E-Jurnal Sariputra, Februari 2016 Vol. 3(1)

dokumen-dokumen yang mirip
KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT

S T O P T U B E R K U L O S I S

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang muncul dilingkungan masyarakat. Menanggapi hal itu, maka perawat

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TUBERKULOSIS DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DI PUSKESMAS

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

Maria Jita Iba Badu¹, Tedy Candra Lesmana², Siti Aspuah³ ABSTRACT

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN. Nitari Rahmi 1, Irvan Medison 2, Ifdelia Suryadi 3

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Data Demografi Responden Dalam penelitian ini yang datanya diambil pada bulan Agustus

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KESEMBUHAN PADA PENDERITA TB PARU DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU UNIT MINGGIRAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA TUBERKULOSIS TERHADAP KETIDAKPATUHAN DALAM PENGOBATAN MENURUT SISTEM DOTS DI RSU

HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016

Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis di Puskesmas Andalas Kota Padang

KUESIONER PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PARU DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS 1 DAN RUMAH TAHANAN KELAS 1 MEDAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) paru yaitu salah satu penyakit menular yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta

BAB I PENDAHULUAN. dari golongan penyakit infeksi. Pemutusan rantai penularan dilakukan. masa pengobatan dalam rangka mengurangi bahkan kalau dapat

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

Artikel Penelitian. thedots strategysince 1995.Based on the annual report of Padang City Health Department in 2011, the treatment. Abstrak.

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Saya sebagai mahasiswa program studi D III keperawatan, Fakultas ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

: INDAH DOANITA HASIBUAN NIM.

BAB I PENDAHULUAN. batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

INTISARI. Ari Aulia Rahman 1 ; Yugo Susanto 2 ; Rachmawati 3

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Kegiatan Pemberantasan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sakti Kabupaten Pidie Tahun 2010)

SUMMARY GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA TBC PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGIMANA KECAMATAN PAGIMANA KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP. TB Paru

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

PRATIWI ARI HENDRAWATI J

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRACT. Keywords: Supervisory Swallowing Drugs, Role of Family, Compliance Drinking Drugs, Tuberculosis Patients ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang yakni

BAB I PENDAHULUAN. menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Laban, 2008).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TUBERKULOSIS DI WILAYAH PUSKESMAS NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh

Identifikasi Faktor Resiko 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel penelitian, dengan tetap memenuhi kriteria inklusi. Kuesioner ini diuji validitas dan

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003)

Marieta K. S. Bai, SSiT, M.Kes. Abstract

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSEMBAHAN ii HALAMAN MOTTO. iii HALAMAN PERNYATAAN. iv HALAMAN BIMBINGAN. v HALAMAN PENGESAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2011, kesehatan adalah suatu

Naskah Publikasi Karya Tulis Ilmiah. 22 Agustus 2016

BAB III METODE PENELITIAN

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Yang bertanda tangan di bawah ini saya mahasiswa Fakultas Ilnu Kesehatan,

APA ITU TB(TUBERCULOSIS)

ABSTRAK GAMBARAN TUBERKULOSIS EKSTRA PARU DI PUSKESMAS KOTAMADYA BANDUNG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

KARAKTERISTIK PENDERITA TB PARU PENGGUNA OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. ditemukannya kuman penyebab tuberkulosis oleh Robert Koch tahun 1882

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang. disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT TB PARU DENGAN MOTIVASI MELAKUKAN PEMERIKSAANTB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PLOSO KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bentuk yang paling banyak dan paling penting (Widoyono, 2011).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Bandung, Puskesmas Pakel, dan Puskesmas Kauman pada bulan

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

Windi Tatinggulu*, Rooije.R.H.Rumende**, Tinneke Tololiu**.

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Faktor Risiko Kepatuhan Pengobatan pada Penderita Tb Paru BTA Positif

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Tuberculosis menyebabkan 5000 kematian perhari atau hampir 2 juta

GRADASI BASIL TAHAN ASAM (BTA) POSITIF DENGAN RESIKO PENULARAN ANGGOTA KELUARGA DALAM SATU RUMAH (KONTAK SERUMAH ) PENDERITA TBC PARU

Tema Lomba Infografis Community TB HIV Care Aisyiyah 2016

BAB III METODE PENELITIAN

Keyword : pulmonary tuberculosis smear positive, characteristic of patient

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam masyarakat (Depkes RI, 2009). pembangunan berkelanjutan yang diberi nama Sustainable Development Goals

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER : Triswaty Winata, dr., M.Kes.

PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN KEPATUHAN KONTROL PADA PASIEN TUBERCULOSIS PARU DI INSTALASI RAWAT JALAN RS BAPTIS KEDIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

HUBUNGAN PERILAKU DAN KONDISI LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TB PARU DI KOTA BIMA PROVINSI NTB

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

Transkripsi:

HUBUNGAN KEPATUHAN BEROBAT DENGAN TINGKAT KESEMBUHAN PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TAMALATE KOTA GORONTALO PROVINSI GORONTALO TREATMENT COMPLIANCE RELATIONSHIP WITH CURE RATE IN PATIENTS WITH PULMONARY TUBERCULOSIS IN HEALTH CENTERS IN GORONTALO GORONTALO CITY TAMALATE Ni Wayan Satya Winarti*, Tinneke Tandipajung**, Rooije R.H.Rumende**. Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon ABSTRAK Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosis yang ditularkan melalui udara, seperti percikan ludah, bersin dan batuk. TB biasanya menyerang paru-paru tapi dapat pula menyerang organ tubuh yang lain. Sejak 6 bulan terakhir yaitu bulan Mei s/d Oktober 2014, penderita TB paru yang berobat di puskesmas Tamalate adalah sebanyak 30 orang dari 28.156 penduduk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepatuhan berobat dengan tingkat kesembuhan pada penderita TB paru di Puskesmas Tamalate. Metode penelitian yang digunakan adalah metode cross sectional dengan tehnik total sampling 30 responden, kriteria inklusi 27 responden dan kriteria eksklusi 3 responden. Uji analisis statistik yang digunakan adalah uji statistik korelasi Sperman's Rho yang mengkaji hubungan antar variabel. Sesuai dengan hasil penelitian terhadap 27 responden menunjukkan bahwa penderita yang patuh berobat yaitu sebanyak 25 orang (93%), penderita yang tidak patuh ada 2 orang (7%), penderita yang sembuh ada 24 orang (89%), penderita yang tidak sembuh ada 3 orang (11%) dan penderita yang patuh tapi tidak sembuh ada 1 orang (4%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara kepatuhan berobat dengan tingkat kesembuhan pada penderita TB paru yang melalui pengujian data pada program SPSS 18 menghasilkan nilai signifikansi (p) sebesar 0,000 < 0,05 dan nilai koefisiensi korelasi (r) sebesar 0,800**. Kata Kunci : Kepatuhan berobat, Tingkat kesembuhan penderita TB paru di Puskesmas Tamalate. ABSTRACT Tuberculosis is a disease caused by the bacteria mycobacterium tuberculosis transmitted through the air, like a droplet, sneezing and coughing. Tuberculosis usually attacks the lungs but can also attack other organs. Since the last 6 months which is the month of May to Oktober 2014, patient with pulmonary tuberculosis who went to the clinic Tamalate are as many as 30 patients 0f 28.156 populaion. This study aimed to determine the relationship between adherence to treatment with cure rates in patients with pulmonary tuberculosis in health centers tamalate. The research method used is the cross sectional method with a total sampling technique 30 respondents, inclution criteria is 27 respondents and exclution criteria is 3 respondents. Statistical analysis used was Spearmans Rho correlation test which examines the relationship between variables. According to the results of the study of 27 respondents showed that adherent patients treated as many as 25 people (93%), nonadherent patients there were 2 people (7%), patients who recovered 24 people (89%), patients who are not cured there are 3 people (11%) and adherent patients who are not cured there are 1 people (4%). The results showed that there is a relationship between adherence to treatment with cure rates in patients with pulmonary tuberculosis that through testing SPSS 18 produces a significance value (p) 0,000 < 0,05 and correlation coefficient (r) of 0,800**. Keywords : Adherence to treatment, Cure rate of pulmonary tuberculosis patients in health centers Tamalate. 10

PENDAHULUAN Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosis yang ditularkan melalui udara, seperti percikan ludah, bersin dan batuk. TB biasanya menyerang paru-paru tapi dapat juga menyerang organ tubuh yang lain (Zubaidah, 2013). Terdapat 2 jenis gejala TB paru yaitu: gejala umum dan gejala khusus. Gejala umum secara klinis mempunyai gejala seperti batuk selama lebih dari 3 minggu, demam, berat badan menurun tanpa sebab yang jelas, berkeringat pada malam hari, mudah lelah, dan napsu makan menurun. Sedangkan gejala khusus biasanya tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan di sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara mengi, bila ada cairan di rongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada, bila mengenai tulang maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan berupa nanah. Pada anakanak dapat mengenai lapisan pembungkus otak yang disebut dengan meningitis, gejalanya seperti demam tinggi, penurunan kesadaran dan kejang-kejang (Manalu, 2010). Berdasarkan laporan tahunan WHO (2010) disimpulkan bahwa ada 22 negara dengan kategori beban tinggi terhadap TBC (high burden of TBC number). Sebanyak 8,9 juta penderita TBC dengan proporsi 80% pada 22 negara berkembang dengan kematian 3 juta orang per tahun dan 1 orang dapat terinfeksi TBC setiap detik. Indonesia sekarang berada di ranking ke 5 negara dengan beban TBC tertinggi di dunia. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660.000 dan estimasi insidensi berjumlah 430.000 kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat TB diperkirakan 61.000 kematian per tahunnya (Muniroh, 2013). Sejak bulan Mei hingga Oktober 2014, penderita TB paru yang berobat di Puskesmas Tamalate adalah sebanyak 30 orang dari 28.156 jumlah penduduk (Panu, 2014). Hal ini menandakan bahwa penularan penyakit TB paru di wilayah binaannya masih ada dan perlu ditangani dengan lebih serius mengingat bahwa penyakit TB paru merupakan penyakit yang menular serta mengacu pada kondisi tersebut diperlukan adanya penanggulanan penyakit TBC yang serius. Dari uraian tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Kepatuhan Berobat Dengan Tingkat Kesembuhan Pada Penderita Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo, dengan tujuan untuk mengidentifikasi kepatuhan berobat, mengidentifikasi tingkat kesembuhan dan menganalisis hubungan kepatuhan berobat dengan tingkat kesembuhan pada penderita TB paru di Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo. METODE Penelitian dilaksanakan sejak tanggal 6 Januari s/d 16 Maret 2015 di Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo. Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian Cross Sectional yang merupakan rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan antara faktor resiko/paparan dengan penyakit (Hidayat, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB paru yang berobat ke Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo pada bulan Mei Oktober 2014 yang berjumlah 30 orang, dengan cara pengambilan sampel yaitu menggunakan tehnik total sampling. Dalam penelitian terdapat kriteria inklusi yang merupakan kriteria dimana subyek penelitian mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel. (Hidayat, 2011). Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu sebanyak 27 orang, yang telah didiagnosa menderita TB paru, telah menjalani pengobatan secara lengkap dan penderita yang sedang menjalani pengobatan telah dilakukan pemeriksaan sputum pada akhir bulan ke-6. Kriteria eksklusi yaitu responden yang tidak memenuhi syarat untuk menjadi sampel penelitian yang dikarenakan oleh suatu keadaan (Hidayat, 2011). Kriteria ekslusi dalam penelitian ini ada 3 orang, Hal ini dikarenakan oleh kurangnya waktu untuk melakukan penelitain. Alat ukur yang digunakan yaitu berupa kuesioner untuk variabel independen (kepatuhan berobat) dan lembar observasi untuk variabel dependen (tingkat kesembuhan). Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara menseleksi subyek, mengumpulkan data secara konsisten, mempertahankan pengendalian dalam penelitian, menjaga integritas dan validitas serta menyelesaikan masalah yang ada, bukan menimbulkan masalah yang baru. Tehnik analisis data dalam penelitian ini yaitu : 11

1. Analisis Univariat Dilakukan dengan mendeskripsikan atau menggambarkan setiap variabel yang digunakan dalam penelitian dan untuk memperoleh informasi secara umum tentang variabel penelitian. 2. Analisis Bivariat Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar variabel. Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik korelasi Spearman's Rho dan menggunakan program aplikasi komputer SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) 18. 1. Hasil a. Data Deskriptif 1). Karakteristik responden Berdasarkan umur. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Persentase Berdasarkan Umur Dari Total 27 Responden Gambar 1. Karakteristik responden berdasarkan umur pada penderita Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa dari 27 responden, golongan umur penderita TB paru terbanyak adalah pada golongan umur 16-26 tahun dan golongan umur 47-56 tahun, yaitu sebanyak 7 orang (26%). Golongan umur 27-36 tahun sebanyak 5 orang (19%), golongan umur 57-66 tahun sebanyak 4 orang (15%), golongan umur 37-46 tahun dan golongan umur 67-77 tahun sebanyak 2 orang (7%). 2). Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin. Persentase Berdasarkan Jenis Kelamin Dari Total 27 Responden Gambar 2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin pada penderita 12

Pada gambar 2 dapat dilihat bahwa dari 27 responden, golongan jenis kelamin laki-laki lebih banyak menderita TB paru yaitu sebanyak 15 orang (56%) sementara golongan jenis kelamin perempuan sebanyak 12 orang (44%). 3). Karakteristik responden berdasarkan Pendidikan. Persentase Berdasarkan Pendidikan Dari Total 27 Responden Gambar 3. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan pada penderita Pada gambar 3 dapat dilihat bahwa dari 27 responden, golongan pendidikan yang menderita TB terbanyak adalah dari golongan pendidikan SMA yaitu sebanyak 13 orang (48%) sedangkan pada golongan pendidikan SMP sebanyak 10 orang (37%) dan golongan pendidikan SD sebanyak 4 orang (15%). 4). Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan. Persentase Berdasarkan Pekerjaan Dari Total 27 Responden Gambar 4. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan pada penderita Pada gambar 4 dapat dilihat bahwa dari total 27 responden, penderita TB paru terbanyak dari golongan pekerjaan adalah pada golongan pekerjaan ibu rumah tangga dan golongan tidak/belum bekerja yaitu sebanyak 7 orang (26%), 13

sedangkan untuk golongan pekerjaan wiraswasta sebanyak 6 orang (22%), golongan pekerjaan buruh dan abang bentor sebanyak 3 orang (11%) dan golongan pekerjaan nelayan sebanyak 1 orang (4%). b. Analisis Univariat 1) Karakteristik berdasarkan kepatuhan berobat. Karakteristik Berdasarkan Kepatuhan Berobat Dari Total 27 Responden Gambar 5. Karakteristik responden berdasarkan kepatuhan berobat pada penderita Dari gambar 5 dapat dilihat bahwa dari total 27 responden, sebangian besar penderita patuh berobat yaitu sebanyak 25 orang (93%) dan hanya sebangian kecil penderita yang tidak patuh berobat yaitu sebanyak 2 orang (7%). 2) Karakteristik berdasarkan tingkat kesembuhan. Karakteristik Berdasarkan Tingkat Kesembuhan Dari Total 27 Responden Gambar 6. Karakteristik responden berdasarkan tingkat kesembuhan pada penderita Dari gambar 6 dapat dilihat bahwa dari total 27 responden, sebagian besar penderita TB paru sembuh, yaitu sebanyak 24 orang dan hanya sebagian kecil penderita TB paru yang tidak sembuh yaitu sebanyak 3 orang (11%). 14

c. Analisis Bivariat Tabel 1. Tabulasi silang antara kepatuhan berobat dengan tingkat kesembuhan Kepatuhan Berobat Tingkat Kesembuhan Sembuh Tidak Sembuh Total Jumlah % Jumlah % Jumlah % Patuh 24 89 1 4 25 93 Tidak Patuh 0 0 2 7 2 7 Total 24 89 3 11 27 100 Signifikansi (p) = 0.000 Koefisien Korelasi (r) = 0.800** Dari tabel 1, tabulasi silang antara kepatuhan berobat dengan tingkat kesembuhan penderita TB paru di Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo, dapat dilihat bahwa penderita yang patuh dan sembuh ada 24 orang (89%), penderita yang patuh tapi tidak sembuh ada 1 orang (4%), penderita yang tidak patuh dan sembuh tidak ada (0%), penderita yang tidak patuh dan tidak sembuh ada 2 orang (7%). Dari uji korelasi Sperman's Rho didapat nilai signifikansi (p) sebesar 0.000 < 0.05. Sama juga artinya dengan ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan berobat dengan tingkat kesembuhan. Sedangkan untuk nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0.800** yang artinya bahwa korelasi tersebut signifikan dengan taraf signifikansi sebesar 0.01 (p < 0.01) (Sufren, 2013). 2. Pembahasan Berikut ini adalah pembahasan mengenai hubungan kepatuhan berobat dengan tingkat kesembuhan pada penderita TB paru di puskesmas tamalate kota gorontalo provinsi gorontalo. Dari uji korelasi statistik Sperman's Rho, nilai signifikansi (p) sebesar 0.000 < 0.05, dengan demikian secara statistik hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara kepatuhan berobat dengan tingkat kesembuhan, diterima. Adanya hubungan antara kepatuhan berobat dengan tingkat kesembuhan pada penderita TB paru dikarenakan oleh : a. Dengan kepatuhan berobat, obat TB yang diminum akan membunuh kuman mycobacterium Tuberculosis dan penderita akan dinyatakan sembuh dari penyakit TB setelah melakukan pemeriksaan sputum bila hasil pemeriksaannya negatif pada akhir pengobatan dan menyelesaikan pengobatan secara lengkap. b. Dengan kepatuhan berobat, secara tidak langsung akan terjadi pertukaran informasi antara petugas kesehatan dengan penderita tentang penyakit. Dengan demikian akan terjadi peningkatan pengetahuan penderita tentang penyakit yang dapat menimbulkan motivasi pada penderita untuk sembuh dari penyakit TB paru. Dengan sikap patuh berobat pada penderita TB paru, obat yang diminum sesuai dengan dosis, cara, waktu dan rute yang benar, maka kuman TB akan mati dan penderita dinyatakan sembuh setelah menyelesaikan pengobatan secara lengkap serta hasil pemeriksaan sputum pada akhir pengobatan negatif. Dari karakteristik golongan umur, penderita terbanyak adalah pada golongan umur 16-26 tahun dan golongan umur 47-56 tahun, yaitu sebanyak 7 orang (26%). Golongan umur 27-36 tahun sebanyak 5 orang (19%), golongan umur 57-66 tahun sebanyak 4 orang (15%), golongan umur 37-46 tahun dan golongan umur 67-77 tahun sebanyak 2 orang (7%). Golongan umur penderita terbanyak yaitu pada umur produktif, hal ini dapat dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti pada umur produktif, penderita melakukan banyak aktivitas di luar rumah yang memberikan peluang terpapar dengan kuman TB. Dari golongan jenis kelamin, laki-laki lebih banyak menderita TB paru yaitu sebanyak 15 orang (56%) sementara golongan jenis kelamin perempuan sebanyak 12 orang (44%). Hal ini dapat juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti fakta bahwa laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok yang dapat merusak organ paru-paru dan menurunkan kinerja antibodi karena masuknya asap rokok ke dalam tubuh sehingga ketika terpapar dengan kuman TB, maka tubuh kurang dapat melawan kuman tersebut. Dari golongan 15

pendidikan yang menderita TB terbanyak adalah dari golongan pendidikan SMA yaitu sebanyak 13 orang (48%), hal ini dikarenakan bahwa responden terbanyak adalah yang berpendidikan SMA, sedangkan pada golongan pendidikan SMP sebanyak 10 orang (37%) dan golongan pendidikan SD sebanyak 4 orang (15%). Dari golongan pekerjaan, penderita TB paru terbanyak adalah pada golongan pekerjaan ibu rumah tangga dan golongan tidak/belum bekerja yaitu sebanyak 7 orang (26%), sedangkan untuk golongan pekerjaan wiraswasta sebanyak 6 orang (22%), golongan pekerjaan buruh dan abang bentor sebanyak 3 orang (11%) dan golongan pekerjaan nelayan sebanyak 1 orang (4%). Penderita yang patuh ada 25 orang (93%) dan penderita yang tidak patuh ada 2 orang (7%). Berdasarkan teori yang mengatakan bahwa kepatuhan berobat adalah perilaku atau perbuatan yang dilakukan oleh penderita dalam menaati jadwal pengobatan yang telah ditetapkan, meliputi pengambilan OAT pada fase awal (pengobatan dari bulan ke - 1 sampai bulan ke -2) dan fase lanjutan (pengobatan dari bulan ke 3 sampai bulan ke 6). Untuk mencapai kesembuhan, diperlukan keteraturan dan kepatuhan dalam berobat bagi setiap penderita. Panduan obat jangka pendek dan peran pengawas minum obat merupakan strategi untuk menjamin kesembuhan penderita (Muniroh, 2013). Dengan kepatuhan berobat, maka secara tidak langsung akan terjadi pertukaran informasi antara petugas kesehatan dengan penderita TB tentang penyakit, dengan demikian akan terjadi peningkatan pengetahuan penderita tentang penyakit yang dapat menimbulkan motivasi pada penderita untuk sembuh dari TB paru. Dari karakteristik golongan umur, penderita terbanyak adalah pada golongan umur 16-26 tahun dan golongan umur 47-56 tahun, yaitu sebanyak 7 orang (26%). Golongan umur 27-36 tahun sebanyak 5 orang (19%), golongan umur 57-66 tahun sebanyak 4 orang (15%), golongan umur 37-46 tahun dan golongan umur 67-77 tahun sebanyak 2 orang (7%). Dari golongan umur penderita dapat dilihat bahwa semua golongan umur responden bisa dikatakan dapat menerima informasi dengan baik terutama informasi tentang proses penyakit TB paru sehingga sebagian besar penderita dapat sembuh. Dari golongan jenis kelamin laki-laki lebih banyak menderita TB paru yaitu sebanyak 15 orang (56%) sementara golongan jenis kelamin perempuan sebanyak 12 orang (44%). Untuk tingkat kepatuhan dan kesembuhan pada karakteristik jenis kelamin, ke duanya dapat menerima informasi kesehatan dengan baik. Dari golongan pendidikan yang menderita TB terbanyak adalah dari golongan pendidikan SMA yaitu sebanyak 13 orang (48%), golongan pendidikan SMP sebanyak 10 orang (37%) dan golongan pendidikan SD sebanyak 4 orang (15%). Semua penderita pernah sekolah dengan pendidikan terendah yaitu SD, jadi untuk menerima informasi tentang kesehatan, pemahaman responden baik. Dari penderita TB paru terbanyak pada golongan pekerjaan adalah pada golongan pekerjaan ibu rumah tangga dan golongan tidak/belum bekerja yaitu sebanyak 7 orang (26%), sedangkan untuk golongan pekerjaan wiraswasta sebanyak 6 orang (22%), golongan pekerjaan buruh dan abang bentor sebanyak 3 orang (11%) dan golongan pekerjaan nelayan sebanyak 1 orang (4%). Dari golongan pekerjaan, bila ada penderita yang harus ke luar kota, petugas TB akan memberikan obat yang akan dikonsumsi sesuai dosis sepanjang waktu penderita belum dapat kembali ke puskesmas untuk mengambil obat dalam jangka watu yang rasional sesuai dengan kebijakan program TB. Penderita yang sembuh dari 27 responden adalah sebanyak 24 orang (89%) dan penderita yang tidak sembuh ada 3 orang (11%). Adapun teori yang mengatakan bahwa pengetahuan tentang penyakit juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi kepatuhan dan kesembuhan penderita, dalam hal ini peningkatan pengetahuan tentang penyakit, maka akan terjadi tingkat kesembuhan yang memuaskan (Muniroh, 2013). SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan a. Kepatuhan berobat pada penderita TB paru di Puskesmas Tamalate dari 27 responden adalah 25 orang (93%) patuh dan 2 orang (7%) tidak patuh. b. Tingkat kesembuhan pada penderita TB paru di Puskesmas Tamalate dari 27 responden adalah 24 orang (89%) sembuh dan 3 orang (11%) tidak sembuh. c. Ada hubungan antara kepatuhan berobat dengan tingkat kesembuhan pada penderita TB paru di Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo. 16

2. Saran a. Hendaknya dengan penelitian yang telah dilakukan ini dapat menambah pengetahuan dan menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai hubungan kepatuhan berobat dengan tingkat kesembuhan pada penderita TB paru atau faktor lain yang dapat mempengaruhi kesembuhan penderita TB paru. b. Hendaknya penelitian ini dapat menjadi sumber teori dan dapat dimanfaatkan di Institusi pendidikan. c. Hendaknya penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi peneliti tentang hubungan kepatuhan berobat dengan tingkat kesembuhan penderita TB paru di Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi untuk institusi kesehatan dalam meningkatkan mutu pelayanan, terlebih khusus pelayanan di klinik pengendalian penyakit menular (P2M) di Puskesmas. d. Hendaknya dengan penelitian ini, petugas petugas P2M dapat meningkatkan lagi kinerjanya agar tingkat kepatuhan dan kesembuhan dapat tercapai sepenuhnya mengingat bahwa penyakit TB paru adalah penyakit yang menular. DAFTAR PUSTAKA Hidayat A.A.A., 2011. Buku Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data, Edisi 1, Salemba Medika. Jakarta. Muniroh N., Aisah S. dan Mifbakkhudin, 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kesembuhan Penyakit TBC Paru Di Wilayah kerja Puskesmas Mangkang Semarang Barat, Jurnal Keperawatan Komunitas. Vol.1 No.1 : 33-42. Manalu H.S.P., 2010. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kejadian TB Paru dan Upaya Penanggulangnnya, Jurnal Ekologi Kesehatan,Vol.9 No.4 : 1340 1346. Panu A., 2014. Data Penderita Penyakit TB Paru di Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo. Sufren, Natanael Y.,2013. Mahir Menggunakan SPSS Secara Otodidak, Alex Media Komputindo. Jakarta. Zubaidah T., Setyaningrum R. dan Ani N.F., 2013. Faktor yang mempengaruhi Penurunan Angka Kesembuhan TB Di Kabupaten Banjar, Jurnal Buski. Vol.4 No.4 : 192-199. 17

16 E-Jurnal Sariputra, Februari 2016 Vol. 3(1)