BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Gajah Mada, penulis mendapatkan hasil-hasil terukur dan terbaca dari penelitian

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI PENGARUH TEKANAN DAN KOMPOSISI CAMPURAN PADA PROTOTIPE PISTON KOMPOSIT DENGAN PENGUAT SILIKON KARBIDA (SiC) MENGGUNAKAN METODE SQUEEZE CASTING

Gardan. Vol. 5 No. 1, Oktober

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI KEKUATAN IMPAK PADA PENGECORAN PADUAL Al-Si (PISTON BEKAS) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Mg

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus

PENGARUH PENAMBAHAN Mg TERHADAP SIFAT KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK SERTA STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN Al-Si BERBASIS MATERIAL PISTON BEKAS

STUDI BAHAN ALUMUNIUM VELG MERK SPRINT DENGAN METODE TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

ANALISA PENGARUH PENGECORAN ULANG TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMUNIUM ADC 12

BAB IV HASIL DAN ANALISA. pengujian komposisi material piston bekas disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Uji Komposisi Material Piston Bekas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan bahan dasar piston bekas. Proses pengecoran dengan penambahan Ti-B 0,05%

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

METODOLOGI. Langkah-langkah Penelitian

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pembuatan spesimen dilakukan dengan proses pengecoran metode die

ANALISA PERBEDAAN SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PISTON HASIL PROSES PENGECORAN DAN TEMPA

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN. peralatan sebagai berikut : XRF (X-Ray Fluorecense), SEM (Scanning Electron

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENGUJIAN KOMPOSISI

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

ISSN hal

ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM

BAB I PENDAHULUAN. Aluminium (Al) adalah salah satu logam non ferro yang memiliki. ketahanan terhadap korosi, dan mampu bentuk yang baik.

Pengaruh Temperatur Bahan Terhadap Struktur Mikro

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Momentum, Vol. 12, No. 1, April 2016, Hal ISSN , e-issn

PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN KANDUNGAN SILICON TERHADAP NILAI KEKERASAN PADUAN Al-Si

PENGARUH PERLAKUAN PANAS TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS MATERIAL MODEL CHASSIS BERBASIS Al-Si-Mg HASIL PENGECORAN HIGH PRESSURE DIE CASTING

PENGARUH PUTARAN TERHADAP LAJU KEAUSAN Al-Si ALLOY MENGGUNAKAN METODE PIN ON DISK TEST

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

BAB IV HASIL PENELITIAN

ANALISA KEKUATAN TARIK DAN KOMPOSISI BAHAN PADUAN ALUMINIUM LIMBAH PISTON DENGAN METODE METAL CASTING UNTUK BAHAN JENDELA KAPAL

Simposium Nasional RAPI XI FT UMS 2012 ISSN :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH TEKANAN INJEKSI PADA PENGECORAN CETAK TEKANAN TINGGI TERHADAP KEKERASAN MATERIAL ADC 12

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM (Al) PADUAN DAUR ULANG DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN LOGAM DAN CETAKAN PASIR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KETAHANAN AUS DAN KEKERASAN KOMPOSIT MATRIK ALUMINIUM (AMCS) PADUAN ALUMINIUM Al-Si DITAMBAH PENGUAT SiC DENGAN METODE STIR CASTING

PENGARUH DEOKSIDASI ALUMINIUM TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA MATERIAL SCH 22 Yusup zaelani (1) (1) Mahasiswa Teknik Pengecoran Logam

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

ANALISIS SIFAT MEKANIK MATERIAL TROMOL REM SEPEDA MOTOR DENGAN PENAMBAHAN UNSUR CHROMIUM TRIOXIDE ANHYDROUS (CrO 3 )

TUGAS AKHIR STUDI TENTANG PENAMBAHAN UNSUR PADA ALUMINIUM PADUAN PISTON SEPEDA MOTOR TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Diagram alir penelitian selama proses penelitian dapat diperlihatkan pada Gambar 3.1 dibawah ini : Mulai

STUDI KEKUATAN IMPAK DAN STRUKTUR MIKRO BALL MILL DENGAN PERLAKUAN PANAS QUENCHING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan. Proses Pengecoran. Hasil Coran. Analisis. Pembahasan Hasil Pengujian

BAB I PENDAHULUAN. tentang unsur tersebut. Berikut potongan ayat tersebut :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Teknik Mesin S-1, Vol. 3, No. 3, Tahun 2015 Online:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMINIUM AA.319-T6 AKIBAT PENGARUH VARIASI TEMPERATUR AGING PADA PROSES PRECIPITATION HARDENING

PENGARUH PENAMBAHAN NIKEL TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BESI TUANG NODULAR 50

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak. Abstract

PENGGUNAAN 15% LUMPUR PORONG, SIDOARJO SEBAGAI PENGIKAT PASIR CETAK TERHADAP CACAT COR FLUIDITAS DAN KEKERASAN COR

KAJIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS MATERIAL KOMPOSIT DENGAN MATRIK AlSiMg DIPERKUAT DENGAN SERBUK SiC

KAJIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS MATERIAL KOMPOSIT DENGAN MATRIK AlSiMg DIPERKUAT DENGAN SERBUK SiC

Analisis Sifat Fisis dan Mekanis Pada Paduan Aluminium Silikon (Al-Si) dan Tembaga (Cu) Dengan Perbandingan Velg Sprint

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PEMBUATAN HANDLE REM SEPEDA MOTOR DARI BAHAN PISTON BEKAS. Abstrak

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03

Jurnal Teknik Mesin UMY 1

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KARAKTERISTIK KOMPOSIT ALUMINIUM AC8H / SiC DENGAN PROSES STIR CASTING SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam menunjang industri di Indonesia. Pada hakekatnya. pembangunan di bidang industri ini adalah untuk mengurangi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

PENGARUH TEMPERATUR DAN MASSA FLUXING TERHADAP PENURUNAN KADAR PENGOTOR PADA PROSES PEMURNIAN ALUMINIUM DENGAN BAHAN BAKU LIMBAH KALENG MINUMAN

BAB I PENDAHULUAN. tinggi,menyebabkan pengembangan sifat dan karakteristik aluminium terus

PENGEMBANGAN MEKANISME DAN KUALITAS PRODUKSI SEPATU KAMPAS REM BERBAHAN ALUMUNIUM DAUR ULANG DENGAN METODE PENGECORAN SQUEEZE

ANALISIS PENGARUH KANDUNGAN SIC, TEMPERATUR CAIRAN, KECEPATAN PUTAR DAN DURASI WAKTU PENGADUKAN PADA KEKUATAN TARIK KOMPOSIT AL-SIC

PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN TEMPERATUR CETAKAN PADA HIGH PRESSURE DIE CASTING (HPDC) BERBENTUK PISTON PADUAN ALUMINIUM- SILIKON

Analisa Pengaruh Variasi Temperatur Tuang Pada Pengecoran...

CYBER-TECHN. VOL 11 NO 02 (2017) ISSN

ANALISIS HASIL PENGECORAN SENTRIFUGAL DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL ALUMINIUM

ANALISIS KEGAGALAN PISTON SEPEDA MOTOR BENSIN 110 cc

BAB I PENDAHULUAN. dalam kelompok Boron dalam unsur kimia (Al-13) dengan massa jenis 2,7 gr.cm-

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II DASAR TEORI AAXXX.X

PENGEMBANGAN MATERIAL BAJA COR TAHAN PANAS SCH 22 DENGAN MODIFIKASI MOLYBDENUM

PENGARUH VARIABEL KOMPAKSI TERHADAP MODULUS ELASTISITAS KOMPOSIT Al/SiC p DENGAN PERMUKAAN PARTIKEL SiC TERLAPISI ZnO

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dan pembahasan yang akan diuraikan meliputi : karakterisasi piston original Daiatsu Hi-Jet 1000, identifikasi kualitas hasil peleburan piston bekas, dan pengaruh komposisi campuran komposit dengan tekanan konstan. 4.1 Karakterisasi dan Sifat Mekanik Material Piston Daihatsu HiJet-1000 Penelitian ini studi awal dalam rangka untuk membuat piston Daihatsu dengan menggunakan bahan limbah piston bekas dimulai dengan melakukan studi karakterisasi material piston Daihatsu Hi-Jet 1000. Tujuan studi karekterisasi material piston Daihatsu Hi-Jet 1000 adalah untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan kondisi dan sifat meterial piston Daihatsu asli. Data data yang diperoleh dari studi karakterisasi material piston asli Daihatsu Hi-Jet 1000 tersebut selanjutnya digunakan sebagai bahan acuan dalam membuat piston baru dengan bahan limbah piston bekas. Hasil yang diperoleh dari studi karakterisasi material piston Daihatsu Hi-Jet 1000 adalah sebagai berikut ini: 4.1.1 Kekerasan material piston Daihatsu HiJet-1000 Hasil pengujian kekerasan material piston asli Daihatsu Hi-Jet 1000 didapatkan hasil seperti pada Tabel 4.1 berikut ini. Dari uji kekerasan material piston Daihatsu Hi-Jet 1000 didapatkan harga kekerasan sebesar 76 HRB. Tabel 4.1 Nilai kekerasan Rockwell B material piston Daihatsu Hi-Jet 1000 No Nilai Kekerasan HRB 1 76,50 0,25 2 75,00 1 3 78,00 4 4 74,00 4 5 76,50 0,25 Total =76,0 9,5 54

4.1.2 Komposisi kimia material piston asli Daihatsu Hi-Jet-1000 Hasil uji komposisi kimia menunjukkan bahwa material piston Daihatsu Hi-Jet 1000 mempunyai paduan unsur utama 84,19 % Al dan 10,7% Si. Adapun hasil lengkap pengujian komposisi material piston Daihatsu Hi-Jet-1000 disajikan pada Tabel 4.2 dan Lampiran. Tabel 4.2 Hasil uji komposisi kimia material piston Daihatsu Hi-Jet-1000 Unsur persentase Deviasi Al 84,19 0,8298 Si 10,7 0,807 Fe 0,465 0,0504 Cu 0,981 0,0830 Mn 0,0410 0,0057 Mg 1,15 0,136 Cr 0,0318 0,0039 Ni 2,29 0,238 Zn 0,00 0,00 Sn 0,016 0,000 Ti 0,0784 0,0049 Pb 0,0007 0,000 Be 0,00 0,000 Ca 0,0162 0,0026 Sr 0,00 0,00 V 0,0070 0,00 Material piston Daihatsu Hi-Jet 1000 dengan paduan komposisi kimia dapat dikelompokkan kedalam paduan aluminium AA.333.0 (ASM Vol 15, 1998). Paduan aluminium AA.333.0 merupakan paduan aluminium yang digunakan untuk komponen-komponen otomotif seperti piston. Dimana paduan aluminium AA.333.0 atau JIS AC8B mempunyai komposisi kimia dan sifat mekanis yang diperlihatkan pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4. 55

Tabel 4.3 Komposisi paduan AA. 333.0 Paduan Si Fe Cu Mn Mg Cr Ni Zn AA.333.0 8-10 1,0 3-4 0,5 0,05-0,5-0,5 <0,1 AC8B 8,5-10,5 < 1 2,0-4,0 < 0,5 0,5 1,5-0,1<1 <0,5 Alloy Temper Tabel 4.4 Sifat mekanik paduan AA. 333.0 Ultimate tensile strength 0.2% offset yield stenth Elongation in 50mm (2in),% Hardness MPa ksi MPa ksi (HB) (HRB) 333.0 T6 290 42 207 30 1,5 105 67 4.1.3 Strukturmikro material piston Daihatsu Hi-Jet 1000 Hasil pengujian struktur mikro pada material piston Daihatsu Hi-Jet-1000 ditunjukan pada Gambar 4.1. Unsur Si berbentuk seperti serpihan memanjang dan tersebar merata dan unsur Al berwarna putih. Si Al Gambar 4.1 Struktur mikro material piston Daihatsu Hi-Jet 1000 dengan perbesaran mikroskop 1000X. 56

4.2 Kualitas Hasil Peleburan Piston Bekas 4.2.1 Hasil identifikasi kualitas hasil peleburan piston bekas Pada tahapan ini, untuk mengetahui kualitas material hasil peleburan limbah piston bekas, dilakukan 2x peleburan. Limbah piston bekas yang digunakan adalah piston bekas kendaraan bensin dari bermacam macam merek. Setelah dilakukan pengecoran terhadap limbah material piston kemudian dilakukan pengujian kekerasan, komposisi dan struktur mikro. Hasil pengujian tersebut adalah sebagai berikut ini: a. Kekerasan hasil pengecoran material limbah piston bekas Hasil pengujian kekerasan untuk mengetahui kualitas pengecoran limbah piston bekas dihasilkan data seperti pada Tabel 4.5 berikut Tabel 4.5 Nilai pengujian kekerasan Rockwell B material limbah piston bekas PENGECORAN I PENGECORAN II No Nilai Kekerasan Nilai Kekerasan HRB HRB 1 53,00 6,76 50,00 0,01 2 48,50 3,61 46,50 10,89 3 50,00 0,16 51,00 1,21 4 51,00 0,36 48,00 3,61 5 49,50 0,90 54,00 16,81 Total =50,4 11,79 =49,9 32,53 b. Komposisi kimia hasil pengecoran material limbah piston bekas Hasil pengujian komposisi kimia untuk mengetahui kualitas pengecoran limbah piston bekas dihasilkan data seperti pada Tabel 4.6 berikut Tabel 4.6 Hasil uji komposisi material limbah piston bekas Paduan Al Si Fe Cu Mn Mg Cr Ni Zn Pengecoran I 86,27 7,98 1,50 1,40 0,421 0,954 0,0784 0,694 0,922 Pengecoran II 87,82 7,76 0,775 1,40 0,368 0,353 0,036 0,005 1,23 57

c. Strukturmikro hasil pengecoran material limbah piston bekas Hasil pengujian strukturmikro pada hasil pengecoran material limbah piston bekas diperlihatkan pada Gambar 4.2. Menunjukan bahwa unsur Si tersebar tidak merata dan jumlahnya tidak banyak. Sedangkan unsur Al lebih dominan dan merata dibandingkan dengan strukturmikro pada material piston Daihatsu Hijet 1000. Si Porositas Al a. Pengecoran I. Si Porositas Al Dendrit b. Pengecoran II. Gambar 4.2 Strukturmikro hasil pengecoran material limbah piston bekas pada pengecoran I & II dengan perbesaran mikroskop 1000X 58

4.2.2 Pembahasan Identifikasi kualitas hasil peleburan piston bekas Berdasarkan hasil uji kekerasan diketahui bahwa material hasil pengecoran limbah piston bekas mempunyai harga kekerasan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan material piston Daihatsu. Pada pengecoran I rata-rata kekerasan 50,4 HRB, pengecoran II 49,9 HRB sedangkan material piston Daihatsu mempunyai kekerasan 76 HRB. Dari hasil uji komposisi terdapat perbedaan komposisi Al dan Si antara hasil pengecoran limbah piston bekas dengan meterial piston Daihatsu. Pada pengecoran I mempunyai 87,82 % Al dan 7,76 % Si, pengecoran II mempunyai 86,27 % Al dan 7,98 % Si, sedangkan material piston Daihatsu mempunyai 84,19 % Al dan 10,7 % Si. Perbedaan ini cukup signifikan, karena pada pengecoran I dan II belum masuk dalam batas standar paduan aluminium AA. 333.0 (ASM Vol 15, 1992). Seperti halnya hasil pengujian kekerasan dan pengujian komposisi, pengujian strukturmikro juga menunjukkan hasil yang masih belum sesuai dengan bentuk strukturmikro piston Daihatsu. Kekerasan hasil pengecoran ulang limbah piston bekas masih dibawah kekerasan piston Daihatsu. Komposisi kimia hasil pengecoran ulang limbah piston bekas khususnya untuk kandungan % Si juga masih dibawah komposisi piston Daihatsu dan standar paduan aluminium AA. 333.0. Pengamatan struktur mikro hasil pengecoran ulang limbah piston bekas memiliki unsur Si yang lebih sedikit dan tersebar tidak merata. Hal ini berbeda sekali dengan bentuk struktur mikro piston Daihatsu yang memiliki matrik Si yang tersebar merata. Hasil ini menunjukkan bahwa limbah piston bekas tidak bisa didaur ulang secara langsung sebagai material piston. Agar limbah piston bekas dapat dimanfaatkan menjadi material piston perlu dilakukan usaha perbaikan kualitas hasil coran, khususnya kualitas kekerasan, komposisi kimia dan strukturmikro yang merupakan struktur dasar material piston. Salah satu usaha yang bisa dilakukan adalah dengan penambahan material silikon karbida (SiC) dan Magnesium (Mg) untuk meningkatkan kekuatan mekanis, sehingga terbentuk material piston komposit. Piston komposit memiliki kelebihan, selain ringan juga memiliki kekuatan sifat mekanis tinggi. Kekuatan sifat mekanis dapat dikontrol dengan pengaturan komposisi campuran pada material limbah piston, silikon karbida (SiC) dan Magnesium (Mg). 59

4.3 Karakterisasi dan Sifat Mekanik Material Piston Komposit Material komposit digunakan untuk membuat piston komposit. Campuran material komposit yang paling baik, selanjutnya dibentuk piston dengan metode stir casting dan squeeze casting. Spesimen material piston komposit diuji karakteristik dan sifat mekanik diantaranya uji kekerasan, uji SEM, Uji densitas, dan porositas. Proses pembuatan piston komposit dengan variasi komposisi campuran 90% piston bekas + 5 % SiC + 5% Mg kode A1, 80% piston bekas + 11% SiC + 9 % Mg kode A2, 70% piston bekas + 18 % SiC + 12% Mg kode A3, dan piston asli kode A. Tekanan squeeze casting pada pembuatan piston komposit memakai tekanan 200 MPa. Proses peleburan pada suhu 725 o C, tetapi waktu memasukan serbuk SiC dengan ukuran butir 40 µm pada suhu 600 o C. Sebelumnya SiC dipanaskan dulu pada suhu 700 o C untuk menghilangkan kandungan air (H 2 O). Preheating cetakan pada suhu 450 o C, dan putaran pengadukan pada mesin stir casting 200 rpm. Spesimen piston komposit ditunjukan pada Gambar 4.3, hasil yang paling optimal dari komposisi campuran yang nantinya digunakan untuk pembuatan prototipe piston komposit. Pengujian karakteristik dan sifat mekanik piston komposit dikomparasikan dengan piston asli Daihatsu Hijet-1000. Pembuatan spesimen berbentuk silinder dengan ukuran diameter 20 mm dan tinggi 80 mm. Pemotongan spesimen dibagi tiga, yaitu atas, tengah, dan bawah sehingga mewakili seluruh spesimen komposit. Gambar 4.3 Spesimen Piston komposit 60

4.3.1 Uji Metalurgrafi Uji metalurgrafi digunakan untuk menganalisa strukturmikro sampai topografi permukaan dengan pembesaran yang ditentukan. Pada penelitian ini pengujian metalurgrafi menggunakan Scanning electron microscope (SEM) merk JOEL tipe JSM-6510LA yang dilakukan di Laboratorium Terpadu Undip Semarang yang ditunjukan pada Gambar 4.4. Gambar 4.4 SEM merk JOEL tipe JSM-6510LA Metalurgrafi piston komposit digunakan untuk mengamati penyebaran komposisi campuran yang terdiri dari Al-Si, SiC, dan Mg. Spesimen di foto dengan SEM dan untuk memperjelas foto sampai pembesaran 900x. Hasil foto strukturmikro pada komposisi campuran A1 pada Gambar 4.5. Nampak butiran SiC yang berbentuk butiran tidak seragam dengan ukuran butir rata-rata 40 µm. Ikatan permukaan SiC dengan aluminium kurang kuat dan butiran tidak diselimuti matrik aluminium yang diperlihatkan pada Gambar 4.5a dengan pembesaran 500x. Ini disebabkan antarmuka matrik tidak memiliki wetting agent atau reaksi pengikat antara interface aluminium dan SiC. Walaupun sudah ada penambahan magnesium sebagai wetting agent tetapi tidak mampu membasahi butiran SiC (Anastasia Sahari, 2009). Gambar 4.5b dengan pembesaran 900x memperlihatkan dengan jelas dominasi penguat butiran SiC lebih besar dibanding matrik aluminium, dan hanya sedikit matrik aluminium yang mampu menyelimuti butiran SiC. Peningkatan tekanan squeeze casting sampai 200 MPa tidak mampu menyatukan antarmuka antara penguat dan 61

matrik, namun tekanan squeeze casting dapat meningkatkan kekerasan dan densitas piston komposit (Hasan Z, 2008). Mg Mg SiC Al Al SiC a) Pembesaran 500 x b) Pembesaran 900 x Gambar 4.5. Strukturmikro material piston komposit A1 a) pembesaran 500x dan b) pembesaran 900x Bertambahnya kandungan magnesium sebesar 9% wt Mg pada komposisi campuran A2 yaitu 80% piston bekas + 11% SiC dengan tekanan squeeze casting 200 MPa mampu meningkatkan ikatan antarmuka matrik dan penguat, dimana diperlihatkan pada Gambar 4.6a dengan pembesaran 500x. Terlihat unsur magnesium membasahi permukaan silikon karbida dengan warna hitam dan mengikilat. Magnesium (Mg) mampu sebagai wetting agent pada komposisi campuran A2. Magnesium meningkatkan pembasahan antara matrik dan penguat dengan cara menurunkan tegangan permukaaan antara keduanya (Lutfi & Sukron., 2010). Gambar 4.6b dengan pembesaran 900x menampakan matrik aluminium dari piston bekas menyelimuti seluruh permukaan SiC. Dibandingkan dengan komposisi campuran A1, untuk komposisi campuran A2 lebih baik. Strukturmikro komposisi campuran A3 menampakan ikatan antarmuka matrik dan penguat lebih sempurna yang terlihat pada Gambar 4.7a dengan pembesaran 500x. Bertambahnya kandungan unsur magensium sebesar 12% wt Mg mampu membasahi permukaan SiC. Gambar 4.7b hampir seluruh permukaan SiC diselubungi matrik aluminium yang berwarna putih. 62

SiC SiC Al Al Mg Mg a) Pembesaran 500 x b) Pembesaran 900 x Gambar 4.6 Strukturmikro material piston komposit A2, a) pembesaran 500x dan b) pembesaran 900x Penambahan magnesium (Mg) pada pembuatan aluminium matrik komposit dapat meningkatkan pembasahan dan daya lekat antara matrik dan penguat dengan membentuk fasa spinel MgAl 2 O 4 dan MgO pada daerah antarmuka matrik aluminium dan panguat SiC (Sanggahaleh et,al., 2009). Fasa spinel dapat meruduksi tegangan permukaan antara matrik dan penguat, sehingga dapat meningkatkan daya lekatnya. Daya lekat antara matrik dan penguat berkaitan dengan kemampuan komposit mendistribusikan gaya luar dari matrik menuju penguat secara merata. Daya lekat dipengaruhi penambahan Mg untuk meningkatkan sifat mekanis aluminium matrik komposit (Geng lin et.al., 2010). Unsur ini menempel diseluruh permukaan butiran SiC. Mampu basah antamuka penguat terhadap matrik merupakan aspek penting dalam menentukan kekuatan material komposit (Vahlas et, al., 1999). Mampu basah membentuk ikatan kimia yang kuat pada antarmuka dan perilaku mampu basah dapat diketahui dengan menghitung sudut kontak dan tegangan permukaan. Penguat SiC dapat menahan indentasi pada pengujian kekerasan, sehingga nilai kekerasan komposit Al/SiC sangat potensial pada aplikasi struktural di industri transportasi. Tetapi material tersebut memiliki 63

keuletan dan ketangguhan yang rendah diakibatkan ikatan interfece yang lemah (Ortega et, al., 2007). Mg SiC Al SiC Mg Al a) Pembesaran 500 x b) Pembesaran 900 x Gambar 4.7. Strukturmikro piston komposit A3 tekanan menggunakan SEM, a) pembesaran 500x dan b) pembesaran 900x 4.3.2 Uji Kekerasan Pengujian kekerasan bertujuan untuk mengetahui kekerasan pada material piston komposi. Kekerasan piston komposit dipengaruhi penambahan silikon karbida (SiC) (Vaillant, 1995). Pengujian kekerasan menggunakan Rockwell B dengan beban mayor 60 kg, penahanan 5 detik, dan menggunakan identer ball. Gambar 4.8a menunjukan pengujian spesimen dengan mesin Rockwell. Pengujian mikrohardness menggunakan Vickershardness dengan beban 0,3 gram selama 10 detik dignakan sebagai pembanding, bagaiman ditunjukan pada Gambar 4.8b. Pengujian dilakukan beberpa titik, sehingga mewakili seluruh permukaan spesimen uji kekerasan. Spesimen material piston komposit dengan variasi penambahan silikon karbida mulai dari 5, 11, dan 18% SiC dan penambahan Magnesium. Penambahan silikon karbida, maka magnesium juga bertambah mulai dari 5, 9, dan 12% Mg. Untuk hasil pengujian spesimen material piston komposit ditunjukan pada Tabel 4.7. 64

(a) (b) Gambar 4.8 Pengujian kekerasan a) Rockwell B, b) Vickershardness Hasil kekerasan piston komposit dipengaruhi penambahan silikon karbida. Komposisi campuran material piston komposit 70% piston bekas + 18 % SiC + 12% Mg kode A3 memiliki kekerasan yang paling optimal dan mendekati kekerasan spesimen piston Daihatsu Hijet-1000. Untuk campuran A1 dan A2 masih dibawah kekerasan material piston, dengan selisih kekerasan 23,9 HRB (31,4%) dan 10,6 HRB (13,9%). Tabel 4.7 Hasil pengujian kekerasan spesimen piston komposit Komposisi piston komposit Hasil Kekerasan HRB HVN 90% PB + 5 % SiC + 5% Mg (A1) 52,1 101,0 80% PB + 11% SiC + 9% Mg (A2) 65,4 115,5 70% PB + 18 % SiC + 12% Mg (A3) 75,5 138 Kontrol (Piston Daihatsu Hijet -1000) (A) 76,0 139 Bertambahnya kanduang SiC dan magenesium menambah kekerasan spesien piston komposit (Zamheri A, 2011). Komposisi campuran A3 pada tekanan squeeze casting 200 MPa memiliki kekerasan mendekati kekerasan piston Daihatsu Hijet-1000 sebesar 75,5 HRB (138 HVN). Ini didukung hasil strukturmikro SEM menunjukan matrik aluminium mampu menyelimuti SiC 65

Nilai Kekerasan (HRB) secara sempurna dibandingan komposisi campuran lainya. Ditemukan komposisi campuran yang paling optimimal, maka bisa direkomendasikan untuk pembuatan prototipe piston komposit. Tekanan squeeze casting proses pembuatan spesimen piston komposit berpengaruh terhadap kekerasan material (Duskiardi, 2002). Pada tekanan 200 MPa untuk komposisi campuran A3 mampu menyamai sifat mekanik piston Daihatsu Hijet-1000. Menambah kekerasan material piston komposit setiap penambahan penguat SiC rata-rata naik 16 %, yang mana bisa dilihat digrafik pada Gambar 4.9. 80 75 70 65 60 55 50 45 40 0 A1 2A2 A3 4 A 6 Komposisi Campuran Piston Komposit Gambar 4.9 Hasil Pengujian kekerasan material piston komposit Penambahan penguat SiC dapat meningkatkan kekerasan sifat mekanik 100 % (Mahadevan, 2008). Tetapi batas campuran volume fraksi penguat untuk proses stir casting tidak boleh lebih dari 20% karena dapat menyebabkan kerapuhan dan aliran cor rendah (Martin I., 2011). Penambahan partikel penguat SiC sebanyak 18% SiC dan 12% Mg pada komposisi campuran penelitian ini sudah optimal. Didukung diameter partikel SiC yang kecil dengan ukuran butir 40 µm mampu mendukung kekerasan. Semakin kecil ukuran butir akan meningkatkan kekerasan dan mengurangi keausan piston (Z.F. Zhang, et.al., 2006). Unsur Magnesium berkorelasi dengan peningkatan SiC. Unsur magnesium bertambah dapat meningkatkan pembasahan antara matrik dan penguat dengan cara menurunkan tegangan permukaaan antara keduanya (Lutfi & Sukron., 2010). Unsur 66

magnesium memberi daya lekat antara matrik dan penguat berkaitan dengan kemampuan komposit mendistribusikan gaya luar dari matrik menuju penguat secara merata. Daya lekat dipengaruhi penambahan Mg untuk meningkatkan sifat mekanis aluminium matrik komposit (Geng lin et.al., 2010). 4.3.3 Uji Porositas Uji porositas menggunakan timbangan digital digital merk sarforious. Dengan cara menimbang pada keadaan kering dan dalam keadaan basah. Pengujian menggunakan standart ASTM C 373-88 yang mengacu pada hukum Archimedes (Singla et, al., 2009). Untuk pengujian porositas dilakukan di laboratorium bahan Teknik Mesin UGM Yogyakarta yang ditunjukan pada Gambar 4.10. Hasil uji porositas berbanding terbalik dengan pengujian kekerasan, semakin keras dari material piston komposit, maka porositas semakin menurun. Gambar 4.10 Pengujian porositas Porositas paling tinggi dimiliki oleh komposisi campuran A1 sebesar 15,16%. Meningkatkan kandungan unsur penguat SiC menurunkan porositas yaitu pada campuran A2 sebesar 9,5% atau menurun 37%. Porositas paling rendah dimiliki oleh komposisi campuran A3 sebesar 6,37% atau mengalami penurunan porositas dari komposisi campuran A2 sebesar 32%. Komposisi campuran A3 memiliki komposisi campuran paling tinggi pada unsur SiC sebesar 18% wt SiC, dan unsur Mg sebesar 12% wt Mg. Hasil pengujian porositas material piston komposit ditampilkan pada Tabel 4.8. 67

Tabel 4.8 Hasil pengujian porositas spesimen material piston komposit Komposisi piston komposit Hasil Uji Porositas (%) 90% PB + 5 % SiC + 5% Mg (A1) 15,16 80% PB + 11% SiC + 9% Mg (A2) 9,5 70% PB + 18 % SiC + 12% Mg (A3) 6,37 Kontrol (Piston Daihatsu Hijet -1000) (A) 2,357 Porositas yang terdapat pada spesimen material piston komposit AlSi- SiC-Mg terbentuk dari berbagai hal, mulai dari porositas saat proses pengadukan dalam furnace stir casting. Proses stir casting pada lelehan alumunium paduan dan serbuk penguat SiC menyerap gas pada atmosfer dan masuk kedalam lelehan komposit. Gas terjebak menyebabkan porositas dan menurunkan sifat mekanis. Porositas bertindak sebagai daerah konsentrasi tegangan dan menjadi awal penyebab retak (Hashim J et.al, 2002). Porositas dapat dihilangkan dengan proses squeeze casting, tetapi pada proses ini tekanan terlalu kecil (Shasha et, al, 2012). Selain gas terjebak, faktor Particle pull-out juga berpengaruh pada porositas. Particle pull-out karena pembasahan dan kekuatan antarmuka yang kurang baik. Ikatan interface antara matrik dan penguat rawan untuk terlepas (pull-out), sehingga menimbulkan lubang yang mengakibatkan poros. Menurut Kwok JKM (1999), Particle pull-out disebabkan karena proses gesekan antarmuka, seperti pada proses pengamplasan. Partikel penguat SiC yang kurang baik berikatan dengan matrik dapat mudah terlepas yang menimbulkan porositas. Porositas semakin kecil menjadikan nilai kekuatan mekanis lebih tinggi. Pertambahnya penguat SiC dan unsur Mg mulai dari 5, 11, dan 18% wt SiC dan 5, 9, dan 12% wt Mg menurunkan porositas, dimana bisa dilihat pada Gambar 4.11. Porositas banyak terjadi pada daerah interface atau antarmuka matrik dan penguat yang ditampilkan pada Gambar 4.12a. Butiran SiC tidak terbasahi oleh matrik aluminium disebabkan partikel SiC berbentuk irreguler 68

Porositas (%) dan bersudut (Gupta M, et,al, 1995), dan rendahnya unsur Mg sebagai wetting agent (Lutfi & Sukron., 2010). 16 14 12 10 8 6 4 2 0 0 A1 A2 2 A3 A 4 6 Komposisi Campuran Piston Komposit Gambar 4.11 Hasil Pengujian porositas material piston komposit Clustering dapat menyebabkan porositas. Berkumpulnya butiran SiC menyebabkan wilayah tengah cluster tersebut tidak dapat terbasahi oleh matrik alumunium. Partikel penguat dalam suatu lelehan logam pada pengecoran material komposit cenderung membentuk cluster (Hashim J et.al, 2002). Cluster dihilangkan dengan meningkatkan kecepatan putaran stir casting, pada putaran 200 rpm belum mampu meratakan partikel SiC. Cluster memiliki daerah yang tidak mampu terbasahi matrik aluminium (daerah tengah), sehingga daerah ini banyak terjadi poros dan tidak memiliki daerah antarmuka. Porositas diakibatkan cluster diperlihatkan pada Gambar 4.12b. Porositas interface Cluster (A) (b) Gambar 4.12 Penyebab porositas a) interface, dan b) Cluster 69

4.3.4 Uji Energy Dispersive X-ray Spectroscopy (EDX) Uji EDX untuk mengetahui senyawa kimia yang terkandung pada spesimen. Karakterisasi ini bergantung pada interaksi beberapa eksitasi sinar X dengan spesimen. Pengujian EDX diambil dari foto SEM dengan titik pengambilan yang sama. Pengamatan SEM pada komposisi campuran A1, A2, A3, dan A tampak adanya penguat SiC. Terdapat pula spektrum warna lain yang memungkinkan adanya endapan (persipitat). 20 µm Gambar 4.13 Foto SEM untuk pengambilan titik uji EDX pada spesimen A1 Gambar 4.13 menunjukan titik pengambilan uji EDX pada spesimen A1 untuk mendapatkan hasil komposisi kimia. Kandungan unsur SiC mendominasi campuran komposisi sebesar 59,8. Unsur karbon (C) 28,29%, unsur Mg sebesar 2,89%, unsur Fe 6,65%, dan unsur Al 2,89%, hasil ini diperlihatkan pada Tabel 4.9. Spesimen A1dilihat dari grafik Gambar 4.14. Puncak puncak menunjukan unsur elemen yang paling besar. Tabel 4.9 Hasil pengujian EDX spesimen material piston komposit Spesimen Elemen % SiO 2 C MgO Al 2 O 3 FeO O Total A1 59,28 28,89 2,29 2,89 6,65-100 A2 31,00 13.96 4,44 48,68 1,92-100 A3 44,26 20,42 0,22 33,88 1,22-100 A 20,03 (Si) 79,97 (Al) - 100 70

FeKesc FeKb Counts FeKa CKa OKa Puncak puncak pada grafik memperlihatkan senyawa silikon oksida (SiO 2) paling tinggi pada energi 1.739 kiloelectron-volts (kev). Dibawahnya unsur karbon (C) dan unsur besi (Fe). Unsur alumunium oksida (Al2O3) dan unsur Magnesium oksida memiliki puncak paling rendah. Tinggi dan rendahnya puncak pada grafik sesuai dengan besarnya komposisi senyawa (ASM Vol 9, 2004). 1000 900 800 700 MgKa AlKa SiKa 600 500 400 300 FeLl FeLa 200 100 0 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 Gambar 4.14 Grafik hasil uji EDS pada komposisi spesimen A1 Pengambilan titik uji EDS pada spesimen A2 diperlihatkan pada foto SEM Gambar 4.15. Hasil foto SEM menampakan unsur SiC terselimuti unsur alumunium dan hampir merata, tetapi SiC masih sedikit yang terbuka permukaanya. kev 20 µm Gambar 4.15 Foto SEM untuk pengambilan titik uji EDX pada spesimen A2 71

FeKesc FeKb FeKa CKa Counts OKa Puncak tertinggi menunjukan unsur Al 2 O 3 dengan komposisi sebanyak 48,68%, kemudian tertinggi nomor dua dimiliki unsur SiO 2 sebesar 31,00. Kandungan senyawa mendominasi komposisi campuran pada spesimen A2 dengan diperkuat hasil foto SEM pada grafik Gambar 4.16. Bertambahnya kandungan Mg yang diperlihatkan pada puncak grafik yang semakin tinggi, meningkatkan ikatan interface pada matrik dan penguat, karena Mg sebagai wetting agent (Lutfi & Sukron., 2010). Wetting agent pada unsur Mg meningkatkan terbentuknya unsur Al 2 O 3 dan SiO 2. Unsur karbon (C) puncaknya lebih rendah dari pada puncak pada spesimen A1, dimana unsur karbon memiliki komposisi sebesar 13.96%. Menurunya unsur karbon diikuti rendahnya unsur besi (Fe). Fe memiliki kandungan komposisi sebesar 1,92%. 1000 900 800 700 600 500 MgKa AlKa SiKa 400 300 200 FeLl FeLa 100 0 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 kev Gambar 4.16 Grafik hasil uji EDS pada komposisi spesimen A2 Kandungan komposisi spesimen A3 memiliki kandungan 70% PB + 18 % SiC + 12% Mg. Hasil uji EDS memperlihatkan kandungan unsur SiC paling besar yaitu 44,26% yang ditampilkan pada Tabel 4.9, dan puncak lebih tinggi, bagaimana bisa dilihat pada Gambar 4.17. Puncak tertinggi kedua dimiliki unsur Al 2 O 3 sebesar 33,88% dan ketiga unsur C sebesar 20,42%. Hasil uji EDS sesuai dengan bertambahnya kandungan unsur SiC dan Mg pada spesimen A1. Puncak paling rendah dimiliki unsur Fe dengan kandungan komposisi 1,22% dan unsur MgO sebesar 0,22%. Rendahnya kandungan unsur MgO disebabkan meratanya matrik alumunium yang menyelimuti penguat SiC, sehingga kandungan Mg 72

MgKa FeKesc FeKa FeKb Counts SiKa AlKa melapisi permukaan SiC untuk membentuk interface yang baik dan mengurangi tegangan permukaaan antara keduanya (Lutfi & Sukron., 2010) 1000 900 800 700 600 500 400 CKa OKa 300 200 FeLl FeLa 100 0 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 kev Gambar 4.17 Grafik hasil uji EDS pada komposisi spesimen A3 Pengambilan uji EDS pada titik foto uji SEM, sehingga mewakili komposisi campuran pada spesimen A3. Hasil foto SEM spesimen A3 yang diperlihatkan pada Gambar 4.18 menampakan unsur SiC hampir seluruhnya diselimuti unsur aluminium, dan ini lebih merat dibandingkan foto SEM pada spesimen A2. Unsur aluminium berwarna putih dan unsur SiC berwarna hitam berbentuk menyudut. Uji EDX posisi penembakan sinar X menganai dua unsur yang dominan pada komposisi campuran ini. 20 µm Gambar 4.18 Foto SEM untuk pengambilan titik uji EDX pada spesimen A3 73

Hasil uji EDS pada piston Daihatsu Hijet-1000 untuk kandungan komposisi kimia tidak sesuai dengan hasil uji komposisi kimia dengan spektrometri. Ketidaksamaan komposisi kimia dikarenakan pengambilan pada titik uji yang berbeda. Titik uji EDS pada piston asli ditunjukan pada Gambar 4.19 yang merupakan hasil uji foto SEM. 100 µm Gambar 4.19 Foto SEM untuk pengambilan titik uji EDX pada Piston Daihatsu Hijet-1000 Pengujian EDS waktu yang digunakan 78.92 sec dan energi sebesar 20.0 kv, untuk energi yang digunakan pada Al 1,486 dan Si 1,739 kev. Unsur yang dihasilkan terdiri dari unsur Al sebesar 79.97 % dan unsur Si sebesar 20.03 %. Unsur dua ini memiliki puncak-puncak paling tinggi yang ditunjukan pada Gambar 4.20, Semakin tinggi dari puncak pada grafik EDX memiliki unusr paling tinggi (ASM Vol 9, 2004). Unsur Al memiliki puncak paling tinggi dan dibawahnya unsur Si, hasil sesuai dengan kandungan komposisi kimia yang diperlihatkan pada tabel diatas. Analisis komposisi menggunakan EDS, unsur Si yang terkandung dalam suatu material, mempengaruhi nilai kekerasan. Nilai kandungan unsur Si pada piston asli pada daerah Hypoeutectic, daerah Eutectic dan daerah Hypereutectic nilai kekerasan yang dihasilkan berbeda, Sesuai dengan buku. (ASM International, 2004). Kompisisi Al-Si Hypoeutectic dimana memiliki fasa Primer dendritik α-aluminium. (Muhammad HH, 2008 ). 74

SiKa Counts AlKa 18000 16000 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 0.00 3.00 6.00 9.00 12.00 15.00 18.00 21.00 kev Gambar 4.20 Garfik hasil uji EDS pada komposisi piston Daihatsu Hijet- 1000 75