Menapak Jalan Kehidupan. Penciptaan Alam Semesta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISA DATA PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA AJARAN AWATARA DALAM AGAMA HINDU DAN TASHAWUF ISLAM

Filsafat Islam قولية كونية. Wahyu. Para Rasul. Alam. Akal Manusia. Problem Filsafat Islam tentang tuhan: Bentuk Aktifitas Manusia. Aktivitas Kehidupan

Revelation 11, Study No. 13 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu Pasal 11, Pembahasan No. 13, oleh Chris

Hubungan Pendidikan Dengan Penebusan. Terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus.

Apabila kamu melihat dunia dikuasai oleh ahli-ahli dunia dengan perhiasan dan kekosongannya, dengan penipuan dan perangkapnya dan dengan racunnya

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

NASKAH DHARMA WACANA REMAJA PUTRA CINTA KASIH OLEH: PUTU NOPA GUNAWAN UTUSAN KOTA MAKASSAR UTSAWA DHARMA GITA PROVINSI SULAWESI SELATAN

Tidak Ada Ajahn Chan. Kelahiran dan Kematian

En-Publishing Refleksi-refleksi mengenai Rumah Sakit. Perenungan buat dokter, perawat, pasien, keluarga

TINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DILIHAT DARI UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM

Para rasul dan orang-orang Kristen yang mula-mula menganggap kedatangan Kristus kedua kali adalah pengharapan yang penuh bahagia (Tit.

Baptisan. Mencuci Bersih Dosa HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

Pdt. Gerry CJ Takaria


Roh Kudus. Penolong dan Penghibur HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

LUCKY_PP UNTUKMU. Yang Bukan Siapa-Siapa. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

Pdt Gerry CJ Takaria

Kedudukan Tauhid Dalam Kehidupan Seorang Muslim

Om bhur bhuvah svah, tat savitur varenyam, bhargo devasya dhimahi, dhiyo yo nah pracodayat

MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA)

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #19 oleh Chris McCann

Revelation 11, Study No. 39 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 39, oleh Chris McCann

BHAKTI MARGA JALAN MENCAPAI KEBAHAGIAAN. Om Swastyastu, Om Anobadrah Krtavoyantu visvatah, (Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru)

FILSAFAT SAMKHYA AJARAN DINAMISME DALAM HINDU

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #24 oleh Chris McCann

BAB II PENDEKATAN PSIKOLOGI TENTANG MEMAKNAI HIDUP. spontan diresponi dengan berbagai cara, dengan tujuan agar diri tetap terjaga.

1. Menata Kesenangan Hati

Amatilah citta kita. Jika kita benar-benar percaya

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Akhir Jaman Menurut Ajaran Gereja Katolik (Bagian Ke-2): THE SECOND COMING. Intro. Kita mendoakannya setiap hari Minggu dalam Syahadat kita:

KUMPULAN PUISI KAHLIL GIBRAN

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Mutiara Islahul Qulub 6

UKDW BAB I PENDAHULUAN

LANDASAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN YANG BERLANDASKAN CATUR PURUSA ARTHA DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK

Selalu terbuka jelas mata ini Mata ciptaan-mu Aku berjalan lemah di atas hiasan Pijakan menuju satu berita gembira

nmqwertyuiopasdfghj klzxcvbnmqwertyuiop asdfghjklzxcvbnmrtyui opasdfghjklzxcvbnmq wertyuiopasdfghjklzxc vbnmqwertyuiopasdfg

Nirwana dan Cara Pencapaiannya dalam Agama Hindu

Kemanakah jiwa manusia setelah tubuhnya binasa?

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

Nasib dan Takdir Manusia, Apa Bedanya?

Pembaharuan. Bagian II

62 Pandangan Salah (6)

Beristirahat Dalam Damai Apa Yang Terjadi Setelah Kematian?

THE THRONE OF HEAVEN (PART I) Wahyu 4 : Shalom.

Injil Maria Magdalena. (The Gospel of Mary)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai macam suku, budaya, bahasa dan agama.

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya

Sumber : Perpustakaan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan akhirat. Agar tujuan itu dapat direalisasikan oleh manusia, maka

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Undang-Undang. 1 Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Kontek Penelitian (Latar Belakang masalah) kalanya sedih, dan ada kalanya marah. Sehingga seringkali timbul

SEGI TIGA KESEIMBANGAN: TUHAN, MANUSIA DAN ALAM RAYA

Mengapa memberitakan Injil? Kis.14:15-18 Ev. Jimmy Pardede, M.A.

et{tá t et{tá t V Çàt 1

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

"KemuliaanNya meliputi angkasa dan bumi penuh dengan pujiannya."

Andalah Yang Bertanggung Jawab (You Are Responsible!) Oleh: K. Sri Dhammananda

Ingatlah, hanya dengan berdzikir kepada Allah sajalah hati akan menjadi tenteram (QS Ar Ra d : 28).

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

PERTEMUAN III KEBHINEKAAN DALAM MASYARAKAT

Tata Ibadah Minggu Adven I Minggu, 27 Nopember 2016 TATA IBADAH. Minggu Adven I

mengatakan, asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai

KEKUATAN MENGIKATNYA SURAT PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI

DISIAPKAN MENJADI SAKSI

Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama

SUKSES DAN TUJUAN HIDUP

IBADAH KEBANGSAAN MINGGU, 21 Mei 2017 TERUSLAH BERBUAT BAIK, JANGAN GENTAR!

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG

Mutiara Islahul Qulub 3

Nama : Irma wati Kelas : XI IPA 2 Matpel : Pend. Agama Islam

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Terhadap Dunia Pendidikan

BADAN ASTRALNYA (LIGHTBODY)

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

AJAKAN BERIBADAH P2 Marilah kita berdiri untuk menyambut Firman Tuhan hadir di tengahtengah persekutuan kita.

1. Mengapa bermeditasi?

BAB I PENDAHULUAN. segala kemungkinan yang akan membahayakan mereka dan bangsa di masa

LITURGI BULAN LINGKUNGAN GMIT JEMAAT BET EL OESAPA TENGAH

2 Petrus. 1 1 Dari Simon Petrus, hamba dan

BAB I PENDAHULUAN. pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai

malam bentangkan gelap, ia berdiri menyesali diri karena takut tiada tara menjadi teman kesedihan pada siang hari

Renungan tentang kehidupan

IKATAN KEADABAN Oleh Nurcholish Madjid

Surat Yohanes yang pertama

GPIB Immanuel Depok Minggu, 08 Januari 2017

dengan dunianya? Mereka saling menonjolkan

[Nasihat Islam Tentang Hari Esok]

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan

Rangkuman Kata Mutiara Tentang Waktu

MENGGAPAI PUNCAK KEKUDUSAN

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

MISTERI TUHAN ANTARA ADA DAN TIADA

Pasang Surut Ombak Segare Sopianus Sauri XII IPA

-AKTIVITAS-AKTIVITAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi terhadap semua ciptaan-nya baik dari segi yang terkecil hingga ciptaan-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

Transkripsi:

Menapak Jalan Kehidupan Hidup dapat diibaratkan suatu perjalanan, yaitu perjalanan lahiriah maupun perjalanan batiniah. Sebagai suatu perjalanan tentu ada awal dan ada akhir. Perjalanan lahiriah berawal sejak kelahirannya dan berakhir sejak kematiannya. Sedangkan perjalanan batiniah berawal sejak Sang Atman mengambil wujud sebagai manusia atau sejak diciptakan sebagai manusia dan berakhir sang atman lepas dari kungkungan badan, menyatu kembali dengan sumbernya yaitu Tuhan. Penciptaan Alam Semesta Keberadaan alam semesta beserta segala isinya termasuk manusia merupakan kehendak dari Tuhan. Sebelum alam semesta ini tercipta, yang ada hanya satu zat yang maha sadar yang memenuhi seluruh ruang yang tak terukur luasnya dan memenuhi seluruh waktu yang tak terhitung lamanya. Tuhan yang maha sadar dengan kesadarannya menciptakan alam semesta dengan segala isinya termasuk manusia dari dirinya sendiri dalam satu sisi sebagai Purusa dan Predana pada sisi yang lain. Purusa adalah zat kerohanian yaitu Tuhan itu sendiri yang penuh kesadaran dengan sifat-sifatnya antara lain kekal, terang, suci dan merupakan kebenaran yang sejati. Predana yang juga disebut Prakerti adalah zat kebendaan atau materi tanpa kesdaran dengan sifat-sifat antara lain tidak kekal, gelap, tidak suci, tidak benar atau maya dari pertemuan zat yang dualisme itu terciptalah alam semesta dengan segala keaneka ragamannya. Benda-benda angkasa seperti matahari, bintang, bulan dan bumi termasuk kehidupannya seperti tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia yang mengandung unsurunsur rwa bhineda berpotensi terjadi gesekan, benturan atau konflik yang bisa mengakibatkan kehancuran. Tuhan yang maha sadar menyadari penuh hal itu karenanya bersamaan dengan penciptaan Tuhan juga berkehendak melakukan pemeliharaan, dengan sabda-sabdanya yang dibukukan menjadi kitab suci (weda) memberi petunjuk, bimbingan dan tuntunan agar manusia

dalam menjalani kehidupannya hanya melakukan yang benar dan menjauhkan hal yang tidak benar dengan memberi pahala atas perbuatan yang baik atau yang dianjurkan dan perbuatan yang tidak baik atau yang dilarang yang lazim disebut sebagai hokum karma pala. Seperti telah dikemukakan manusia terdiri atas dua unsur yaitu unsur badan atau materi dan unsur batin yang masing-masing mempunyai kepentingan yang berbeda. Unsur badan dengan indra-indranya mempunyai keinginan yang tidak terbatas dari objek-objek materi di dunia luar, sedangkan batin mempunyai hanya satu keinginan atau kehendak yaitu agar Sang Atman lepas dari kungkungan badan menyatu kembali kepada sumbernya yaitu para atman (Tuhan). Menyinggung masalah kehendak dan keinginan perlu mempunyai pemahaman tentang artinya masing-masing. Dalam buku Sai Meditasi (sebuah petinjuk praktis) yang disusun oleh Drs. Gede Arsa Dana dan Prof.Dr. I Wayan Jendra, SH. dijelaskan : Kehendak atau sifat Tuhan dan disebut juga sebagai Hukum Tuhan. Kehendak berhubungan ciri asasi atma. Keinginan berhubungan vasanas atau kebiasaan yang tertanam dalam manas. Keinginan berarti ketagihan untuk memperoleh sesuatu. Kehendak adalah ketetapan hati atau kebutuhan tekad untuk mendapatkannya. Tuhan tidak mampunyai keinginan karena semua yang ada adalah dirinya. Bagi Tuhan apapun kehendaknya bisa terjadi karena Tuhan Maha Kuasa. Secara garis besar kehendak Tuhan ada 3 yaitu : Penciptaan, Pemeliharaan, dan Pralina / Peleburan. Posisi indra-indra yang berhadapan langsung dengan dunia luar lebih mudahdan lebih cepat mendapat pengaruhdari dunia luar yang menjanjikan kenikmatan dan kepuasan lahiriah. Kondisi yang demikian membuat pikiran condong memilih jalan lahiriah untuk mencari dan mengejar kepuasan lahiriah yang berada didunia luar yang dipercaya hal itu membuat dirinya berbahagia, ternyata kepuasan yang diperoleh hanya bersifat sementara. Kegagalan pencapaian kebahagiaan ini tidak mambuat surut dalam pencarian, yang dicari kepuasan dan kepuasan yang diproyeksikan didepan dalam khayal yang jauh dari saat sekarang, sehingga apa yang semestinya dicari di sini dan saat ini terlupakan. Bahwa sesungguhnya apa yang mau dicari ada disini dan ditemukan saat ini yaitu suatu yang kekal penuh damai itulah atman diri sejati yang merupakan kebenara tertinggi, sedangkan badan tempat Sang Atman bersemayam merupakan diri yang tidak sejati karena bersifat sementara yang tidak kekal tidak benar atau maya. Dalam mengarungi kehidupan dijalan lahiriah sering kita dihadapkan dengan adanya peristiwa-peristiwa baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Saat peristiwa yang menyenangkan terjadi segera disambut dan diterima dengan suka cita dengan gelak tawa yang riang. Sebaliknya saat peristiwa yang tidak menyenangkan terjadi segera pikiran menyikapi dengan penolakan disertai penilaian dan penghakiman mencari sumber

penyebab dengan mempersoalkan siapa yang bersalah. Sementara suasana kehidupan diliputi rasa duka, penyesalan dan keresahan diikuti isak tangis kesedihan. Dapat dipastikan utamanya bagi mereka yang menempuh jalan lahiriah hampir semuanya mengalami pasang surut suka-duka atau derita, bahwa suka yang sesaat disusul duka atau derita yang berkepanjangan. Ternyata hidup dijalan lahiriah tidak ada ujungnya, yang ada hanya kepedihan dan kepedihan. Bahkan pada waktu inkarnasi dalam kelahiran berikutnya kepedihan terus dibawa sebagai karma buruk. Pengalaman yang pahit dan derita yang berkepanjangan membuat orang bertanyatanya dalam perenungan, menyelam di kedalaman batin mencari akan permasalahan menemukan jawaban bagaimana memandang dan menyikapi hidup yang benar agar suka yang didapat bisa dipertahankan tanpa diikuti duka atau penderitaan yang dalam. Bahasa Bali dikenal dengan ungkapan suka tan mewali duka itulah kebahagiaan yang abadi. Di sini, di hati yang paling dalam ada jawabannya seperti yang dinyatakan dalam Bhagawat Gita Sloka 2, 66 sebagai berikut : Orang yang tidak mempunyai hubungan dengan Yang Maha Kuasa tidak mungkin memiliki kecerdasan rohani maupun pikiran yang mantap; Tanpa kecardasan rohani dan pikiran yang mantap tidak mungkin ada kedamaian; Tanpa kedamaian mana mungkin ada kebahagiaan? Menyimak Sloka 2, 66 tersebut ternyata bahwa tiada kebahagiaan tanpa kedamaian, tiada kedamaian tanpa kecerdasan dan pikiran yang mantap, tiada kecerdasan dan pikiran yang mantap ada hubungan dengan Yang Maha Kuasa. Jadi kuncinya untuk mendapatkan kebahagiaan kita harus ada hubungan dengan Yang Maha Kuasa. Pertanyaannya : Dimana dan kapan kita bisa mengadakan hubungan dengan Tuhan? Jawabannya : Disini dan saat ini. Yang dimaksud disini adalah di dalam badan, di hati tempat Sang Atman bersemayam. Caranya dengan menerobos masum melewati 21 lapisan tubuh yang menyekat antara Tuhan dan Sang Atman. 21 lapisan tubuh dimaksud adalah : 1. Panca Jnandria (lidah, hidung, mata, telinga dan kulit), 2. Panca Taumatra (ganda / bau, rasa / lidah, rupa / warna, apasa / sentuhan, sabda / bunyi), 3. Panca Maha Butha (pertiwi / tanah, apah / air, teja / api, bayu / udara dan akasa),

4. Panca Maya Kosha (anna maya kosha / badan wadah, prana maya kosha / badan etherik, mono maya kosha / badan mental, jnana maya kosha/ badan kecerdasan, Ananda maya kosha / badan kebahagiaan) murnikan jiwa. Lapisan-lapisan tersebut adalah lapisan kegelapan. Menyingkirkan kegelapan ialah dengan cara menghadirkan terang, karena gelap tidak pernah mau bersanding dengan terang. Menghadirkan terang adalah dengan cara mengucapkan om kara 21 kali. Yang dimaksud saat ini adalah sekarang yaitu batas antara masa lalu dan masa depan. Pada saat ini atau sekarang Tuhan sebagai sang pencipta sedang bekerja melaksanakan tugas pemeliharaan terhadap ciptaannya yaitu alam semesta beserta segala isinya termasuk manusia berdasarkan Rta (hukum). Saat ini Tuhan menetapkan pahala atas karma-karma masa lalu yang baik maupun yang buruk. Dengan mengadakan hubungan dengan Yang Maha Kuasa seseorang akan mendapat kecerdasan secara rohani karena sang atman bertemu dengan sumbernya Yang Maha Cerdas. Seseorang dapat dikatakan cerdas secara rohani apabila ia dapat memahami dan menyadari bahwa dirinya yang sejati bukanlah badan, bahwa dirinya yang sejati adalah Atman (percikan Tuhan). Orang yang cerdas secara rohani memiliki pengetahuan wiweka, yaitu bisa memilah dan memilih adanya dua hal yang berbeda (ruwa bineda) yang satunya adalah sifatsifat Tuhan (Sang Pencipta) seperti kekal, benar suci, terang dan damai. Satunya lagi sifat-sifat ciptaannya seperti tidak kekal, tidak benar, tidak suci, gelap dan resah. Dengan memiliki kecerdasan secara rohani kita bisa memandang dan menyikapi hidup ini secara benar. Tentang pikiran kiranya hampir semua orang mengetahui bagaimana sifat pikiran yang tidak pernah mau diam selalu bergerak seperti kera, melompat kesana kemari, tidak mau tinggal di tempat walau hanya sesaat. Kadang-kadang pikiran bergerak kemasa lalu, kemudian bergerak kemasa depan, jarang betah tinggal disaat sekarang. Perginya pikiran kemasa lalu mengundang rasa bersalah dan penyesalan karena dimasa lalu dilihat adanya keadaan sebagai penyebab timbulnya nasib buruk yang dialami saat ini. Perginya pikiran kemasa depan mengundang adanya perasaan resah, gelisah atau takut akan bayangan-bayangan seperti kehilangan harta benda karena dicuri atau terbakar, ditinggal oleh orang-orang yang dicintai dan terutama takut akan kematian. Dengan mengetahui sifat-sifat pikiran seperti itu maka pikiran harus dikendalikan agar mau tinggal di sini dan saat ini sudah tentu itu bukan hal yang mudah. Dibutuhkan suatu ketetapan hati yang mantap, disertai tekad yang kuat dan disiplin yang tinggi serta keyakinan yang penuh. Salah satu caranya ialah dengan penyerahan diri sepenuhnya dan seutuhnya kepada Tuhan sebagaimana halnya dalam Bhagawat Gita Arjuna menyerahkan diri kepada Krisna yaitu sebagai kusir keretanya dan memegang tali kendali kudakudanya. Kemanapin kereta dibawa dan apapun yang terjadi adalah kehendaknya.

Pikiran yang selalu menerima apa adanya disertai keyakinan bahwa apapun yang terjadi adalah kehendak-nya dan kehendak-nya adalah yang terbaik pasti membawa kedamaian. Apabila kepuasan disertai kedamaian itulah kebahagiaan tujuan hidup dijalani batiniah. Daftar Pustaka Kasturi N. 1987, Sadhana Spiritual (terjemahan I Dewa Gede Malih), Paramita Surabaya. Agast I. B. G. Eksistensi Sadhaka, Pustaka Mank Gede, 2001. Eckharl Tolle, The Power of Nan, Pedoman Menuju Pencerahaan Spiritual, BIP, 2004. Arsa Dana Drs Gede, Jendra, Prof Dr I Wayan, Sai Meditasi (Sebuah Petunjuk Praktis) 2003. Suanbha Drs I B P. Om Pranawa, Dharmapadesa Pusat 2004.