MODAL SOSIAL PADA PENGUATAN KELEMBAGAAN KELOMPOK AFINITAS (Studi Kasus Program Aksi Desa Mandiri Pangan) Sofyan Nurdin K., Sitti Nurani S.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melihat tentang penguatan modal sosial untuk pengembangan mafkah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang

III METODE PENELITIAN

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ASESMEN MANDIRI. SKEMA SERTIFIKASI : Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat ( FPM ) FORM APL-02

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI

BAB VI PENUTUP. pengelolaan modal sosial bonding, bridging dan linking didalam kehidupan. perempuan pelaku usaha di Wukirsari pasca bencana.

BAB V GAMBARAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT

PENGUATAN MODAL SOSIAL UNTUK PERLINDUNGAN SOSIAL RUMAH TANGGA MISKIN DALAM MENGOPTIMALKAN STATUS GIZI DAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK

PERAN TEKNOLOGI PANGAN DALAM MEWUJUDKAN DESA MANDIRI PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan pembangunan nasional, yang dilakukan oleh pemerintah daerah

Pengertian Pemberdayaan PEMBERDAYAAN. Makna Pemberdayaan 5/24/2017. Penyebab Ketidakberdayaan. Pemberdayaan (empowerment) Power/daya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Panggilan untuk Usulan Badan Pelaksana Nasional Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Indonesia November 2014

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals

Dina Dwirayani, Tety Suciati. Fakultas Pertanian, Universitas Swadaya Gunung Jati. korespondensi:

STATUTA FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA JAWA BARAT PEMBUKAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

PENDAHULUAN. Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II PENGATURAN PEMERINTAH DESA DALAM MENDIRIKAN BADAN USAHAMILIK DESA. A. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Badan Usaha Milik Desa

PENANGGULANGAN KEMISKINAN HLM, LD Nomor 4 SERI D

DEKLARASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI

VI. EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I

ANALISIS INDEKS KEBERLANJUTAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya, baik dari aspek ekologi, sosial dan ekonomi. Wiersum (1990)

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan dan ketahanan pangan, merupakan dua hal yang saling

PNPM MANDIRI PERKOTAAN LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010

ANALISIS MODAL SOSIAL DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA SUNGAI PINANG KECAMATAN TAMBANG KABUPATEN KAMPAR

VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan. CDC dalam PKBL Telkom telah melibatkan mitra binaan mulai dari proses

ARAH DAN KEBIJAKAN UMUM PENANGGULANGAN KEMISKINAN

SOCIAL CAPITAL. The important thing is not what you know, but who you know

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata

BAB I PENDAHULUAN. 1 Monitoring dan Evaluasi dalam Program Pemberdayaan

LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS

2 TINJAUAN PUSTAKA. Etnobotani

I. PENDAHULUAN. membentuk sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas. Menurut

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.

I. PENDAHULUAN. orang miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan.

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION

I. PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan konsekuensi logis untuk menjaga kesinambungan pengelolaan sumber

PROPORSI PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGAN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KABUPATEN BOJONEGORO MENUJU EKONOMI KREATIF BERBASIS KETAHANAN PANGAN WILAYAH

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA

KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PENGHASIL BERAS ORGANIK (Kasus di Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya. pemberdayaan dan modal sosial, namun bagaimanapun unsur-unsur

Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth

JARINGAN SOSIAL DALAM PENJUALAN PEDAGANG MAKANAN DI PASAR INPRES KELURAHAN BAQA KECAMATAN SAMARINDA SEBERANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

PROSPEK PENGEMBANGAN UBIKAYU DALAM KAITANNYA DENGAN USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI TRANSMIGRASI DI DAERAH JAMBI

Syarifah Maihani Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Almuslim

PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

I. PENDAHULUAN. miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan. Beberapa

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI

BAGIAN I. PENDAHULUAN

Konsepsi Pemberdayaan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pukul 20:09 WIB] 1 [diakses pada hari Rabu, 04 Mei 2011,

I. PENDAHULUAN. ketimpangan struktur agraria, kemiskinan dan ketahanan pangan, dan

[Type the document subtitle]

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

RINGKASAN EKSEKUTIF FARIS SHAFRULLAH SJAFRI MANGKUPRAWIRA HENDARIN ONO SALEH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

NOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI. Halaman. vii

PENILAIAN, MONITORING, DAN EVALUASI PROGRAM KKN

KAJIAN KEBIJAKAN AKSELERASI PEMBANGUNAN PERTANIAN WILAYAH TERTINGGAL MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PETANI

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena kemiskinan perdesaan bukan merupakan suatu gejala yang baru.

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PENGEMBANGAN INKUBATOR BISNIS: SUATU PEMIKIRAN

BAPPEDA Planning for a better Babel

I. PENDAHULUAN. Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional

Channeling UPS-BKM TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PILOT PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DASAR DEPDIKNAS BEKERJASAMA DENGAN BKM-P2KP

BAB I PENDAHULUAN. (Kementerian Pertanian, 2014). Sektor pertanian sangat penting dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Koperasi Al Mawaddah. Berdasarkan analisis data penelitian dan

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial

Transkripsi:

MODAL SOSIAL PADA PENGUATAN KELEMBAGAAN KELOMPOK AFINITAS (Studi Kasus Program Aksi Desa Mandiri Pangan) Sofyan Nurdin K., Sitti Nurani S. E-mail: sofyannurdinkasim@gmail.com Abstrak Penguatan kelembagaan lokal dapat mewujudkan pemberdayaan masyarakat pedesaan yang efektif dan efisien secara institusional maupun individu. Hal ini dapat tercapai, jika modal sosial dapat berperan didalam kelembagaan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengkaji proses pembentukan dan implementasi kegiatan kelompok; (2) Mengkaji penguatan kelembagaan kelompok; (3) Mengkaji peran modal sosial pada penguatan kelembagaan kelompok. Paradigma penelitian pramagtisme dengan pendekatan kuantitatif dominan dan kualitatif less dominan. Metode survey dan studi kasus, pengumpulan data observasi, wawancara, terstruktur dan dokumentasi. Analisis data kuantitatif deskriptif dan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian mewujudkan bahwa (1) Terbentuk lima kelompok afinitas yang implementasinya belum mampu memfungsikan organisasinya dalam pencapaian tujuan; (2) Penguatan kelembagaan baik dari aspek Sumberdaya (R), Organisasi (O), dan Norma (N) belum mendukung tercapainya tujuan kelompok; (3) unsur modal sosial yaitu Trust, Network, Reciprositas, dan Norms (Norma) belum berperan pada penguatan kelembagaan kelompok. Kata Kunci : Modal Sosial, Kelembagaan, Kelompok Afinitas, Kerawanan Pangan, dan Pemberdayaan Masyarakat. Pendahuluan Masalah pangan di Indonesia yang pada dasarnya terkait dengan masalah kemiskinan di pedesaan. Data statistik 2006 menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan di Indonesia tercatat sebanyak 39,05 juta (17,75 %). Sebagian besar dari penduduk miskin tersebut yaitu sekitar 63,41 % berada dipedesaan dan merupakan kelompok terbesar yang tergolong miskin dan rentan terhadap kerawanan pangan (Husodo, SY. 2004) [1]. Selama ini pemerintah telah banyak melakukan pemberdayaan masyarakat miskin melalui program program pemberdayaan dengan pendekatan penguatan kelembagaan lokal. Hal ini sejalan yang dikemukakan oleh (Sumpeno, 2002) [2] bahwa penguatan kelembagaan lokal dapat mewujudkan pemberdayaan masyarakat pedesaan yang efektif dan efisien secara institusional maupun individu. Namun dalam kenyataannya program program pemberdayaan tersebut tidak memberikan hasil, bahkan menghancurkan nilai nilai sosial yang dimiliki oleh masyarakat rumah tangga miskin yang ada dipedesaan. Berdasarkan hal tersebut, maka pemerintah menyadari bahwa ketidakberhasilan program program pemberdayaan yang dilakukan sebelumnya lebih bersifat sentralistik dari pada yang bersifat partisipatif, maka pemerintah membuat suatu program pemberdayaan yang bersifat partisipatif yaitu Program Aksi Desa Mandiri Pangan dengan pendekatan melalui penguatan kelembagaan kelompok Afinitas. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Takalar terhadap hasil penguatan kelembagaan kelompok Afinitas pada program Aksi Desa Mandiri Pangan, kenyataannya belum memberikan hasil sesuai dengan harapan. Hal ini ditunjukkan dengan fakta fakta berikut ini : (1) tidak meningkatnya kemampuan kelompok Afinitas dalam melakukan kegiatan usaha; (2) tidak meningkatnya jaringan kemitraan usaha kelompok Afinitas; (3) tidak berkembangnya Lembaga Keuangan Desa (LKD). Untuk menciptakan kelembagaan kelompok Afinitas yang efektif dan efisien (sustainable) maka keterlibatan modal sosial yang dimiliki oleh kelompok Afinitas harus dimanfaatkan secara baik. Karena modal sosial merupakan faktor pelengkap dari suatu kelembagaan. (Burt, 2002) [3] menyatakan bahwa modal sosial sebagai suatu yang merujuk ke dimensi institusional, hubungan hubungan yang tercipta, dan norma norma yang membentuk kualitas serta kuantitas hubungan sosial dalam hubungan sosial dalam masyarakat, serta sebagai perekat yang menjaga kesatuan anggota kelompok secara bersama sama. (Tonny, 2006) [4] mengemukakan bahwa modal sosial ini sangat penting bagi komunitas karena (1) memberikan kemudahan dalam mengakses informasi bagi anggota komunitas; (2) menjadi media pembagian kekuasaan dalam komunitas; (3) mengembangkan solidaritas; (4) memungkinkan mobilisasi sumberdaya komunitas; (5) memungkinkan pencapaian bersama; (6) membentuk perilaku kebersamaan di dalam komunitas. Hasil-

hasi penelitian sebelumnya tentang modal sosial yang hanya mengaitkan dengan sistem ekonomi ataupun lain-lain. Namun, belum ada yang mengaitkannya dengan penguatan kelembagaan kelompok Afinitas. Berdasarkan hasil uraian tersebut, maka permasalahan pokok yang ingin dipecahkan adalah bagaimana suatu penguatan kelembagaan yang efektif dan efisien melalui pemanfaatan modal sosial dapat mendukung pemberdayaan kelompok afinitas. Metode Penelitian Paradigma yang digunakan yaitu pragmatisme dengan pendekatan kuantitatif dominan, kualitatitif less dominan. Sedang metode penelitiannya survey dan studi kasus. Penelitian diakukan di Desa Massamaturue, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Sumber data terdiri dari 17 informan kunci dan 79 orang responden yang tergabung dalam 5 kelompok. Teknik pengumpulan data meliputi : observasi, wawancara terstruktur, wawancara mendalam dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan melalui pendekatan kualitatif deskriptif dan kuantitatif deskriptif dengan menggunakan statistik deskriptif serta pemberian makna terhadap variabel penelitian. Hasil Dan Pembahasan Pembentukan kelompok Afinitas dilakukan secara musyawarah, dan hasilnya terbentuk lima kelompok yaitu; Kelompok Sejati, Kelompok Merpati, Kelompok Sehati, Kelompok Julukana dan Kelompok Garuda. Dalam implementasinya pada penguatan kelembagaan baik dari aspek sumberdaya Finansial (R), Organisasi (O), dan Norma (N) dapat dilihat sebagai berikut: (1) Hasil penilaian penguatan kelembagaan kelompok afinitas dari aspek sumberdaya finansial (R) ditunjukkan pada gambar. 80 133 186 239 143 Gambar I. Menunjukkan bahwa secara rata-rata hasil penilaian penguatan kelembagaan dari aspek sumberdaya finansial (R) dengan bobot sebesar 143 termasuk kategori sedang (lemah) yang berada pada interval 133 186. Hal ini disebabkan karena pada kelompok afinitas, modal yang digunakan bersumber dari dana pribadi anggota ditambah dengan dana bantuan dari Pemerintah melalui Program Aksi Desa Mandiri Pangan yang jumlahnya relatif kecil. Artinya penguatan kelembagaan dari aspek finansial (Permodalan). Pada kelompok Afinitas belum dapat mendukung dalam pengembangan usaha. (2) Hasil penilaian penguatan kelembagaan kelompok Afinitas dari aspek Organisasi (O) ditunjukkan pada gambar 2.

80 133 186 239 145 Gambar 2. Menunjukkan bahwa secara rata-rata hasil penilaian penguatan kelembagaan dari aspek Organisasi (O) dengan bobot sebesar 145 termasuk kategori sedang (lemah) yang berada pada interval 133 186. Hal ini disebabkan karena penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam struktur dan fungsi Organisasi seperti penyimpangan yang dilakukan antara ketua kelompok dengan Lembaga Keuangan Desa, dalam pengelolaan dana anggota yang kurang transparan tentang jumlah dana yang terkumpul dan yang telah disalurkan yang membuat anggota menjadi resah. Disamping itu pula pengrekrutan atau pengangkatan anggota dan pengurus kelompok, dimana didalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati bersama dalam kelompok. Ini dapat dilihat dengan adanya intervensi dari kepala desa dalam penunjukan ketua kelompok dan adanya anggota yang masuk dalam kelompok yang bukan berasal dari hasil survey rumah tangga miskin dan anggota ini adalah istri Pak Desa. Dari kasus ini dapat diartikan bahwa organisasi kelembagaan kelompok afinitas belum berfungsi secara baik. Sehingga kelembagaan kelompok afinitas tidak sustainable (berkelanjutan). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Soekamto (1990) bahwa suatu kelembagaan dapat sustainable apabila fungsi-fungsi yang ada dalam kelembagaan tersebut berjalan sesuai dengan aturannya masing-masing dan di sertai dengan adanya sanksi yang diberlakukan oleh kelompok. (3) hasil penilaian penguatan kelembagaan kelompok afinitas dari aspek Norma (N) ditunjukan pada gambar 3. 80 133 186 239 154 Gambar 3. Menunjukkan bahwa secara rata-rata hasil penilaian penguatan kelembagaan dari aspek Norma (N) dengan bobot sebesar 145 termasuk kategori sedang (lemah) yang berada pada interval 133 186. Hal ini dapat dilihat

dari adanya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh anggota kelompok dalam hal pengembalian dana pinjaman yang kurang lancar, dengan berbagai alasan seperti kegagalan hasil panen sebagai akibat kekurangan air dan hasil usaha yang kurang menguntungkan. Selain itu pula penerapan sanksi bagi anggota yang melakukan pelanggaran dalam pengembalian dana pinjaman yang merupakan hasil kesepakatan bersama tidak dijalankan dalam kelompok, yang menyebabkan anggota seenaknya tidak mengembalikan dana pinjaman tersebut. Mengingat bahwa penguatan kelembagaan kelompok afinitas baik dari aspek sumberdaya finansial (R), Organisasi (O), dan Norma (N) masih lemah, ini memberikan gambaran bahwa modal sosial yang dimiliki oleh kelompok afinitas tidak berperan secara efisien dan efektif dalam pencapaian tujuan. Oleh karena itu dalam penguatan kelembagaan kelompok afinitas, modal sosial perlu dimanfaatkan secara baik. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hasbullah (2006) yang menjelaskan bahwa modal sosial sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan kerjasama dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang ditopang oleh nilai-nilai dan Norma yang menjadi unsur utama seperti Trust (rasa saling mempercayai), ketimbalbalikan (resiprositas), jaringan sosial (Network Social), dan aturan-aturan kolektif dalam suatu kelompok. Selanjutnya Tonkinss (dalam Syahyuti: 2008) mengingatkan bahwa modal sosial barulah bernilai ekonomis kalau dapat membantu individu atau kelompok dalam hal mengakses sumber-sumber keuangan mendapatkan informasi, menemukan pekerjaan, merintis usaha, dan meminimalkan biaya transaksi. Disamping itu pula Portes (1995) menyebutkan bahwa modal sosial berkorelasi positif terhadap penguatan kelembagaan masyarakat, karena modal sosial merupakan suatu komitmen dari setiap individu untuk saling terbuka. Saling percaya, memberikan kewenangan bagi setiap orang yang dipilihnya untuk berperan sesuai dengan tanggung jawabnya. Dan ini akan menghasilkan kebersamaan, kesetiakawanan, dan sekaligus tanggung jawab akan kemajuan bersama. Kesimpulan Dan Saran A. Kesimpulan 1. Proses pembentukan kelompok Afinitas dilakukan melalui seleksi lokasi, sosialisasi program, rekruitmen, pendamping, pembentukan tim pangan desa, pembentukan lembaga keuangan desa, penyusunan data dasar desa, dan pembentukan lima kelompok afinitas. Kelima kelompok Afinitas didalam implementasinya belum mampu memfungsikan organisasinya dalam pencapaian tujuan kelompok. 2. Modal sosial pada kelompok Afinitas belum termanfaatkan secara baik dalam hubungan interaksi sosial antara sesama anggota, kelompok terhadap pengurus, kelompok terhadap pendamping, kelompok terhadap lembaga keuangan desa, dan kelompok terhadap pihak lain (pemerintah dan swasta). 3. Penguatan kelembagaan baik dari aspek sumber daya finansial (R), organisasi (O), dan norma (N) belum mendukung tercapainya tujuan kelompok. 4. Unsur modal sosial yaitu kepercayaan, jaringan sosial, pertukaran dan norma belum berperan pada penguatan kelembagaan kelompok afinitas. B. Saran Keterkaitan atau hubungan antara modal sosial dengan penguatan kelembagaan kelompok Afinitas dapat digunakan sebagai instrumen, strategis, dan pendekatan dalam peningkatan kinerja kelembagaan kelompok Afinitas. Pendekatan model penguatan kelembagaan yang bersifat intervensi dari pemerintah dalam pemberdayaan Afinitas (rumah tangga miskin) sudah tidak relevan pada kondisi sekarang ini. Sehingga diperlukan model pemberdayaan kelompok masyarakat (rumah tangga miskin) melalui penguatan kelembagaan berbasis modal sosial yang arah rancangannya bersifat partisipatif.

Daftar Pustaka Burt. 2002. The Form Of Capital dalam Handbook Of Theory and Research For The Sosiology Of Education, John G. Richardso. New York: Green Word Press Hasbullah, J. 2006. Social Capital, Menuju Keunggulan Manusia Indonesia. Jakarta: MR. united Press Husodo, Siswono Yudo dan Tien R.M. 2004. Alternatif Solusi Permasalahan dalam Ketahanan Pangan dalam Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, VIII. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Portes, A. 1995. The Imformal Economic. Maryland: The Johns Hopkins University Press. Sumpeno, 2002. Capacity Building, Persiapan dan Perencanaan, Catholic Relief Services. Jakarta Syahyuti. 2008. Peran Modal Sosial dalam Sistem Ekonomi. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Forum Penelitian Agro Ekonomi. Vol XXVI No. 1. Bogor Tonny, 2006. Sosiologi Untuk Pengembangan Masyarakat, Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia IPB dan Sekolah Pasca Sarjana IPB, Bogor