PETUNJUK LOKASI DAN STANDAR SPESIFIKASI BANGUNAN PENGAMAN TEPI JALAN

dokumen-dokumen yang mirip
Perencanaan Geometrik Jalan

PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990

STANDAR SPESIFIKASI KEREB NO. 011/S/BNKT/1990 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA

PETUNJUK PELAKSANAAN PELAPISAN ULANG JALAN PADA DAERAH KEREB PERKERAS DAN SAMBUNGAN NO. 006/T/BNKT/1990

TATA CARA PERENCANAAN PEMISAH NO. 014/T/BNKT/1990

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

PETUNJUK PERAMBUAN SEMENTARA SELAMA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN

SNI. Delineator di jalan wilayah pertambangan. Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional

BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PENAMPANG MELINTANG JALAN

BAB II KOMPONEN PENAMPANG MELINTANG

TATA CARA PERENCANAAN PENGHENTIAN BUS NO. 015/T/BNKT/1990

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

Pd T Perambuan sementara untuk pekerjaan jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN JALAN: 13. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN BERKALA JEMBATAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

Pemberdayaan Masyarakat

MODUL SIB 10 : PEMELIHARAAN JALAN DARURAT DAN PEMELIHARAAN LALU LINTAS

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

DINDING PENAHAN TANAH ( Retaining Wall )

LAMPIRAN A HASIL CHECKLIST LANJUTAN PEMERIKSAAN INSPEKSI KESELAMATAN JALAN YOGYAKARTA SOLO KM 10 SAMPAI DENGAN KM 15

MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA

Spesifikasi kereb beton untuk jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. memberikan pelayanan yang optimal bagi pejalan kaki.

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK

Penempatan marka jalan

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum

LAPORAN PENINJAUAN PADA LINTAS SELATAN JAWA BARAT ( TANGGAL 22 S/D 24 JANUARI 2009 ) Daftar Isi

PEKERJAAN PERAKITAN JEMBATAN RANGKA BAJA

5/11/2012. Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Source:. Gambar Situasi Skala 1:1000

PERANCANGAN BANGUNAN PELENGKAP DRAINASE GORONG-GORONG. Disusun untuk Memenuhi. Tugas Mata Kuliah Drainase. Disusun Oleh:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh

Sambungan Kayu. Sambungan Kayu: Hubungan Kayu:

GORONG-GORONG Anita Winarni Dwi Ratna Komala Novita Priatiningsih

PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Bab 5 Kesimpulan dan Saran

Tahapan Pekerjaan Jembatan Box Culvert. 1. Pembongkaran Jembatan Lama dan Galian Struktur

Aspek Keselamatan Jalan dalam Pembangunan Jalan. BLACKSPOT INVESTIGATION WORKSHOP Surabaya, Mei 2012

LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

PANDUAN SURVAI DAN PERHITUNGAN WAKTU PERJALANAN LALU LINTAS NO. 001 /T/BNKT/1990 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA

DAFTAR ISI. Bekerja untuk menjaga agar jalan kita tetap dalam kondisi yang baik BUKU PANDUAN 2

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

TATA CARA PERENCANAAN FASILITAS PEJALAN KAKI DI KAWASAN PERKOTAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS). Pasal 1

Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA >

KONTROL ULANG PENULANGAN JEMBATAN PRESTRESSED KOMPLANG II NUSUKAN KOTA SURAKARTA

SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perhubungan Darat : SK.43/AJ 007/DRJD/97).

PENGANTAR PONDASI DALAM

PERENCANAAN DINDING PENAHAN TANAH PADA RUAS JALAN TENGGARONG SEBERANG KM 10 KECAMATAN TENGGARONG SEBERANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Pekerjaan pondasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu pondasi dangkal dan pondasi

TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN

BAB II KERANGKA TEORITIS. NO.: 011/T/Bt/1995 Jalur Pejalan Kaki yang terdiri dari :

BAB III LANDASAN TEORI. memperkirakan kebutuhan parkir di masa yang akan datang.

FONDASI DALAM BAB I PENDAHULUAN

STANDAR JEMBATAN DAN SNI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN

ANALISIS LAIK FUNGSI JALAN ARTERI DI KOTA MAKASSAR. Kata kunci : transportasi, laik fungsi, standar teknis.

PEDOMAN. Perencanaan Trotoar. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 1-27

ini, adalah proyek penggantian jembatan kereta api lama serta pembuatan 2 bentangan jembatan baru yang

Penampang Melintang Jalan Tipikal. dilengkapi Trotoar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. jurang, lembah, jalanan, rel, sungai, badan air, atau hambatan lainnya. Tujuan

PENGHARGAAN KARYA KONSTRUKSI INDONESIA TAHUN 2014

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III STRUKTUR JALAN REL

BAB I PENDAHULUAN. Pada suatu konstruksi bangunan, tidak terlepas dari elemen-elemen seperti

STANDAR LATIHAN KERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional

BAB II STUDI PUSTAKA

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

Konsep Zona. Menciptakan Lokasi Pekerjaan Jalan yang lebih Berkeselamatan. Mataram, Januari 2012

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Permasalahan dan Pemecahan Masalah Nonstruktural

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN

SPESIFIKASI PENGUATAN TEBING NO. 11 /S/BNKT/ 1991 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA

254x. JPH = 0.278H x 80 x 2.5 +

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Jalan Raya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Konstruksi bangunan tidak terlepas dari elemen-elemen seperti balok dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Inspeksi Keselamatan Jalan

Transkripsi:

PETUNJUK LOKASI DAN STANDAR SPESIFIKASI BANGUNAN PENGAMAN TEPI JALAN No: 013 / S / BNKT / 1990 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN ALAN KOTA

PRAKATA Dalam rangka mewujudkan peranan penting jalan dalam mendorong perkembangan kehidupan bangsa, sesuai dengan U.U. no. 13/1980 Tentang Jalan, Pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan yang menjurus ke arah profesionalisme dalam bidang pengelolaan jalan, baik di pusat maupun di daerah. Adanya buku-buku standar, baik mengenai Tata Cara Pelaksanaan, Spesifikasi, maupun Metoda Pengujian, yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, pengoperasian dan pemeliharaan merupakan kebutuhan yang mendesak guna menuju ke pengelolaan jalan yang lebih baik, efisien dan seragam. Sambil menunggu terbitnya buku-buku standar dimaksud, buku Bangunan Pengaman Tepi Jalan ini dikeluarkan guna memenuhi kebutuhan intern di lingkungan Direktorat Pembinaan Jalan Kota. Menyadari akan belum sempumanya buku ini, maka pendapat dan saran dari semua pihak akan kami hargai guna penyempurnaan di kemudian hari. J a k a r t a, Janari 1990. DIREKTUR PEMBINAAN JALAN KOTA DJOKO ASMORO

DAFTAR ISI Halaman PRAKATA... i I. DESKRIPSI. 1.1. Maksud dan Tujuan... 1 1.2. Ruang Lingkup... 1 1.3. Batasan dan Pengertian... 1 II. PELAKSANAAN. 2.1. Penentuan Pemasangan Bangunan Tepi Jalan... 2 2.2. Pengakhiran Ujung Bangunan Pengaman Tepi Jalan... 3 III. UKURAN/DIMENSI BANGUNAN PENGAMAN TEN JALAN YANG DI- ANJURKAN. 3.1. Bangunan Pengaman Tepi Jalan Rigid (dari beton)... 4 ii

I. DESKRIPSI 1.1. Maksud dan Tujuan. Maksud dan tujuan dari buku bangunan pengaman tepi jalan adalah untuk memberikan bimbingan kepada aparat yang terlibat dalam pembuatan bangunan tepi jalan, sebagai penyangga atau pencegah kendaraan menabrak sesuatu obyek di pinggir jalan atau untuk mencegah kendaraan keluar dari jalur jalan pada daerah-daerah yang berbahaya seperti di daerah-daerah pegunungan/daerah timbunan dengan lereng yang curam. Bangunan pengaman tepi jalan itu sendiri tidak dapat mencegah kecelakaan. Dia hanya dapat mengurangi akibat kecelakaan yang lebih besar dengan mengarahkan kendaraan kembali kedalam jalur lalu lintas. 1.2. Ruang Lingkup. Bangunan pengaman tepi jalan yang akan dijelaskan dalam buku ini meliputi bangunan pengaman tepi jalan Rigid dan semi rigid. Perencanaan penempatan dari setiap jenis bangunan pengaman tepi tersebut disesuaikan dengan kebutuhannya. 1.3. Batasan dan Pengertian. Bangunan pengaman tepi yang baik adalah : - Bangunan pengaman tepi yang merupakan suatu struktur yang kokoh terpadu. Kendaraan tidak dapat memecahkannya / mematahkan / menjebolkanya. - Bangunan pengaman tepi hendaklah dapat mengurangi kecepatan kendaraan yang menabraknya dengan wajar tanpa mendatangkan kecelakaan pada manusia. - Bangunan pengaman tepi hendaklah dapat mengarahkan kembali kendaraan ke jalur lalu lintas dengan baik. Bangunan pengaman tepi jalan seperti telah disinggung dalam butir 1.2. dapat dibagi atas 3 type yaitu : - Bangunan pengaman tepi jalan rigid - Bangunan pengaman tepi jalan semi rigid. - Bangunan pengaman tepi jalan fleksibel. 1.3.1. Bangunan pengaman tepi jalan kaku (rigid) adalah bangunan tepi jalan yang dibuat dari beton. Tipe yang terkenal, adalah bangunan pengaman tepi kaku (Rigid barriers) dari New Jersey. Bangunan pengaman tepi kaku ini dipakai pada sisi jalan yang hanya dapat menampung sudut tabrakan kendaraan dengan bangunan pengaman tepi jalan kecil atau nol. 1

1.3.2. Bangunan pengaman tepi semi kaku (semi rigid bariers) Tipe ini terbuat dari beri baja dapat berbentuk kotak (box beam), berbentuk W(Wbeam), yang dipotong-potong tiang-tiang (lihat gambar). Tipe ini memungkinkan adanya sudut tabrakan antara pengaman tepi dan kendaraan cukup besar, selanjutnya dapat menghasilkan tingkat percepatan menjadi rendah. Tekukan yang terjadi akibat tabrakan pada tipe pengaman tepi ini, besarnya adalah fungsi dari jarak tiang yang menyokong bangunan pengaman tepi ini. 1.3.3. Bangunan pengaman tepi fleksibel adalah bangunan pengaman tepi yang memungkinkan adanya sudut tabrakan dengan kendaraan cukup besar dan menghasilkan tingkat percepatan menjadi rendah. Di samping itu dapat mengurangi kerusakan kendaraan. II. PELAKSANAAN 2.1. Penentuan Lokasi Pemasangan Bangunan Pengaman Tepi Jalan. Penetapan pemasangan bangunan pengaman tepi jalan pada suatu segment ja- Ian, haruslah secara hati-hati dapat ditentukan, jika tidak dia bisa merupakan suatu rintangan yang besar pengaruhnya terhadap kapasitas jalan. Dalam praktek sebanyak mungkin dihindari pemasangan bangunan pengaman tepi jalan dengan cara memindahkan/meniadakan halangan/keadaan yang berbahaya tersebut. Apalagi hal itu tidak mungkin, pemasangan bangunan pengaman tepi jalan haruslah dipertimbangkan sematang mungkin dengan mengkaji semua risiko dan analisa ekonomi. Berikut ini disarankan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pemasangan bangunan pengaman tepi jalan sebagai berikut - Pemasangan bangunan pengaman tepi jalan dilaksanakan hanya apabila kita tidak dapat memindahkan/atau meniadakan halangan atau rintangan yang berbahaya bagi keamanan lalu lintas. - Penentuan pemasangan bangunan pengaman tepi pada suatu segmen jalan haruslah dilaksanakan berdasarkan suatu studi kecelakaan dan analys biasa. - Pemasangan bangunan pengaman tepi jalan harus dilaksanakan pada jembatan jembatan sempit, dimana arus lalu lintas yang masuk jembatan diatur berdasarkan prioritas. - Pemasangan bangunan pengaman tepi jalan harus dilaksanakan pada tikungan tajam, dimana kecepatan kendaraan secara umum pada keadaan normal berkurang menjadi 20 km/jam selanjutnya harus dipasang pula tanda-tanda pengaman lalu lintas. - Pemasangan bangunan pengaman tepi jalan haruslah memperhatikan juga bentuk bangunan pengaman tepi jalan pada awal dan ujungnya. - Pemasangan bangunan pengaman tepi jalan pads bahu jalan dituntut 2

adanyapelebaran bahu jalan. - Pemasangan bangunan tepi jalan haruslah dilaksanakan pada segmensegmen jalan pada dataran tinggi/pegunungan dimana kecuraman lerengnya lebih besar dari 2; 4 dan ketinggiannya lebih besar dari 2 m. - Pemasangan bangunan pengaman tepi jalan harus dilaksanakan pada segmensegmen jalan dimana terdapat rintangan-rintangan/kondisi berbahaya terhadap arus lalu lintas yang tidak jauh berada dari pinggir perkerasan jalan (< 10 m). - Pemasangan bangunan pengaman tepi jalan harus dilaksanakan pada medianmedian, yang sempit, untuk mencegah terjadinya tabrakan pada ujung median dimana volume lalu lintas melebihi 5000 (AADT). - Pemasangan bangunan pengaman tepi jalan harus dilaksanakan pada keadaan jalan menyempit yang disebabkan oleh adanya jembatan atau gorong-gorong. - Pemasangan bangunan pengaman tepi jalan harus dilaksanakan pada bagian-bagian jalan dengan tujuan untuk melindungi bangunan-bangunan atau pejalan kaki. 2.2. Pengakhiran Ujung Bangunan Pengaman Tepi Jalan. Pengakhiran bangunan pengaman tepi harus direncanakan sebaik-baiknya. Pengakhiran bangunan pengaman tepi dapat dibuat secara ditanamkan dan tidak ditanamkan. Pengakhiran yang ditanamkan tidak dengan baik dapat menyebabkan kendaraan yang menabraknya akan naik dan terguling. Pengakhiran yang tidak ditanamkan tanpa konstruksi yang baik dapat menyebabkan kendaraan yang menabraknya akan tertusuk atau terbelah, yang dapat membahayakan manusia dalam kendaraan itu. Pengakhiran untuk bangunan pengaman tepi dari baja (steel semi rigid guard rails) haruslah dapat memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Anker guard rail pada pengakhirannya harus dibuat/ditanamkan dengan baik sehingga dapat menahan tabrakan kendaran dan dapat mengarahkannya dengan baik ke jalur lalu lintas. b. Dapat menahan tabrakan kendaraan dengan baik. c. Dapat memperkecil resiko tabrakan kendaraan. d. Tidak dapat menyebabkan kendaraan yang menabraknya terlontar kejalur lalu lintas. e. Dapat mengurangi kerusakan kendaraan. f. Dapat lebih ekonomis dan secara visual cukup baik. 3

III. UKURAN/DIMENSI BANGUNAN PENGAMAN TEPI JALAN YANG DIANJUR-- KAN. 3.1. Bangunan Pengaman Tepi Jalan Rigid (dari beton). Pengaman tepi dari beton (Parapet) Catatan : 1. Mutu beton K 350 2. Untuk Cast ini Situ, panjang segment dibuat antara 2.00 sampai dengan 5.00 meter, disesuaikan dengan jari jari tikungan. 4

3. Lantai kerja beton Bl. 3.2. Bangunan Pengaman Tepi Semi Rigid 3.2.1. Guar rail a. Guardrail dengan pengakhiran tidak ditanamkan (ujung di atas permukaan tanah). 1. Guard rail ini harus dibuat sesuai dengan spesifikasi yang dite-tapkan dalam standar Industri Indonesia. 5

2. Tiang penyangga dibuat dari pipa besi baja (baja kanal) atau dari kayu. b. Guarrd rail dengan pengakhiran yang ditanamkan (ujung masuk tanah) TAMPAK ATAS TAMPAK MUKA O F F S E T X 4 8 12 16 20 24 Y 0.00 0,16 0.36 6.64 1.00 1.44 6

3.2.2. Bangunan Pengaman tepi dan balok kayu CATATAN: 1. BAHAN KAYU KELAS MINIMAL I B DAN DIAWETKAN 2. BAGIAN YANG DI CAT CREOSOTE TIDAK BOLEH TERLUKA (LUBANG) 3. DIANJURKAN PADA JALAN DENGAN KECEPATAN RENCANA 40 KM/JAM DAN PADA DAERAH PARKIR 7

3.2.3. Bangunan Pengaman tepi dari Pasangan Batu Kali. 1. 2. CATATAN 1. UKURAN BATU KALI DISESUAIKAN DENGAN KEADAAN SE TEMPAT. 2. DIGUNAKAN SEBAGAI ALTERNATIF BANGUNAN PENGAMAN TEPI 3. TIPE INI DIKAITKAN TERUTAMA UNTUK KEINDAHAN (STETIKA) DAN PADA JALAN DENGAN DESIGN SPEED < 60 KM/JAM 4. BATU DAPAT DIPAS TANPA ATAU DENGAN PAS MAN MORTAR 1 : 3. 5. SEMUA UKURAN DALAM CM. 8

3.4. Bangunan Pengaman tepi dari Tanah Timbunan. CATATAN 1 PENGERJAAN TANAH DILAKUKAN DENGAN PEMADATAN LAPIS DEMI LAPIS DI ATAS TANAH TIMBUNAN 2. JENIS TANAH YANG DISARANKAN ADALAH JENIS TANAH BUKAN GRANULAR (FINE GRAIN) DAN CUKUP SUBUR UNTUK DITUMBUHI RUMPUT. 3. JARAK "CROSS DRAIN" < 3,00 M. 4. DIANJURKAN PADA JALAN DENGAN KECEPATAN RENCANA <80km/jam 5. DIGUNAKAN SEBAGAI ALTERNATIF PENGAMAN DI TEPI BILA DIMUNG- KAN UNTUK INI DAN DIKAITKAN UNTUK KEINDAHAN. 6. SEMUA UKURAN DALAM CM. 9