BAB I PENDAHULUAN. sasaran (selanjutnya disingkat Bsa) se-alami mungkin baik secara arti dan secara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV KESIMPULAN. karena sebagai pihak yang menderita tindakan. Namun, tidak semua bentuk pasif

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pada penting tidaknya informasi itu. Bahasa yang digunakan di tiap wilayah tidak sama. Perbedaan bahasa yang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

ANALISIS BUDAYA MATERIAL DALAM TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda. Berbagai macam problematika pada proses komunikasi juga turut

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita

BAB I PENDAHULUAN. (Kridalaksana, 1982: 17). Dalam ilmu pengetahuan, bahasa merupakan objek

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam teks yang sepadan dengan bahasa sasaran. Munday (2001) mendefinisikan

Bab 5. Ringkasan. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. sangat berpengaruh terhadap makna yang terdapat dalam sebuah wacana. Salah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia yang masih belum mempunyai kemampuan untuk. kehidupan sehari-hari baik secara lisan maupun tulisan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kaidah sebuah bahasa. Unsur-unsur atau satuan dari kalimat itu tersusun

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Studi dalam penelitian ini berkonsentrasi pada kelas verba dalam kalimat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus

BAB I PENDAHULUAN. mengusung permasalahan keilmuan. Materi yang dituangkan dalam tulisan ilmiah

IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia)

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran. Pergeseran makna yang belum begitu jauh memungkinkan penutur

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan kalimat pada suatu karya tulis biasanya diterjemahkan secara

BAB 2 LANDASAN TEORI

Iin Pratiwi Ningsih Manurung Drs. Azhar Umar, M.Pd. ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. diuraikan, diperlukan sejumlah teori yang menjadi kerangka landasan di dalam

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

M.K SEMANTIK Pertemuan Ke-4 RAGAM MAKNA

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. keniscayaan karena kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dewasa ini, bahasa semakin berkembang pesat. Oleh karena itu, manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era globalisasi saat ini yang bercirikan keterbukaaan, persaingan, dan

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

BAB I PENDAHULUAN. sasaran. Hatim dan Mason (1997:1) mendefinisikan penerjemahan sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini Penulis akan menjabarkan tentang teori yang digunakan Penulis

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

PENGARUH STRUKTUR BAHASA ARAB TERHADAP BAHASA INDONESIA DALAM TERJEMAHAN AL QURAN Oleh: Yayan Nurbayan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative

BAB I PENDAHULUAN. berbeda. Dalam menghadapi masalah ini, kegiatan penerjemahan memberikan solusi karena

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB I PENDAHULUAN. bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yaitu perlawanan kata. Perlawan kata dalam pelajaran bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis turutan..., Bima Anggreni, FIB UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang mempunyai empat musim, yaitu haru

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan suatu pesan dari seseorang ke orang lain. Berbahasa yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adapun Penelitian tentang makna kata dalam Al-Qur an sudah pernah diteliti

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI

METODE TRADISIONAL BELAJAR BAHASA KEDUA

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia, dapat

BAB I PENDAHULUAN. lain dapat berbeda bergantung pada aliran linguistik apa yang mereka anut.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau amanat yang lengkap (Chaer, 2011:327). Lengkap menurut Chaer

BAB I PENDAHULUAN. seperti fabel yang menceritakan tentang binatang, hikayat yang merupakan cerita

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan

HUBUNGAN SOSIOLINGUISTIK

16, Vol. 06 No. 1 Januari Juni 2015 Pada dasarnya, secara semantik, proses dalam klausa mencakup hal-hal berikut: proses itu sendiri; partisipan yang

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam. Bahasa Karo, merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang masih

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Sejalan dengan itu, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perbedaan bahasa sudah tidak lagi menjadi hambatan untuk mendapatkan informasi dari berbagai belahan dunia. Tuntutan mendapatkan informasi inilah yang memunculkan pengalihbahasaan suatu bahasa ke bahasa lain, yang dapat disebut terjemahan. Terjemahan adalah pengalihan dari suatu bahasa atau bahasa sumber (selanjutnya disingkat Bsu) ke bahasa lain atau bahasa sasaran (selanjutnya disingkat Bsa) se-alami mungkin baik secara arti dan secara gaya bahasa (Nida dan Taber,1964: 166). Dengan adanya terjemahan, masyarakat bisa menikmati karya-karya yang berasal dari bahasa asing dalam bahasa yang lebih dipahami. Peter Newmark (1988 :7) dengan tegas mengatakan bahwa terjemahan tidak hanya mentransfer suatu bahasa ke bahasa lain tapi juga sebagai alat untuk mengalihkan kebudayaan yang terkandung di dalamnya. Setiap bahasa di seluruh dunia mempunyai ciri khas dan karakternya masingmasing dan berbeda satu sama lain. Salah satu faktor yang memunculkan perbedaan itu adalah adanya perbedaan budaya, kebiasaan dan sifat kelompok yang menggunakan bahasa tersebut. Merupakan tanggung jawab dari seorang penerjemah untuk menjembatani perbedaan itu dan menghasilkan terjemahan yang mudah dipahami pembaca dalam Bsa serta menyampaikan pesan yang sedekat mungkin dengan Bsu. Noam Chomsky (1965) mengemukakan teori mengenai Competence and Performance. Menurutnya, setiap manusia 1

mempunyai competence (kompetensi) yaitu penguasaan bahasa secara tidak sadar. Sedangkan performance (performansi) adalah kemampuan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Meskipun dibawa sejak lahir, kompetensi memerlukan pembinaan sehingga seseorang memiliki performansi dalam berbahasa. Chomsky juga beranggapan bahwa pemakai bahasa mengerti suatu struktur dari bahasanya yang membuat dia dapat mengkreasi kalimat-kalimat baru dan membuat dia mengerti kalimat-kalimat tersebut. Jadi, kompetensi adalah pengetahuan intuitif yang dipunyai seorang individu mengenai bahasa ibunya. Dalam penelitian ini, kompetensi penerjemah tidak diragukan lagi atau lebih tepatnya, dianggap sudah benar. Performansi penerjemah secara langsung dipengaruhi oleh kompetensinya, sehingga karakter bahasa ibu yang dimengertinya itu memaksanya untuk menerjemahkan teks sesuai dengan karakter bahasa tersebut pula. Ataupun dapat dikatakan bahwa terjemahannya dapat mencerminkan karakter yang ada dalam bahasa ibu alih-alih karakter yang bersifat individual. Salah satu perbedaan yang ditemukan saat menerjemah suatu teks dari bahasa Prancis (selanjutnya disingkat bp) ke bahasa Indonesia (selanjutnya disingkat bi) adalah kecenderungan konstruksi aktif-pasifnya. BP cenderung menghindari bentuk pasif. Meskipun demikian, di dalam bp terdapat bentuk aktif bermakna pasif yaitu dengan menggunakan pronom on dan bentuk pronominal. Kedua bentuk tersebut lebih sering digunakan untuk menggantikan bentuk pasif. Beda halnya dalam bi, penutur bi banyak sekali menggunakan bentuk pasif. Pada terjemahan teks bp ke bi, kalimat berbentuk pasif serta kalimat berbentuk aktif bermakna pasif bp seringkali diterjemahkan menjadi bentuk pasif bi. 2

Kecenderungan bp menghindari bentuk pasif dan kecenderungan bi menggunakan bentuk pasif diasumsikan karena adanya perbedaan pola pikir antara penutur kedua bahasa tersebut. Baik dalam bp maupun bi, bentuk pasif menganut prinsip pasien + verba + agentif sehingga pasien yang menderita atau menerima perlakuan, terkesan lebih inferior daripada agen yang melakukan aksi. Prancis merupakan negara yang sangat menjunjung tinggi kesetaraan, hal tersebut tercermin dalam semboyannya yaitu liberté, égalité, fraternité. Oleh karena itu, diduga adanya hubungan antara prinsip égalité (yang menjadi salah satu faktor pembentukan pola pikir) orang Prancis dengan kecenderungan penghindaran bentuk pasif dalam bp. Dalam bi bentuk pasif digunakan supaya penyampaian kalimat lebih sopan, karena dalam bentuk pasif, hasil tindakan yang lebih ditonjolkan dan bukan pelakunya. Perhatikan contoh berikut yang dikutip dari buku Rampai Bahasa, Pendidikan dan Budaya (2003:137) karya Soejono Djardjowidjojo: (1) Apa ikannya sudah dikasih makan? (2) Apa kamu sudah kasih makan ikan? Pada kalimat (2), agen kamu hadir dan menghadirkan kesan memerintah dalam kalimat interogatif tersebut, sedangkan dalam kalimat (1) agen tidak hadir dan yang lebih dipentingkan adalah hasil tindakannya yaitu apakah ikannya sudah diberi makan, dan bukan siapa yang memberi makan. Maka pada kalimat (1) kesan memerintah dan diperintah pun dilenyapkan untuk menjaga perasaan penutur. Hal ini dijaga oleh penutur Indonesia untuk menciptakan keharmonisan antara penutur. Mengapa demikian? Hal ini mungkin ada hubungannya dengan 3

pengaruh bahasa Jawa yang merupakan bahasa daerah terbanyak di Indonesia. BI banyak terpengaruhi oleh bahasa daerah, dan sebagai bahasa daerah dengan penutur terbanyak di Indonesia, hubungan dan pengaruh bahasa jawa terhadap bi pun cukup besar. Kesopanan dan keharmonisan merupakan dua nilai yang sangat dijunjung dalam bahasa Jawa dan nilai ini juga menular ke bi. Hal lainnya yang diduga dapat menjadi alasan mengapa bi sering menggunakan bentuk pasif adalah bahwa inferioritas pada bentuk pasif tidak dirasa mengganggu oleh penutur Indonesia. Indonesia adalah bangsa yang pernah dijajah selama 300 tahun lebih dan barangkali mental inferior pun terbentuk pada orang Indonesia. Maka, dalam penggunaan bahasa pun, inferioritas dalam bahasa tidak dipermasalahkan. Perbedaan anggapan terhadap bentuk pasif dan aktif inilah yang diduga menjadi alasan mengapa bp cenderung menghindari bentuk pasif dan bi lebih banyak menggunakan bentuk pasif. Dalam gagasan keterkaitan antara bahasa dan pikiran yang dikemukan oleh Sapir (1931) dan Whorf (1956) dinyatakan bahwa tidak ada dua bahasa yang memiliki kesamaan untuk dipertimbangkan sebagai realitas sosial yang sama. Pikiran manusia ditentukan oleh sistem klasifikasi dari bahasa tertentu yang digunakan manusia. Dengan demikian, berdasarkan pandangan di atas, pola pikir orang Prancis berbeda dengan pola pikir orang Indonesia karena mereka menggunakan bahasa yang berbeda. 4

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan yang terdapat di latar belakang, maka muncul permasalahan yaitu: 1. Bagaimana konstruksi bentuk aktif-pasif dalam terjemahan bp ke bi? 2.Bagaimana hubungan antara kecenderungan pemakaian dan penghindaran bentuk aktif dan pasif dengan pola pikir penutur? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan konstruksi bentuk aktif-pasif yang ada pada karya terjemahan serta mengetahui korelasi antara kecenderungan pemakaian dan penghindaran bentuk pasif-aktif dengan pola pikir penutur. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini akan membandingkan sifat-sifat yang muncul pada penggunaan bentuk pasif dalam bp maupun bi dan menjelaskan hubungan dari sifat tersebut dengan pola pikir penuturnya, sehingga, pemaparan sintaksis bentuk aktif dan pasif akan lebih dibatasi dalam penelitian ini. 1.5 Landasan Teori 1.5.1 Teori Tanda Saussure dan Hipotesis Sapir-Whorf Teori Tanda Saussure (Thomas dan Wareing, 2007 : 28-29) menjelaskan hubungan antara konsep dan label yang pada dasarnya bersifat sewenang-wenang, 5

namun keduanya selalunya dihubungkan untuk membentuk tanda. Makna dari sebuah tanda dipengaruhi oleh makna dari tanda-tanda lain dalam sistem dan bahwa bagi para penutur bahasa itu, tanda adalah cara yang alami, wajar dan transparan untuk merepresentasikan realita. Sapir dan Whorf mengemukakan teori relativitas linguistik dan teori determinisme linguistik (Thomas dan Wareing, 2007:37) Teori relativitas linguistik menyatakan bahwa tiap-tiap budaya akan menafsirkan dunia dengan cara yang berbeda-beda dan perbedaan ini terkodekan dalam bahasa. Perbedaan persepsi akan tampak dalam bahasa karena para penurut bahasa harus menjelaskan cara mereka memandang dunia sehingga perbedaan pandangan dunia itu akan tercermin dalam bahasanya, sedangkan teori determinisme linguistik menyatakan bahwa bukan hanya persepsi kita terhadap dunia yang memengaruhi bahasa kita, tapi bahasa yang kita gunakan juga memengaruhi cara kita berpikir secara mendalam. Sapir berpendapat bahwa cara seseorang melihat, merasakan atau mengalami suatu hal dipengaruhi oleh kebiasaan bahasa dalam masyarakatnya dan membuatnya condong pada bentuk penafsiran tertentu. Bahasa dapat dikatakan sebagai kerangka dari pemikiran kita, dan menurut teori determinisme linguistik, orang akan sulit untuk bisa berpikir di luar kerangka itu ( Thomas dan Wareing, 2007 : 37). 1.5.2 Sintaksis dan Semantik Sintaksis adalah tatabahasa yang membahas hubungan antar-kata dalam tuturan. Tuturan adalah apa yang dituturkan orang, salah satu tuturan adalah 6

kalimat. Pada dasarnya, sintaksis itu berurusan dengan hubungan antar-kata dalam kalimat (Verhaar, 2010: 161). Di dalam ilmu sintaksis, kita mengenal istilah transformasi yaitu suatu kaidah untuk mengubah struktur gramatikal suatu klausa menjadi struktur yang berbeda dengan menambah,mengurangi atau mengatur kembali susunan konstituennya (Kridalaksana, 2008: 245). Bentuk pasif dihasilkan dari proses transformasi. Semantik adalah bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa (Chaer,1995:2). Berdasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan antara makna leksikal dan makna gramatikal. Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita. Makna gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatika seperti proses afiksasi, proses reduplikasi dan proses komposisi. Makna sebuah kata baik kata dasar maupun kata jadian, sering sangat tergantung pada konteks kalimat atau konteks situasi maka makna gramatikal ini sering juga disebut makna tekstual atau makna situasional (Chaer, 1995:62). Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata/leksem dapat dibedakan adanya makna denotatif dan makna konotatif. Sebuah kata disebut mempunyai makna konotatif apabila itu mempunyai nilai rasa, baik positif maupun negatif. Jika tidak memiliki nilai rasa maka dikatakan berkonotasi netral atau tidak memiliki konotasi. Makna denotatif adalah makna yang menyangkut informasi-informasi faktual objektif. (Chaer, 1995 : 65-66) 7

1.5.3 Terjemahan Definisi terjemahan menurut Catford (1965 : 20) adalah The replacement of textual material in one language (SL) by equivalent textual material in another language (TL) Dalam proses pengalihan bahasa ini, yang paling utama adalah tersampainya makna atau pesan yang paling dekat dari Bsu ke Bsa dan bukan terjemahan kata per kata (Catford, 1965: 49). Terjemahan bukan hanya sekedar mentransfer suatu bahasa ke bahasa lain, tapi juga sebagai suatu alat untuk mengalihkan kebudayaan yang terkandung dalam bahasa tersebut (Newmark, 1988 : 7). 1.6 Tinjauan Pustaka Ramlan dalam laporan penelitiannya berjudul Masalah Aktif-Pasif Dalam Bahasa Indonesia (1977), membahas jenis-jenis bentuk aktif dan pasif dalam bahasa Indonesia. Ramlan memaparkan proses pemasifan dengan menggunakan imbuhan di-, ter-, ke-/-an, di-/-kan, ter-/-kan dan pasif zero, sedangkan bentuk aktif ditandai dengan adanya imbuhan me-, dan ber-. Dalam penelitiannya ini, Ramlan membahas bentuk aktif-pasif dari sisi gramatikalnya. Penelitian Ramlan juga menjadi tinjauan pustaka dalam laporan penelitian Pasif bahasa Indonesia dan Prancis: Kajian Perbandingan (1992) yang ditulis oleh Suryo Baskoro. Dalam penelitian tersebut, Baskoro mengemukakan perbandingan gramatikal pasif dan aktif dalam bi dan bp. Dengan kata lain, 8

masalah aktif-pasif lebih ditinjau dari segi sintaksis dan semantis pada penelitian tersebut. Kecenderungan penghindaran bentuk pasif dalam bahasa prancis dibahas oleh Lusia Marliana Nurani dalam skripsinya yang berjudul Kecenderungan penghindaran bentuk pasif dalam bahasa prancis (1999). Dalam skripsi tersebut, Nurani membuktikan bahwa bentuk pasif memang cenderung dihindari dalam bp, namun tidak menjelaskan lebih jauh alasan dari fenomena tersebut. 1.7 Metode Penelitian Penelitian ini berkenaan dengan terjemahan tulis maka data yang diperlukan adalah data tulis. Data tersebut berupa wacana roman Prancis Le Rocher de Tanios (Amin Maalouf : 1993) serta terjemahannya dalam bi Cadas Tanios (Ida Sundari Husen : 1999) dan La Vie et Vendredi Sauvage (Michel Tournier : 1987) serta terjemahannya Kehidupan Liar ( Ida Sundari Husen : 1992). Metode yang digunakan dalam analisis pada skripsi ini adalah sebagai berikut. Pengumpulan data Data yang dikumpulkan adalah klausa aktif bp yang diterjemahkan menjadi klausa pasif bi serta klausa pasif bp yang diterjemahkan menjadi klausa pasif bi. Jumlah bentuk pasif yang ada pada teks Bsu dan terjemahannya dalam bi juga dicatat Klasifikasi data 9

Data yang terkumpulkan diklasifikasi dua kali. Pertama, diklasifikasi berdasarkan bentuknya yaitu klausa pasif bp yang diterjemahkan menjadi klausa pasif bi, klausa aktif bp yang diterjemahkan menjadi klausa pasif bi, klausa aktif bermakna pasif bp yang menggunakan pronom on yang diterjemahkan menjadi klausa pasif bi serta klausa aktif bermakna pasif bp pronominal yang diterjemahkan menjadi klausa pasif bi. Ada pun data-data diklasifikasikan berdasarkan sifat agen dan pasiennya. Analisis data Analisa data dilakukan dengan metode deskriptif analisis. Data-data akan dideskripsikan dan diinterpretasikan sesuai kondisi atau hubungan yang ada. Dengan menggunakan metode ini, diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas dan akurat tentang fenomena yang diteliti 10