PENERAPAN KONSEP DASAR CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING(CTL) DALAM PEMBELAJARAN FRANÇAIS DU TROURISME

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) DAN TEORI BANDURA. A. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning

PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PENGUASAAN KONSEP-KONSEP FISIKA. M. Gade ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari bahan yang dipelajari (Winkel, 1996). Menurut Bloom dalam Winkel

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang menekankan

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rasa puas ini (atau lebih tepat barangkali. membangkitkan rasa ingin tahu lebih lanjut yang memerlukan pemuas.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara psikologis, Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Landasan Filosofis Dan Psikologis Dalam Pembelajaran Kontekstual

BAB II KAJIAN TEORI. dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Hasil

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB 1I KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

FIELD STUDY: PEMBELAJARAN CONTECTUAL TEACHING LEARNING (CTL) UNTUK MATERI-MATERI FISIOGRAFIS 1

BAB II PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

Pendekatan Contextual Teaching and Larning (CTL)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

BAB I PEDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bertanah air. Selain itu, pendidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. bersifat membentuk atau merupakan suatu efek.

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Pendidikan juga merupakan salah

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ENERGI PANAS

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran dalam Satyasa (2007:3) diartikan sebagai semua benda

BAB V PEMBAHASAN. A. Terdapat Pengaruh Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar. Setelah analisis data penelitian selesai, langkah selanjutnya adalah

LEMMA VOL I NO. 2, MEI 2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pembelajaran Membaca Pemahaman Dengan Menggunakan Pendekatan CTL (Contextual Teaching And Learning) Pada Siswa Kelas V di SDN 2 Neglasari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL)

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

ZULFA SAFITRI A54F100040

Condition of Ind. Ind.Condition-1. Ind.Condition-2. The Rural. Ind. Rural Policy. Rulal Educational. Higher Education. Non Formal Ed.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAMAN PUSTAKA. A. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pemahaman Peredaran Darah. mempertinggi, sedangkan kemampuan. artinya kecakapan.

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN PECAHAN DI KELAS V SD NEGERI NO

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdahulu yang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti sebagai berikut:

KAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. tujuan tertentu yang sebelumnya tidak ada aktivitas ke arah tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

STRATEGI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. dan ilmu atau pengetahuan. Tujuan pembelajaran matematika adalah terbentuknya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

Raja Usman Dosen FKIP Universitas Terbuka pada UPBJJ-UT Pekanbaru. Kata kunci: Metode CTL, Hasil Belajar, Membaca Kritis

MUHAMMAD A. DJAKARIA NIM ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Kemampuan Menulis. menghasilkan sebuah tulisan. memberdayakan pengetahuan dan perasaan.

Jurnal Dialog: Volume III, Maret 2016 ISSN:

Rumusan masalahan. Tujuan Penelitian. Kajian Teori. memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR STATISTIKA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS II SD NEGERI TEBING TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab,

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap Peningkatan Hasil Belajar Mengenai Kesebangunan dan Simetri Siswa Sekolah Dasar

Drs. H. MAHDUM MA, M.Pd. Dosen Bahasa Inggris FKIP UNRI Hp , Fax: (0761)

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa

PEMBELAJARAN MENULIS. oleh Isah Cahyani Diadaptasi dari berbagai sumber dan hasil diskusi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia

kata kunci: bimbingan teknis, pendekatan kontekstual, dan mutu guru.

BAB I PENDAHULUAN. keluaran ( Output ) dengan kompetensi tertentu. Proses belajar dan pembelajaran

Kata kunci : Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

TITIK ARIYANI HALIMAH A

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DI KELAS X SMA PGRI 89 CIPANAS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Aas Asiah Instansi : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung

Transkripsi:

PENERAPAN KONSEP DASAR CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING(CTL) DALAM PEMBELAJARAN FRANÇAIS DU TROURISME (Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual) A. Pendahuluan Akhir-akhir ini muncul berbagai model pembelajaran yang digunakan oleh para pengajar dengan tujuan agar proses belajar mengajar lebih efektif dan bermakna, salah satu di antaranya, yaitu pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching Learning CTL) yang banyak dibicarakan orang. Pada dasarnya, CTL merupakan model pembelajaran yang melibatkan mahasiswa secara penuh dalam proses pembelajaran. Mahasiswa didorong untuk beraktivitas mempelajari materi perkuliahan sesuai dengan topik yang akan dipelajarinya. Belajar dalam konteks CTL bukan sekedar mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung. Melalui proses berpengalaman itu diharapkan perkembangan mahasiswa terjadi secara utuh, yang tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi juga aspek afektif dan juga psikomotor. Belajar melalui CTL diharapkan mahasiswa dapat menemukan sendiri materi yang dipelajarinya. Selanjunya berikut ini, diuraikan secara rinci hal ihwal yang berhubungan dengan CTL beserta contoh aplikasinya dalam kegiatan proses belajar mengajar. B. Latar Belakang Filosofis dan Psikologis CTL 1. Latar Belakang Filosofis Pada prinsipnya, CTL banyak dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme yang mulai digagas oleh Mark Baldwin dan selanjutnya dikembangkan oleh Jean Piaget. Aliran filsafat konstruktivisme berangkat dari pemikiran epistimologi Giambatista Vico (Suparno, 1997). Vico mengungkapkan: Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaannya. Jadi mengetahui, menurut Vico, berarti mengetahui bagaimana membuat sesuatu. Artinya, seseorang dikatakan mengetahui apabila manakala ia dapat menjelaskan unsur-unsur apa yang membangun sesuatu itu. Oleh karena itu, pengetahuan itu tidak lepas dari orang (subjek) yang tahu. 1

Pengetahuan merupakan konsep dari subjek yang mengamati. Selanjutnya, pandangan filsafat konstruktivisme tentang hakikat pengetahuan mempengaruhi konsep tentang proses belajar, bahwa belajar bukanlah sekadar menghafal, tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil pemberian dari orang lain seperti guru, tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan oleh setiap individu karena pengetahuan hasil dari pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Bagaimana proses mengkonstruksi pengetahuan yang dilakukan oleh setiap subjek itu? Di bawah ini dijelaskan jalan pikiran Piaget, tokoh yang mengembangkan gagasan konstrukstivisme itu. Piaget berpendapat, bahwa sejak kecil setiap anak sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan skema. Skema terbentuk karena pengalaman. Misalnya pada suatu hari anak merasa sakit karena terpercik api, maka berdasarkan pengalamannya terbentuk skema pada struktur kognitif anak tentang api, bahwa api adalah sesuatu yang membahayakan oleh karena itu harus dihindari. Dengan demikian, ketika ia melihat api, secara refleks ia akan menghindar. Semakin anak dewasa, pengalaman anak tentang api bertambah pula. Ketika anak melihat ibunya memasak pakai api; ketika anaknya melihat ayahnya merokok menggunakan api, maka skema yang telah terbentuk itu disempurnakan, bahwa api bukan harus dihindari tetapi dapat dimanfaatkan. Proses penyempurnaan skema tentang api yang dilakukan oleh anak itu dinamakan asimilasi. Selanjutnya, semakin anak dewasa, pengalaman itu semakin bertambah pula. Ketika anak melihat bahwa pabrik-pabrik memerlukan api, setiap kendaraan memerlukan api, dan lain sebagainya, maka terbentuklah skema baru tentang api, bahwa api bukan harus dihindari dan juga bukan sekedar dapat dimanfaatkan, akan tetapi api sangat dibutuhkan untuk kebutuhan manusia. Proses mengubah skema yang sudah ada hingga terbentuk skema baru, itulah yang disebut akomodasi. Pandangan Piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu terbentuk dalam struktur kognitif anak, sangat berpengaruh terhadap beberapa model pembelajaran, di antaranya model pembelajaran kontekstual. Menurut pembelajaran kontekstual, pengetahuan akan bermakna manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh mahasiswa. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemberitahuan orang lain, 2

tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna, karena pengetahuan yang demikian akan mudah dilupakan dan tidak fungsional. 2. Latar Belakang Psikologis Sesuai dengan filsafat yang mendasarinya bahwa pengetahuan terbentuk karena peran aktif subjek, maka dipandang dari sudut psikologis, CTL berpijak pada aliran psikologis kognitif. Menurut aliran ini proses belajar terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan. Belajar bukanlah peristiwa mekanisme seperti keterkaitan stimulus dan respons, namun belajar melibatkan proses mental yang tidak tampak seperti emosi, minat, motivasi, dan kemampuan atau pengalaman. Apa yang tampak pada dasarnya adalah wujud dari adanya dorongan yang berkembang dalam diri seseorang. Sebagai peristiwa mental, perilaku manusia tidak semata-mata merupakan gerakan fisik saja, akan tetapi yang lebih penting adalah adanya faktor pendorong yang ada di belakang gerakan fisik itu. Menagapa demikian? Sebab manusia selamanya memiliki kebutuhan yang melekat dalam dirinya. Kebutuhan itulah yang mendorong manusia untuk berperilaku. Dari asumsi dan latar belakang yang mendasarinya, maka lahirlah konsep belajar dalam konteks CTL sebagai berikut: a. Belajar bukanlah menghafal, akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang dimiliki oleh mahasiswa. Oleh karena itulah, semakin banyak pengalaman, maka akan semakin banyak pula pengetahuan yang mereka peroleh. b. Belajar bukan sekedar mengumpulkan fakta yang lepas-lepas.pengetahuan itu pada dasarnya merupakan organisasi dari semua yang dialami, sehingga dengan pengetahuan yang dimiliki akan berpengaruh terhadap pola berpikir, pola bertindak, kemampuan memecahkan persoalan termasuk penampilan atau performance seseorang. Semakin pengetahuan seseorang luas dan mendalam, maka akan semakin efektif dalam berpikir. c. Belajar adalah proses pemecahan masalah, sebab dengan memecahkan masalah, mahasiswa akan berkembang secara utuh yang bukan hanya perkembangan intelektual akan tetapi juga mental dan emosinya. Belajar secara kontektual adalah belajar bagaimana mahasiswa menghadapi setiap persoalan. 3

d. Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang secara bertahap dari yang sederhana menuju yang kompleks. Oleh karena itu, belajar tidak dapat sekalgus, akan tetapi sesuai dengan irama kemampuan mahasiswa. e. Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan. Oleh karena itu, pengetahuan yang diperoleh adalah pengetahuan yang memiliki makna untuk kehidupan mahasiswa (real world learning). C. Konsep Dasar CTL Contextual Teaching Learning (CTL) adalah suatu model pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan mahasiswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata, sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dari konsep tersebut, ada tiga hal yang dapat kita pahami. Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan mahasiswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Jadi, proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar mahasiswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Kedua, CTL mendorong agar mahasiswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya mahasiswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di universitas dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi mahasiswa materi itu akan bermakna secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori mahasiswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. Ketiga, CTL mendorong mahasiswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan nyata, artinya CTL bukan hanya mengharapkan mahasiswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana metari pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata. 4

D. Lima Karakteristik CTL Sehubungan dengan konsep dasar CTL di atas, maka terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan model CTL ini, sebagai berikut: 1. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activiting knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh mahasiswa adalah pengetahuan yang utuh yang memilki keterkaitan satu sama lain. 2. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru diperoleh dengan cara deduksi, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memerhatikan detailnya. 3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperoleh dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan. 4. Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan mahasiswa, sehingga tampak perubahan perilaku mahasiswa. 5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi. E. Asas-Asas CTL CTL sebagai suatu model pembelajaran memiliki 7 asas. Asas-asas inilah yang mendasari pelaksanaan proses dengan menggunakan model CTL, sebagai berikut: 5

1. Konstruktivisme Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif mahasiswa berdasarkan pengalaman.hal ini didasarkan pada filsafat yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa pengetahuan itu terbentuk bukan hanya dari objek semata, tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang diamatinya. Selanjutnya, menurut konstruktvisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar, akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang.oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasikan objek tersebut. Kedua faktor itu sama pentingnya. Dengan demikian pengetahuan itu tidak bersifat statis tetapi bersifat dinamis, tergantung individu yang melihat dan mengkonstruksikannya. 2. Inkuiri Asas kedua dari CTL adalah inkuiri, artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian, dalam proses perencanaan, pengajar bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan mahasiswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Belajar pada dasarnya merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Melalui proses mental itulah, diharapkan mahasiswa berkembang secara utuh baik intelektual, mental, emosional, maupun pribadinya. Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu: a. Merumuskan masalah; b. Mengajukan hipotesis c. Mengumpulkan data; d. Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan; e. Membuat kesimpulan. 3. Bertanya (Questioning) 6

Dalam konteks CTL, belajar hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Dalam proses pembelajaran melalui CTL, pengajar tidak menyampaikan infomasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. Karena itu peran bertanya sangat penting, sebab melalui perntayaan-pertanyaan, pengajar dapat membimbing dan mengarahkan mahasiswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya. Selain itu, dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk: a. Menggali informasi tentang kemampuan mahasiswa dalam penguasaan materi perkuliahan; b. Membangkitkan motivasi mahasiswa untuk belajar; c. Merangsang keingintahuan mahasiswa terhadap sesuatu; d. Memfokuskan mahasiswa pada sesuatu yang diinginkan; e. Membimbing mahasiswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu. 4. Masyarakat Belajar (Learning Community) Leo Semenovich Vygostksy, seorang psikolog Rusia, menyatakan bahwa pengetahuan dan pemahaman anak ditopang banyak oleh komunikasi dengan orang lain. Suatu permasalahan tidak mungkin dapat dipecahkan senidirian, tetapi membutuhkan bantuan orang lain. Kerja sama saling memberi dan menerima sangat dibutuhkan untuk memecahkan suatu persoalan. Jadi, konsep masyarakat belajar (learning community) dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. 5. Pemodelan (Modeling) Yang dimaksud dengan asas modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap mahasiswa. Misalnya, pengajar memberikan contoh bagaimana cara mengoperasikan sebuah alat, atau bagaimana cara melafalkan seuah kalimat asing dan sebagainya. Prose modeling tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga pengajar memanfaatkan mahasiswa yang dianggap memiliki kemampuan. Misalnya, mahasiswa yang pernah menjadi juara dalam membaca puisi, dapat diminta 7

untuk menampilkan kebolehannya di depan teman-temannya, dengan demikian mahasiswa dapat dianggap sebagai model. Jadi, modeling merupakan asas yang penting dalam pembelajaran melalui CTL, sebab melalui modeling mahasiswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoritis-abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme. 6. Refleksi (Reflection) Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif mahasiswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya.bisa pula terjadi, melalui proses refleksi mahasiswa akan mempengaruhi pengetahuan yang telah dibentuknya, atau menambah khazanah pengetahuannya. 7. Penilaian Nyata (Authentic Assessment) Dalam CTL, keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh perkembangan kemampuan intelektual saja, akan tetapi perkembangan seluruh aspek. Oleh sebab itu, penilaian keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh aspek hasil belajar seperti hasil tes, akan tetapi juga proses belajar melalui penilaian nyata. Penilaian nyata (authentic assessment)adalah proses yag dilakukan pengajar untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan oleh mahasiswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah mahasiswa benar-benar belajar atau tidak; apakah pengalaman belajar mahasiswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan, baik intelektual maupun mental mahasiswa. Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan prose pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus-menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada proses belajar bukan kepada hasil belajar. F. Pola Dan Tahapan Pembelajaran Berdasarkan CTL 8

Untuk memahami bagaimana mengaplikasikan CTL dalam proses pembelajaran, di bawah ini disajikan contoh penerapannya. Misalnya, pada mata kuliah bahasa Perancis Kepariwisataan (Français du Tourisme, dosen bermaksud membelajarkan mahasiswa tentang fungsi hotel. Kompetensi yang harus dicapai adalah kemampuan mahasiswa untuk mehamani fungsi dan jenis hotel. Untuk mencapai kompetensi tersebut, dirumuskan beberapa indikator hasil belajar sebagai berikut a. mahasiswa dapat menjelaskan pengertian hotel; b. mahasiswa dapat menjelaskan jenis-jenis hotel; c. mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan karakteristik antara hotel berbintang dan tak berbintang; d. mahasiswa dapat menyimpulkan tentang fungsi hotel; e. mahasiswa dapat membuat laporan tertulis yang berkaitan dengan hotel. Adapun pola pembelajaran CTL-nya adalah sebagai berikut: 1. Pendahuluan a. Dosen menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi perkuliahan yang akan dipelajari. b. Dosen menjelaskan prosedur pembelajaran CTL: Mahasiswa dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah mahasiswa; Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi; misalnya kelompok 1 dan 2 melakukan observasi ke hotel tak berbintang, dan kelompok 3 dan 4 melakukan observasi ke hotel berbintang; Melalui observasi mahasiswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang ditemukan di hotel-hotel tersebut. c. Dosen melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap mahasiswa. 2. Kegiatan Inti Di lapangan Mahasiswa melakukan observasi ke hotel sesuai dengan pembagian tugas kelompok; 9

Mahasiswa mencatat hal-hal yang mereka temukan di hotel sesuai dengan alat observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya. Di dalam kelas Mahasiswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masing-masing; Mahasiswa melaporkan hasil diskusi; Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok yang lain. 3. Penutup Dengan bantuan dosen, mahasiswa menyimpulkan hasil observasi sekitar masalah hotel sesuai dengan indikator hasil belajar yang harus dicapai; Dosen menugaskan mahasiswa untuk membuat laporan tentang pengalaman belajar mereka dengan tema hotel. Melalui contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa pada CTL, mahasiswa mengalami langsung dalam kehidupan nyata di lapangan (masyarakat). Kelas bukanlah tempat untuk mencatat atau menerima informasi dari dosen, akan tetapi kelas digunakan untuk saling membelajarkan. G. Perbedaan CTL dengan Model Pembelajaran Konvensional Tabel di bawah ini menjelaskan secara singkat perbedaan antara model CTL dan pembelajaran konvensional dilihat dari konteks tertentu: Model CTL 1. Mahasiswa ditempatkan sebagai subjek belajar, artinya mahasiswa berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran. 2. Mahasiswa belajar melalui kegiatan kelompok, seperti kerja kelompok, berdiskusi, saling menerima dan memberi. 3. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata secara riil. Model Pembelajaran Konvensional 1. Mahasiswa ditempatkan sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif. 2. Mahasiswa lebih banyak belajar secara individual dengan menerima, mencatat, dan menghafal materi perkuliahan. 3. Pembelajaran bersifat teoretis dan abstrak. 4. Kemampuan mahasiswa 4. Kemampuan diperoleh melalui latihanlatihan. didasarkan atas pengalaman. 5. Tujuan akhir dari proses 5. Tujuan akhir pembelajaran adalah nilai 10

pembelajaran adalah pembelajaran yang bermakna (kepuasaan diri). 6. Tindakan atau perilaku dibangun atas kesadaran diri sendiri, misalnya individu tidak melakukan perilaku tertentu karena menyadari bahwa perilaku itu merugikan dan tidak bermanfaat. 7. Pengalaman yang dimiliki setiap individu selalu berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya, oleh karena itu setiap mahasiswa bisa terjadi perbedaan dalam memaknai hakikat pengetahuan yang dimilikinya. 8. Mahasiswa bertanggung jawab dalam memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing. 9. Proses pembelajaran bisa terjadi di mana saja dalam konteks dan setting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan. 10. Oleh karena tujuan yang ingin dicapai adalah seluruh aspek perkembangan mahasiswa, maka keberhasilan pembelajaran diukur dengan berbagai cara, misalnya dengan evaluasi proses, hasil karya mahasiswa, penampilan, hasil rekaman, observasi, wawancara dan sebagainya. atau angka. 6. Tindakan atau perilaku individu didasarkan oleh faktor dari luar dirinya, misalnya individu tidak melakukan sesuatu disebabkan takut hukuman atau sekadar untuk memperoleh angka atau nilai dari dosen. 7. Tak terjadi hal tersebut dalam CTL karena kebenaran yang dimiliki bersifat absolut dan final, oleh sebab pengetahuan dikonstruksi oleh orang lain. 8. Dosen adalah penentu jalannya proses pembelajaran. 9. Proses pembelajaran hanya terjadi di dalam kelas. 10. Keberhasilan pembelajaran biasanya hanya diukur dari tes. Beberapa perbedaan pokok di atas, menggambarkan bahwa CTL memang memiliki karakteristik tersendiri, baik dilihat dari asumsi maupun proses pelaksanaan dan pengelolaannya. H. Kesimpulan Dari semua uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa: 1. CTL adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas mahasiswa secara penuh, baik fisik maupun mental. 11

2. CTL memandang bahwa belajar bukan menghafal, akan tetapi proses pengalaman dalam kehidupan nyata. 3. Kelas dalam pembelajaran CTL bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan. 4. Materi perkuliahan ditemukan oleh mahasiswa sendiri, bukan hasil pemberian dari orang lain. 5. CTL merupakan suatu model pembelajaran yang menekan pada penemuan makna dari sebuah proses belajar mengajar. 6. CTL membantu para siswa menemukan makna dalam pelajaran mereka dengan cara menghubungkan materi akademik dengan konteks kehidupan keseharian mereka. Mereka membuat hubungan-hubungan penting yang menghasilkan makna dengan melaksanakan pembelajaran yang diatur sendiri, bekerja sama, berpikir kritis dan kreatif, menghargai orang lain, mencapai standar tinggi, dan berperan serta dalam tugas-tugas penilaian autentik. 7. CTL memberi kesempatan kepada semua mahasiswa untuk mengembangkan harapan dan bakat mereka, mengetahui informasi terbaru, serta menjadi anggota sebuah masyarakat demokrasi yang cakap. I. Daftar Pustaka Johnson, Elaine. B. 2006. Contextual Teaching & Learning: what it is and why it s here to stay.(terjemahan). Bandung: Mizan Learning Center (MLC). Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV.AFABETA. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media. 12

13