9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 410 Desember 2011 (Lampiran 2), bertempat di wilayah Kota Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau. Lokasi penelitian mencakup lokasi Ruang Terbuka Hijau yang telah ditetapkan dalam RTRW Kota Selatpanjang, Kantor Bappeda Kabupaten Kepulauan Meranti, dan Kantor Dinas Kehutanan dan Pertanian Kabupaten Kepulauan Meranti. 3.2 Bahan dan Alat Objek yang menjadi bahan penelitian ini yaitu lokasi calon hutan kota, sarana dan prasarana, serta dokumen yang berhubungan dengan penelitian. Alat yang digunakan yaitu alat tulis, kamera, dan Global Positioning System (GPS). 3.3 Jenis Data yang Dikumpulkan Data yang diperlukan dalam penentuan lokasi dan luas hutan kota yaitu lokasi RTH (yang telah ditetapkan berdasarkan RTRW Kota Selatpanjang), luasan RTH, kepemilikan lahan, dan luas keseluruhan wilayah Kota Selatpanjang. Data yang diambil dalam penentuan fungsi, manfaat, tipe, bentuk hutan kota serta perumusan permasalahan dan kebutuhan Kota Selatpanjang yaitu kondisi dan potensi biofisik lokasi (tutupan lahan, jenis vegetasi, kondisi air, tanah, dan bentang alam), infrastruktur lokasi, aksesibilitas serta posisi lokasi. Data lain yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain peraturan perundangundangan terkait pengelolaan lingkungan, dokumen perencanaan wilayah kabupaten, dan Kabupaten Kepulauan Meranti dalam angka 2010. 3.4 Metode Pengumpulan Data Metode pengambilan data yaitu survey lapangan, dan studi pustaka. Kegiatan survey dilakukan dengan observasi lapangan dan pengamatan visual serta pengukuran luas menggunakan GPS. Studi pustaka meliputi pengumpulan data dari Bappeda dan Dinas Kehutanan Kabupaten Kepulauan Meranti. Data yang diambil melalui studi pustaka yaitu lokasi RTH, kepemilikan lahan, luas keseluruhan wilayah Kota Selatpanjang, kondisi dan potensi biofisik
10 lokasi, infrastruktur lokasi, aksesibilitas serta posisi lokasi. Data yang diambil melalui survey yaitu luas lokasi (menggunakan GPS), infrastruktur lokasi serta posisi lokasi. Data yang diambil melalui survey dari hasil studi pustaka yaitu kondisi dan potensi biofisik lokasi, penggunaan lahan dan aksesibilitas lokasi. 3.5 Metode Analisis Data 3.5.1 Lokasi dan luasan hutan kota Penentuan lokasi hutan kota memperhatikan kriteria yaitu: merupakan bagian dari RTH sesuai peruntukan dalam RTRW Kabupaten/Kota, luas minimal hutan kota adalah 0.25 ha dalam satu hamparan yang kompak (hamparan yang menyatu), dan berada pada tanah negara atau tanah hak, jika berada di tanah hak harus merupakan ruang terbuka hijau yang didominasi pepohonan (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.71/MenhutII/2009). Selain memenuhi kriteria tersebut, dalam penelitian ini penentuan lokasi hutan kota juga dikaitkan dengan status kepemilikan lahan, fungsi dan manfaat hutan kota, permasalahan dan kebutuhan Kota Selatpanjang, serta tipe dan bentuk hutan kota yang akan direncanakan, yang metodenya dijelaskan dalam subbab berikutnya. Status kepemilikan lahan digunakan sebagai salah satu kriteria penentuan lokasi hutan kota dalam penelitian ini karena dalam pelaksanaan pengelolaannya, hutan kota pada tanah milik masyarakat akan menemui banyak kendala diantaranya pemberian insentif yang harus dibayar pada pemilik lahan dan resiko jangka panjang terhadap penggunaan lahan. Untuk itu pada penelitian ini lokasi hutan kota dipilih pada tanah Negara meskipun menurut peraturan perundangundangan lokasi hutan kota dapat berada pada tanah Negara maupun tanah hak. Lahan dengan fungsi ganda juga tidak dipilih menjadi lokasi hutan kota, seperti lahan yang berfungsi produksi (perkebunan, pertanian, tambak dan sebagainya) karena lokasi dengan kondisi tersebut akan menimbulkan permasalahan jangka panjang jika fungsinya digandakan menjadi hutan kota. Lahan produksi akan sering mengalami perubahan baik perubahan vegetasi, tanah, maupun topografi lahan karena perubahan akan dilakukan dalam rangka meningkatkan fungsi produksi atau untuk mengganti jenis komoditas yang dikembangkan.
11 Penentuan lokasi hutan kota dalam penelitian ini juga memperhatikan fungsi dan manfaat maksimal yang dapat dicapai tiaptiap lokasi calon hutan kota. Lokasi yang memiliki fungsi dan manfaat yang relatif lebih tinggi dibandingkan lokasi lain akan dipilih menjadi lokasi hutan kota. Hal tersebut disebabkan pembangunan hutan kota harus memberikan fungsi dan manfaat yang maksimal bagi kota. Selain itu lokasi hutan kota juga harus dapat mengatasi berbagai permasalahan dan kebutuhan Kota Selatpanjang. Lokasi hutan kota secara total harus memenuhi luasan minimal 10% dari luas Kota Selatpanjang. 3.5.2 Fungsi dan manfaat hutan kota Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif untuk menentukan fungsi dan manfaat mana yang dapat dipenuhi hutan kota tersebut. Menurut Nazir (2003), analisis deskriptifkualitatif merupakan suatu teknik yang menggambarkan dan menginterpretasikan arti data yang telah terkumpul dengan memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti pada saat itu, sehingga memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan sebenarnya. Tujuan deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktafakta, sifatsifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Data yang telah dirangkum menjadi bentuk kondisi dan potensi lokasi, kemudian dirumuskan fungsi hutan kota berdasarkan fungsi hutan kota dalam Dahlan 2004 dan manfaatnya sesuai PP No. 63 Tahun 2002 (Tabel 1). Fungsi hutan kota yaitu memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika, meresapkan air, menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota, dan mendukung pelestarian keanekaragaman hayati Indonesi. Manfaat hutan kota yaitu pariwisata alam, rekreasi dan atau olah raga; penelitian dan pengembangan; pendidikan; pelestarian plasma nutfah; dan atau budidaya hasil hutan bukan kayu.
12 Tabel 1 Analisis data untuk menentukan fungsi dan manfaat Hutan Kota Selatpanjang Kondisi dan Potensi lokasi Vegetasi hutan mangrove yang rapat (habitat bagi berbagai ikan dan udang) Rentan terkena abrasi air laut Berdekatan dengan Industri atau pabrik Kondisi lahan yang terbuka Lahan tergenang air gambut Kondisi ekonomi masih rendah Terletak di area perkantoran atau pusat pendidikan Berpotensi sebagai sarana olahraga bagi masyarakat Merupakan jalan utama kota Fungsi hutan kota (Dahlan 2004) Fungsi pengawetan (pelestarian mangrove dan kehidupannya) Fungsi lain: Pendidikan dan penelitian, penunjang rekreasi dan pariwisata (melindungi dari abrasi, membentuk daratan) Fungsi penyehatan lingkungan (penyerap dan penjerap partikel polutan, penyerap gas beracun, penyerap CO 2 ) (peredam kebisingan, ameliorasi iklim mikro dan penapis bau) (menjaga iklim mikro dan mencegah suhu udara yang panas) Fungsi estetika (menutupi bagian kota yang tidak produktif/kurang baik) (mengatasi penggenangan air gambut) Manfaat hutan kota (PP No. 63 Tahun 2002) Pariwisata alam dan rekreasi (wisata mangrove) Penelitian dan pengembangan Pendidikan Pelestarian plasma nutfah Fungsi produksi (HHBK) Budidaya hasil hutan bukan kayu Fungsi estetika (memperindah lokasi perkantoran) Fungsi lainnya: sarana olahraga Fungsi penyehatan lingkungan (penyerap dan penjerap polutan transportasi) Fungsi estetika (peredam kebisingan transportasi) Sarana rekreasi dan olahraga
13 3.5.3 Bentuk dan tipe hutan kota Berdasarkan analisis data secara deskriptif kualitatif yang telah dirangkum dalam kondisi dan potensi lokasi, ditentukan tipe hutan kota yang tepat dan sesuai (Tabel 2). Bentuk hutan kota ditentukan berdasarkan bentuk/karakteristik lahan (Tabel 3). Tabel 2 Analisis data untuk menentukan tipe hutan kota Selatpanjang Kondisi dan Potensi lokasi Vegetasi mangrove rapat (habitat ikan dan udang) Rawan penebangan dan konversi lahan Rentan abrasi Tanah tergenang air gambut Terletak di tepi jalan Digunakan sebagai sarana olahraga, rekreasi, pramuka, wisata, dll. Terdapat bangunan dan dekat aktivitas masyarakat Berdekatan dengan pabrik/industri Tipe hutan kota (PP No. 63 Th. 2002) Tipe pelestarian plasma nutfah Tipe rekreasi Tipe pelestarian plasma nutfah Tipe perlindungan Tipe perlindungan Tipe pengamanan Tipe rekreasi Tipe kawasan permukiman Tipe kawasan industri Tabel 3 Analisis data untuk menentukan bentuk hutan kota Selatpanjang Karakteristik lahan Lahan berbentuk jalur lurus atau melengkung, mengikuti bentukan sungai, jalan, pantai, dan lainnya. Lebar lahan atau panjangnya tidak dibatasi. Lahan berbentuk satu kesatuan yang kompak (tidak terpisah, dapat berbentuk persegi, lingkaran, atau tidak beraturan) Lahan berbentuk kelompokkelompok (atau bentuk jalurjalur) yang terpisah dan merupakan satu kesatuan pengelolaan. Bentuk hutan kota Jalur Mengelompok Menyebar 3.6 Tahapan Perencanaan Hutan Kota Selatpanjang Setelah data terkumpul dan dianalisis, dilakukan tahapan perencanaan Hutan Kota Selatpanjang. Tahapan perencanaan dimulai dengan memilih beberapa lokasi dari 20 lokasi RTH berdasarkan kriteria luasan minimal, kepemilikan lahan, dan penggunaan lahan serta dikaitkan dengan fungsi dan manfaat hutan kota, permasalahan dan kebutuhan Kota Selatpanjang, serta tipe dan bentuk hutan kota (Gambar 1).
14 20 lokasi RTH menurut RTRW Kota Kriteria luas >0,25 Ha Calon hutan kota dengan luas >0,25 Ha Kriteria kepemilikan lahan Penggunaan lahan Calon hutan kota dengan luas >0,25 Ha dan berada pada tanah negara Fungsi dan manfaat hutan kota Permasalahan dan kebutuhan Kota Selatpanjang Mencukupi 10 % dari luas kota Calon hutan kota dengan lokasi, luas, fungsi dan manfaat yang tepat Tipe dan Bentuk hutan kota Hutan Kota Selatpanjang Gambar 1 Tahapan perencanaan Hutan Kota Selatpanjang.