GAMBARAN PENGETAHUAN, STATUS PEKERJAAN, TINGKAT EKONOMI, DAN PERAN KADER PADA USIA DEWASA YANG TIDAK BERKUNJUNG KE POSBINDU DI DUSUN WATUBUBAN KELURAHAN GEDANGANAK KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG 2016 Putri Ahadiyah* Rosalina, S.Kp., M.Kes **) Puji Lestari, S.Kep., Ns., M.Kes. (Epid )**) *) Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Email : ahadiyah.putri@yahoo.co.id ABSTRAK Posbindu adalah Pos Pembinaan Terpadu terhadap faktor risiko penyakit tidak menular, berfungsi meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan dini faktor risiko penyakit tidak menular. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, status pekerjaan, tingkat ekonomi, dan peran kader pada usia dewasa yang tidak berkunjung ke posbindu di Dusun Watububan Kelurahan Gedanganak Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua warga usia dewasa (25-44) yang tidak pernah berkunjung ke posbindu di Dusun Watububan Ungaran Timur. Teknik sampel yaitu Proportionate Stratified Random Sampling dengan sampel 52 responden. Analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan responden mempunyai tingkat pengetahuan baik sejumlah 22 responden (42,3%), responden yang bekerja sejumlah 43 responden (82,7%), sebagian besar responden mempunyai status ekonomi < UMR sejumlah 27 responden (51,9%), sebagian besar responden menilai peran kader kurang baik sejumlah 33 responden (63,5%). Kader diharapkan lebih jeli dalam menjelaskan, menyampaikan informasi kepada warga dan warga yang tidak pernah berkunjung seharusnya dilakukan kunjungan rumah oleh kader sehingga dapat meningkatkan kunjungan ke posbindu. Kata kunci : pengetahuan, status pekerjaan, tingkat ekonomi, peran kader Kepustakaan : 28 (2000-2015) 1
ABSTRACT Posbindu is an integrated development post towards the risk factors of non communicable diseases, that has a rle to improve community participation in preventing and making early detection of risk factors for non-communicable diseases. This study aims to find the description about knowledge, employment status, economic level, and the role of cadres of adult people who do not visit Posbindu at Watububan Gedanganak Village East Ungaran Sub-district Semarang Regency. This was a descriptive study. The population in this study was all people in adult age (25-44 years) who never visited Posbindu at Watububan Gedanganak Village East Ungaran Sub-district Semarang Regency. The data sampling used proportionate stratified random sampling technique as many as 52 respondents. The univariate analysis used frequency distribution. The results of study indicate that the respondents with good level of knowledge are 22 respondents (42.3%), the respondents who work are 43 respondents (82.7%), the majority of respondents have economic status less than UMR (Regional Standardized Salary) are 27 repondents (51.9%), most respondents assess that the role of cadres is poor as many as 33 espondents (63.5%). The cadres are expected to be more aware in explaining, and informing the society who never visits Posbindu by doing home visits to improve the visits to Posbindu. Keywords : knowledge, employment status, economic level, the role of cadres Bibliographies : 28 (2000-2015) PENDAHULUAN Salah satu strategi dalam meningkatkan pembangunan kesehatan adalah pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat termasuk dunia usaha. Masyarakat diberi fasilitas dan bimbingan dalam mengembangkan wadah untuk berperan, dibekali pengetahuan dan ketrampilan untuk mengenali masalah di wilayahnya, mengidentifikasi, merumuskan dan menyelesaikan permasalahannya sendiri berdasarkan prioritas dan potensi yang ada (KemenKes RI, 2012). Posbindu penyakit tidak menular merupakan wujud peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan monitoring faktor risiko PTM serta tindak lanjutnya yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik (KemenKes RI, 2014). Masyarakat diberikan fasilitas dan bimbingan untuk ikut berpartisipasi dalam pengendalian faktor risiko PTM dengan dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan deteksi dini, monitoring faktor risiko PTM serta tindak lanjutnya. Kegiatan ini disebut Pos pembinaan terpadu (Posbindu) PTM (KemenKes, 2014). Berdasarkan Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 14 November 2015 di Watu Buban Kelurahan Gedang Anak terhadap 8 2
warga yang berkunjung, didapatkan 4 diantaranya pengunjung aktif (mengunjungi posbindu secara rutin) dan 4 sisanya merupakan pengunjung tidak aktif (mengunjungi posbindu tidak secara rutin). Dari 4 pengunjung yang tidak aktif mengunjungi posbindu, didapati bahwa sibuk bekerja, tidak mengetahui manfaat kunjungan posbindu, dan berpenghasilan rendah. Sedangkan 4 lainnya yang aktif mendatangi posbindu mengatakan bahwa pekerjaannya adalah ibu rumah tangga, mengetahui manfaat posbindu dan berpenghasilan cukup. Dari peran kader, masyarakat mengatakan kader kurang memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melakukan kunjungan Posbindu. Perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu faktor predisposisi (faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya), faktor pemungkin (faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, jarak tempuh, keterampilan terkait kesehatan), dan faktor penguat (faktor ini meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan, adanya undang-undang, peraturanperaturan) (Notoatmodjo, 2012). METODE PENELITIAN Jenis rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian deskriptif menggunakan desain survey. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga yang berumur 25-44 tahun yang tidak mengikuti posbindu berjumlah 523 orang. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Proportionate Stratified Random Sampling, jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sesuai dengan penghitugan ukuran minimum sampel yang dapat diterima bersadarkan desain penelitian metode deskriptif, minimal 10% yaitu 52 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15-16 Februari 2016 di di Dusun Watu Buban Kelurahan Gedanganak Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Alat pengumpulan data adalah dengan menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan distribusi distribusi frekuensi. HASIL Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Tahun 2016 Umur 25-35 tahun 36-44 tahun 43 82,7% 9 17,3% Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 52 responden pada usia dewasa yang tidak berkunjung ke posbindu di Dusun Watu Buban Ungaran Timur Kabupaten Semarang menunjukkan bahwa umur paling banyak adalah kategori 25-35 tahun yaitu sejumlah 43 responden (82,7%) dan paling sedikit kategori >35 tahun yaitu sejumlah 9 responden (17,3%). Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis KelaminTahun 2016 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 24 28 25,0 75,0 Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jenis kelamin dari 52 responden usia dewasa yang tidak berkunjung ke posbindu di Dusun Watu 3
Buban Kelurahan Gedanganak Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, paling banyak adalah perempuan yaitu sejumlah 28 responden (53,8%) dan paling sedikit adalah lakilaki yaitu sejumlah 24 responden (46,2%). Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Tahun 2016 Pendidikan SD 6 11,5 SMP 12 23,1 SMA 20 38,5 PT 14 26,9 Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan dari 52 responden paling banyak adalah SMA yaitu sejumlah 20 responden (38,5%) dan paling sedikit adalah SD yaitu sejumlah 6 responden (11,5%). Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Responden Tahun 2016 Pengetahua n Kurang 20 38,5 Cukup 10 19,2 Baik 22 42,3 Jumlah 52 100,0 Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 52 responden, pengetahuan paling banyak adalah kategori baik yaitu sejumlah 22 responden (42,3%) dan paling sedikit adalah kategori cukup yaitu sejumlah 10 responden (19,2%). Tabel4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Pekerjaan Tahun 2016 Status pekerjaan Bekerja 43 82,7 Tidak bekerja 9 17,3 Motivasi kuat 29 45,3 Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa dari 52 responden, responden paling banyak adalah bekerja yaitu sejumlah 43 responden (82,7%) dan responden paling sedikit adalah tidak bekerja yaitu sejumlah 9 responden (17,3). Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Ekonomi Tahun 2016 Tingkat Ekonomi < UMR 25 48,1 UMR 27 51,9 Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa dari 52 responden, tingkat ekonomi paling banyak adalah <UMUR yaitu sejumlah 27 responden (51,9%) dan paling sedikit kategori UMR yaitu sejumlah 25 responden (48,1%). Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Peran Kader Tahun 2016 Peran Kader Baik Kurang Baik 19 33 36,5 63,5 Dari Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa dari 52 responden, peran kader paling banyak adalah kategori kurang yaitu sejumlah 33 responden (63,5%) dan paling sedikit kategori baik yaitu sejumlah 19 responden (36,5%). 4
PEMBAHASAN 1. Gambaran Pengetahuan pada usia dewasa yang tidak berkunjung ke posbindu di Dusun Watububan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 52 responden yang tidak berkunjung ke posbindu di Dusun Watububan Kelurahan Gedang Anak Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang didapatkan bahwa pengetahuan tentang posbindu dalam dalam kategori baik sejumlah 22 responden (42,3), kategori kurang yaitu sebesar 20 responden (38,5), dan kategori cukup sejumlah 10 responden (19,2). Warga yang tidak berkunjung ke posbindu yang mempunyai pengetahuan baik sejumlah 22 responden (42,3), dikarenakan dari 13 responden tersebut berpendidikan SMA dan perguruan tinggi. Warga yang berpendidikan tinggi justru tidak melakukan kunjungan ke posbindu, berlainan dengan Notoatmodjo (2012), menyatakan bahwa pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi (Nursalam, 2005). Warga yang tidak berkunjung ke posbindu yang mempunyai pengetahuan baik sejumlah 22 responden (42,3), hal ini berlainan dengan Notoatmodjo (2012), bahwa perilaku yang dilakukan dengan berdasarkan pada pengetahuan akan bertahan lebih lama dan kemungkinan menjadi perilaku yang melekat pasa seseorang dibandingkan jika tidak berdasarkan pengetahuan. Namun kenyataannya warga yang mempunyai pengetahuan baik, mereka tidak melakukan kunjungan ke posbindu. Hal ini disebabkan karena pengetahuan yang baik dipengaruhi oleh pendidikan yang tinggi dan menengah, sesuai dengan hasil penelitian bahwa yang berpendidikan paling banyak adalah SMA yaitu sebesar 20 responden (38,4), dan ada juga yang berpendidikan perguruan tinggi sebanyak 14 responden (26,9). Sehingga dengan pendidikan ini para warga dapat dengan mudah dalam menyerap sebuah informasi tentang kesehatan khususnya tentang posbindu. Hal ini didukung juga oleh pendapat menurut Nursalam (2005), bahwa pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. Diperkuat oleh pendapat dari Waryana (2010), yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilau hidup sehat seseorang. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan sesoorang untuk menyerap informasi dan mengimplementasikan dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari. Notoatmodjo (2012), faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku diantaranya adalah faktor pekerjaan, dimana di Dusun Watububan Kelurahan Gedanganak Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang sebagian besar warga adalah bekerja. Warga yang mempunyai pengetahuan baik 22 responden (42,3) tetapi tidak melakukan kunjungan ke posbindu, hal ini dikarenakan 20 reponden dari 22 responden yang mempunyai pengetahuan baik adalah mereka yang 5
bekerja. Seseorang yang bekerja di luar rumah lebih memiliki waktu yang sedikit untuk berkunjung, bahkan tidak mempunyai waktu untuk berkunjung ke posbindu, sehingga hal ini mendukung warga untuk tidak berkunjung ke posbindu. 2. Gambaran Status pekerjaan pada usia dewasa yang tidak berkunjung ke posbindu di Dusun Watububan Ungaran Timur Kabupaten Semarang Dalam penelitian ini ada 52 responden dan dilihat dari status pekerjaan pada usia dewasa paling banyak responden bekerja, yaitu sejumlah 43 responden (82,7%) dibandingkan dengan responden yang tidak bekerja yaitu sejumlah 9 orang (17,3%). Posbindu diadakan rutin pada tanggal 14 setiap bulannya. Jika ternyata pada tanggal tersebut jatuh pada hari minggu, maka kegiatan kunjungan posbindu biasanya diganti menjadi hari senin. Hal ini dapat menjadi penghalang warga untuk berkunjung, karena warga yang bekerja biasanya mempunyai waktu hanya pada saat hari libur atau tanggal merah saja. Posbindu diadakan di tempat salah satu rumah dari kader dan posbindu dimulai dari dari pukul 09.00-12.00, hal ini bisa jadi merupakan penyebab warga tidak mengunjungi posbindu karena warga aktif bekerja kira-kira dari pukul 07.00 pagi sampai 05.00 sore. Warga yang bekerja harus meninggalkan rumah sehingga menjadi alasan warga tidak datang berkunjung ke posbindu. Sebenarnya, warga yang bekerja masih dapat melakukan kunjungan ke posbindu bila dapat menyediakan waktu dan mendapatkan dukungan lingkungan, keluarga, dan juga mendapatkan dukungan dari lingkungan kerja. Waktu pelaksanaan posbindu, warga yang bekunjung ke posbindu sebagian besar adalah bekerja di rumah dan ibu rumah tangga. Warga yang bekerja di rumah lebih memiliki waktu yang banyak untuk berkunjung ke posbindu. 3. Gambaran status ekonomi pada usia dewasa yang tidak berkunjung ke posbindu di Dusun Watububan Ungaran Timur Kabupaten Semarang Dalam penelitian ini ada 52 responden dimana didapatkan hasil bahwa lebih banyak responden mempunyai ekonomi < UMR yaitu sejumlah 27 orang (51,9), sedangkan responden yang mempunyai ekonomi UMR yaitu sejumlah 25 orang (48,1). Ini berarti bahwa sebagian besar warga yang tidak berkunjung ke posbindu di Dusun Watububan Ungaran Timur Kabupaten Semarang memiliki status ekonomi rendah. Dalam pelayanan posbindu, ada pemeriksaan untuk memantau faktor resiko penyakit tidak menular dan dikenakan biaya, biaya dari pemeriksaan tersebut harus ditanggung oleh warga yang memeriksakan dirinya. Pada pemeriksaan gula darah dalam sekali periksa dikenakan biaya sebesar Rp 8.000, pada pemeriksaan kolesterol dalam sekali periksa dikenakan biaya sebesar Rp 17.000 dan pada pemeriksaan asam urat dalam sekali periksa dikenakan biaya sebesar Rp 15.000. Hal ini dapat mempengaruhi kunjungan warga, karena dalam sekali pemeriksaan 6
dikenakan biaya, mengingat sebagian besar warga yang tidak berkunjung adalah warga yang mempunyai penghasilan < UMR 27 responden (51,9%). Hal ini disebabkan karena warga di Dusun Watu Buban kab. Semarang tersebut sebagian besar bekerja sebagai karyawan pabrik dan yang memiliki pekerjaan sebagi ibu rumah tangga hanya mengandalkan penghasilan yang didapat oleh suami, sehingga hasil pendapatan yang didapat setiap bulannya relative sedikit. Dengan status ekonomi yang rendah dan pemenuhan kebutuhan keluarga. Sedangkan warga yang memiliki status ekonomi tinggi akan lebih mudah memenuhi kebutuhan keluarganya dan pemenuhan kebutuhan pemeriksaan ke posbindu. Masyarakat miskin cenderung lebih memilih menunda penggunaan pelayaan kesehatan sampai alternatif mendapatkan pelayanan yang murah dan masyarakat miskin cenderung lebih memilih menunda penggunaan pelayanan kesehatan sampai penyakitnya benar-benar parah, sebagian dengan asumsi bahwa mereka berusaha menghindarkan pembayaran yang tidak terjangkau (Soesetyo & Tjiptoherijanto, 2008). 4. Gambaran Peran kader pada usia dewasa yang tidak berkunjung ke posbindu di Dusun Watububan Ungaran Timur Kabupaten Semarang Dalam penelitian ini ada 52 responden dimana didapatkan hasil bahwa penilaian responden pada usia dewasa yang tidak berkunjung berdasarkan peran kader didapatkan hasil sejumlah 33 responden ( 63,5%) mengatakan jika peran kader kurang baik dan sejumlah 19 responden (36,5%) menilai jika peran kader dalam kategori baik. Peran adalah segala seseuatu oleh seseorang atau kelompok orang dalam melakukan suatu kegiatan karena kedudukan yang dimiliki (Soekanto, 2007). Kader seharusnya berperan dalam mendatangi rumah warga yang tidak berkunjung ke posbindu, karena dengan kader melakukan kunjungan ke rumah dengan memberikan penyuluhan tentang pentingnya posbindu maka akan berpengaruh pada pengetahuan masyarakat, sehingga warga yang tidak berkunjung menjadi terdorong untuk berkunjung ke posyandu. warga maka warga akan merasa diperhatikan oleh kader. Kader seharusnya melakukan kunjungan rumah untuk mengajak warga datang ke posbindu pada bulan berikutnya. Jika warga tidak pernah berkunjung, kader perlu melakukan kunjungan rumah kepada warga, mengajak warga untuk datang ke posbindu sehingga warga merasa diperhatikan dan mendapat dukungan dari kader, karena kader adalah penggerak warga untuk datang berkunjung ke posbindu. Jika peran kader tidak dijalankan dengan baik, maka kunjungan posbindu juga menjadi tidak aktif. Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari bahwa penelitian ini memiliki keterbatasan keterbatasan. Keterbatasan tersebut antara lain : Penelitian ini hanya menggunakan metode deskriptif yaitu penelitian hanya mengetahui gambaran, hanya mendeskripikan frekuensi dan presentase pada usia dewasa yang tidak berkunjung ke posbindu. 7
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Warga usia dewasa yang tidak berkunjung ke posbindu yang mempunyai tingkat pengetahuan baik sejumlah 22 responden (42,3%) 2. Warga usia dewasa yang tidak berkunjung ke posbindu yang bekerja yaitu sejumlah 43 responden (82,7%) 3. Warga usia dewasa yang tidak berkunjung ke posbindu mempunyai status ekonomi < UMR yaitu sejumlah 27 responden (51,9%) 4. Warga usia dewasa yang tidak berkunjung ke posbindu sebagian besar menilai peran kader kurang baik sejumlah 33 responden (63,5%). Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah diatas, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : 1. Bagi responden Pada usia dewasa yang tidak melakukan kunjungan ke posbindu diharapkan lebih aktif datang ke posbindu mengingat banyaknya manfaat dari kegiatan posbindu untuk monitoring, penanganan, dan tindak lanjut penyakit tidak menular 2. Bagi Tenaga Kesehatan Tenaga kesehatan hendaknya berperan aktif dalam memberikan masukan dan pengarahan dalam upaya pengembangan posbindu sehingga dapat meningkatkan cakupan kunjungan ke posbindu. 3. Bagi Kader Kader diharapkan lebih berkomunikasi dengan warga sehingga warga mendapatkan informasi tentang kegiatan posbindu. Diharapkan kader lebih bervariasi dalam memberikan pelayanan posbindu sehingga warga tertarik untuk datang ke posbindu. 4. Bagi peneliti berikutnya a. Pengambilan data dengan wawancara perlu ditambahkan agar faktor yang lain dapat diketahui lebih dalam. b. Tempat penelitian perlu dilakukan dalam 1 Desa karena untuk mengetahui gambaran secara jelas yang mengakibatkan warga tidak berkunjung ke posbindu. DAFTAR PUSTAKA Kementerian Kesehatan RI. 2012. Petunjuk teknis Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (POSBINDU PTM). Jakarta Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Umum Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular. Jakarta Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam, Susislaningrum,., Utami, S., 2005. Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak. Jakarta: Salemba Medika Soekanto, Soerjono. (2007). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada Soesetyo, Budhi & Tjiptoherijanto, prijono. 2008. Ekonomi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Waryana, SKM., M.Kes. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama 8