BAB V. MATRIKS RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI

dokumen-dokumen yang mirip
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

Daya tahan rendah Mudah sakit Kematian

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

KERANGKA ACUAN PROGRAM GIZI PUSKESMAS KAMPAR KIRI

WALIKOTA PROBOLINGGO

ANALISIS SITUASI PANGAN DAN GIZI

PEMBAHASAN HASIL SURVEI KADARZI DI JAWA TIMUR

5 / 7

SERIBU HARI UNTUK NEGERI

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN,

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TANTANGAN PROGRAM GIZI DI INDONESIA. Doddy Izwardy Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Faktor yang berkontribusi terhadap kejadian BGM di Provinsi Lampung

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH DINAS KESEHATAN Jalan Jend.Sudirman No.24 Telp SUNGAI PENUH Kode Pos : 37112

PENDAHULUAN Latar Belakang

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

Strategi Penanggulangan Masalah Gizi Melalui Desa Siaga. Arum Atmawikarta Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 5 SERI E

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB VII PENUTUP. a. Terjadi pengurangan proporsi anggaran APBD untuk kegiatan program gizi

2017, No Indonesia Nomor 5360); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi (Lembaran Negara Republik Indones

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 51 TAHUN 2010 TENTANG

RPJMN KESEHATAN DAN GIZI MASYARAKAT

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2017 TENTANG KEBIJAKAN STRATEGIS PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROGRAM PERBAIKAN GIZI MAKRO

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan

Kualitas Gizi Faktor Penting Pembangunan

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta

GRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2007 Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. H.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA

1. Kita tentu sama-sama memahami bahwa pangan merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi manusia, oleh sebab itu tuntutan pemenuhan pangan

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menggembirakan. Berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi buruk,

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

ANALISIS SITUASI PANGAN DAN GIZI

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 5 TAHUN

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

O. BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3

PROGRAM AKSELERASI PENINGKATAN GIZI MASYARAKAT

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 60 TAHUN 2010 TENTANG PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL GUBERNUR JAWA BARAT,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang baik. Menciptakan sumber daya

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

Pokok-Pokok Kebijakan Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG)

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Pemerintah Kota Pekalongan

KECENDERUNGAN MASALAH GIZI DAN TANTANGAN DI MASA DATANG *)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB I PENDAHULUAN. cukup makan, maka akan terjadi konsekuensi fungsional. Tiga konsekuensi yang

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN DAERAH 1. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi

PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman.

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 101 TAHUN 2016 T E N T A N G

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 747/Menkes/SK/VI/2007 TENTANG PEDOMAN OPERASIONAL KELUARGA SADAR GIZI DI DESA SIAGA

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

Transkripsi:

BAB V. MATRIKS RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI 2006-2010 NO ISU STRATEGIS KEBIJAKAN STRATEGI KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM I. AKSESIBILITAS TERHADAP PANGAN 1. Terbatasnya kapasitas produksi beras pangan lokal sumber karbohidrat serta terbatasnya produksi pangan asal hewan. Menjamin ketersediaan pangan, terutama dari produksi dalam negeri, dalam jumlah ragam yang memadai 1. Peningkatan produktivitas produksi pangan pokok 2. Pengkajian pengembangan teknologi pengolahan pangan 3. Revitalisasi penyuluhan peningkatan kemampuan kelembagaan petani 1. Ketersediaan pangan pokok yang memenuhi kebutuhan 2. Meningkatnya jenis ketersediaan pangan pokok yang aman dikonsumsi, Dep.PU, Pemda 4. Peningkatan ketersediaan jenis pangan alternatif yang murah, aman, tidak mudah rusak, mudah didistribusikan 5. Meningkatkan efektivitas layanan prasarana irigasi 6. Meningkatkan kemudahan petani untuk mengakses sarana produksi bermutu 2. Ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga masih Mengembangkan cagan kapasitas pangan 1. Pembelian gabah petani oleh pemerintah 1. Tercapainya jumlah mutu cagan, Perum Bulog, Pemda 61

terus menjadi masalah berpengaruh pada tingkat kecukupan asupan gizi meskipun secara nasional ketersediaan pangan di pasar mencukupi. Masalah utamanya adalah peningkatan efektivitas efisiensi distribusi pangan antar daerah antar waktu serta daya beli rumah tangga sehingga mampu mengakses pangan. pemerintah serta kemampuan pengelolaannya Penyediaan lahan abadi untuk produksi pangan dalam rangka menjamin kapasitas produksi yang dapat mencukupi kebutuhan pangan pokok 2. Mendorong terbentuknya cagan pangan daerah 3. Mengembangkan cagan pangan nonberas siap konsumsi 4. sarana prasarana untuk pengelolaan cagan pangan pemerintah 1. Penyusunan regulasi penetapan lahan pertanian abadi 2. Pengendalian alih fungsi lahan pertanian produktif pangan pemerintah yang aman 2. Menurunnya jumlah daerah penduduk rawan pangan 1. Terbitnya peraturan perungan yang menetapkan lahan pertanian abadi untuk produksi pangan 2. Menurunnya tingkat konversi lahan produktif, DPR BPN, Peningkatan Kemudahan Kemampuan mengakses pangan Meningkatkan efektivitas efisiensi distribusi perdagangan pangan 1. sarana prasarana distribusi 2. Pengurangan hambatan distribusi pangan antar daerah 1. Kualitas sarana prasarana distribusi pangan yang meningkat 2. Semakin pendeknya rantai distribusi pangan Agribisnis 62

Peningkatan Kemudahan Kemampuan mengakses pangan teknologi serta kelembagaan pengolahan pemasaran pangan 1. Revitalisasi kelembagaan pengolahan pemasaran pangan 2. Inovasi teknologi pengolahan pemasaran pangan 1. Meningkatnya kualitas produk pangan 2. Peningkatan nilai tambah produk pangan Agribisnis Peningkatan Kemudahan Kemampuan mengakses pangan Meningkatkan serta memperbaiki infrastruktur kelembagaan ekonomi perdesaan 1. Revitalisasi kelembagaan ekonomi perdesaan untuk menunjang distribusi pangan, Depdag 2. Perbaikan fasilitas distribusi pangan di perdesaan seperti pasar, kios beras. Peningkatan Kemudahan Kemampuan mengakses pangan Meningkatkan efisiensi efektivitas intervensi bantuan/subsidi pangan kepada kelompok tertentu Distribusi beras bersubsidi bagi rakyat miskin (Raskin) yang lebih efisien efektif Operasi Pasar dalam rangka stabilisasi harga pangan 1. Distribusi pangan bersubsidi yang efisien tepat sasaran 2. Harga pangan stabil terjangkau Program Peningkatan Perum Bulog, Dep. Perdagangan, Dep. Sosial, Pemda, Bantuan pangan untuk kondisi darurat/bencana. Distribusi bantuan pangan tepat sasaran tepat waktu 3. Pola konsumsi pangan masih didominasi oleh kelompok padi-padian Peningkatan kuantitas kualitas konsumsi pangan menuju gizi seimbang Mempertahankan pola konsumsi pangan lokal kelompok 1. Sosialisasi keragaman bahan pangan yang berkualitas bergizi 1. Tingginya pemahaman akan pentingnya konsumsi, 63

terutama beras, konsumsi sayuran buah sebagai sumber vitamin mineral serta protein hewani masih rendah. tertentu yang telah beragam terutama untuk makanan pokok seimbang 2. Peningkatan pemahaman pentingnya pangan yang beragam 3. aspek kuliner daya terima pangan lokal pangan yang beragam 2. Tetap terjaganya keragaman konsumsi pangan yang seimbang II. PENINGKATAN STATUS GIZI MASYARAKAT 1. Masih tingginya prevalensi kurang gizi pada balita yang erat hubungannya dengan masalah KEK pada WUS rendahnya kebiasaan pemberian ASI eksklusif. Peningkatan status gizi kesehatan. Pengutamaan sasaran program gizi kepada kelompok sangat rentan yaitu: remaja putri usia subur, ibu hamil, ibu menyusui, bayi sampai usia 2 tahun 1. Revitalisasi Posyandu revitalisasi Puskesmas 2. Memberikan penyuluhan ASI eksklusif untuk bayi 0-6 bulan 3. Pemantauan pertumbuhan 4. Pos Gizi 1. Meningkatnya jumlah posyandu yang aktif 2. Tersedianya data capaian kegiatan (SKDN, BGM, Imunisasi) 3. Terlaksananya mekanisme insentif untuk kader Posyandu 4. Meningkatnya jumlah petugas puskesmas kader posyandu yang dilatih Upaya Kesehatan Perbaikan gizi Pendidikan anak usia dini, Depdagri Deprin Depdag Meneg PP PKK Pemda 5. Meningkatnya penggunaan eksklusif ASI 6. Peningkatan pelayanan antenatal di 64

Puskesmas Peningkatan status gizi kesehatan. Peningkatan pencegahan penanggulangan kurang gizi mikro. program masalah 1. Pemasaran sosial sumber vitamin A 2. Peningkatan konsumsi garam beryodium untuk semua (KGBS) 3. Fortifikasi minyak sayur dengan vitamin A 4. Pendataan data sasaran bayi, balita, bumil, busui melalui RT/RW secara berkala. 5. Peningkatan pemberian suplementasi tablet besi pada remaja putri, calon pengantin tenaga kerja wanita 6. Pemberian MP-ASI kepada balita gakin dengan resiko kekurangan gizi 7. Pemberian kapsul vitamin A setiap bulan Februari Agustus 8. Pemberian tablet besi kepada ibu hamil 1. Meningkatnya konsumsi tablet besi ketepatan konsumsi 2. Tercapainya pemberian kapsul Vit. A bagi setiap semua bayi/anak 6-59 bulan 3. Menurunnya prevalensi xeropthalmia (X1b < 0,33%) 4. Menurunnya prevalensi anemia pada Ibu hamil, ibu nifas, balita wanita usia subur (WUS) 5. Meningkatnya konsumsi beryodium garam 6. Jumlah kasus gizi buruk yang berhasil ditangani Peningkatan kesejahteraan perlindungan anak Deprin Depdagri 9. Promosi pemantauan 65

konsumsi beryodium garam 10. Penanganan kasus gizi buruk 11. Pemanfaatan pekarangan untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga 2. Masih kurangnya kesadaran terhadap masalah gizi karena rendahnya tingkat pendidikan masih maraknya perilaku yang menghambat upaya perbaikan gizi. Peningkatan status gizi kesehatan. Peningkatan keluarga sadar gizi. 1. Peningkatan pendidikan penyetaraan gender guna meningkatkan kualitas perawatan kehamilan perawatan bayi anak 2. Pembentukan kelompok pendidik sebaya (peer educator) diantara remaja di sekolah luar sekolah 3. Pendidikan gizi melalui kampanye, penyebaran komunikasi, informasi edukasi 4. Pemberian muatan pangan gizi pada kurikulum pendidikan di sekolah dasar kejuruan 5. Menyebarkan informasi 1. Meningkatnya persentase keluarga sadar gizi (kadarzi) 2. Meningkatnya kesadaran tentang pangan bermutu sejak usia dini 3. Meningkatnya pengetahuan konsumsi penduduk tentang pangan sumber Vitamin A 4. Meningkatnya cakupan rumah tangga dengan konsumsi garam beryodium cukup 5. Terlaksananya pedoman tata laksana gizi buruk Promosi Kesehatan Pemberdayaan Peningkatan kualitas hidup perlindungan perempuan Pemberdayaan Keluarga Meneg PP BKKBN Pemda PKK 66

melalui media cetak elektronik. 6. Menyebarkan informasi melalui kelompok pengajian, arisan, karang taruna, PKK, Pramuka, LSM, dll. 7. Menyebarkan informasi di sekolah, tempat kerja, tempat umum lain 6. Tersedianya informasi tentang gizi di semua media untuk seluruh lapisan 7. Meningkatnya jumlah kelompok yang dibentuk melakukan kegiatan diskusi tentang pangan gizi 8. Menyelenggarakan kegiatan peningkatan pendapatan keluarga (KUB, industri kecil, dll) 8. Meningkatnya jumlah keluarga yang memanfaatkan pekarangan untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga. 3. Belum optimalnya program penanganan gizi bagi penduduk miskin. Pemenuhan hak dasar miskin atas layanan kesehatan dasaryang bermutu Pengutamaan sasaran program gizi kepada miskin. 1. Menyediakan pelayanan kesehatan yang bermutu terjangkau bagi miskin terutama penanganan gizi kurang 2. Pemberian suplemen zat gizi mikro, khususnya zat besi, vitamin A yodium 1. Meningkatnya pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin 2. Berkurangnya kejadian gizi buruk pada keluarga miskin Promosi Kesehatan Pemberdayaan Perbaikan gizi Depdagri 3. Pemberian kartu miskin untuk keperluan berobat membeli makanan 67

dengan harga subsidi seperi beras untuk orang miskin (Raskin) MP- ASI untuk balita keluarga miskin 4. Bantuan langsung tunai bersyarat bagi penduduk miskin 5. Meningkatkan partisipasi dalam pemgembangan pelayanan kesehatan gizi bagi miskin 4. Meningkatnya kecenderungan gizi lebih. masalah Pencegahan penanggulangan gizi lebih Peningkatan kualitas pelayanan pada penderita gizi lebih 1. Pelaksanakan pemantauan secara berkala BB TB 2. Melaksanakan manajemen terpadu penanganan kasus gizi lebih penyakit degeneratif penyakit lainnya Menurunkan kegemukan prevalensi Perbaikan gizi 3. Peningkatan promosi tentang pencegahan kegemukan obesitas 5. Masih tingginya angka penyakit infeksi pada balita yang berkaitan Peningkatan pengetahaun tentang penyakit, lingkungan Peningkatan upaya penanggulangan penyakit infeksi khususnya pada 1. Pencegahan penanggulangan faktor resiko Menurunnya angka penyakit infeksi pada balita. Perbaikan gizi Pencegahan 68

dengan sanitasi, lingkungan, pelayanan kesehatan yang tidak memadai. sehat, kelangsungan perkembangan anak, gizi keluarga perilaku hidup sehat balita. 2. Peningkatan surveilen epidemiologi penaggulangan wabah 3. Peningkatan cakupan imunisasi Pemberantasan Penyakit 4. Peningkatan KIE tentang pencegahan pemberantasan penyakit III. MUTU DAN KEAMANAN PANGAN 1. Kesadaran keamanan pangan baik pada produsen konsumen masih perlu ditingkatkan karena kesadaran akan keamanan pangan, merupakan awal dari upaya menciptakan produk pangan yang aman untuk dikonsumsi. Peningkatan Mutu Keamanan Peningkatan kesadaran keamanan pangan pada produsen konsumen 1. Meningkatkan sosialisasi peraturan standar keamanan pangan 2. Meningkatkan efektivitas karantina pertanian 1. Meningkatnya kesadaran akan keamanan pangan 2. Tercegahnya pemasukan bahan pangan impor yang tidak memenuhi syarat keamanan pangan 3. Pemahaman produsen terhadap CPMB Pengawasan keamanan pangan BPOM Deprin Depdagri Depdag 2. Ketersediaan tenaga pengawas yang masih terbatas, kesadaran produsen konsumen Peningkatan Mutu Keamanan Meningkatkan pengawasan keamanan pangan 1. Peningkatan jumlah kompetensi petugas serta laboratorium pengawasan 1. Memadainya jumlah pengawas, laboratorium pengawasan makanan, Ba POM Men-PAN 69

yang masih rendah, serta ketersediaan bahanbahan uji pangan yang masih terbatas masih menjadi kendala dalam penerapan standar keamanan pangan secara konsisten. Meningkatkan perlindungan kepada konsumen 2. Peningkatan cakupan wilayah jenis produk pangan yang diawasi jumlah produk pangan cakupan wilayah yang diawasi 3. Masih maraknya Peningkatan Mutu pengunaan bahan Keamanan tambahan makanan berbahaya, terutama pada industri pangan menengah kecil rumah tangga. Peningkatan pengawasan keamanan pangan 1. Melengkapi perangkat peraturan perungungan di big mutu keamanan pangan 2. Penetapan standard pangan yang aman dikonsumsi 3. Penyediaan produk pengawet, pewarna, tambahan fungsional pengolahan makanan yang aman 1. Menurunnya peredaran produk pangan TMS 2. Tersusunnya standar keamanan mutu pangan 3. Tersedia terjangkaunya pengawet pewarna makanan produsen makanan jajanan BPOM 4. Belum berkembangnya alternatif produk bahan tambahan makanan yang aman terjangkau. Peningkatan Mutu Keamanan Peningkatan pengembangan penelitian bahan tambahan makanan yang aman. 1. teknologi pengolahan makanan 2. Pelaksanaan penelitian untuk mencari alternatif produk bahan tambahan makanan Tersedianya alternatisf bahan tambahan makanan yang aman terjangkau BPOM LIPI IV. PERBAIKAN POLA HIDUP SEHAT 1. Rendahnya aktifitas fisik Perbaikan pola hidup Peningkatan aktivitas fisik 1. Peningkatan promosi 1. Meningkatnya Promosi 70

yang berakibat pada meningkatnya penderita penyakit degeneratif sehat.. tentang aktivitas fisik 2. Peningkatan promosi tentang manfaat aktifitas fisik untuk kesehatan, pencegahan penyakit degeneratif. pemahaman masyarakt tentang manfaat aktifitas fisik 2. Meningkatnya sarana prasarana olahraga serta ruang terbuka untuk aktifitas Kesehatan pemberdayaan Pembinaan Pea n olahraga Peningkatan Sarana Prasarana olah raga Menpora BPOM Pemda 2. Masih rendahnya konsumsi sayur buah Perbaikan pola hidup sehat. Peningkatan promosi untuk konsumsi sayur buah Peningkatan sosialisasi advokasi untuk konsumsi sayur buah. Meningkatnya rata-rata konsumsi sayur buah per kapita per hari Promosi Kesehatan pemberdayaan 3. Meningkatnya konsumsi gula, garam, lemak Perbaikan pola hidup sehat. Peningkatan promosi pola makan rendah lemak, garam gula terutama pada kelompok-kelompok tertentu yang beresiko tinggi 1. Peningkatan promosi tentang pengurangan konsumsi lemak, gula garam. 2. metode penyampaian pesan-pesan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) yang mudah dipahami oleh. 1. Meningkatnya kesadaran tentang kebiasaan makan yang sehat 2. Meningkatnya pemahaman tentang pesan-pesan PUGS 3. Meningkatnya frekuensi penayangan informasi tentang pola hidup sehat gizi seimbang di media masa. Promosi Kesehatan pemberdayaan BPOM 71

4. Meningkatnya pengetahuan kemampuan keluarga untuk menerapkan pola hidup sehat 5. Meningkatnya jumlah Sekolah sehat 1. Belum optimalnya pencegahan kebiasaan merokok Perbaikan pola hidup sehat. Peningkatan promosi tentang bahaya merokok 4. Peningkatan promosi tentang bahaya merokok bagi kesehatan. 5. Peningkatan upaya regulasi dalam rangka menurunkan ketersediaan rokok di pasaran. 6. Penegakan hukum dalam hal pelarangan merokok di tempat umum. 1. Menurunnya pengeluaran rumah tangga untuk rokok 2. Meningkatnya tempattempat umum yang dilarang merokok 1. Dilaksanakannya regulasi tentang pemasaran rokok Promosi Kesehatan pemberdayaan Menpora Depdag Pemda V. PEMANTAPAN DAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN 1. Masalah pangan gizi yang bersifat multi dimensi, multi sektoral multi disiplin belum tertangani secara terpadu terkoordinasi Kelembagaan Gizi Peningkatan kerjasama lintas sektor melalui penyusunan programprogram pangan gizi yang terkoordinasi dalam rangka pembangunan di big pangan gizi. Advokasi pangan gizi pada para pengambil keputusan perencanaan di tingkat pemerintah parlemen. 1. Kebijakan Gizi terakomodasi secara jelas dalam dokumen perencanaan tingkat nasional daerah seperti RPJP- RPJPD, RPJM- Perbaikan Gizi Bappenas Bappeda Organisasi 72

RPJMD Renstra- Renstrada 2. Meningkatnya program pembiayaan pangan gizi 3. Terciptanya kerjasama sinergis antara lembaga pemerintah, swasta, yang peduli pada mutu pangan gizi profesi Menpan 2. Masih terbatasnya penggunaan data-data pangan gizi sebagai indikator untuk menilai ketahanan pangan gizi pada tingkat lokal yang sesuai tepat waktu untuk pengambilan keputusan. Kelembagaan Gizi Revitalisasi SKPG 1. analisis data pangan gizi 2. Pengumpulan, pengolahan analisa data untuk pemantapan Sistem Kewaspadaan Gizi (SKPG) 3. Advokasi hasil analisis SKPG kepada pengambil keputusan (pejabat berwenang) 1. Dimanfaatkannya sistem pelaporan informasi untuk penyusunan kebijakan 2. Semua kabupaten/kota sudah melaksanakan pemetaan, keterampilan Tim SKPG dalam menanggulangi masalah pangan gizi 3. Sudah dimanfaatkannya informasi SKPG untuk pengambilan Perbaikan Perbaikan Gizi Gizi BKKBN Bulog Depdagri BPS 73

keputusan, perumusan kebijakan, perencanaan program evaluasi 4. Tersedianya peta rawan pangan gizi 3. Masih belum optimalnya upaya untuk meningkatkan kepedulian dalam memerangi masalah kerawanan pangan kekurangan gizi Kelembagaan Gizi Memantapkan kerjasama antara pemerintah dalam pelaksanaan program pangan gizi Menggali memanfaatkan potensi sumber daya dari untuk menanggulangi masalah pangan gizi 1. Peningkatan kerjasama dengan lembaga nonpemerintah kelompok lain yang peduli terhadap peningkatan sumberdaya manusia (SDM) 2. Menggerakaan LSM swasta untuk berperan serta dalam penanggulangan masalah pangan gizi Meningkatnya jumlah LSM swasta yang berperan serta dalam penanggulangan pangan gizi Penelitian Perbaikan Gizi 3. sistem penanggulangan masalah kerawanana pangan melalui kerjasama pemerintah, swasta, mastyarakat. 4. Masih terbatasnya ketersediaan tenaga terampil di big Kelembagaan Peningkatan kemampuan kualitas penelitian pengembangan pangan 1. Penyusunan kebijakan pembangunan di big pangan gizi Meningkatnya peran lembaga penelitian, perguruan tinggi 74

pangan gizi. Gizi gizi melalui lembaga penelitian, perguruan tinggi,, dalam rangka menghasilkan data informasi yang lebih dapat di percaya. 2. Peningkatan kerjasama institusi pendidikan, lembaga penelitian pengelola program. dalam menghasilkan data yang dapat dipercaya. Penelitian Perbaikan Gizi Kelembagaan Gizi Peningkatan kemampuan tenaga administrasi profesional melalui koordinasi perencanaan pengelolaan program pangan gizi dalam rangka memaksimalkan efektivitas program perbaikan gizi. 1. Penyusunan rencana kebutuhan tenaga pangan gizi 2. Menggali potensi sumber daya (tenaga, sarana a) yang ada pada LSM swasta. Tersedianya tenaga pangan gizi yang memadai Pendidikan Kedinasan Perbaikan Gizi Kelembagaan Gizi Peningkatan pendidikan pemanfaatan tenaga profesional di big gizi di berbagai tingkat pemerintahan pusat daerah, serta di, guna memaksimalkan peran tenaga profesional dalam program gizi. 1. kurikulum pendidikan tenaga gizi 2. sertifikasi profesi 3. profesi tenaga pangan gizi melalui kerja sama institusi pendidikan dengan organisasi profesi Jumlah tenaga pangan gizi yang dilatih Prndidikan Non Formal Pendidikan Kedinasan 75

Pengendalian pertambahan penduduk 6. kebijakan program pembangunan yang berwawasan kependudukan meliputi aspek kuantitas, kualitas mobilitas Keserasian Kebijakan Kependudukan BKKBN 7. Pengintegrasian faktor kependudukan ke dalam pembangunan sektoral daerah 76