Membangun Kemandirian dan Kedaulatan Pangan

dokumen-dokumen yang mirip
Dinamika Harga Komoditas Pangan Global dan Kinerja Ketahanan Pangan Indonesia

Kualitas Gizi Faktor Penting Pembangunan

Pembangunan Ketahanan Pangan untuk Peningkatan Kedaulatan Pagan

Tenaga Kerja Sektor Pertanian: Hasil dari Transformasi Struktural

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting

I. LATAR BELAKANG POKOK BAHASAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI KETAHANAN PANGAN NASIONAL Posisi Pangan dalam Pembangunan Nasional

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

KETERANGAN TW I

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

PROSPEK TANAMAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang

memenuhi kebutuhan warga negaranya. Kemampuan produksi pangan dalam negeri dari tahun ke tahun semakin terbatas. Agar kecukupan pangan nasional bisa

tersedianya pangan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau (UU No.7 tahun 1996 tentang Pangan).

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. rakyat secara merata dan adil, penyediaan pangan dan gizi yang cukup memadai

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI. Strategi Ketahanan Pangan Nasional

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

Ketahanan Pangan dan Pertanian. disampaikan pada : Workshop Hari Gizi Nasional (HGN) ke-55

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN

I. PENDAHULUAN. Pertanian dan Pangan (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2000), pp

STABILISASI HARGA PANGAN

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2013

CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012

Produksi Tanaman Pangan Provinsi Papua Tahun 2015 (Berdasarkan Angka Ramalan II 2015)

I. PENDAHULUAN. serealia, umbi-umbian, dan buah-buahan (Kementan RI, 2012). keunggulan yang sangat penting sebagai salah satu pilar pembangunan dalam

Politik Pangan, Upaya Dalam Membentuk Sistem Ketahanan Pangan Nasional.

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2013

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

KEBIJAKAN PERBERASAN DAN STABILISASI HARGA

Penyusutan Luas Lahan Tanaman Pangan Perlu Diwaspadai Rabu, 07 Juli 2010

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM BIDANG PERTANIAN UNTUK MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGAN DAN ENERGI BERBASIS PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2014 SEBESAR 102,63

SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN PADA DISKUSI REGULER EVALUASI POLITIK PANGAN PEMERINTAHAN SBY-KALLA. Yogyakarta, 6 Februari 2007

BAB I PENDAHULUAN. 1960, namun sampai sekarang ketergantungan terhadap beras dan terigu

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

(%) 1% 1,73% Data capaian penduduk rawan pangan tergambar pada akhir tahun dan capaian tersebut tergantung pada instansi lain

Gambar 1.1 Persentase konsumsi pangan di Indonesia

Kebijakan Pangan, BULOG dan Ketahanan Pangan

PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS)

RANGKUMAN HASIL RAKOR PANGAN NASIONAL, FEED INDONESIA FEED THE WORLD II JAKARTA, 26 JULI 2011

PERAN SEKTOR INDUSTRI DALAM MENDUKUNG KEANEKARAGAMAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Declaration and World Food Summit Plan of Action adalah food security

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN

TINJAUAN DISTRIBUSI PANGAN

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016

beras atau sebagai diversifikasi bahan pangan, bahan baku industri dan lain sebagainya.

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian menjadi daerah permukiman, industri, dan lain-lain. Menurut BPN

I. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok

KEBIJAKAN GULA UNTUK KETAHANAN PANGAN NASIONAL

Andalan Ketahanan Pangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2012 SEBESAR 117,59

Governansi Kebijakan Ekonomi. Tiga Tahun Kebijakan Ekonomi KIB II

I. PENDAHULUAN. sebagai penyedia pangan yang cukup bagi penduduknya dan pendukung

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2014 SEBESAR 99,65

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

KETAHANAN PANGAN DAN GIZI

Tinjauan Spasial Produksi dan Konsumsi Beras

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)

KETAHANAN PANGAN : SUBSISTEM KETERSEDIAAN

TIM KAJIAN RASKIN LPPM IPB

PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN MASYARAKAT UNTUK MENJAGA KETAHANAN PANGAN NASIONAL

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

PERKEMBANGAN UBI JALAR DAN PELUANG PENGEMBANGANNYA UNTUK MENDUKUNG PROGRAM PERCEPATAN DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN DI JAWA TENGAH

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2015 SEBESAR 98,71

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

PEMENUHAN PANGAN BAGI MASYARAKAT

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN NOVEMBER 2015

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Transkripsi:

Membangun Kemandirian dan Kedaulatan Pangan Prof. Dr. Bustanul Arifin barifin@uwalumni.com Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian UNILA Dewan Pendiri/Ekonom Senior INDEF, Jakarta Professorial Fellow di InterCAFE dan MB-IPB, Bogor Kongres Ilmu Pengetahuan Indonesia (KIPNAS) X tema Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dalam Membangun Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa dan Negara di Tengah Perubahan Global tanggal 9-11 November 2011 di Jakarta.

Pangan = Soal Hidup atau Mati UU 7/1996 tentang Pangan sedang direvisi PP 68/2002 tentang Ketahanan Pangan PP 28/2004 tentang Keamanan Pangan Perpres 22/2009 Penganekaragaman Pangan

Konsistensi dan Evolusi Definisi Ketahanan Pangan: kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan individu, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, bergizi, merata, dan terjangkau serta sesuai dengan keyakinan, dan budaya, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan (revisi UU7/1996) Kemandirian Pangan: kemampuan produksi pangan yang beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup sampai di tingkat individu, baik jumlah, mutu, keamanan, maupun harga yang terjangkau, yang sesuai dengan potensi dan kearifan lokal (UU 41/2009). Kedaulatan Pangan: hak negara dan bangsa yang secara mandiri dapat menentukan kebijakan pangannya, yang menjamin hak atas pangan bagi rakyatnya, serta memberikan hak bagi masyarakatnya untuk menentukan sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal (UU 41/2009).

Dimensi Ketahanan Pangan di Indonesia Ketersediaan: Produksi, distribusi pangan pokok dan lainnya, berkualitas, aman, bergizi dan berimbang Aksesibilitas: Akses pangan, terutama kaum miskin /marginal: subsidi, penanggulangan bencana, gender; Stabilitas (harga): Antar daerah, antar waktu, antar pelaku, konsep cadangan besi, cadangan penyangga Utilisasi: Pengolahan, keamanan, pola makan, higienis, sanitasi air, kehalalan, keutuhan, kemanfaatan dsb

Ketersediaan: Perdagangan Pangan 1990-2010 USD billion 35 Agro-food exports Agro-food imports Agro-food balance 30 25 20 15 10 5 0 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Sumber: UN Comtrade, Database 2011

Pangsa Ekspor Indonesia di Dunia, 1990-2010 % Coconuts Palm oil Coffee Cocoa beans Rubber 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Sumber: UN Comtrade Database 2011 dan FAO STAT 2011

Pangsa Impor Indonesia di Dunia, 1990-2010 % Wheat Soybean Cotton lint Bovine meat Milk - excluding butter 100 80 60 40 20 0 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Sumber: FAO FAO STAT 2011

Pangan Domestik: Produktivitas Rendah (Data: Perkembangan produktivitas pangan strategis, 1990-2010) Selama 1996-2010, produktivitas padi hanya tumbuh 0.98% per tahun, jauh di bawah laju pertumbuhan pendudu k 1.49% per tahun (Hasil Sesnusu Penduduk 2010 ) Gula Beras Jagung CPO Kedelai Sumber: BPS, berbagai tahun

Estimasi Produksi Pangan Strategis 2011 Padi: Produksi 65,4 juta ton gabah kering giling (GKG) (37 juta ton beras dengan laju konversi 0,57). Jika konsumsi beras 113,5 kg per kapita, maka total konsumsi beras untuk 237,6 juta penduduk Indonesia seharusnya 27 juta ton. Jika data produksi itu benar, maka Indonesia surplus beras 10 juta ton, tidak perlu impor beras. Fakta: Indonesia impor beras sebesar 2 juta ton. Jagung: Produksi 17,2 juta ton jagung pipilan kering, turun 6%, dan sebagian besar untuk pakan ternak. Jika industri pakan menyerap jagung 6 juta ton, konsumsi langsung sulit mencapai 12 juta ton, maka estimasi produksi jagung mungkin juga overestimate, karena faktanya industri pakan juga masih impor jagung 1 juta ton. Kedelai: Produksi 870 ribu ton kedelai kering, turun 4% persen, jauh dari target swasembada adalah 2,5 juta ton. Impor dari AS. Gula: Produksi 2,2 juta ton, jauh dari target 2,8 juta ton. Total konsumsi >4,5 juta ton, terdiri dari 2,5 juta ton gula konsumsi dan 2 juta ton gula rafinasi, berasal dari impor gula mentah.

Perkembagan Produksi Padi (GKG), 2002-2011 Tahun Luas Panen (Ha) Produktivitas (ton/ha) Produksi (Ton) Perkembangan (%) 2002 11.521.166 4,47 51.489.694 2,04 2003 11.488.034 4,54 52.137.604 1,26 2004 11.922.974 4,54 54.088.468 3,74 2005 11.839.060 4,57 54.151.097 0,12 2006 11.786.430 4,62 54.454.937 0,56 2007 12.147.637 4,71 57.157.435 4,76 2008 12.327.425 4,89 60.325.925 5,46 2009 12.883.576 5,00 64.389.890 6,75 2010 13.244.184 5,01 66.411.469 3,13 2011* 13.224.379 4,94 65.385.183-1,63 Sumber: BPS (berbagai tahun), Data terakhir: Angka Ramalan Produksi 3, tanggal 1 November 2011

Dominasi Sentra Produksi di Jawa Masih Besar (Data: Produksi Beras per Propinsi,2000-2009) 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0

Aksesibilitas: Rawan Pangan Mengintai Strategi kebijakan kecukupan pangan untuk menjamin ketersediaan dan aksesbilitas pangan seluruh wilayah Indonesia, yang dapat dijangkau dan aman dikonsumsi masyarakat luas. Indonesia memiliki standar AKG yang dihasilkan dari Widyakarya Pangan dan Gizi (WNPG) ke-vii, pada Juni 2008, yaitu 2.200 kilokalori (kkal) dan 57 gram protein per kapita per hari. Terjadinya peningkatan ketersediaan dan konsumsi pangan ini diikuti dengan penurunan persentase rumahtangga yang defisit energi tingkat berat (konsumsi energi < 70% angka kecukupan gizi) yang juga dikenal sebagai sangat rawan pangan. Persentase penduduk yang sangat rawan pangan menurun dari 13.1% tahun 2002 menjadi 11.1% tahun 2008. Meski menurun jumlah penduduk yang defisit energi tingkat berat (sangat rawan pangan) diperkirakan sekitar 25.1 juta jiwa. Suatu lampu merah. Fokus perhatian: kerawanan pangan NTT, warga mengkonsumsi biji asam, dan ancaman perubahan iklim yang makin nyata.

Trend Kemiskinan di Indonesia 1996-2011 Sumber: BPS Kemiskinan meningkat pada 2006 karena kenaikan harga BBM

Disparitas Kemiskinan AntarProvinsi Amat Tinggi (Jakarta = 3,75%, Papua = 31,98%, Indonesia = 12,49%) (Data: Persentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi, Maret 2011) 14

Peta Ketahanan dan Kerawanan Pangan Sumber: Badan Ketahanan Pangan, 2010

Disparitas Kemiskinan Antara Kota dan Desa Tinggi Sebagian besar rumah tangga miskin di pedesaan bekerja di pertanian Industri 6% Lainnya 15% Tidak Bekerja 7% Perta nian 72% Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah 2004-2011 Persentase RT Miskin di pedesaan menurut Sumber Penghasilan Utama, Maret 2010

Peta Kerawanan Pangan karena Perubahan Iklim Source: DNPI, 2011 Jawa Barat, Bali dan Sumatera Utara merupakan sentra produksi pangan nasional dan perlu mendapat prioritas penanganan serius karena memiliki indeks kerentanan cukup besar akibat perubahan iklim

Stabilisasi Harga: Ketegasan Kebijakan? Pemerintah perlu secara lebih berimbang, memperhatikan kepentingan petani produsen tanpa melupakan kepentingan konsumen, terutama pada kondisi krisis global dan fluktuasi harga pangan di pasar internasional seperti saat ini. Pemerintah perlu menyusun instrumen kebijakan stabilisasi harga gabah yang lebih efektif, misalnya memberikan jaminan harga gabah petani memadai terutama pada musim panen raya. Disamping itu, pemerintah perlu menjamin ketersediaan dan aksesbilitas beras dengan kualitas yang baik dan harga terjangkau sepanjang musim dan sepanjang tahun. Usulan harga referensi (HPP) beras di tingkat provinsi mungkin cukup relevan untuk memberikan kepastian kepada petani. Akan tetapi, strategi tersebut perlu dipertimbangkan masakmasak karena akan sangat naif jika memberikan suatu insentif bagi produsen yang tidak meningkatkan kulaitas produksinya.

Pengadaan Beras Domestik & Impor, 1990-2010 6 million tonnes Domestic Import Domestic purchase as % of production (right hand scale) % 6 5 5 4 4 3 3 2 2 1 1 0 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Sumber: Kementerian Pertanian (berbagai tahun) 0

Rp/Kg Harga GKP dan Beras Medium Dibanding HPP 2004-2011 9,000 8,000 7,000 Beras Medium HPP Beras GKP HPP GKP 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber: Bulog, 2011

Evolusi Peran Bulog dalam Ketahanan Pangan Sebelum 1998 Sepenuhnya merupakam lembaga parastatal bidang logistik 1998-2001 Masa transisi yang paling sulit, terutama setelah era otonomi daerah 2001-2003 PP 7/2003 Inpres 2/2005 Mengukuhkan status LPND untuk melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan di bidang manajemen logistik melalui pengelolaan persediaan, distribusi, dan pengendalian harga beras serta usaha jasa logistik Menyelenggarakan usaha logistik pangan pokok yang bermutu dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak Menyediakan dan menyalurkan beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat miskin, rawan pangan, serta untuk keadaan darurat. Menjaga stabilitas harga beras dalam negeri melalui pengelolaan cadangan beras pemerintah. Inpres 3/2007 Mirip Inpres 2/2005, plus harga pembelian pemerintah (HPP) beras Inpres 1/2008 Mirip Inpres 3/2007, plus harga pembelian pemerintah (HPP) beras Inpres 7/2009 Mirip Inpres 1/2008, plus harga pembelian pemerintah (HPP) beras Inpres 5/2011 Lebih general, Rafaksi HPP gabah dan beras diatur dgn Permentan Sumber: Diikhtisarkan dari beberapa studi dan sumber lain, 2011

Utilisasi: Tantangan Diversifikasi Pangan Pengurangan konsumsi beras 1.5% per tahun Pemberian insentif perpajakan untuk investasi produksi karbohidrat non-beras Gerakan rice-free day untuk mengurangi ketergantungan pada beras. Pengembangan pangan lokal, mulai dari karbohidrat yang berbasis bijibijian dan umbi-umbian, protein dan vitamin, berbasis peternakan dan hortikultura, apalagi yang bersifat eksotis, sesuai kearifan masyarakat. Promosi pangan lokal di daerah, lebih aktif melibatkan stakeholders lain, dan lain-lain. Uraian Konsumsi per kapita per hari 2005 2006 2007 2008 2009 1. Energi (kkal/kap) 1996 1927 2015 2038 1927 2. Protein (gram/kap) 55.27 53.66 57.65 57.43 54.35 Skor PPH - 74.9 82.8 81.9 75.7 Sumber: Susenas, BPS

Perpres 22/2009 Penganekaragaman Pangan PETA POTENSI PANGAN SPESIFIK WILAYAH SUMATERA UTARA Kab. Serdang Bedagai Singkong : Beras singkong *) R I A U Kab. Pekanbaru Sagu : mie sagu Kab. Pelelawan Jewawut (sokui) : biji, tepung *) Kab. Indra Giri Hilir Sagu : Sagu rendang (butiran) KALIMANTAN BARAT Kab. Pontianak Sagu : mie sagu *) BANGKA BELITUNG Kab. Bangka Barat Singkong : Beras aruk **) KALIMANTAN TENGAH Kab. Sukamara Singkong : beras kufu Kab. Seruyan Sukun : tepung, mie *) Kab. Sampit Sagu KALIMANTAN SELATAN Kab. Tanah Laut Sukun, pisang, bengkuang, sirsak, labu kuning : tepung *) KALIMANTAN TIMUR Kab. Nunukan Singkong : iluy Kab. Kutai Kertanegara Pisang : tepung *) MALUKU UTARA Kab. Halmahera Tengah Buah bakau : butiran, tepung *) SULAWESI BARAT Kab. Polewali Mandar Jewawut (tareang) : biji, tepung **) J A M B I Kab. Kerinci Singkong : Beras singkong *) SULAWESI SELATAN Kab. Bone Sukun : tepung, mie *) SUMATERA SELATAN Kab. Oku Selatan Pisang : tepung **) 1 LAMPUNG Kab. Lampung Timur Singkong : tepung Kab. Tulang Bawang Singkong : tepung JAWA BARAT Kab. Cimahi Singkong : beras singkong **) Kab. Bandung Singkong : beras singkong **) Kab. Ciamis Singkong : tepung, oyek **) Ganyong : tepung, mie **) Kab. Kuningan Ubi jalar : chip, tepung ***) pasta Keterangan : * ) Produksi TP PKK/KWT ** ) Produksi Kelompok Tani/Gapoktan *** ) Produksi Kelompok Usaha JAWA TENGAH Kab. Cilacap Sukun : tepung, pati **) Kab. Boyolali Singkong : mie basah **) Kab. Banjarnegara Ganyong : tepung, mie **) Kab. Magelang, Temanggung Jagung : beras jagung **) Kab. Purbalingga Ganyong : tepung, mie **) Kab. Sragen : Garut : pati *) Kebumen ; Oyek D I Y Kab. Bantul Singkong : mie kering ***) Kab. Gunung Kidul Ganyong : tepung **) Singkong : tiwul, gathot **) Pisang : tepung *) Ubi jalar : tepung *) JAWA TIMUR Kab. Pasuruan Ubi : tepung, mie ***) Kab. Trenggalek Singkong : tepung Garut : tepung Kota Malang ***) Singkong : tiwul, gathot N T T Kab. Lembata Buah Bakau : tepung *) Jagung : jagung titi Kab. Rote Ndao Sorghum : biji Kab. Flores Timur dan Kab. Alor Jagung : jagung titi Kab. Ende Jagung : jagung bose MALUKU Kota Ambon Sagu : tepung Hotong/hotoburu SULAWESI TENGGARA Kota Kendari Sagu : Soun sagu ***) PAPUA BARAT Kab. Manokwari Buah bakau : tepung *) PAPUA Kab. Keerom Buah bakau : butiran, tepung *) BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Penutup: Perubahan Kebijakan ke Depan Kemandirian pangan dan kedaulatan pangan mensyaratkan suatu ketahanan pangan yang kuat, yang meliputi dimensi ketersediaan, aksesibilitas, stabilitas harga dan utilisasi (dan keamanan pangan) Di bidang produksi, perbaikan manajemen usahatani padi, peningkatan produktivitas dan inovasi kelembagaan dengan memanfaatkan kearifan lokal. Sistem insentif baru yang berbasis inovasi dan teknologi baru wajib dikembangkan. Pemanfaatan anggaran negara untuk meningkatkan kapasitas petani dan SDM pertanian, bahkan jika harus memanfaatkan pinjaman luar negeri untuk memperbaiki infrastruktur produksi pertanian (jaringan irigasi dan drainase) dan pencetakan sawahsawah baru di luar Jawa, apalagi jika harus menuju food estate. Untuk stabilisasi harga pangan di daerah, para gubernur, bupati, dan walikota wajib secara aktif memberdayakan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), melibatkan akademisi di daerah, sebagai salah satu harapan yang masih dapat diandalkan.