekolah Lapangan yang dipandu oleh penyuluh pertanian selama 3 (tiga) tahun. Khusus untuk pemanfaatan pekarangan diberikan bansos pada pada tahun pertama dan kedua, sedangkan tahun ketiga berupa pembinaan. Pengembangan keamanan pangan segar difokuskan pada koordinasi pemantauan dan pengawasan keamanan pangan segar di pasar, sehingga konsumen dapat memilih pangan yang aman dikonsumsi. Untuk itu dilakukan pembinaan, pelatihan dan sosialisasi serta pengawasan keamanan pangan kepada aparat dan masyarakat. Dalam 15

memberikan masukan kepada pimpinan untuk mengambil kebijakan atau keputusan tentang konsumsi dan keamanan pangan di daerah, dilakukan analisis pola konsumsi dan keamanan pangan secara periodik atau sesuai dengan kebutuhan di daerah. Selain itu, juga melaksanakan fortifikasi beras yang merupakan model pengembangan pengolahan pangan dengan cara menambah vitamin A dan zat besi pada beras raskin. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada pembagian beras raskin di Kabupaten Bekasi dan Kerawang yang merupakan kerjasama antara BKP dengan Bappenas dengan dana hibah dari Bank Pembangunan Asia (ADB). Kegiatan tersebut direncanakan berlangsung selama 3 (tiga) tahun, dan telah dilaksanakan mulai tahun 2011. Rencana anggaran untuk kegiatan Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar pada tahun 2013 sebesar Rp.353.693,15 Juta, dengan volume output, anggaran dan lokasi seperti pada Tabel 5. Tabel 5. Sasaran, Alokasi Anggaran, dan Lokasi Kegiatan Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar Tahun 2013 No Sub Kegiatan Volume Anggaran (Rp. Juta) Lokasi 1 Percepatan 6.280 Desa 267.559,50 33 prop, Penganekaragaman Konsumsi Pangan 497 kab 2 Pemantauan, Monitoring, Evaluasi dan Perumusan Kebijakan P2KP 531 Laporan 39.790,50 497 kab, 33 prop, pusat 3 Promosi P2KP 34 Laporan 10.900,00 33 prop, pusat 4 Situasi Konsumsi Pangan 285 Laporan 8.000,00 250 kab, Penduduk 33 prop, pusat 5 Koordinasi Keamanan Pangan Segar 34 Laporan 12.425,00 33 prop, pusat 6 Pengembangan Olahan 30 Laporan 11.500,00 30 kab Pangan Lokal 7. Percontohan Fortifikasi Beras 1 Laporan 3.518,16 Karawang, Bekasi, Pusat Jumlah 353.693,16 16

D. Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada BKP Rencana anggaran untuk kegiatan Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Badan Ketahanan Pangan tahun 2013 sebesar Rp.145.420,12 Juta, yang terbagi dalam 10 (sepuluh) subkegiatan dengan volume output, anggaran dan lokasi seperti terlihat pada Tabel 6. Tabel 6. Sasaran, Alokasi Anggaran, dan Lokasi pada Kegiatan Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada BKP Tahun 2013 No Sub Kegiatan Volume 1 Perencanaan, Penganggaran dan Pelaporan Keuangan 2 Pemantauan dan Evaluasi Program 3 Kepegawaian, Organisasi, Humas, dan Hukum 4 Layanan Operasional Keuangan dan Perkantoran 5 Sidang Pleno, Konferensi dan Sidang Regional Ketahanan Pangan, DKP 6. Dukungan Manajemen dan Administrasi Daerah 6 Pembinaan Peningkatan Kesejahteraan Petani Kecil/SOLID Anggaran (Rp. Juta) 34 Dokumen 22.897,53 Pusat, Lokasi 33 propinsi 34 Laporan 9.400,00 Pusat, 3 Dokumen 1.500,00 Pusat 1 Tahun 33.878,39 Pusat 33 propinsi 1 Laporan 5.400,00 Pusat (DKP) 12 Bulan layanan 14.836,00 33 propinsi, 497 kab/kota 14 Laporan 57.508,20 1 pusat, Jumlah 145.420,12 2 prop, 11 kab Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Badan Ketahanan Pangan diarahkan untuk mengelola pelayanan kantor dalam rangka pelaksanaan ketahanan pangan serta mengembangkan model-model pemberdayaan ketahanan pangan masyarakat. Pelayanan kantor tersebut berupa: perencanaan, umum, keuangan dan perlengkapan, evaluasi dan pelaporan, serta dukungan manajemen dan administrasi sehingga operasional kantor dan manajemen pengelolaan ketahanan pangan dapat berjalan lancar sesuai jadwal yang ditetapkan. Disamping itu, Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian sebagai Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan Pusat yang 17

menyelenggarakan sidang pleno, konferensi dan sidang regional dalam mewujudkan ketahanan pangan masyarakat. Model pengembangan yang dilakukan mulai tahun 2011 adalah peningkatan kesejahteraan petani kecil (Smallholder Livelihood Development Programme in Eastern Indonesia/SOLID) dengan pendanaan oleh IFAD di Provinsi Maluku dan Maluku Utara pada 11 kabupaten. Kegiatan tersebut terdiri dari: (1) Pengelolaan usaha tani terpadu dengan pelaksanaan demplot-demplot; (2) Pemberdayaan petani kecil; (3) Peningkatan kapasitas kelembagaan berupa federasi/gapoktan; (4) Dukungan manajemen dan administrasi; serta(5) Pengelolaan sumberdaya dan infrastruktur. Selain itu, melaksanakan kegiatan dengan output generik berupa pengadaan kendaraan, komputer dan pembangunan/renovasi gedung/bangunan. Output utama dan anggaran TA. 2013 pada masing-masing kegiatan berdasarkan lokasi propinsi dan kabupaten/kota dapat dilihat pada Lampiran 1. E. Dukungan Pembiayaan Dukungan pembiayaan terhadap pelaksanaan Program dan Kegiatan lingkup Badan Ketahanan Pangan pada Tahun 2013 terbagi menjadi: (1) dana Pusat untuk kegiatan BKP Pusat; dan (2) dana Daerah yang terbagi menjadi dana Dekonsentrasi yang berada di tingkat propinsi, serta dana Tugas Pembantuan yang berada di tingkat propinsi dan kabupaten/kota. Rincian pembiayaan kegiatan pembangunan ketahanan pangan seperti terlihat pada Tabel 7. Tabel 7. Pembiayaan Pembangunan Ketahanan Pangan Lingkup BKP Tahun 2013 No Jenis Pembiayaan Anggaran (Rp. Juta) % 1. Dana Pusat 86.815,21 12,54 2. Dana Dekonsentrasi 407.284,86 58,85 3. Dana Tugas Pembantuan 197.970,25 28,61 Jumlah 692.070,32 100,00 Dana dekonsentrasi sebesar Rp.407.284,86 Juta dialokasikan untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang berlokasi di tingkat propinsi dan tingkat kabupaten/kota bagi daerah kabupaten/kota yang bukan berstatus Satker dalam pengelolaan APBN. Sedangkan Dana Tugas Pembantuan sebesar Rp.197.970,25 Juta terdiri dari: (1) TP Kabupaten sebagai Satker sebesar Rp.179.142,05 Juta; (2) TP Propinsi (Pengadaan Mobil) sebesar Rp.7.700 Juta untuk 28 propinsi; serta (3) TP Propinsi Maluku dan Maluku Utara yang melaksanakan SOLID dengan anggaran sebesar Rp.11.128,2 Juta. Alokasi anggaran di tingkat propinsi dan kabupaten/kota, baik berasal dari Dekon 18

maupun TP berdasarkan jenis kegiatan lingkup BKP pada Tahun 2013 dapat diperhatikan pada Tabel 8. Tabel 8. Pembiayaan Pembangunan Ketahanan Pangan di Daerah Tahun 2013 No Kegiatan 1 Pengembangan Ketersediaan Pangan dan Penanganan Rawan Pangan 2 Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan 3 Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar 4 Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Badan Ketahanan Pangan Provinsi Kab/Kota Jumlah (Rp. Juta) (Rp. Juta) (Rp. Juta) 8.595,45 77.885,30 86.480,75 93.653,00-93.653,00 37.620,00 297.809,50 335.429,50 37.629,13 52.062,75 89.691,88 Jumlah 177.497,58 427.757,55 605.255,13 Selain itu, rincian anggaran BKP Tahun 2013 menurut jenis belanja, dapat diperhatikan pada Tabel 9. Tabel 9. Anggaran Lingkup BKP Menurut Jenis Belanja pada TA.2013 No Jenis Belanja Anggaran (Rp.Juta) 1. Belanja Pegawai 22.155.120 Pusat 2. Belanja Barang: a. Operasional b. Non Operasional 3. Belanja Modal: a. Operasional b. Non Operasional 325.937.230 11.337.120 314.600.110 15.266.990-15.266.990 Lokasi Pusat, Daerah Pusat Pusat, Daerah Pusat, Daerah - Pusat, Daerah 4. Belanja Sosial 328.711.000 Daerah Jumlah 692.070.340 Pusat, Daerah Rincian pembiayaan menurut jenis belanja di Pusat dan Daerah, dapat dilihat pada Lampiran 2. 19

F. Satuan Kerja (Satker) Lingkup Badan Ketahanan Pangan Tahun 2013 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian dalam menentukan Satker lingkup BKP pada Tahun 2013 di daerah memperhatikan ketentuan sebagai berikut : 1. Mempunyai kelembagaan ketahanan pangan (PP 41/2007), diprioritaskan yang berbentuk Badan Ketahanan Pangan; 2. Tersedianya Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas dan kuantitas yang mendukung; dan 3. Evaluasi kinerja ketahanan pangan tahun 2011-2012. Berdasarkan kriteria tersebut, Satker lingkup BKP Tahun 2013 sebanyak 170 Satker, terdiri dari : Pusat 1 Satker, Provinsi 33 Satker, dan Kabupaten/Kota 136 Satker. Jumlah kabupaten/kota yang akan dibina BKP sebanyak 497 kabupaten/kota, sehingga sisa kabupaten/kota terhadap Satker sebanyak 361 kabupaten/kota dimasukkan dalam Dana Dekonsentrasi Provinsi. Perkembangan jumlah satker tahun 2013 terhadap tahun 2012 seperti terlihat pada Tabel 9. Sedangkan rincian nama Satker berdasarkan propinsi dan kabupaten dapat dilihat di Lampiran 2. Tabel 9. Satker Pelaksana Kegiatan Ketahanan Pangan Lingkup BKP Tahun 2013 No Unit Kerja 2012 2013 1. 2. 3. Pusat Provinsi Kabupaten/Kota 1 33 189 1 33 136 Jumlah satker 223 170 Jumlah Kab/Kota 410 497 Keberhasilan pencapaian program dan kegiatan terhadap target (outcome dan output) yang ditetapkan, dipengaruhi pula oleh dukungan Eselon I lingkup Kementerian Pertanian dan Kementerian lainnya yang meliputi: Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Keuangan, Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Kementerian Kesehatan, Kementerian Perdagangan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Perindustrian, Badan POM, Badan Pusat Statistik, Badan Logistik Nasional, serta pemangku kepentingan lainnya yang peduli terhadap ketahanan pangan. 20

Selain itu, keberhasilan Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat di daerah sangat dipengaruhi oleh peran dan komitmen pemerintah daerah, serta hubungan antara Badan/Kantor Ketahanan Pangan dengan dinas yang terkait dengan masalah pangan di daerah, serta yang penting adalah berfungsinya Dewan Ketahanan Pangan dalam mengadakan koordinasi dan sinkronisasi instansi terkait dan pemangku kepentingan dalam pengelolaan ketahanan pangan. G. Agenda Pertemuan Tahun 2013 Untuk melakukan sosialisasi, pembinaan, konsolidasi dan evaluasi pelaksanaan kegiatan tahun 2013, Badan Ketahanan Pangan menyelenggarakan pertemuan, workshop, dan apresiasi tentang persiapan, pemantauan dan pengendalian termasuk penerapan Sistim Pengendalian Intern (SPI), Peningkatan Kualitas SDM, serta Evaluasi Kinerja dan Perencanaan Terpadu. Waktu, peserta dan lokasi kegiatan tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3-4. 21

BAB IV. PENGELOLAAN ANGGARAN A. Pengertian Pelaksanaan program dan kegiatan pemantapan ketahanan pangan pada tahun 2013 di provinsi dan kabupaten/kota, sesuai kewenangan dialokasikan dalam dua jenis dana, yaitu: Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan. Dana Dekonsentrasi yang berasal dari APBN, dilaksanakan oleh Gubernur sebagai wakil Pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi. Dalam operasional kegiatan pemantapan ketahanan pangan, dana tersebut dialokasikasikan pada Badan Ketahanan Pangan atau instansi yang menangani ketahanan pangan tingkat Provinsi. Hal ini sejalan dengan kegiatan yang dilaksanakan berupa non fisik, yaitu kegiatan yang menghasilkan keluaran yang tidak menambah aset tetap. Kegiatan tersebut mencakup antara lain: sinkronisasi dan koordinasi perencanaan, fasilitasi, bimbingan, apresiasi/pelatihan, pembinaan dan pengawasan, serta pengendalian dalam penyelenggaraan pemantapan ketahanan pangan di daerah. Dana Tugas Pembantuan yang berasal dari APBN, dilaksanakan oleh daerah dan desa yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan. Alokasi dana tersebut dalam pelaksanaan pemantapan kegiatan ketahanan pangan ditempatkan di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota, karena pendanaan secara dominan untuk kegiatan fisik lainnya, antara lain: bantuan sosial bagi masyarakat rawan pangan dan pemberdayaan masyarakat dalam aktivitas pemantapan ketahanan pangan keluarga. Untuk sebagian kabupaten dan kota yang tidak ditunjuk sebagai Satker pada tahun 2013, kegiatan ketahanan pangan kabupaten dan kota tersebut dimasukkan dalam Dana Dekonsentrasi Provinsi. Untuk itu, manajemen kegiatan dan keuangannya dilakukan secara tertib dan efektif sehingga kegiatan di lapangan (kabupaten/kota dan desa/kelurahan) dapat berjalan sesuai dengan rencana operasional kegiatan yang ditetapkan. Sinkronisasi program antara pendanaan APBN dengan APBD dalam pembiayaan program dan kegiatan pemantapan ketahanan pangan harus dilaksanakan dalam rangka mengoptimalkan program/kegiatan ketahanan pangan di Provinsi dan Kabupaten/Kota. B. Penyusunan Program dan Anggaran Program dan anggaran ketahanan pangan yang akan disusun dalam rangka Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, harus mengacu pada Rencana Strategis (Renstra) 22

BKP Tahun 2010-2014 dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang ditetapkan tiap tahun, serta dituangkan dalam Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja KL), serta memperhatikan evaluasi program dan kegiatan pada tahun yang lalu. Untuk program peningkatan diversifikasi dan ketahanan pangan masyarakat, penyusunan rencana kegiatan serta penganggarannya dilakukan oleh BKP dengan memperhatikan Renstra BKP menurut skala prioritas, alokasi anggaran, dan lokasi kegiatan. Tabel 10. Agenda Perencanaan Tahunan Pembangunan Pertanian No Kegiatan Waktu 1 Pedum, Juklak, Juknis dan Rakernas (t) Januari 2013 2 Sosialisasi, Asistensi Rencana Operasional (t) Januari Februari 2013 3 Pembinaan, Pemantauan dan Pengendalian (t) Januari Desember 2013 4 Musrenbangtan Tingkat Kab/Kota Pebruari Maret 2013 5 Musrenbangtan Tingkat Provinsi April 2013 6 Penetapan Pagu Indikatif (t + 1) Maret 2013 7 Penyusunan RKP dan Trilateral Meeting (t+1) April Mei 2013 8 Musrenbangtan Nasional (t + 1) Mei 2013 9 Sinkronisasi Nasional Pertanian (Musrenbang Pertanian) (t + 1) 10 Raker dengan komisi IV (Persetujuan Pagu Indikatif) (t + 1) Mei Juni 2013 Minggu II Juli 2013 11 Penerbitan Pagu Sementara (t + 1) Minggu IV Juli 2013 12 Penyusunan RKA-KL Pagu Sementara (t + 1) Minggu IV Juli 2013 13 Penelaahan RKA-KL Pagu Sementara di DJA- PK (t +1) Agustus 2013 14 Penyiapan Bahan Nota Keuangan (t + 1) Agustus 2013 15 Raker dengan DPR (t + 1) Minggu I September 2013 16 Penetapan Pagu Definitif (t + 1) Minggu I Oktober 2013 17 Penyempurnaan RKA KL (Pagu Definitif) (t+1) Minggu I November 2013 18 Proses Penerbitan Perpres Rincian RAPBN (t+1) Minggu III November 2013 19 Penelaahan DIPA Minggu I dan II Desember 2013 20 Penerbitan DIPA - SRAA (t + 1) Minggu IV Desember 2013 23