2014 ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN MISKONSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PADA MATERI GERAK BERDASARKAN HASIL THREE-TIER TEST

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fuji Hernawati Kusumah, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sekarang (Arikunto, 2010:245). Hal yang digambarkan pada penelitian ini

Ketika konsepsi siswa ada yang berbeda dari yang biasa diterima, dalam Tan (2005) hal itu disebut alternative frameworks, misconceptions, student

2015 ID ENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PAD A MATERI TEKANAN MENGGUNAKAN THREE-TIER TEST

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran fisika pada materi gelombang bunyi di SMK masih menyisakan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang pendidikan. Dalam era globalisasi ini, sumber daya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk memperoleh gambaran mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gilarsi Dian Eka Pertiwi, 2013

STUDI MISKO SEPSI PESERTA DIDIK KELAS IX SMP EGERI 1 MAKASSAR PADA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penguasaan konsep siswa melalui Lembar Kerja Rumah (LKR) dan tes proses

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Nur Annisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam, mempelajari gejala dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Project based learning (PjBL) dalam penelitian ini menggunakan. dipresentasikan kepada orang lain.

I. PENDAHULUAN. Fisika merupakan ilmu fundamental yang menjadi dasar perkembangan ilmu

DESKRIPSI MISKONSEPSI SISWA SMA SEKECAMATAN KAPUAS TENTANG GERAK MELINGKAR BERATURAN MENGGUNAKAN THREE-TIER TEST

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah weak-experiment karena tidak

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

2014 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

HUBUNGAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DENGAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATA KULIAH GENETIKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi yang memungkinkan terjadinya proses belajar yang. masing-masing komponen masukkan itu berbeda-beda pada setiap lembaga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. melalui generalisasi dan berfikir abstrak. Konsep merupakan prinsip dasar

Aditya Rakhmawan 1 dan Mudmainah Vitasari 2. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang dapat menyiapkan peserta didik untuk melek IPA dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Terkait dengan tujuan penelitian ini yang mengabaikan variabel luar yang

BAB I PENDAHULUAN. hukum, prinsip dan teori. Materi kimia yang sangat luas menyebabkan kimia

BAB I PENDAHULUAN. dipelajari di Sekolah Dasar (SD) sebagai program untuk menanamkan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Riskan Qadar, 2015

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA POKOK BAHASAN RANGKAIAN ARUS SEARAH DI KELAS XII MAN 1 JEMBER. Risalatun Nur Rohmah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. yang unggul, dan siap menghadapi perubahan-perubahan atau perkembangan. dapat dikembangkan melalui pendidikan matematika.

PERBANDINGAN HASIL TES KETERAMPILAN PENALARAN FORMAL MAHASISWA SEBELUM DAN SESUDAH PERKULIAHAN PENGANTAR DASAR MATEMATIKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. keterampilan-keterampilan tertentu yang disebut keterampilan proses. Keterampilan Proses menurut Rustaman dalam Nisa (2011: 13)

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurvita Dewi Susilawati, 2013

IDENTIFIKASI PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMP/MTs PADA MATERI GERAK MENGGUNAKAN THREE-TIER TEST. Fita Fatimah 1)

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Setiap siswa mempunyai cara yang berbeda dalam mengkonstruksikan

PENGGUNAAN THINK-ALOUD PROTOCOLS UNTUK MENGATASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK STOIKIOMETRI DI SMA KHADIJAH SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan mata pelajaran biologi di Madrasah Aliyah (MA) adalah agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi kepentingan hidup. Secara umum tujuan pendidikan dapat

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Muhammad Agus Al Arief, Suyono Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA KELAS X MIA 4 SMA NEGERI 1 PINRANG PADA MATERI IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN THREE-TIER TEST

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mohammad Iqbal, 2015

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembenahan di segala bidang termasuk bidang pendidikan. Hal ini juga dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Semua pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmiah disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Analisis Konsepsi Siswa Pada Konsep Kinematika Gerak Lurus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional.

BAB I PENDAHULUAN. Indah Rizki Anugrah, Mengungkap Miskonsepsi Topik Stoikiometri Pada Siswa Kelas X Melalui Tes Diagnostik Two-Tier

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengumpulan Data. Produk. Massal. Gambar 3.1 Langkah-langkah penggunaan Metode R & D

Nama : ARI WULANDARI NIM : Pokjar : Gantiwarno

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu mengenai cara mencari tahu

SUATU MODEL DALAM PEMBELAJARAN KIMIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu bidang studi yang ada

Identifikasi Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dengan Menggunakan Tes Diagnostik Three-Tier Multiple Choice

BAB I PENDAHULUAN. (Syarifudin, 2007: 21). Dalam arti luas, pendidikan berlangsung bagi siapapun,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN: Kemampuan Berpikir Logis Matematis Mahasiswa Pendidikan Matematika Pada Mata Kuliah Matematika Diskrit

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di SD adalah memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI MOMENTUM, IMPULS DAN TUMBUKAN MELALUI TES DIAGNOSTIK EMPAT TAHAP PADA SISWA SMA KELAS XII

ISSN: Quagga Volume 9 No.2 Juli 2017

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif dengan pengolahan data menggunakan uji korelasional.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas.

BAB I PENDAHULUAN. menuntut adanya suatu strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB III METODE PENELITIAN

2016 PENGEMBANGAN MEDIA SIMULASI VIRTUAL PERPINDAHAN KALOR DAN PENGGUNAANNYA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA YANG BERORIENTASI PENGUBAHAN KONSEPSI SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN. dan kerja keras sedini mungkin. Walaupun hal tersebut telah diupayakan, namun

2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN S LEARNING IN SCIENCE

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya terutama fisiologi hewan (Mulyani, 2009). Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Intan Fitriyani, 2014 Profil model mental siswa pada materi termokimia dengan menggunakan TIM_POE

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fisika merupakan disiplin ilmu yang menjelaskan gejala-gejala alam yang dapat dipahami oleh pikiran manusia melalui konsep, teori, dan kejadian yang terjadi di lingkungan sekitar. Konsep-konsep merupakan dasar untuk berpikir, dan merupakan dasar bagi proses-proses mental lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi (Dahar, 1989: 79). Untuk menyelesaikan permasalahan pada saat proses pembelajaran, siswa harus mengetahui aturan yang relevan berdasarkan konsep-konsep yang diperolehnya dan memahami konsepnya. Pemahaman konsep sangat berarti dan penting, sebagai suatu cara untuk mengorganisir atau menyusun pengetahuan dan merupakan dasar untuk membangun pemikiran menuju pada tingkat berpikir yang lebih tinggi. Akan tetapi untuk memahami sebuah konsep, masih ada siswa yang memahami konsep tersebut tidak sesuai dengan pengertian ahli atau siswa tersebut mengalami miskonsepsi. Banyak faktor yang menyebabkan siswa salah mengartikan konsep fisika atau miskonsepsi. Miskonsepsi yang berasal dari siswa dikelompokkan dalam beberapa hal (Suparno 2013: 34), yaitu (1) prakonsepsi atau konsep awal siswa, (2) pemikiran asosiatif, (3) pemikiran humanistik, (4) reasoning yang tidak lengkap atau salah, (5) intuisi yang salah, (6) tahap perkembangan kognitif siswa, (7) kemampuan siswa, (8) minat belajar siswa. Hasil penelitian Treagust (2006: 1) mengemukakan bahwa data hasil penelitian selama lebih dari tiga dekade menunjukkan mayoritas siswa datang ke kelas dengan membawa pengetahun awal mengenai anggapan atau penjelasan suatu fenomena alam sebagaimana yang mereka lihat dengan mata sendiri namun tidak konsisten secara ilmiah lalu siswa membangun pemahamannya secara terbatas. Hal ini mengakibatkan kesalahpahaman siswa terhadap konsep tertentu, jika kesalahan ini terus terjadi Agustina, Tiara. 2014 ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN MISKONSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PADA MATERI GERAK BERDASARKAN HASIL THREE-TIER TEST Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

2 dan tidak adanya penanganan mengakibatkan pemahaman yang salah ini akan terus tertanam. Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya miskonsepsi yang berasal dari siswa yaitu tahap perkembangan kognitif siswa (Suparno 2013: 34). Upaya untuk mengetahui perkembangan kognitif siswa maka perlu dilakukan tes berupa tes berpikir logis. Sesuai dengan peraturan menteri pendidikan nasional tahun 2006 tentang standar kompetensi kelulusan menyatakan bahwa salah satu tujuan pendidikan adalah menunjukan kemampuan berpikir logis, kritis, dan inovatif. Berpikir logis merupakan cara berpikir yang terdiri dari sejumlah dasar pemikiran, sebuah argumentasi dan sebuah kesimpulan yang dimiliki siswa dalam mengemukakan sesuatu yang benar dan secara rasional. Kemampuan berpikir logis setiap individu tidaklah sama, hal ini bergantung pada tingkat perkembangan intelektualnya. Upaya untuk mengidentifikasi kemampuan berpikir logis dilakukan dengan menggunakan Test of Logical Thinking (TOLT) dari Tobin dan Capie (1981). Tes ini digunakan unutk mengetahui kemampuan berpikir logis siswa yang dapat dipengaruhi oleh tingkat perkembangan intelektualnya berdasarkan skor dalam TOLT. Penulis menggunakan TOLT ini berbasis konsep fisika (tes berpikir logis modifikasi). Dengan menggunakan tes berpikir logis, dapat diperoleh informasi perkembangan intelektual siswa dan kemampuan berpikir berpikir logis yang nantinya dapat membantu seorang guru dalam melakukan metode pembelajaran yang tepat terhadap siswa. Berdasarkan hasil penelitian Firman (Kurniawati, 2005) menunjukkan adanya kecenderungan bahwa semakin mendekati tahap operasi formal kemampuan menggunakan IPA semakin meningkat. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan Kurniawati siswa yang mengalami miskonsepsi berimbang antara siswa pada kelompok formal dan kelompok konkret. Dengan demikian tahap perkembangan kognitif merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi konsepsi siswa. Terkait dengan konsepsi siswa yang berbeda dengan konsep ilmiah yang diterima secara umum, Hammer (1996: 1318) lebih menggunakan istilah miskonsepsi dan mendefinisikannya sebagai konsepsi yang dipegang kuat dan

3 merupakan stuktur kognitif yang stabil namun tidak sama dengan konsepsi para ahli atau konsep ilmiah. Definisi tersebut menunjukkan bahwa siswa dikatakan mengalami miskonsepsi bukan semata karena tidak konsisten dengan konsep ilmiah, tetapi juga karena konsep ini diyakini dengan kuat oleh siswa. Guru memiliki peran penting dalam mengatasi terjadinya miskonsepsi pada siswa. Miskonsepi sebaiknya diatasi sedini mungkin, supaya kesalahan konsep tidak tertanam lebih lama. Ada beberapa cara untuk mengidentifikasi terjadinya miskonsepsi pada siswa yaitu peta konsep, tes pilihan ganda dengan pertanyaan terbuka, tes esai, dan wawancara (Suparno, 2013: 121). Dari beberapa alat evaluasi, yang sering dipergunakan adalah tes pilihan ganda. Tes pilihan ganda banyak dipilih sebagai alat evaluasi karena mudah dalam pensekoran, waktu pemeriksaan lebih singkat, dan terhindar dari sikap subjektif. Akan tetapi tes pilihan ganda memiliki kekurangan yaitu jawaban tes pilihan ganda dapat diterka-terka atau dapat ditebak jika dibandingkan dengan tes uraian (Fitri, 2011). Berdasarkan hal tersebut maka tes pilihan ganda belum dapat menggambarkan miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Merujuk pada hasil penelitian, Black dan William (Treagust, 2006: 2) menyebutkan bahwa prosedur penilaian saat ini diklaim tidak menunjukkan hasil pengukuran yang valid mengenai apa yang diketahui siswa. Maka dari itu banyak para ahli yang mengembangkan alat evaluasi untuk mengetahui miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Adapun alat evaluasi yang dikembangkan adalah pilihan ganda dengan menambah alasan atau yang disebut two tier test. Two-tier test dianggap cukup berhasil untuk menggambarkan miskonsepsi siswa, akan tetapi Two-tier Test tidak dapat membedakan miskonsepsi dengan lack of knowledge atau lack of concept (Pesman dan Eryilmaz, 2010: 208-209). Alat tes lain yang dapat digunakan untuk mengetahui miskonsepsi siswa adalah Three-tier Test yang dikembangkan dalam penelitian oleh Eryilmaz dan Surmeli (Pesman dan Eryilmaz, 2010: 209). Alat tes ini merupakan pengembangan dari two-tier test dengan menambahkan Certainty Responce Index (CRI) atau Confidence Rating (CR). Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengidentifikasi miskonsepsi yang terjadi pada konsep-konsep fisika

4 diantaranya konsep gerak. Kesalahan atau miskonsepsi yang sering terjadi pada materi gerak dintaranya, siswa salah memahami kata jarak dan kata perpindahan pada kehidupan sehari-hari memiliki arti yang sama. Akan tetapi dalam fisika kedua kata tersebut memiliki arti yang berbeda, jarak merupakan panjang lintasan, sedangkan perpindahan adalah perubahan posisi benda dari keadan kekeadaan akhir. Pengertian yang berbeda dengan kehidupan sehari-hari ini menyebabkan siswa salah mengartikan konsep-konsep fisika. Terdapat beberapa penelitian mengenai miskonsepsi pada materi gerak. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Ulfarina (2011) disalah satu SMP di kota Bandung, terdapat miskonsepsi pada materi gerak berkaitan dengan soal yang mengubah bentuk dari data ke grafik dan sebaliknya. Pemilihan materi tesebut dilakukan karena konsep gerak sangat akrab dengan keseharian, dan disaat peneliti melakukan diskusi dengan siswa mengenai materi gerak, umumnya siswa SMP mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep gerak, misalnya dalam menentukan kerangka acuan bagi benda yang dikatakan sedang bergerak, membedakan antara jarak dengan perpindahan atau antara kelajuan dengan kecepatan. Berdasarkan penelitian yang telah banyak dilakukan bahwasannya pada konsep gerak adanya peluang terjadinya miskonsepsi, dan konsep gerak sangat akrab dengan keseharian siswa. Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, maka mendorong peneliti untuk mengadopsi dan mengadaptasi three-tier test untuk mengidentifikasi kemampuan berpikir logis dan miskonsepsi pada materi gerak. B. Identifikasi dan Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian studi pendahuluan pada latar belakang, peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut: a. Terjadinya miskonsepsi pada materi gerak lurus b. Faktor yang mempengaruhi terjadinya miskonsepsi yaitu tahap perkembangan kognitif, upaya untuk mengetahui perkembangan kognitif maka dilakukan tes berpikir logis

5 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: Bagaimanakah kemampuan berpikir logis dan miskonsepsi siswa SMP pada materi gerak dengan menggunakan three tier test?. Untuk mempermudah pengkajian secara sistematis terhadap permasalahan yang akan diteliti, maka rumusan masalah tersebut dirinci menjadi sub-sub masalah sebagai berikut. a. Bagaimana kemampuan berpikir logis siswa SMP? b. Pada konsep apa saja siswa SMP mengalami miskonsepsi mengenai materi gerak? c. Bagaimana miskonsepsi yang terjadi pada materi gerak jika ditinjau dari kategori berpikir siswa? 3. Batasan Masalah Permasalahan yang dirumuskan dibatasi dengan batasan masalah sebagai berikut: a. Kemampuan berpikir logis dapat dilihat dari skor hasil Test of Logical Thinking (TOLT) yang dikembangkan oleh Tobin dan Capie (1981). Skor total yang diperoleh disesuaikan dengan kriteria Valanides, (1997: 174) yaitu Skor 0-1, maka tahap berpikir siswa berada pada tahap berpikir konkret, skor 2-3, maka tahap berpikir siswa berada pada tahap berpikir transisi, dan skor 4-10, maka tahap berpikir siswa berada pada tahap berpikir formal. b. Miskonsepsi diidentifikasi dengan membandingkan jawaban siswa pada Twotier Test dengan tingkat keyakinan siswa dalam soal Three-tier Test. Adanya miskonsepsi ditunjukkan dengan kriteria yang telah dikembangkan oleh Kaltakci & Didi s (2007). 4. Definisi Operasional

6 Miskonsepsi merupakan keadaan dimana konsepsi yang dimiliki oleh siswa tidak sama dengan konsepsi para ahli, sedangkan berpikir logis adalah proses berpikir yang menggunakan penalaran secara konsisten untuk menghasilkan kesimpulan. Kemampuan berpikir logis yang diamati dalam penelitian ini meliputi 5 aspek kemampuan berpikir logis yaitu penalaran proporsional, penalaran probabilistik, penalaran pengontrolan variabel, penalaran korelasional, dan penalaran kombinatorial. Pada penelitian ini, miskonsepsi dan berpikir logis diidentifikasi dengan menggunakan satu test yaitu three-tier test materi gerak. Kemampuan berpikir logis diidentifikasi dari jawaban siswa pada tingkat pertama (first tier) dan tingkat kedua (second tier). Miskonsepsi diidentifikasi dari jawaban siswa pada tingkat pertama (first tier), tingkat kedua (second tier), dan tingkat keyakinan berbentuk pilihan yakin dan tidak yakin. C. Tujuan Penelitian Berdasakan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan umum penelitian ini adalah: Mengungkapkan kemampuan berpikir logis dan miskonsepsi siswa SMP pada meteri gerak berdasarkan hasil dari Three-tier Test. Secara khusus penelitian ini bertujuan: 1. Menjelaskan hasil kemampuan berpikir logis siswa SMP dari hasil tes berpikir logis. 2. Mengungkapkan Miskonsepsi yang dialami siswa pada materi gerak 3. Mengungkapkan miskonsepsi yang dialami siswa pada tiap tahap berpikir D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Sebagai salah satu pertimbangan intruksional guru, misalnya dalam menentukan tujuan, urutan penyajian, pemilihan media pembelajaran serta alat penilaiannya. Tahap perkembangan kognitif siswa dijaring melalui tes bepikir logis dalam penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan guru dalam merancang pembelajaran Fisika sesuai dengan karakteristik dan perkembangan kognitif siswa.

7 2. Satu alat evaluasi dapat menjaring dua infomasi yaitu kemampuan berpikir logis dan miskonsepsi E. Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi dari penulisan skripsi yaitu pada BAB I merupakan bab pendahuluan yang membahas tentang latar belakang penelitian yaitu menjelaskan tentang hal-hal yang menyebabkan terjadinya miskonsepsi terjadinya miskonsepsi, dan alat untuk mengidentifikasi miskonsepsi, identifikasi perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi. Sedangkan pada BAB II merupakan bab yang menjelaskan tentang kajian teoritis tentang berpikir logis, miskonsepsi dan three-tier test. Pada BAB III mejelaskan metode penelitian, pada BAB IV menjelaskan tentang hasil penelitian serta pembahasan yaitu memaparkan kemampuan berpikir siswa yang diujikan dengan tes bepikir logis modifikasi serta TOLT, identifikasi miskonsepsi, dan keterkaitan antara kemampuan berpikir logis serta miskonsepsi berdasarkan tingkat berpikir siswa. Bab V menjelaskan tentang kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan.