BAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut

dokumen-dokumen yang mirip
HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

Virus tersebut bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus).

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA

Menggunakan alat-alat tradisional yang tidak steril seperti alat tumpul. Makan nanas dan minum sprite secara berlebihan

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB I PENDAHULUAN. Akibat pesatnya pembangunan fisik dan pertambahan penduduk di suatu kota

Etiology dan Faktor Resiko

A. Landasan Teori. 1. Pengetahuan. a. Definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

b/c f/c Info Seputar AIDS HIV IMS Informasi di dalam buku saku ini dipersembahkan oleh: T A T

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

SATUAN ACARA PENYULUHAN HIV / AIDS. Oleh: KHOIRUL HARIS

LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER. kesukarelaan dan bersedia mengisi kuesioner ini dengan sebaik-baiknya.

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB I PENDAHULUAN. masih akan berkepanjangan karena masih terdapatnya faktor-faktor yang memudahkan

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun

2015 KAJIAN TENTANG SIKAP EMPATI WARGA PEDULI AIDS DALAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS SEBAGAI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB 1 : PENDAHULUAN. United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang

BAB I PENDAHULUAN. dan faktor ekologi (Supariasa,2001 dalam Jauhari, 2012). untuk melawan segala penyakit yang datang. Pada saat kekebalan tubuh kita

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA

INFORMASI TENTANG HIV/AIDS

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakomodasi kesehatan seksual, setiap negara diharuskan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab Acquired

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama sel T CD-4

BAB 1 PENDAHULUAN. dan menjadi salah satu masalah nasional maupun internasional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome,

BAB I PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).

2016 GAMBARAN MOTIVASI HIDUP PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS DI RUMAH CEMARA GEGER KALONG BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

Berusaha Tenang Mampu mengendalikan emosi, jangan memojokan si-anak atau merasa tak berguna.

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DAN HIV / AIDS

Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian HIV dan AIDS Di Puskesmas Kassi-kassi Kota Makassar

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2008

PENGETAHUAN DASAR TENTANG HIV/ AIDS. HIV yang merupakan singkatan dari HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS adalah Virus

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

Oleh: Logan Cochrane

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

ANDA DAN HIV/AIDS, IMS

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU MENGENAI HIV / AIDS PADA SISWA SISWI KELAS DUA DAN TIGA SALAH SATU SMA SWASTA DI KOTA BANDUNG TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV

BAB II Tinjauan Pustaka

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS DAN IMS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS), yaitu sekumpulan gejala. oleh adanya infeksi oleh virus yang disebut Human Immuno-deficiency Virus

PENANGGULANGAN HIV / AIDS

BAB I PENDAHULUAN. narkoba ataupun seks bebas di kalangan remaja. Pergaulan bebas ini akan

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

BAB I PENDAHULUAN. Epidemi human immunodeficiency virus/acquired immune deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN. Menurut DR. Nana Mulyana selaku Kepala Bidang Advokasi dan. Kemitraan Kementerian Kesehatan hasil Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodefficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena

KOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI BALI Jl. Melati No. 21 Denpasar Telpon/Fax:

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB I PENDAHULUAN. HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus ialah virus yang

BAB 2 PENGENALAN HIV/AIDS. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun 2008-2009. Menurut data per 31 Desember 2008 dari Komisi Penanggulangan AIDS Pusat, di 10 Propinsi jumlah kasus AIDS terbanyak berada di daerah Jawa Barat yaitu ada 2888 kasus dan DKI Jakarta ada 2781 kasus sedangkan pada kasus golongan umur terbanyak adalah remaja dari 20-29 tahun yaitu 9187 orang 1. Sebagian besar yang terinfeksi adalah kelompok usia muda, karena penyakit ini sangat berkaitan dengan gaya hidup terutama perilaku seksual dan penyalahgunaan napza. Remaja memang kelompok yang paling rentan terdampak HIV/AIDS, seperti data dari Departemen Kesehatan September 2008, kasus HIV dan AIDS mencapai 21.413 jiwa, dengan rincian kasus AIDS mencapai 15.136 jiwa. Sebesar 54,3% di antaranya terjadi pada umur 15-29 tahun. Sedangkan menurut Kepala Komisi Penanggulangan AIDS DKI Jakarta usia penderita AIDS berusia 14-29 tahun 2. 1 Komisi Penanggulangan AIDS, Mengenal HIV AIDS, Infeksi Menular Seksual dan Narkoba (Jakarta:2009) hal 25 2 PMI, Seks, remaja dan HIV (Jakarta:2008)hal 2

Berdasarkan komisi penanggulangan AIDS Pusat tahun 2009, jenis kelamin dari 19973 kasus AIDS, sebanyak 14720 kasus adalah laki-laki, 5163 kasus adalah perempuan dan 90 kasus tidak diketahui jenis kelaminnya sedangkan pada kasus golongan umur terbanyak adalah usia 20-29 tahun dengan presentasi 50%. DKI Jakarta merupakan urutan ke 3 dari 10 propinsi yang mempunyai kasus 2828 terkena AIDS. Dari 7966 kasus AIDS pada pengguna napza suntik yang dilaporkan 7312 kasus adalah laki-laki, 605 perempuan, dan 49 kasus tidak diketahui jenis kelaminnya. Menurut data yang dihimpun Departemen Kesehatan (2009), diperkirakan sekitar 231.000 pengguna napza adalah melalui jarum suntik, persentasi zat yang paling banyak disalahgunakan adalah golongan opiat. Sekitar 49 % penularan HIV, seperti yang terjadi di Papua lebih dari 90% penularan HIV/AIDS adalah dari berhubungan seksual 3. Setelah itu diikuti penularan lewat jarum suntik di kalangan pengguna napza, dimana banyak dari pasien rawat inap di rumah sakit karena gangguan mental dan perilaku yang disebabkan penggunaan narkoba suntik telah meninggal dunia akibat dari penyakit yang tidak ada obatnya seperti HIV/AIDS seperti hepatitis C, dan penyakit lainnya. Surveilans Terpadu Biologis Perilaku Departemen Kesehatan menyebutkan prevalensi HIV/AIDS tertinggi masih pada kalangan pengguna narkoba, sedangkan perilaku kegiatan seksual tidak aman menjadi yang ke dua. Tetapi diperkirakan untuk 3 Departemen Kesehatan 2009

beberapa tahun ke depan, perilaku kegiatan seks tidak aman bisa menjadi lebih tinggi lagi. Pembangunan kesehatan pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kualitas kehidupan serta meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat serta mempertinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat. Pembangunan kesehatan meliputi beberapa aspek yaitu promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative. Menurut WHO arti dari sehat ialah suatu keadaan sejahtera, sempurna fisik, mental, dan sosial yang tidak hanya terbatas pada bebas dari penyakit atau kelemahan saja. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap orang. Masalah kesehatan difokuskan pada penyakit yang di derita manusia untuk dilakukan penyembuhan. Konsep pencegahan dan pemeliharaan kesehatan kurang diperhatikan oleh semua pihak, terutama oleh petugas kesehatan, sehingga seringkali masalah penyakit tidak terselesaikan dengan baik dan tuntas. Status kesehatan masyarakat yang rendah dapat mempengaruhi beberapa aspek kehidupan manusia diantaranya menurunnya semangat kerja sehingga dapat menurunkan produktifitas seseorang, mempengaruhi tingkat sosial ekonomi dan juga dapat mempengaruhi mutu sumber daya manusia itu sendiri. Salah satu contoh penyakit yang sampai saat ini angka kejadiaanya terus meningkat dan penanganannya belum sepenuhnya berhasil adalah HIV/AIDS. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang

disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus AIDS merusak kekebalan tubuh manusia, akibat turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkitnya penyakit infeksi HIV. Akibat menurunnya kekebalan tubuh timbul berbagai penyakit oportunistik seperti tbc, kandidiasis, berbagai radang pada kulit, paru, saluran pencernaan, otak dan kanker. Virus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV), yang diidentifikasi pada tahun 1983 sebagai penyebabnya. HIV adalah virus RNA, merupakan retrovirus yang terdiri dari sampul dan inti. Virus terdiri dari 2 subtype, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Virus ini menyerang sel limfosit-cd4 (salah satu sel darah putih). Epidemi HIV/AIDS di Indonesia sangat tinggi dan erat kaitannya dengan faktor resiko terutama pengguna napza suntik. Penularan HIV/AIDS terjadi melalui hubungan seksual yang tidak aman, transfusi darah, penggunaan jarum suntik yang tidak steril, transplantasi organ/jaringan dan penularan dari ibu hamil ke janin yang dikandungnya. Indonesia termasuk salah satu Negara Asia yang mengalami epidemi HIV/AIDS dengan prevalensi yang meningkat tajam dan dapat menyebar dengan sangat cepat di daerah yang kondisi sosial, ekonomi serta politiknya kurang baik sehingga belum menunjukan penurunan meskipun penanggulangan HIV/AIDS telah dilaksanakan oleh masyarakat, LSM swasta serta pemerintah. Secara tradisional opium adalah jenis napza dengan cara dihisap, namun terjadi perubahan penggunaan opium ke heroin. Heroin pada awalnya dipakai dengan

cara disuntikan. 4 Peralihan menju penggunaan narkoba suntikan inilah yang mengakibatkan epidemic HIV dikalangan pengguna narkoba suntikan (IDU) di sejumlah Negara maju dan di negaa berkembang. Asia adalah salah satu kawasan yang paling rentan terkena dampak buruk epidemic tersebut. Penularan HIV diakalangan IDU tidak hanya terbukti berlangsung dengan sangat cepat, tetapi juga ternyata menjadi inti bagi gelombang penularan kekelompok masyarakat lain, terutama ke kelompok yang aktif secara seksual hingga mengenai anak-anak mereka. Gejala HIV/AIDS yaitu berat badan menurun lebih dari 10% dalam waktu singkat (kurang lebih enam bulan), demam tinggi berkepanjangan lebih dari satu bulan, diare berkepanjangan lebih dari satu bulan, kelenjar getah bening yang bengkak, kelainan kulit dan iritasi (gatal), batuk terus menerus lebih dari satu bulan, rasa lelah yang berkepanjangan, infeksi jamur pada mulut dan kerongkongan dan pembekakan kelenjar getah bening di seluruh tubuh seperti di bawah telinga, leher, ketiak, dan lipat paha. Dengan adanya gejala di atas belum di pastikan bahwa seseorang menderita HIV/AIDS karena gejala tersebut banyak di jumpai pada penyakit lain. Untuk memastikan bahwa seseorang terkena HIV/AIDS perlu dilakukan pemeriksaan darah. Cara ini tidak mendeteksi virus itu sendiri, melainkan anti body yang dihasilkan oleh tubuh sebgai tanggapan adanya virus tersebut. Ada dua tes yang utama yaitu Elisa dan western blot. 4 Pengurangan Dampak Buruk Narkoba, Menanggapi Epdemi HIV di Kalangan Pengguna Narkoba Suntikan ( Jakarta) hal 1

Perilaku pencegahan resiko HIV/AIDS ialah proses interaksi manusia untuk pencegahan suatu penyakit dan diharapkan mendapatkan nilai positif di kalangan masyarakat yang ditandai dengan mempelajari fakta tentang HIV/AIDS karena banyak beredar anggapan dan pemikiran tentang hal ini meliputi tidak melakukan hubungan seks sebelum nikah, tidak menerima transfuse darah yang tidak jelas status HIVnya, menggunakan alat suntik, tindik, atau tato yang hanya sekali pakai, tidak mengkonsumsi narkotika suntik, tidak mabuk-mabukan yang bisa membuat lupa diri sehingga melakukan perbuatan yang berisiko tertular HIV/AIDS, berani menolak ajakan yang berisiko tertular HIV/AIDS, mensterilkan alat-alat medis dan non medis setiap sekali pakai, terutama yang berhubungan dengan cairan tubuh manusia. Masalah HIV/AIDS merupakan masalah semua negara di dunia dan diperlukan upaya kerjasama baik nasional, regional, maupun internasional. Salah satu penyebab tingginya HIV/AIDS adalah rendahnya pengetahuan remaja akan bahaya HIV/AIDS. Pencegahan penularan akan berhasil jika ada rasa nyaman dan terdukung dalam diri individual dan masyarakat. 5 Hal ini bisa diciptakan dengan mempromosikan sikap non disriminatif dan memastikan adanya dukungan bagi orang yang terinfeksi. Pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS diperoleh dari pengalaman sendiri terhadap obyek melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pemahaman yang tepat untuk pengetahuan 5 Berdayakan Diri Menghadapi HIV/AIDS, Profil Yayasan Spritia (Jakarta : 1997) hlm11

yang dimilikinya tentang definisi HIV/AIDS, cara kerja HIV/AIDS, penyebab HIV/AIDS, penularan HIV/AIDS, gejala HIV/AIDS dan cara pencegahan HIV/AIDS. Pengetahuan tentang HIV/AIDS sangat penting bagi remaja yang usianya 14-22 Tahun karena mereka adalah generasi penerus yang mempunyai masa depan yang cerah dan merupakan aset bangsa yang harus diselamatkan. Mahasiswa khususnya angkatan 2009 Universitas Esa Unggul merupakan kelompok remaja berumur 18-20 Tahun yang saat ini perlu diperhatikan dalam hal pergaulan karena mereka angkatan baru masuk kuliah ingin mencoba sesuatu yang baru dan belum mengetahui tentang pergaulan yang sehat sehingga mereka mudah terkena rayuan/godaan dari pengaruh buruk lingkungan, tidak mampu bertahan dengan keadaan sehingga melampiaskan emosi negative ke orang lain dan memudahkan mereka untuk terkena resiko HIV/AIDS seperti berhubungan seksual, memakai jarum suntik secara bergantian, menggunakan narkoba, mabok-mabokan dsb. Kurangnya pengetahuan dapat menyebabkan perilaku yang tidak baik, dimana Universitas Esa Unggul masih sedikit melakukan program yang berkaitan HIV/AIDS dapat menyebabkan kurangnya informasi mengenai pencegahan HIV/AIDS dikalangan mahasiswa. Oleh karena itulah penulis tertarik untuk mengambil judul Hubungan Pengetahuan Tentang HIV/AIDS Terhadap Perilaku Pencegahan Resiko HIV/AIDS Universitas Esa Unggul.

1.2 Identifikasi Masalah Pengetahuan Tentang HIV/AIDS seperti definisi HIV/AIDS, cara kerja HIV/AIDS, penyebab HIV/AIDS, penularan HIV/AIDS, gejala HIV/AIDS, dan cara pencegahan HIV/IDS dapat diperoleh melalui media cetak, media elektronik, pamphlet, dan leafleat. Kurangnya pengetahuan tentang HIV/AIDS dapat berpengaruh terhadap perilaku resiko HIV/AIDS yang disebabkan oleh umur, jenis kelamin, pengaruh buruk lingkungan, serta tidak mampu bertahan dengan keadaan menyebabkan kurangnya informasi mengenai pencegahan HIV/AIDS dikalangan mahasiswa 1.3 Pembatasan Masalah Mengingat keterbatasan dalam hal dana, tenaga, waktu dan teori maka peneliti hanya membatasai permasalahan yaitu hubungan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS terhadap perilaku pencegahan resiko HIV/AIDS di Universitas Esa Unggul. 1.4 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah maka peneliti membuat rumusan masalah, yaitu apakah ada hubungan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS terhadap perilaku pencegahan resiko HIV/AIDS di Universitas Esa Unggul.

1.5 Tujuan Penelitian 1.5.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS terhadap perilaku pencegahan resiko HIV/AIDS di Universitas Esa Unggul. 1.5.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di Universitas Esa Unggul. 2. Mengetahui perilaku pencegahan resiko HIV/AIDS di Universitas Esa Unggul 3. Menganilisis hubungan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS terhadap perilaku pencegahan resiko HIV/AIDS di Universitas Esa Unggul. 1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Bagi Peneliti 1. Menambah wawasan, pengetahuan di bidang penelitian mengenai hubungan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS terhadap perilaku pencegahan resiko HIV/AIDS di Universitas Esa Unggul.

2. Dapat memperluas ilmu pengetahuan yang diperoleh, agar lebih peka dalam melihat dan menjawab permasalahan kesehatan yang sedang terjadi dalam masyarakat 1.6.2 Bagi Institusi 1. Dapat menambah pengetahuan guna meningkatkan SDM untuk dapat berperilaku mencegah resiko HIV/AIDS yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian yang lain. 2. Menambah bahan referensi kepustakaan Universitas Esa Unggul, yang nantinya dapat bermanfaat bagi para pembaca