PENGHITUNGAN WAKTU PENGERINGAN KAYU JATI METODE PROGRESIF DENGAN LOGIKA FUZZY (STUDI KASUS CV. DWI TUNGGAL BAWEN)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Logika Fuzzy

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DENIA FADILA RUSMAN

BAB IV METODOLOGI. Gambar 4.1 Model keseimbangan air pada waduk (Sumber : Noor jannah,2004)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FUZZY LOGIC CONTROL 1. LOGIKA FUZZY

BAB 2 LANDASAN TEORI

Aplikasi Prediksi Harga Bekas Sepeda Motor Yamaha. Menggunakan Fuzzy Logic

ARTIFICIAL INTELLIGENCE MENENTUKAN KUALITAS KEHAMILAN PADA WANITA PEKERJA

LOGIKA FUZZY. Kelompok Rhio Bagus P Ishak Yusuf Martinus N Cendra Rossa Rahmat Adhi Chipty Zaimima

Jurnal String Vol. 1 No. 1 Tahun 2016 ISSN: MODEL EVALUASI KINERJA KARYAWAN DENGAN METODE FUZZY SUGENO PADA RESTO ABTL

MENENTUKAN HARGA MOBIL BEKAS TOYOTA AVANZA MENGGUNAKAN METODE TSUKAMOTO

PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI DENGAN APLIKASI METODE FUZZY MAMDANI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengikuti sertifikasi, baik pendidikan gelar (S-1, S-2, atau S-3) maupun nongelar (D-

1.1. Latar Belakang Masalah

NURAIDA, IRYANTO, DJAKARIA SEBAYANG

PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI TELEVISI MERK X MENGGUNAKAN METODE FUZZY MAMDANI

LOGIKA FUZZY PADA PROSES PELET PAKAN IKAN

4-5-FUZZY INFERENCE SYSTEMS

PENDAPATAN MASYARAKAT DENGAN ADANYA KAMPUS MENGGUNAKAN FUZZY TSUKAMOTO

BAB II KAJIAN PUSTAKA

SPK PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN PADA RESTORAN XYZ

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN METODE TSUKAMOTO, METODE MAMDANI DAN METODE SUGENO UNTUK MENENTUKAN PRODUKSI DUPA (Studi Kasus : CV. Dewi Bulan)

BAB 2 LANDASAN TEORI

Erwien Tjipta Wijaya, ST.,M.Kom

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Kata kunci: Sistem pendukung keputusan metode Sugeno, tingkat kepribadian siswa

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam kondisi yang nyata, beberapa aspek dalam dunia nyata selalu atau biasanya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tingkat kesehatan bank dapat diketahui dengan melihat peringkat

Jurnal Informatika SIMANTIK Vol. 2 No. 2 September 2017 ISSN:

: Sistem Pendukung Keputusan, Siswa berprestasi, Tsukamoto

APLIKASI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN METODE TSUKAMOTO PADA PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN (STUDI KASUS DI TOKO KENCANA KEDIRI)

PREDIKSI PERMINTAAN PRODUK MIE INSTAN DENGAN METODE FUZZY TAKAGI-SUGENO

KASUS PENERAPAN LOGIKA FUZZY. Fuzzy tsukamoto, mamdani, sugeno

BAB 2 LANDASAN TEORI

STUDY TENTANG APLIKASI FUZZY LOGIC MAMDANI DALAM PENENTUAN PRESTASI BELAJAR SISWA (STUDY KASUS: SMP PEMBANGUNAN NASIONAL PAGAR MERBAU)

Penentuan Jumlah Produksi Kue Bolu pada Nella Cake Padang dengan Sistem Inferensi Fuzzy Metode Sugeno

Himpunan Fuzzy. Sistem Pakar Program Studi : S1 sistem Informasi

Analisis Pengaruh Pemilihan Fuzzy Membership Function Terhadap Output Sebuah Sistem Fuzzy Logic

PENERAPAN METODE FUZZY TSUKAMOTO UNTUK MEMPREDIKSI HASIL PRODUKSI KELAPA SAWIT (STUDI KASUS : PT. AMAL TANI PERKEBUNAN TANJUNG PUTRI BAHOROK)

PERBANDINGAN PENERAPAN METODE FUZZY MAMDANI DAN SUGENO DALAM MEMPREDIKSI TINGGINYA PEMAKAIAN LISTRIK ( STUDI KASUS KELURAHAN XYZ)

SIMULASI MENENTUKAN WAKTU MEMASAK BUAH KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN FUZZY MAMDANI

IMPLEMENTASI FUZZY RULE BASED SYSTEM UNTUK KLASIFIKASI BUAH MANGGA

Penerapan FuzzyTsukamotodalam Menentukan Jumlah Produksi

SIMULASI KENDALI MUTU DOSIS OBAT BERBASIS BOBOT DENGAN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Perekrutan Karyawan Tetap Dengan Fuzzy Inference System Metode Mamdani

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Logika fuzzy pertama kali dikembangkan oleh Lotfi A. Zadeh melalui tulisannya pada tahun 1965 tentang teori himpunan fuzzy.

PENALARAN FUZZY SISTEM PAKAR DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

PENERAPAN METODE FUZZY MAMDANI DALAM MEMPREDIKSI TINGGINYA PEMAKAIAN LISTRIK ( STUDI KASUS KELURAHAN ABC )

I. PENDAHULUAN Sebagai perusahaan yang memproduksi trafo, PT Bambang Djaja harus merencanakan dengan baik

PEMODELAN SISTEM FUZZY DENGAN MENGGUNAKAN MATLAB

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN BEASISWA BIDIK MISI DI POLITEKNIK NEGERI JEMBER MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY

Pendapatan Masyarakat Disekitar Kampus dengan Adanya Mahasiswa Menggunakan Fuzzy

Fuzzy Logic. Untuk merepresentasikan masalah yang mengandung ketidakpastian ke dalam suatu bahasa formal yang dipahami komputer digunakan fuzzy logic.


LOGIKA FUZZY MENGGUNAKAN MATLAB

PENERAPAN FUZZY SUGENO DALAM SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENENTUKAN KELAS PEMINATAN (STUDI KASUS : STMIK POTENSI UTAMA)

IMPLEMENTASI METODE FUZZY TSUKAMOTO PADA PENENTUAN HARGA JUAL BARANG DALAM KONSEP FUZZY LOGIC

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR FUZZY

Penerapan Logika Fuzzy

Ada 5 GUI tools yang dapat dipergunakan untuk membangun, mengedit, dan mengobservasi sistem penalaran, yaitu :

Optimalisasi Jumlah Produksi Jamu Jaya Asli Dengan Metode Fuzzy Tsukamoto

Penerapan Logika Fuzzy Metode Sugeno Untuk Memprediksi Jumlah Penumpang Di Terminal Ronggo Sukowati Pamekasan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV berisi pembahasan tahapan penelitian, yaitu klasifikasi logika. A. Identifikasi Data Cadangan Hidrokarbon

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN JURUSAN DI SMU DENGAN LOGIKA FUZZY

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Metode Fuzzy Inference System untuk Penilaian Kinerja Pegawai Perpustakaan dan Pustakawan

SISTEM INFERENSI FUZZY (METODE TSUKAMOTO) UNTUK PENENTUAN KEBUTUHAN KALORI HARIAN OLEH

PENGGUNAAN SISTEM INFERENSI FUZZY UNTUK PENENTUAN JURUSAN DI SMA NEGERI 1 BIREUEN

Penerapan Fuzzy Logic Sebagai Pendukung Keputusan Dalam Upaya Optimasi Penjualan Barang

Implementasi Logika Fuzzy Mamdani untuk Mendeteksi Kerentanan Daerah Banjir di Semarang Utara

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PROGRAM STUDI DI UNIVERSITAS MULAWARMAN MENGGUNAKAN METODE TSUKAMOTO (Studi kasus : Fakultas MIPA)

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini berisi tentang teori mengenai permasalahan yang akan dibahas

Sistem Inferensi Fuzzy

SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN DENGAN PERMINTAAN DAN PASOKAN TIDAK PASTI (Studi Kasus pada PT.XYZ) AYU TRI SEPTADIANTI

Penggunaan Metode Logika Fuzzy Untuk Memprediksi Jumlah Kendaraan Bermotor Berdasarkan Tingkat Kebisingan Lalu Lintas, Lebar Jalan Dan Faktor Koreksi

BAB III METODE FUZZY MAMDANI

BAB 2 2. LANDASAN TEORI

BAB II TEORI PENUNJANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Logika fuzzy memberikan solusi praktis dan ekonomis untuk mengendalikan

Matematika Diskrit Fuzzy Inference System Prodi T.Informatika

SISTEM INFERENSI FUZZY MAMDANI BERBASIS WEB

SIMULASI SISTEM UNTUK PENGONTROLAN LAMPU DAN AIR CONDITIONER DENGAN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY

Model Evaluasi Performa Mahasiswa Tahun Pertama Melalui Pendekatan Fuzzy Inference System dengan Metode Tsukamoto

BAB II LANDASAN TEORI. papernya yang monumental Fuzzy Set (Nasution, 2012). Dengan

MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN FUZZY INFERENCE SYSTEM UNTUK PROMOSI KARYAWAN

Penilaian Hasil Belajar Matematika pada Kurikulum 2013 dengan Menggunakan Logika Fuzzy Metode Mamdani

ANALISIS PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN PEMBELIAN BAHAN BAKU UNTUK PEMBUATAN MEUBEL JENIS KURSI LETER L MENGGUNAKAN FUZZY TSUKAMOTO

BAB IV PEMBAHASAN. A. Aplikasi Fuzzy Logic untuk Menilai Kolektibilitas Anggota Sebagai. Pertimbangan Pengambilan Keputusan Pemberian Kredit

FUZZY MAMDANI DALAM MENENTUKAN TINGKAT KEBERHASILAN DOSEN MENGAJAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

Transkripsi:

PENGHITUNGAN WAKTU PENGERINGAN KAYU JATI METODE PROGRESIF DENGAN LOGIKA FUZZY (STUDI KASUS CV. DWI TUNGGAL BAWEN) Zainal Fanani, Heru Prastawa, Suswianti Program Studi Teknik Industri UNDIP Email : rosyada@gmail.com Abstrak Untuk menyiasati kendala yang dihadapi perusahaan mebel dalam memperoleh bahan baku jati tua, salah satunya adalah menggunakan kayu jati muda dan melakukan metode pengeringan progresif. Selama menggunakan metode pengeringan progresif ini ternyata sering terjadi keterlambatan pemenuhan order. Belum adanya model prediksi waktu proses pengeringan menyebabkan pengambilan keputusan due date order oleh pihak manajemen kurang akurat. Proses pengeringan progresif yang dibahas pada penelitian in adalah pengeringan di udara terbuka (open drying). Waktu pengeringannya ditentukan oleh faktor evaporasi, ketebalan kayu dan kandungan air dalam kayu (MC/ Moisture Content). Untuk mendapatkan waktu pengeringan, faktor-faktor yang mempengaruhinya diinterpolasikan dengan logika inferensi fuzzy sehingga didapatkan hitungan kuantitatif. Input perhitungan adalah data historis dan pengalaman bagian wood center yang biasa melakukan proses pengeringan kayu. Toolbox fuzzy dari Matlab digunakan untuk menguji dan melakukan perhitungan dari model yang telah dibuat. Validasi model dilakukan dengan dua cara, yaitu menguji model fuzzy dengan input-input dengan nilai tertentu dan nilai sembarang untuk menguji make sensenya model serta dengan cara membandingkan hasil perhitungan dari toolbox yang telah diprogram dengan waktu pengeringan yang ada di lapangan. Dari proses validasi yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa model fuzzy yang telah dibangun adalah valid atau sesuai dengan sistem yang ada. Kata kunci : pengeringan progresif logika inferensi fuzzy 1. PENDAHULUAN Dewasa ini pabrik furniture yang menggunakan raw material kayu jati (Teak) kesulitan untuk mendapatkan jati yang berusia cukup tua (raw material dengan kualitas terbaik untuk produksi) dalam waktu segera. Untuk mengatasi kesulitan dalam mendapatkan jati tua, maka perusahaan menggunakan alternatif mengganti raw material dengan kayu jati yang masih muda tapi proses pengeringan ekstra. Proses pengeringan progresif ternyata memakan waktu yang paling lama dari keseluruhan proses pembuatan produk, dengan perbandingan rata-rata antara waktu pengeringan dengan waktu proses produksi, 3:1 (misalkan 3 minggu untuk proses pengeringan dan 1 minggu untuk proses produksi dan packing). Jika untuk kepentingan mendesak -agar waktu due date dapat dipenuhi- dalam proses produksi dapat dipercepat dengan lembur, maka tidak demikian halnya dengan proses pengeringan karena prosesnya yang cenderung berjalan secara alami dan bertahap. Pada pengeringan tahap awal, MC (Moisture Content kandungan air dalam kayu) kayu awal dan keadaan cuaca, khususnya tingkat evaporasi sangat berpengaruh terhadap waktu pengeringan. Sedangkan waktu pengovenan/kiln drying dipengaruhi oleh ketebalan maksimum papan kayu. Pada umumnya, setelah proses finishing produk diukur MC-nya oleh QC (Quality Control) di mana MC yang dikehendaki adalah sebesar 15%. Jika pada akhirnya produk yang telah siap kirim memiliki MC di atas 15% maka bagian wood center akan memprosesnya lagi dengan kiln drying selama beberapa hari. Hal ini mempunyai andil yang cukup besar J@TI Undip, Vol 2, No I, Mei 2006 1

terhadap kualitas akhir produk dan menyebabkan keterlambatan. Berkaitan dengan permasalahan yang ada maka dipilih logika fuzzy khususnya pada proses pengeringan sebagai tool untuk memprediksi waktu pengeringan progresif. Alasan digunakannya logika fuzzy untuk permasalahan di CV. Dwi Tunggal adalah karena tool ini mudah dimengerti, sangat fleksibel, dapat digabungkan dengan teknik-teknik kendali secara konvensional dan didasarkan pada bahasa alami. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menghitung waktu pengeringan kayu secara akurat agar keterlambatan penyelesaian kontrak dapat dihindari dengan menggunakan model fuzzy dan memanfaatkan toolbox yang telah diprogram sesuai dengan model yang telah dibangun yang akan memudahkan aplikasi sistem fuzzy oleh pihak manajemen. Dengan batasan bahwa sistem yang dibahas hanya pada sistem pengeringan, memasukkan lokasi pabrik pada daerah pantauan cuaca Ungaran. Hal ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor alam yang akan menjadi input model fuzzy dan dengan asumsi evaporasi dianggap stabil dari tahun ke tahun. 2. METODE PENELITIAN 2.1 Proses Pengeringan Kayu Dari keterangan wood center CV. Dwi Tunggal, untuk mendapatkan kayu kering dengan kualitas yang baik tanpa menggunakan oven yang mahal, pengeringan perlu dilakukan secara progresif, yaitu melewati dua proses. Proses yang pertama adalah pengeringan alami di udara terbuka (open drying) dan berikutnya dilanjutkan dengan pengeringan dalam kamar (kiln drying). Hal ini dilakukan mengingat raw material yang digunakan adalah dari jenis kayu jati (Teak) yang mempunyai karakter spesial dalam proses pengeringannya. 2.2 Metodologi Desain Sistem Fuzzy Untuk melakukan perancangan (desain) suatu sistem fuzzy perlu dilakukan beberapa tahapan, yaitu: 1. Mendefinisikan karakteristik model secara fungsional dan operasional 2. Melakukan dekomposisi variabel model menjadi himpunan fuzzy 3. Membuat aturan fuzzy 4. Menentukan metode fuzzy untuk tiap-tiap variabel solusi 5. Menjalankan simulasi sistem 6. Pengujian: pengaturan dan validasi model 2.2.1 Hal-hal yang berhubungan dengan sistem fuzzy Ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam memahami sistem fuzzy, yaitu: a) Variabel fuzzy merupakan variabel yang hendak dibahas dalam suatu sistem fuzzy. Contoh: umur, temperatur, permintaan, dan lainlain. b) Himpunan fuzzy merupakan suatu grup yang mewakili suatu kondisi atau keadaan tertentu dalam suatu himpunan fuzzy. c) Semesta pembicaraan adalah keseluruhan nilai yang diperbolehkan untuk dioperasikan dalam suatu variabel fuzzy.. d) Domain himpunan fuzzy adalah keseluruhan nilai yang diijinkan dalam semesta pembicaraan dan boleh dioperasikan dalam suatu himpunan fuzzy. 2.2.2 Fungsi Keanggotaan Fungsi keanggotaan (membership function) adalah suatu kurva yang menunjukkan pemetaan titik-titik input data ke dalam nilai keanggotannya yang memiliki interval antara 0 sampai 1. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan nilai keanggotaan adalah dengan melalui pendekataan fungsi. Ada beberapa fungsi yang bisa digunakan. a. Representasi Linear J@TI Undip, Vol 2, No I, Mei 2006 2

b. Representasi Kurva Segitiga c. Representasi Kurva Bentuk Bahu 2.2.3 Sistem Inferensi Fuzzy Ada beberapa metode untuk inferensi logika fuzzy: 1) Metode Tsukamoto Pada metode Tsukamoto, setiap konsekuen pada aturan yang IF- THEN harus direpresentasikan dengan suatu himpunan fuzzy dengan fungsi keanggotaan yang monoton. Sebagai hasilnya, output hasil inferensi dari tiap-tiap aturan diberikan secara tegas (crisp) berdasarkan -predikat (fire strength). Hasil akhirnya diperoleh dengan menggunakan rata-rata berbobot. Misalkan ada 2 variabel input, var- 1 (x) dan var -2 (y), serta variabel output, var-3 (z), di mana var-1 terbagi atas 2 himpunan A1 dan A2, var-2 terbagi atas 2 himpunan B1 dan B2, var-3 juga terbagi atas 2 himpunan yaitu C1 dan C2 (C1 dan C2 harus monoton). Ada 2 aturan yang digunakan, yaitu: [R1] IF (x is A1) and (y is B2) THEN (z is C1) [R2] IF (x is A2) and (y is B1) THEN (z is C2) 2) Metode Mamdani Metode Mamdani sering dikenal sebagai metode Max-Min. Metode ini diperkenalkan oleh Ebrahim Mamdani pada tahun 1975. Untuk mendapatkan output, diperlukan 4 tahapan: 1. Pembentukan himpunan fuzzy 2. Aplikasi fungsi implikasi (aturan), menggunakan fungsi implikasi Min. 3. Komposisi aturan, dengan menggunakan korelasi antar aturan. 4. Penegasan (defuzzy) 3) Metode Sugeno Penalaran dengan metode Sugeno hamper sama dengan penalaran Mamdani, hanya saja output (konsekuensi) sistem tidak berupa himpunan fuzzy melainkan berupa konstanta atau persamaan linear. Metode ini diperkenalkan oleh Takagi-Sugeno Kang pada tahun 1985. Metode penalaran ini mempunyai 2 model, yaitu: i. Model fuzzy Sugeno Orde-Nol Secara umum bentuk model fuzzy Sugeno orde-nol adalah: IF (x 1 is A 1 ) o (x 2 is A 2 ) o (x 3 is A 3 ) o o (x N is A N ) THEN z=k Dengan A i adalah himpunan fuzzy ke-i sebagai antiseden, dan k adalah suatu konstanta (tegas) sebagai konsekuen. ii. Model Fuzzy Sugeno Orde-Satu IF (x1 is Aa) o (x2 is A2) o (x3 is A3) o o (xn is AN) THEN z=p 1 *x 1 + +p N *x N +q Dengan A i adalah himpunan fuzzy ke-i sebagai antiseden, dan pi aadalah suatu konstanta (tegas) ke-i dan q juga merupakan konstanta dalam konsekuen. Apabila komposisi aturan menggunakan metode Sugeno maka defuzzy dilakukan dengan cara mencari nilai rata-ratanya (defuzzy weighted average) dengan rumus: z 1 1 z...... 1 2 2 2 N N z N 2.3 Matlab Toolbox: Fuzzy Agar dapat menggunakan fungsi-fungsi logika fuzzy yang ada pada Matlab maka harus diinstalkan dulu Tollbox fuzzy. Fuzzy logic Toolbox memberikan fasilitas Graphical User Interface (GUI) untuk mempermudah dalam membangun sistem fuzzy. Ada 5 GUI tool yang dapat digunakan untuk membangun, mengedit, dan mengobservasi sistem penalaran fuzzy, yaitu: J@TI Undip, Vol 2, No I, Mei 2006 3

1 Fuzzy Inference System (FIS) Editor; 2 Membership Function Editor; 3 Rule Editor; 4 Rule Viewer; 5 Surface Viewer. Fuzzy Inference System Gambar 1. Fuzzy Inference System 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Pengeringan di udara terbuka (Open Drying) Pengeringan open air bertujuan untuk mendapatkan kayu dengan MC 65% untuk selanjutnya dikeringkan di chamber (kiln drying). Dalam pengeringan open air, ada 3 faktor yang sangat berpengaruh terhadap lamanya pengeringan, yaitu ketebalan kayu, MC awal, dan cuaca (nilai evaporasi udara).untuk ketebalan kayu, CV. Dwi Tunggal mempunyai standar ukuran yang lazim digunakan dalam pembuatan produk, yaitu rata-rata kelipatan 12 mm. Tabel 1 berikut menunjukkan pengaruh ketiga faktor yang berpengaruh terhadap waktu open drying. Tabel 1 Data pengaruh ketebalan kayu, MC awal, dan evaporasi terhadap waktu open drying No. Ketebalan kayu Evaporasi (mm) Rata-rata waktu pengeringan open MC awal (%) (mm) air (hari) 1 18 90 150.5 2 2 18 90 38,5 4 3 18 > 100 150.5 3 4 18 > 100 38,5 5 5 30 90 150.5 3 6 30 90 38,5 5 7 30 > 100 150.5 5 8 30 > 100 38,5 7 9 42 90 150.5 4 10 42 90 38,5 7 11 42 > 100 150.5 6 12 42 > 100 38,5 9 13 54 90 150.5 5 14 54 90 38,5 8 15 54 > 100 150.5 7 16 54 > 100 38,5 10 17 66 90 150.5 6 18 66 90 38,5 9 19 66 > 100 150.5 8 J@TI Undip, Vol 2, No I, Mei 2006 4

20 66 > 100 38,5 11 21 78 90 150.5 7 22 78 90 38,5 10 23 78 > 100 150.5 9 24 78 > 100 38,5 12 25 90 90 150.5 8 26 90 90 38,5 12 27 90 > 100 150.5 10 28 90 > 100 38,5 14 3.2 Pembangunan Sistem Fuzzy untuk Pengeringan di Udara Terbuka (Open Drying) 3.2.1 Karakteristik Model Model sistem yang akan dibuat memiliki karakteristik sebagai berikut: - Perancangan dibuat dengan menggunakan penalaran fuzzy dengan metode SUGENO. - Sistem hanya terikat pada variabel ketebalan kayu potongan, evaporasi, dan MC awal kayu sebagai variabel input, dan akan menentukan waktu pengeringan di udara terbuka (hari). - Kebijakan khusus di luar variabel yang digunakan diatur secara terpisah. - Pembuatan aturan dalam basis pengetahuan dibantu oleh bagian wood center. - Untuk perubahan informasi, model sistem harus di-update kembali. 3.2.2 Diagram Aliran Data Diagram konteks seperti terlihat pada gambar 2. Sedangkan diagram aliran data level-1 terlihat pada gambar 3. Wood center Data historis dan penentuan variabel himpunan fuzzy Himpunan fuzzy 0 Sistem fuzzy Prediksi waktu pengeringan kayu Perbaikan sistem Manajer PPC Gambar 2 Diagram konteks sistem J@TI Undip, Vol 2, No I, Mei 2006 5

Wood center Data historis dan penentuan variabel himpunan fuzzy Perbaikan sistem 1 Penetapan variabel fuzzy Data variabel fuzzy 2 Pembentukan himpunan fuzzy Manajer PPC Data himpunan Fuzzy dan aturan Data prediksi waktu pengeringan kayu 3 Aplikasi program Data kinerja sistem File kinerja sistem 3.2.3 Variabel yang digunakan Gambar 3 Diagram aliran data level 1 Variabel-variabel yang digunakan pada sistem fuzzy seperti terlihat pada tabel 2 Tabel 2. Variabel Yang Diperlukan Untuk Pengeringan Sistem Open Air Fungsi Nama Variabel Semesta Pembicaraan Satuan Keterangan Ketebalan kayu [12, 90] mm Ketebalan kayu potongan MC Awal [80, 200] % Kandungan air dalam kayu Input Tingkat penguapan uap air di udara Evaporasi [35, 160] mm/th terbuka Waktu yang dibutuhkan untuk Output Waktu Pengeringan [2, 14] hari mencapai MC kayu ±65%, sebelum masuk chamber 3.2.4 Membentuk Himpunan Fuzzy Himpunan-himpunan fuzzy yang digunakan pada tiap-tiap variabel seperti terlihat pada tabel 3 Tabel 3. himpunan fuzzy untuk sistem pengeringan open air Variabel Nama Himpunan Fuzzy Domain Satuan Ketebalan Kayu TIPIS_1 [12, 30] mm TIPIS_2 [18, 42] mm MEDIUM_1 [30, 54] mm MEDIUM_2 [42, 66] mm TEBAL_1 [54, 78] mm TEBAL_2 [66, 90] mm J@TI Undip, Vol 2, No I, Mei 2006 6

SANGAT TEBAL [78, 90] mm MC Awal KERING [80, 100] % BASAH [90, 200] % Evaporasi RENDAH [35, 160] mm/tahun TINGGI [35, 160] mm/tahun Himpunan Fuzzy untuk Variabel Ketebalan Pada variabel ketebalan, data yang dimiliki adalah 18 mm, 30 mm, 42 mm, dan 54 mm, 66 mm, 78 mm, dan 90 mm. Dengan demikian pada variabel ini bisa dibagi menjadi 7 himpunan fuzzy, yaitu TIPIS_1, TIPIS_2, MEDIUM_1, MEDIUM_2, TEBAL_1, TEBAL_2, dan SANGAT TEBAL yang secara grafis dapat ditunjukkan pada gambar 4.3 berikut. Gambar 4. Himpunan fuzzy untuk variabel ketebalan kayu Himpunan Fuzzy untuk Variabel MC Awal Pada variabel MC awal, data yang dimiliki adalah 90% dan 100%, berdasarkan data historis tentang tingkat kandungan air dan molekul air dalam kayu, nilai MC rata-rata untuk kayu pasca potong dan sudah berada di lingkungan selama beberapa hari (tidak lebih dari 1 minggu) adalah 90%. Sedangkan penentuan nilai MC maksimumnya. karena keterbatasan alat pengukur MC yang diniliki oleh perusahaan di mana nilai MC maksimum yang bisa terukur adalah 100%, maka batasan maksimum untuk MC adalah berdasar perkiraan (jika digunakan MC meter yang lebih peka) sebesar 200%. Dengan demikian pada variabel ini bisa dibagi menjadi 2 himpunan fuzzy, yaitu RENDAH dan TINGGI yang secara grafis dapat ditunjukkan pada gambar 4.4 berikut. Gambar 5. Himpunan fuzzy untuk variabel MC awal J@TI Undip, Vol 2, No I, Mei 2006 7

Himpunan Fuzzy untuk Variabel Evaporasi Pada variabel evaporasi, data yang dimiliki adalah 38,5 mm dan 150,5 mm, dengan demikian pada variabel ini bisa dibagi menjadi 2 himpunan fuzzy, yaitu RENDAH dan TINGGI yang secara grafis dapat ditunjukkan pada gambar 4.5 berikut. Gambar 6. Himpunan fuzzy untuk variabel evaporasi 3.2.5 Pembentukan Aturan dan Pengujian dengan Input Sembarang Seperti pada tabel 1 terdapat 28 kombinasi ketebalan kayu, evaporasi dan MC awal kayu. Untuk itu, aturan fuzzy yang digunakan juga sebanyak 28 aturan, dengan catatan bahwa setiap aturan yang dientuk menyertakan semua variabel. Metode inferensi fuzzy yang digunakan adalah metode SUGENO orde-0. Pada metode ini, anteseden direpresentasikan dengan proporsi dalam himpunan fuzzy, sedangkan konsekuen direpresenrasikan dengan sebuah konstanta. Mengacu pada model Sugeno orde-nol (dengan 3) variabel maka rumus aturan secara umumnya adalah sebagai berikut: IF (x 1 is A 1 ) o (x 2 is A 2 ) o (x 3 is A 3 ) THEN z=k maka, x 1 = variabel ketebalan kayu A 1 = himpunan fuzzy untuk ketebalan kayu x 2 = variabel evaporasi A 2 = himpunan fuzzy untuk evaporasi x 3 = variabel MC awal A 3 = himpunan fuzzy untuk MC awal 3.3 PEMBAHASAN 3.3.1 Analisis Waktu Pengeringan di Udara Terbuka (Open drying) Pada penghitungan waktu open drying, didapatkan hasil yang valid. Hal ini ditunjukkan dengan nilai outputnya yang masuk akal atau normal jika dibandingkan dengan data yang sebenarnya. Seperti yang terlihat pada pengujian open drying, nilai yang dihasilkan dari input: - Ketebalan kayu = 84 mm (antara TIPIS dan MEDIUM) - Evaporasi = 72 mm/tahun - MC awal = 95% adalah sebesar 10,7 = 11 hari (pembulatan ke atas). Berdasarkan data sebenarnya dari wood center, tabel 4.5, maka nilai output 11 hari adalah valid karena ia masih berada di dalam waktu pengeringan untuk domain variabel ketebalan kayu, MC awal dan evaporasi dari nilai-nilai input, yakni minimal 7 hari dan maksimal 14 hari. 3.3.2 Analisis Validasi Model dengan Sistem Pengeringan di Lapangan Pada bulan Agustus yang lalu salah satu order yang diterima perusahaan adalah Rect Extend 240 (modifikasi dari rect extend 220 pada tabel 4.1), dengan raw material dari kayu jati tebangan penduduk (di atas 100%). Dari proses pengeringan J@TI Undip, Vol 2, No I, Mei 2006 8

terakhir (komponen yang paling akhir keluar chamber) waktu yang digunakan untuk mengeringkan kayu adalah berkisar antara 17-20 hari. Dengan demikian input yang digunakan adalah: Ketebalan = 54 mm Evaporasi = 150,5 mm MC awal = 100% (BASAH) Dengan langkah yang sama dengan pengujian input di atas maka besarnya output open drying adalah sebesar 7 hari. Dari hasil tersebut besarnya hasil penghitungan waktu pengeringan kayu jati di perusahaan sesuai/ valid jika dibandingkan dengan data lapangan yang ada. Dengan demikian jika nilai toleransi sebesar 8,45 atau 9 hari dimasukkan dalam perhitungan, maka total waktu pengeringan adalah sebesar (termasuk untuk kiln drying) adalah 20 hari, dan hal ini juga sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, di mana waktu pengeringan pada waktu Agustus 2005 maksimum 20 hari (keterangan wood center). 3.3.3 Analisis Variabel yang Digunakan di Logika Fuzzy untuk Sistem Pengeringan Open Drying Dari proses penghitungan waktu pengeringan open drying, variabel input yang digunakan sebanyak 3 buah, yaitu ketebalan, evaporasi dan MC awal. Dari ketiga variabel tersebut dapat dilihat hubungannya dalam mempengaruhi lamanya waktu pengeringan di luar chamber, yang dapat dilihat pada gambar 7 berikut. Gambar 7. Surface viewer hubungan antara variabel ketebalan dan evaporasi untuk penghitungan waktu open drying Dari gambar 7 dapat dilihat bahwa ketebalan dan evaporasi mempunyai hubungan yang antagonis dalam mempengaruhi waktu pengeringan. Hal ini dapat diketahui dari permukaan grafis yang mempunyai lembah terendah tidak di titik pertemuan nilai terkecil dari masing-masing variabel. Dari gambar juga bisa disimpulkan bahwa gradasi variabel ketebalan sangat mempengaruhi waktu open drying dibanding variabel evaporasi, yang dapat diketahui dari puncak ketinggian permukaan grafis yang didominasi oleh variabel ketebalan. Sedangkan pada gambar 8 dapat dilihat hubungan antara variabel MC awal dan ketebalan. J@TI Undip, Vol 2, No I, Mei 2006 9

Gambar 8. Surface viewer hubungan antara variabel MC Awal dan ketebalan untuk penghitungan waktu open drying Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa variabel MC awal dan ketebalan mempunyai hubungan yang sinergis dalam mempengaruhi waktu pengeringan. Hal ini dapat dilihat dari permukaan grafis yang mempunyai lembah terendah pada titik pertemuan nilai terkecil dari masing-masing variabel. Dari gambar juga bisa disimpulkan bahwa gradasi variabel ketebalan sangat mempengaruhi waktu open drying dibanding variabel MC awal, yang dapat diketahui dari puncak ketinggian permukaan grafis yang didominasi oleh variabel ketebalan. Untuk mengetahui hubungan antara varibel MC awal dan evaporasi dapat dilihat pada gambar 9 sebagai berikut. Gambar 9 Surface viewer hubungan antara variabel evaporasi dan MC Awal untuk penghitungan waktu open drying Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa variabel MC awal dan evaporasi mempunyai hubungan yang antagonis dalam mempengaruhi waktu pengeringan. Hal ini dapat dilihat dari permukaan grafis yang mempunyai lembah terendah tidak terletak pada titik pertemuan nilai terkecil dari masing-masing variabel. Dari gambar juga bisa disimpulkan bahwa gradasi variabel evaporasi lebih mempengaruhi waktu open drying dibanding variabel MC awal, yang dapat diketahui dari kecuraman evaporasi dibanding MC awal. J@TI Undip, Vol 2, No I, Mei 2006 10

4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Secara keseluruhan dari laporan tugas akhir ini dapat disimpulkan bahwa, 1. Model fuzzy dapat digunakan untuk menghitung waktu pengeringan kayu jati secara progresif di perusahaan furniture. Model ini sangat membantu untuk jenis pengeringan terbuka (open drying) karena banyaknya interpolasi variabel. 2. Toolbox yang telah dibangun berdasarkan sistem yang ada terbukti lebih cepat untuk melakukan proses penghitungan, khususnya untuk waktu open drying. Penghitungan manual waktu open drying hampir tidak efisien untuk dilakukan jika input variabelnya mempunyai nilai antara dari himpunan-himpunan ffuzzy yang telah ditentukan. 4.2 Saran 1. Hasil dari penghitungan waktu pengeringan progresif ini sangat memerlukan adanya kerjasama yang sinergis antara bagian wood center sebagai pengelola langsung proses pengeringan kayu, dengan bagian PPC yang berhadapan langsung dengan buyer dalam menetapkan besarnya waktu pengeringan. Jadi jika sewaktuwaktu ada perubahan hasil di lapangan dengan penghitungan di PPC, model yang telah dibangun dapat segera diredesain. 2. Sifat dari hasil laporan ini adalah khusus untuk diaplikasikan di perusahaan yang menggunakan sistem pengeringan progresif karena untuk pengeringan dengan menggunakan chamber otomatis hampir tidak memerlukan proses penghitungan open drying. 3. Data yang digunakan dalam penetapan besarnya nilai-nilai variabel yang digunakan dalam model fuzzy ini sangat mungkin untuk berubah, sehingga diperlukan up date untuk beberapa periode ke depan jika hasilnya jauh dari nilai yang diperoleh di lapangan. DAFTAR PUSTAKA 1. Brown, William H., The Conversion and Seasoning of Wood, Linedn Publishing Fresno, California, 1988. 2. Kusumadewi, Sri, Analisis dan Desain Sistem Fuzzy Menggunakan Tool Box Matlab, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2002. 3. Kusumadewi, Sri dan Hari Purnomo, Aplikasi Logika Fuzzy untuk Pendukung Keputusan, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2004. 4. Johansen, Tor A., Robert Shorten, dan Roderick Murray-Smith. On the Interpretation and Identification of Dynamic Takagi Sugeno Fuzzy Models. 2000. 5. Ross, Timothy J., Fuzzy Logic with Engineering Applications, McGraw-Hill, Inc., Singapore, 1995. J@TI Undip, Vol 2, No I, Mei 2006 11