KEANEKARAGAMAN JENIS TANAMAN PEKARANGAN DI DESA PAHAUMAN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK, KALIMANTAN BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Pengamatan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

BAB III METODE PENELITIAN

B III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU (Bambusodae) DALAM KAWASAN HUTAN AIR TERJUN RIAM ODONG DUSUN ENGKOLAI KECAMATAN JANGKANG KABUPATEN SANGGAU

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

METODE PENELITIAN. A. Materi (Bahan dan Alat), Waktu dan Lokasi Penelitian

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

ANALISIS VEGETASI STRATA SEEDLING PADA BERBAGAI TIPE EKOSISTEM DI KAWASAN PT. TANI SWADAYA PERDANA DESA TANJUNG PERANAP BENGKALIS, RIAU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Desa Pesawaran Indah ini merupakan salah satu desa yang semua penduduknya

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

BAB III METODE PENELITIAN. Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni Pengambilan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. metode eksplorasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap arthropoda

BAHAN DAN METODE. Gambar 3 Lokasi penelitian ( ) Alat dan Bahan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode penelitian

KEANEKARAGAMAN JENIS MERANTI (SHORE SPP) PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROPINSI KALIMANTAN BARAT

I. PENDAHULUAN. yang ditumbuhi oleh berbagai jenis tanaman yang membentuk suatu komunitas yang

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014.

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (Seagrass) DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG ISENEBUAI DAN YARIARI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikonsumsi di Indonesia, karena sekitar 45% konsumsi buah-buahan adalah

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian menggunakan

I. MATERI DAN METODE PENELITIAN Letak Giografis Lokasi Penelitian Pekanbaru terletak pada titik koordinat 101 o o 34 BT dan 0 o 25-

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. 84 Pada

MODEL AGROFORESTRY BERBASIS TONGKONAN YANG BERWAWASAN KONSERVASI LINGKUNGAN DI KABUPATEN TANA TORAJA. Oleh: SAMUEL ARUNG PAEMBONAN.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. dalam kawasan wisata alam Trinsing yang secara administratif termasuk ke dalam

KEANEKARAGAMAN LUMUT TERESTERIAL DI KAWASAN AIR TERJUN NGLEYANGAN PADA MUSIM KEMARAU SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN JENIS VEGETASI PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

STRUKTUR DAN KOMPOSISI TEGAKAN HUTAN DI PULAU SELIMPAI KECAMATAN PALOH KABUPATEN SAMBAS KALIMANTAN BARAT

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai bulan Oktober tahun

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan yang mengancam eksistensi kawasan konservasi (khususnya

III. Bahan dan Metode

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan pelestarian alam untuk

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN. Analisis Vegetasi dengan Point Intercept

III. METODOLOGI PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU DI HUTAN KOTA KELURAHAN BUNUT KABUPATEN SANGGAU Bamboo Species Diversity In The Forest City Bunut Sanggau District

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo Utara, yang meliputi 4 stasiun penelitian yaitu:

TINGKAT KERAPATAN DAN POLA PEMETAAN TANAMAN PEKARANGAN DI KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN SEMARANG JAWA TENGAH SKRIPSI

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Febuari 2015 di kanan

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS VEGETASI DAN ASSOSIASI JENIS PADA HABITAT Parashorea malaanonan MERR. M. Fajri dan Ngatiman Balai Besar Penelitian Dipterokarpa RINGKASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dari pemanfaatan yang tidak banyak mempengaruhi kondisi ekosistem hutan sampai kepada

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

:!,1G():5kr'W:5. JURnAl EKOlOGI DAn SAlns ISSN : ISSN : VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bumi, namun demikian keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lainnnya yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Menurut Ummi (2007)

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati tersebut harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. terletak di sekitar garis khatulistiwa antara 23 ½ 0 LU sampai dengan 23 ½ 0 LS.

BAB I PENDAHULUAN spesies tumbuhan, 940 spesies diantaranya merupakan tumbuhan obat dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2017 selama kurun waktu satu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April 2014 di Desa Kibang Pacing. Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

Paket INFORMASI DAMPAK HUTAN TANAMAN TERHADAP LINGKUNGAN

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Keanekaragaman Jenis Kantong Semar (Nepenthes spp.) di Kawasan Pelestarian Plasma Nutfah (KPPN) PT. Mua ra Sungai Landak Kabupaten Mempawah

III. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

51 KEANEKARAGAMAN JENIS TANAMAN PEKARANGAN DI DESA PAHAUMAN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK, KALIMANTAN BARAT Mukarlina 1*, RizaLinda 1, Nunung Nurlaila 1 1 Jurusan Biologi FMPA Universitas Tanjungpura, Pontianak Abstrak: Luas pekarangan di Desa Pahauman semakin berkurang karena banyak area yang digunakan untuk pembangunan dan perluasan jalan. Hal ini dapat mengurangi luas lahan hijau yang sangat diperlukan di daerah tersebut terutama lahan pekarangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis dan keanekaragaman jenis tanaman yang ditanam di pekarangan dengan luas yang berbeda di Desa Pahauman. Metode yang digunakan adalah Purposive Random Sampling yakni berdasarkan kategori pekarangan sempit (151m²-300m²), pekarangan sedang (301m² 450m²), dan pekarangan luas (451m² 600m²). Hasil yang diperoleh bahwa keanekaragaman jenis tanaman tergolong rendah pada pekarangan sempit (H 0,8731), dan tinggi pada pekarangan sedang (H 4,0520) dan pekarangan luas (H 3,9944). Tidak terdapat tanaman yang mendominasi di setiap kategori pekarangan. Kata kunci: Pekarangan, Keanekaragaman Jenis, Desa Pahauman PENDAHULUAN Kecamatan Sengah Temila termasuk dalam salah satu wilayah di Kecamatan Kabupaten Pontianak, yang meliputi 14 desa, 96 dusun dan 13 ketemanggungan (Wilayah Adat) dengan luas kecamatan 2848,60 km². Desa Pahauman termasuk salah satu desa di Kecamatan Sengah Temila yang memiliki jumlah penduduk bertambah setiap tahunnya. Jumlah penduduk Desa Pahauman pada tahun 2010 sebanyak 4.680 jiwa. Desa Pahauman memiliki luas wilayah menurut jenis penggunaan tanah di Kecamatan Sengah Temila seluas 197,01 km². Pertambahan jumlah penduduk setiap tahunnya menyebabkan meningkatnya lahan yang digunakan untuk pembangunan perumahan penduduk. Pekarangan Desa Pahauman semakin berkurang karena semakin banyak area yang digunakan untuk pembangunan ditambah lagi dengan adanya perluasan jalan yang menyebabkan area pekarangan di sekitarnya ikut terganggu, secara tidak langsung luas pekarangan penduduk juga semakin berkurang. Hal ini dapat mengurangi luas lahan hijau yang sangat diperlukan di daerah tersebut terutama lahan pekarangan. Penduduk Desa Pahauman sebagian besar memiliki area pekarangan dengan kategori pekarangan sedang dan pekarangan luas yang berkisar antara 300m² 600m². pekarangan tersebut umumnya ditanami berbagai jenis tanaman buah-buahan dan hias. Lahan pekarangan umumnya ditanami berbagai jenis tanaman yang memberikan nilai manfaat bagi penduduk maupun lingkungan sekitarnya. Bentuk dan pola tanaman pekarangan beranekaragam, tergantung pada topografi, keadaan lingkungan, jenis tanaman pada daerah e-mail : mukar.lina@gmail.com P-ISSN: 1411-5433 E-ISSN: 2502-2768 2014 Saintifika; Jurusan PMIPA, FKIP, Universitas Jember http://jurnal.unej.ac.id/index.php/stf

52 Saintifika, Volume16, Nomor 1, Juni 2014, hlm. 51 62 tersebut. Keragaman tumbuhan menciptakan pelestarian lingkungan hidup pada pekarangan, sehingga pekarangan berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, meningkatkan pendapatan penduduk, memberikan keindahan dan kenyamanan dan sebagai penyaring udara serta peredam suara kebisingan (Soetisna et al., 1992 dalam Kawijayan, 2004). Berdasarkan pengaturan tata ruang, lingkungan pekarangan terdiri atas bangunan rumah dikelilingi halaman kanan, kiri, muka, dan belakang, yang semuanya dimanfaatkan untuk budidaya tanaman. Pekarangan biasanya dimanfaatkan untuk menanam berbagai jenis tanaman seperti tanaman sayur, tanaman obat, tanaman buah dan tanaman hias. Pekarangan memiliki nilai ekonomis bagi penghuninya, penduduk memanfaatkan pekarangannya untuk menanam berbagai jenis tanaman yang bermanfaat. Menurut Soemarwoto (1978) dalam Salamun (1994) selain untuk mengurangi tingkat pengangguran salah satu fungsi pekarangan adalah pelestarian sumberdaya tanah dan air, yang meliputi penjagaan kesuburan tanah dengan daur ulang, melindungi tanah terhadap erosi dan melindungi daur hidrologis. Penelitian keanekaragaman tanaman pekarangan di Kalimantan Barat sudah pernah dilakukan. Sihombing (2008) melakukan penelitian di Kecamatan Delta Pawan Kabupaten Ketapang, diperoleh 100 jenis tanaman pekarangan yang tersebar pada setiap lokasi. Beberapa jenis tanaman yang ditemukan termasuk dalam Kelas Magnoliopsida yaitu Citrus amblicarpa, Capsicum frutescens, Carica papaya, Nephelium lappaceum L, Ixora chinensis, Codiaeum variegatum, Orthosiphon spicatus, dan Elephantopus scaber. Pemanfaatan lahan pekarangan di Desa Pahauman belum diketahui secara pasti. Oleh karena itu perlu adanya penelitian tentang keanekaragaman jenis tanaman pekarangan yang ada di Desa Pahauman Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak. METODE PENELITIAN 1.Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Landak adalah salah satu daerah di Propinsi Kalimantan Barat yang merupakan pecahan dari Kabupaten Pontianak. Wilayah Kabupaten Landak yang membawahi sebanyak 13 kecamatan memiliki luas sebesar 9.909,10 km² atau sekitar 6,75 persen dari luas wilayah Propinsi Kalimantan Barat dan merupakan Kabupaten dengan luas wilayah terkecil ketiga setelah kota Pontianak dan Kabupaten Pontianak (Katalog BPS:1403.6103, 2009).

Mukarlina, Keanekaragaman Jenis Tanaman... 53 Kecamatan Sengah Temila merupakan Kecamatan yang paling luas wilayahnya, yaitu sebesar 1.962 km². Kecamatan Sengah Temila merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Landak, yang meliputi 14 Desa, 96 Dusun dan 13 Ketemanggungan (Wilayah Adat) dengan luas Kecamatan 2848,60 km². Adapun batas-batas Kecamatan Sengah Temila (Badan Pusat Statistik, 2009). Desa Pahauman memiliki 6 Dusun, 10 RW dan 30 RT. Menurut klasifikasinya Desa Pahauman tergolong kedalam Desa swasembada. Desa Pahauman memiliki luas wilayah 197,01 km² dengan jenis penggunaan tanah yakni tanah sawah, tanah kering, bangunan atau pekarangan, hutan negara dan lain-lain.(badan Pusat Statistik, 2009). 2.Cara Kerja Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan metode Purposive Random Sampling yakni berdasarkan kategori luas pekarangan. Menurut Nazaruddin (1994) perbandingan antara luas bangunan dan pekarangan yaitu 60 : 40. Berdasarkan hal tersebut diperoleh 3 kategori luas pekarangan yaitu pekarangan sempit (151 m²-300 m²), pekarangan sedang (301 m²-450 m²), pekarangan luas (451 m²-600 m²). Setiap Dusun diambil 30 sampel pekarangan yaitu 10 sampel untuk pekarangan luas, 10 sampel untuk pekarangan sedang dan 10 sampel untuk pekarangan sempit, sehingga total keseluruhan sampel adalah 2 x 30 = 60 sampel pekarangan. Pengambilan sampel dilakukan dengan observasi langsung di pekarangan yaitu dengan mendata semua tanaman yang ada di pekarangan penduduk dari 3 kategori luas pekarangan. 3. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan pemilik pekarangan meliputi: luas pekarangan, luas rumah, dan pemanfaatan tanaman oleh penduduk setempat dan pencatatan langsung semua jenis tanaman bermanfaat yang ditanam di pekarangan rumah pada setiap kategori pekarangan (luas, sedang, maupun sempit). Tanaman yang belum diketahui jenisnya akan dibuat herbarium dan diidentifikasi menggunakan buku Flora (Steenis, 2005) 4. Analisis Data Menurut Suin (2002) untuk menganalisis keanekaragaman jenis tanaman di suatu tempat digunakan rumus-rumus sebagai berikut:

54 Saintifika, Volume16, Nomor 1, Juni 2014, hlm. 51 62 a. Kerapatan (K) Jumlah Individu Suatu Jenis K= ------------------------------------- Luas Petak Pekarangan b. Kerapatan Relatif (KR) Kerapatan Suatu Jenis KR = --------------------------------- X 100% Kerapatan Seluruh Jenis c. Frekuensi (F) Jumlah Petak ditemukan Suatu Jenis F = ---------------------------------------- Jumlah Petak Seluruhnya d. Frekuensi Relatif (FR) Frekuensi Suatu Jenis FR = ------------------------------- X 100% Frekuensi Seluruh Jenis e. Indeks Nilai Penting (INP) INP = KR + FR f. Indeks Keanekaragaman Keanekaragaman dianalisis dengan menggunakan Indeks Keanekaragaman Shannon- Wiener (H ) (Fachrul, 2006) : H' Pi ln Keterangan : Pi H : Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener Pi : Proporsi jumlah individu ke-i (ni/n) ni : Kelimpahan spesies ke-i N : Kelimpahan total spesies yang ditemukan : Jumlah Hasil H' yang diperoleh dihubungkan dengan kategori indeks keanekaragaman (Tabel 1) Tabel 1. Kategori Indeks Keanekaragaman (Odum, 1993) Kategori H' (Indeks Keanekaragaman) Keanekaragaman tinggi > 3,00 Keanekaragaman sedang 1,00-3,00 Keanekaragaman rendah < 1,00

Mukarlina, Keanekaragaman Jenis Tanaman... 55 g. Indeks Dominansi (C) ni C = ------ N Keterangan : C : Indeks Dominansi Simpson ni : INP dari spesies ke-i N : Kelimpahan total spesies yang ditemukan Menurut Odum (1993) bahwa kisaran nilai indeks Dominansi (C) yaitu antara 0-1. Nilai indeks Dominansi (C) jika mendekati 0 berarti tidak ada jenis yang mendominansi, namun jika nilai indeks Dominansi (C) mendekati 1 maka terdapat jenis yang mendominansi. h. Indeks Kemerataan (e) H e = --------- Ln S Keterangan : e : Indeks kemerataan jenis H : Indeks keanekaragaman S : Jumlah jenis yang ditemukan pada setiap lokasi Kategori Indeks Kemerataan jenis (e) berkisar antara 0-1, jika e mendekati 0 maka seluruh jenis yang ada memiliki kemerataan jenis tidak merata dan jika e mendekati 1 maka seluruh jenis yang ada kelimpahan jenisnya merata atau sama (Odum, 1993). i. Indeks Kesamaan (IS) Indeks kesamaan (IS) digunakan untuk melihat tingkat perbedaan komposisi jenis tumbuhan pada lokasi yang dibandingkan (Odum, 1993) 2C IS = ---------- A+B Keterangan : C = Jumlah jenis yang sama pada lokasi yang dibandingkan A = Jumlah jenis pada lokasi B = Jumlah jenis pada Lokasi Kisaran: (Dua komunitas dikatakan mirip jika IS 50%)

56 Saintifika, Volume16, Nomor 1, Juni 2014, hlm. 51 62 HASIL DAN PEMBAHASAN 1 Kerapatan Jenis Tanaman Pekarangan di Desa Pahauman Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Berdasarkan hasil penelitian, diketahui kerapatan total jenis tanaman yang terdapat pada pekarangan di Desa Pahauman yaitu berkisar antara 4,087-5,287. Jenis tanaman pekarangan yang memiliki kerapatan tinggi pada lokasi pekarangan sempit antara lain : Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) (0,535), Jahe (Zingiber officinale) (0,402), Puring (Codiaeum variegatum L) (0,362). Lokasi pekarangan sedang memiliki tanaman dengan kerapatan tinggi antara lain: Ubi Kayu (Manihot utillissima) (0,448), Kunyit (Curcuma domestica) (0,434), Puring (Cadiaeum variegatum L) (0,304), Jahe (Zingiber officinale) (0,278). Lokasi pekarangan luas memiliki tanaman dengan kerapatan tinggi antara lain: Kunyit (Curcuma domestica) (0,333), Pisang (Musa paradisiaca) (0,297), Ubi Kayu (Manihot utillissima) (0,306), Lengkuas (Langua galanga) (0,256) (Lampiran 5). Banyaknya jenis dan jumlah individu pada suatu lokasi sangat tergantung pada keadaan tempat tumbuhnya. Rukmana (2005) menambahkan bahwa H. rosa-sinensis dan C. variegatum tahan terhadap suhu panas dan dapat berbunga sepanjang tahun, tinggi tumbuhan sekitar 2-5 meter dan berupa tumbuhan perdu yang tidak memiliki tajuk yang lebar sehingga penanamannya tidak membutuhkan tempat yang luas. Z. officinale dan C. domestica banyak ditemukan di pekarangan penduduk Desa Pahauman. Menurut Harmono (2005) Zingiber officinale berupa tumbuhan herba memiliki batang yang semu dengan tinggi 30-100cm, dan memiliki akar yang berupa rimpang. Penanaman tanaman dari Famili Zingiberaceae relatif mudah karena menggunakan akar berupa rimpang dengan tunas yang dapat tumbuh dengan cepat, Famili Zingiberaceae ini ditemukan menyebar merata diatas permukaan tanah di pekarangan penduduk. Menurut Cahyono (1995) Pisang (Musa paradisiaca) tumbuh baik pada ketinggian 800 m diatas permukaan laut di daerah yang bersuhu panas (iklim tropis) terutama di dataran rendah dengan hujan merata sepanjang tahun dan suhu 16 C -38 C dan dapat menghsilkan produksi buah dengan ph tanah rata-rata 4,5-7,5 kondisi lingkungan ini sesuai dengan suhu di Desa Pahauman. Pisang banyak ditanam oleh penduduk karena buahnya dapat dipanen sepanjang tahun tanpa mengenal musim. Pisang di Desa Pahauman ditanam di sepanjang tepi pekarangan.

Mukarlina, Keanekaragaman Jenis Tanaman... 57 Jenis-jenis tanaman tersebut banyak ditemukan di pekarangan Desa Pahauman karena cara penanaman dan perawatannya mudah serta pertumbuhannya cocok dengan kondisi lingkungan. Muller dan Ellenberg (2000) dalam Susanti (2011), menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan cepat terjadi karena kondisi optimal dan habitat yang sesuai. 2. Indeks Nilai Penting (INP) Jenis Tanaman Pekarangan di Desa Pahauman Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Berdasarkan hasil analisis data Indeks Nilai Penting (INP) menunjukkan jenis tanaman memiliki INP tinggi pada lokasi pekarangan sempit adalah Kembang Sepatu (Hibiscus rasasinensis) (12,3790 %), lokasi pekarangan sedang adalah Ubi Kayu (Manihot utillissima) (10,8352 %), dan lokasi pekarangan luas adalah Kunyit (Curcuma domestica) (10,6838 %) Tinggi rendahnya INP jenis tanaman menunjukkan bahwa tanaman tersebut memiliki peranan dan manfaat bagi kehidupan masyarakat. Tingginya INP Kembang Sepatu (H. rosasinensis) disebabkan tanaman tersebut memiliki manfaat yang banyak bagi penduduk selain sebagai tanaman hias penduduk Desa Pahauman menggunakan tanaman ini sebagai tanaman obat demam, abses (bisul) dan sebagian dijadikan tanaman pagar di sekeliling pekarangan. Kunyit (C.domestica) dimanfaatkan penduduk sebagai bumbu dapur dan tanaman obat. Ubi Kayu (M. utillissima) dimanfaatkan penduduk sebagai tanaman sayur selain itu umbinya dapat diolah untuk di makan. Jenis Tanaman yang memiliki INP rendah disebabkan jenis tersebut sedikit dimanfaaatkan oleh penduduk, seperti Kuping Gajah (Anthurium crystallinum) yang hanya memiliki fungsi sebagai tanaman hias. Dharmono (2007) menyatakan bahwa semakin besar INP suatu jenis, maka peranannya dalam komunitas tersebut semakin penting. Peranan dari jenis-jenis tanaman tersebut diantaranya dapat memenuhi kebutuhan gizi masyarakat yakni tanaman buah dan tanaman sayur sedangkan tanaman hias memberikan keindahan bagi penduduk dan lingkungan sekitarnya. Tanaman yang ditanam pada pekarangan tersebut dapat dijadikan sebagai apotek hidup bagi masyarakat. Selanjutnya menurut Soetisna et al., (1992) dalam Kawijayan (2004), bahwa salah satu manfaat lahan pekarangan yaitu untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari serta memberikan keindahan dan kenyamanan bagi penduduk setempat.

58 Saintifika, Volume16, Nomor 1, Juni 2014, hlm. 51 62 3. Struktur Komunitas Tanaman Pekarangan di Desa Pahauman Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Struktur komunitas dinyatakan dengan Nilai Indeks Dominansi (C), Indeks Keanekaragaman Jenis (H ), dan Indeks Kemerataan (e) jenis tanaman dari 3 kategori pekarangan di Desa Pahauman Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak tergolong rendah (Tabel 2). Tabel 2. Nilai Indeks Dominansi (C), Indeks Keanekaragaman Jenis (H'), Indeks Kemerataan Jenis (e) di Desa Pahauman Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Lokasi Nilai Indeks Dominansi (C) Struktur Komunitas Nilai Indeks Keanekaragaman (H') Nilai Indeks Kemerataan (e) Sempit 0.0264 0.8731 0.9211 Sedang 0.0227 4.052 0.922 Luas 0.0241 3.9944 0.9115 Nilai Indeks Dominansi jenis pekarangan sempit (0,0264), pekarangan sedang (0,0227), pekarangan luas (0,0241) (Tabel 2). Hasil ini menunjukkan bahwa Nilai Indeks Dominansi (C) pekarangan adalah < 1, artinya tanaman pekarangan yang terdapat dalam lokasi penelitian tidak dikuasai oleh satu jenis. Irwanto (2006) menyatakan bahwa dominansi suatu jenis merupakan nilai yang menunjukkan penguasaan suatu jenis terhadap komunitas. Apabila suatu daerah hanya didominansi oleh jenis-jenis tertentu saja maka daerah tersebut memiliki keanekaragaman jenis yang rendah. Pekarangan merupakan lingkungan buatan sehingga tumbuhan yang ada didalamnya cenderung sengaja ditanam sesuai dengan keinginan pemilik pekarangan. Umumnya pemilik pekarangan menanam pekarangan dengan tumbuhan yang bervariasi jenis maupun manfaatnya. Berdasarkan hal tersebut maka di suatu pekarangan tidak ada penguasaan oleh satu jenis tumbuhan. Hasil analisis data nilai Indeks Keanekaragaman Jenis (H ) tumbuhan pada ketiga lokasi penelitian menunjukkan bahwa di pekarangan sempit memiliki keanekaragaman rendah (0,8731) dibandingkan dengan pekarangan sedang (4,0520) dan pekarangan luas (3,9944) (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis pada lokasi pekarangan sedang dan luas tergolong tinggi (H > 3). Indeks keanekaragaman jenis berbanding lurus dengan indeks dominansi (C) pada lokasi pekarangan sedang dan luas, karena tidak terdapat tanaman yang mendominasi di daerah tersebut sehingga keanekaragaman jenis pada kedua lokasi tersebut tinggi. Soegianto (1994) menegaskan bahwa suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman jenis tinggi

Mukarlina, Keanekaragaman Jenis Tanaman... 59 jika disusun oleh banyak spesies dengan kelimpahan jenis yang sama atau hampir sama. Keanekaragaman jenis yang tinggi pada pekarangan sedang dan luas disebabkan karena pekarangan sedang dan luas lebih banyak ditanami berbagai jenis tumbuhan bermanfaat. Masyarakat masih memiliki kesadaran untuk memanfaatkan lahan pekarangan sebagai sumber makanan, keindahan dan apotek hidup. Nilai Indeks Kemerataan Jenis (e) tanaman pekarangan di Desa Pahauman yaitu pekarangan sempit 0,9211, pekarangan sedang sebesar 0,9220 dan pekarangan luas sebesar 0,9115 (Tabel 2). Hasil ini menunjukkan Nilai Indeks Kemerataan tanaman pekarangan di Desa Pahauman mendekati 1, artinya penyebaran tiap jenis yang merata. Tingginya kemerataan dari jenis-jenis tanaman pekarangan yang ditanam pada setiap lokasi disebabkan karena jenis-jenis tanaman tersebut merupakan kelompok tanaman yang memberikan manfaat yang relatif sama bagi penduduk setempat dan lingkungan sekitarnya. Jenis tanaman yang ditemukan di setiap lokasi diantaranya adalah Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), Ubi Kayu (Manihot utillissima), Pisang (Musa paradisiaca), Kembang Kertas (Bougenvillea spectabilis), Pepaya (Carica papaya) dan Kunyit (Curcuma domestica). Penyebaran jenis-jenis tanaman pekarangan di setiap lokasi pekarangan merata dan tidak terdapat jenis-jenis tanaman yang mendominasi di lokasi tersebut. Menurut Brower et al., (1990) dalam Ariffia (2007) bahwa besarnya keanekaragaman jenis tanaman dapat mempengaruhi nilai kemerataan jenis-jenis tanaman tersebut, dengan kata lain semakin besar keanekaragaman jenis tanaman maka akan semakin besar pula kemerataan dari jenis tanaman tersebut. Hasil analisis kesamaan berdasarkan indeks kesamaan Sorensen, dapat diketahui bahwa nilai kesamaan tertinggi ditemukan pada pasangan lokasi pekarangan sedang dan lokasi pekarangan luas dengan tingkat kesamaan 91%, diikuti pasangan lokasi pekarangan sempit dan lokasi pekarangan luas dengan tingkat kesamaan 84% dan pasangan lokasi pekarangan sempit dan lokasi pekarangan sedang dengan tingkat kesamaan 83% (Tabel 3). Tabel 3. Nilai Indeks Kesamaan (IS) Jenis Tanaman Pekarangan di Desa Pahauman Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Nilai Indeks Kesamaan Sempit - Sedang 0,83 Sempit - Luas 0,84 Sedang - Luas 0,91

60 Saintifika, Volume16, Nomor 1, Juni 2014, hlm. 51 62 Kisaran Indeks kesamaan tersebut umumnya menunjukkan tingginya kesamaan keadaan lingkungan ketiga kategori pekarangan tersebut. Nilai indeks kesaman ini menunjukkan bahwa antara ketiga lokasi pekarangan tersebut memiliki kesamaan. Menurut Suin (2002), bahwa dua komunitas dapat dikatakan mirip jika nilai kesamaannya lebih dari 50%, jadi ketiga lokasi tersebut dapat dikatakan mempunyai komunitas yang mirip dan diduga disebabkan oleh kondisi lingkungan yang relatif sama dan sesuai bagi keberadan tanaman pekarangan di Desa Pahauman. Indeks kesamaan jenis tanaman ini sejalan dengan indeks kemerataan (e) yang mendekati 1, hal ini dilihat dengan adanya kesamaan faktor lingkungan sehingga ada kecenderungan bahwa komunitas tumbuhan yang ditanam relatif sama yang tumbuh dan cocok dengan kondisi lingkungan tersebut. Barbour et al., (1987) menambahkan bahwa kondisi habitat yang relatif sama akan memiliki komunitas yang relatif sama, karena penyusun komunitas tersebut secara alami akan mengembangkan mekanisme adaptasi dan toleransi yang sama terhadap habitatnya. Kesamaan tersebut dapat diamati dari jenis-jenis tanaman yang merata tumbuh di semua kategori pekarangan. Jenis-jenis tanaman tersebut dapat beradaptasi dengan baik terhadap habitat yang sesuai dengan pertumbuhannya contohnya Kunyit (Curcuma domestica), Puring (Codiaeum variegatum), Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), Ubi Kayu (Manihot utillissima) dan Pisang (Musa paradisiaca). SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Struktur komunitas tanaman pada lokasi pekarangan berada dalam keanekaragaman jenis yang tergolong rendah pada pekarangan sempit (H 0,8731) dan keanekaragaman jenis tergolong tinggi pada pekarangan sedang (H 4,0520) dan pekarangan luas (H 3,9944), kelimpahan jenisnya merata (e berkisar 0,9115-0,9220) dan tidak terjadi dominansi pada setiap lokasi pekarangan (C berkisar 0,0241-0,0264). 2. Indeks Nilai Penting (INP) jenis tanaman yang banyak ditemukan pada lokasi pekarangan sempit adalah Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) (12,3790 %). Lokasi pekarangan sedang adalah Ubi Kayu (Manihot utillissima) (10,8352 %). Lokasi pekarangan luas adalah Kunyit (Curcuma domestica) (10,6838 %).

Mukarlina, Keanekaragaman Jenis Tanaman... 61 DAFTAR PUSTAKA Ariffia, F.D. 2007. Struktur Komunitas Fitoplankton di Perairan Saka Tiga Sintang.Tidak dipublikasikan. Skripsi :Universitas Tanjungpura, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura, Pontianak Barbour, G.M, Burk, J.K. &Pitts, W.D.1987. Terresterial Plant Ecology. New York: The Benyamin Cummings Publishing. Cahyono, B. 1995. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Pisang. Yogyakarta: Kanisius Dharmono, 2007. Dampak Tumbuhan Gelam (Melaleu cajuputi Powell) terhadap Struktur dan Komposisi Vegatasi Lahan Gambut (Studi Kelas terhadap Lahan Gambut di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan). http://www.unlam.ac.id/bioscientiae (5 Mei 2011). Fachrul, M. 2006. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta : Bumi Aksara. Harmono, S.T.P & Agus, A. 2005. Budidaya dan Peluang Bisnis Jahe. Jakarta : AgroMedia Pustaka. Irwanto., 2006. Dinamika dan Pertumbuhan Hutan Sekunder. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Katalog BPS : 1403.6103, 2009. Kabupaten Landak Dalam Angka 2009. Badan Pusat Statistik Kabupaten landak, Landak. Kawijayan, M.P.A. 2004. Kontribusi Pekarangan Terhadap Kesediaan Pangan dan Gizi Masyarakat Desa Pala Pulau Kecamatan Putusibau. Skripsi. Pontianak :Universitas Tanjungpura. Nazaruddin, 1994. Penghijauan Kota. Jakarta :Penebar Swadaya. Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Yogyakarta.: Gajah Mada University Press. Rukmana, H.R. 2005. Teknik Perbanyakan Tanaman Hias. Yogyakarta : Kanisius. Salamun, 1994. Kearifan Tradisional Masyarakat Pedesaan Dalam Hubungannya Dengan memelihara Lingkungan Hidup Daerah Istimewa Yogyakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Yogyakarta. Sihombing, D.S. 2008. Keanekaragaman Jenis Tanaman Pekarangan di Kecamatan Delta Pawan Kabupaten Ketapang. Skripsi. Pontianak :Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura. Soegianto, A.. 1994. Analisis Kuantitatif : Metode Analisis Populasi dan Komunitas. Surabaya : Usaha Nasional.

62 Saintifika, Volume16, Nomor 1, Juni 2014, hlm. 51 62 Steenis, C.G.G.J.2005. Flora. Jakarta : PT.Pradnya Paramita. Suin, N.M.2002. Metode Ekologi. Padang : Penerbit Universitas Andalas. Susanti, D. 2011. Komposisi dan Struktur Vegetasi di Kawasan Hutan Desa Engkersik Kecamatan Sekadau Hilir Kabupaten Sekadau.Skripsi. Pontianak : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura.