PENGEMBANGAN INDUSTRI DI DAERAH : PENDEKATAN KELEMBAGAAN Bambang P.S Brodjonegoro FEUI
KONDISI SEKTOR MANUFAKTUR INDONESIA Mengalami perlambatan pertumbuhan tahunan yang cukup mengkhawatirkan, dari 11% selama masa orde baru, menjadi 5.7% selama masa reformasi dan khusus untuk periode 2005 2007 5.4% Masih menjadi penyumbang PDB terbesar, dengan peranan yang menurun dan digantikan oleh sektor jasa, terutama pengangkutan dan telekomunikasi. Perlambatan terutama terjadi pada industri makanan dan minuman, tekstil dan alas kaki, kertas dan barang cetakan, semen dan galian non logam Belum terjadi pergerakan yang signifikan ke arah industri pengolahan sumber daya alam yang seharusnya menjadi unggulan Indonesia.
VOLATILITAS INDUSTRI DAN PERTANIAN rsen, %) (pe 25 20 15 10 5 0 5 10 15 PERTUMBUHAN INDUSTRI DAN PERTANIAN Tahun 1961 2007 1961 1966 1971 1976 1981 1986 1991 1996 2001 2006 Industri Pengolahan Pertanian
PERANAN DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI Per rtanian, In nd NonM Migas, Ter rsier (%) 9 7,5 6 4,5 3 1,5 0 PERTUMBUHAN PDB DAN SEKTOR PRODUKSI Tahun 2000 2007 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 6,5 5,5 4,5 3,5 Ind Non Migas Pertanian Tersier PDB PDB (% %)
INDUSTRI UTAMA
TANTANGAN INDUSTRI INDONESIA MASA DEPAN Persaingan global yang makin keras, terutama untuk footloose industry. Globalisasi produksi memaksa spesialisasi dan kemampuan masuk dalam rantai produksi Kehadiran Cina dan India yang berpotensi menguasai industri i dunia dengan skala ekonomi yang sukar ditandingi i Kemajuan teknologi yang pesat dan tingkat efisiensi yang semakin tinggi Dengan belum efektifnya WTO, akan muncul berbagai hambatan a ekspor ke berbagai baga negara a Makin tingginya tuntutan untuk industri yang ramah lingkungan dan berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat sekitar. Besarnya godaan untuk beralih dari industrialist menjadi trader Penyelundupan yang belum bisa sepenuhnya diatasi.
INDUSTRI INDONESIA 2009-2014 Untuk mendukung sasaran pertumbuhan ekonomi lebih dari 6.5% per tahun, industri pengolahan non migas harus tumbuh lebih dari 7% per tahun. Industri pengolahan non migas harus tetap menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi serta mendorong tumbuhnya sektor jasa serta memantapkan sektor pertanian. Prioritas pada industri pengolahan yang berbasis sumber daya alam untuk menciptakan nilai tambah serta meredam volatilitas harga komoditi sumber daya alam Indonesia. Indonesia berpeluang besar menjadi produsen utama bioenergy, sekaligus menajamkan prioritas sektor pertanian sebagai penghasil makanan manusia, makanan hewan, serta sumber energi Pengembangan kluster industri, seperti bio-energy, harus menjadi prioritas strategi pengembangan industri kedepan dengan menciptakan keterkaitan forward and backward
KENDALA YANG HARUS DIATASI Belum adanya strategi dan prioritas yang jelas dan tegas. Kualitas dan kuantitas pekerja/sdm di bidang industri yang masih harus ditingkatkan Perlunya didorong sikap adaptasi teknologi serta pengembangan R & D di tingkat industri/perusahaan. Peningkatan kualitas dan kuantitas kewirausahaan serta akses pendanaan Masih belum kondusifnya iklim investasi industri secara nasional dan juga di daerah. Kurang supportifnya regulasi berkaitan dengan industri i seperti ketenagakerjaan, aturan investasi Konsentrasi iindustri tidij Jawa yang makin terbatas t daya dukungnya dan makin tidak pasti pasokan energinya Kesiapan daerah di luar Jawa, terutama yang mempunyai sumber energi untuk menarik industri berlokasi di sana
KONSENTRASI INDUSTRI Jumla ah Perus sahaan INDUSTRI BESAR SEDANG DI PULAU JAWA Tahun 1975 2005 22000 84 20000 83 18000 82 16000 81 14000 80 12000 79 10000 78 8000 77 6000 76 1975 1986 1996 2000 2002 2004 1979 1991 1998 2001 2003 2005 Jumlah Perusahaan % Total Nasional % To otal Nas sional
HAMBATAN UTAMA BISNIS DI 243 KABUPATEN/KOTA PERMASALAHAN/INDIKATOR BOBOT Pengelolaan l Infrastruktur 35.50% 50% Program Pemda Pengembangan Usaha Sektor Swasta 14.80% Akses Lahan Dan Kepastian Hukum 14.00% Interaksi Pemda - Pelaku Usaha 10.00% 00% Biaya Transaksi/Efisien Pungutan Di Daerah 9.90% Izin Usaha 8.80% Keamanan Dan Penyelesaian Konflik 4.00% Integritas Bupati/Walikota 2.00% Kualitas Peraturan Daerah 1.00%
MAHALNYA PENGURUSAN BIAYA AKTUAL IZIN DI DAERAH JENIS IZIN USAHA BIAYA RATA-RATA PENGURUSAN TDP 500.000 TDI 591.000 SIUP 504.000000 HO 590.000 IMB 1.443.000
PERUSAHAAN KECIL MEMBAYAR RETRIBUSI LEBIH MAHAL Rp 15.000,- per tenaga Rp 6.000,- per tenaga kerja kerja
SERINGNYA MATI LAMPU
ANTISIPASI DAERAH Prioritas pada sektor industri pengolahan harus dipertegas dan daya saingnya di pasar global juga harus jelas posisinya Perlu insentif yang menarik bagi pengusaha yang menciptakan nilai tambah dari komoditas Indonesia dan mempunyai kemampuan bersaing di pasar domestik maupun internasional i Tidak boleh ada dikotomi industri vs pertanian, tetapi harus dikembangkan k agro-industri i dengan pendekatan kluster yang melibatkan banyak sektor Adanya antisipasi industry follows energy sebagai pengganti industry follows market dengan makin langka dan mahalnya energi. Iklim investasi tetap menjadi agenda penting dengan penekanan pada masalah infrastruktur, lahan, dan kemudahan perizinan.
FAKTOR KELEMBAGAAN DAERAH Karena strategi pengembangan industri kedepan berupa strategi t cluster maka dinas perindustrian i bukan merupakan ujung tombak melainkan asisten sekda bidang ekonomi atau semacam menko ekonomi daerah Fleksibilitas lingkup dinas perindustrian daerah Strategi harus memperhatikan pembagian tugas antar pemerintah daerah : OVOP di tingkat desa, komoditi prioritas di kabupaten, dan integrasi ekonomi (penciptaan nilai tambah) di propinsi Kerjasama ekonomi antar daerah/propinsi p sangat diperlukan dalam pengembangan industri daerah untuk menciptakan rantai produksi yang efisien sekaligus skala ekonomi yang memadai Perlunya harmonisasi perencanaan industri nasional dan daerah berikut peranan setiap pelaku (pengusaha besar, menengah, UKM, BUMN/BUMD)