HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 3 Ilustrasi pencarian titik pusat dan jari-jari pupil. Segmentasi

dokumen-dokumen yang mirip
PENGENALAN IRIS MATA MENGGUNAKAN ALGORITME K-NEAREST NEIGHBOR BERBASIS HISTOGRAM RIVA AKTIVIA

dan 3. Jumlah partisi vertikal (m) dari kiri ke kanan beturut-turut adalah 1, 2, 3, 4, dan 5. akurasi =.

Bulu mata. Generalisasi= Jumlah pola dikenali dengan benar x 100% Jumlah total pola

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN. simulasi untuk mengetahui bagaimana performanya dan berapa besar memori

pbab 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM APLIKASI uji coba terhadap program aplikasi pengenalan plat nomor kendaraan roda empat ini,

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Data

Akurasi. Perangkat Lunak: Sistem operasi: Windows Vista Home Premium Aplikasi pemrograman: Matlab 7.0

Tabel 2 Jumlah data prosedur uji. Crop Variable. Jumlah data LAI 104 SPAD 105 yield 64 LAI 104 SPAD 105 yield 64 LAI 62 SPAD 63 yield 34.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 5 UJI COBA DAN ANALISA HASIL

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

HASIL DAN PEMBAHASAN. B fch a. d b

Lingkungan Pengembangan HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB IV HASIL & UJI COBA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. tangan dengan menggunakan metode Support Vector Machine (SVM).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengembangan sistem pemugaran citra digital dengan algoritma exemplar-based

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

Lingkungan Implementasi Clustering Menggunakan SOM HASIL DAN PEMBAHASAN Pengumpulan Data Perkembangan Anak Validasi Cluster Menggunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

i. Perangkat Keras Prosesor Intel Pentium(R) Dual-Core CPU 2.20 GHz

KLASIFIKASI PELANGGAN DENGAN ALGORITME POHON KEPUTUSAN DAN PELUANG PELANGGAN YANG MERESPONS PENAWARAN DENGAN REGRESI LOGISTIK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dataset

METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN

Hardisk 80 GB Perangkat lunak Window XP Profesional MATLAB 7.0.1

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

PENGENALAN TANDA TANGAN DENGAN MENGGUNAKAN NEURAL NETWORK DAN PEMROSESAN AWAL THINNING ZHANG SUEN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Kebutuhan Perangkat Keras. Perangkat Keras Spesifikasi Processor Intel Core i3. Sistem Operasi Windows 7

Klasifikasi Profil Siswa SMA/SMK yang Masuk PTN (Perguruan Tinggi Negeri) dengan k-nearest Neighbor

HASIL DAN PEMBAHASAN. Setiap tahapan di dalam penelitian ini akan ditunjukkan di dalam Tabel 2.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Prosesor : Intel Core i5-6198du (4 CPUs), ~2.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. fold Cross Validation, metode Convolutional neural network dari deep learning

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB IV IMPLEMENTASI. Pada bab ini akan dijabarkan mengenai implementasi perangkat lunak berdasarkan hasil analisis dan perancangan di bab III.

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN. perangkat lunak yang sama untuk semua pengujian. analisa citra bioinformatika ini dalah sebagai berikut:

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian untuk pengenalan nama objek dua dimensi pada citra

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini dirancang untuk aplikasi di sistem operasi Windows, menggunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem analog menjadi sistem komputerisasi. Salah satunya adalah sistem

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

Mahasiswa: Muhimmatul Khoiro Dosen Pembimbing: M. Arief Bustomi, S.Si, M.Si.

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Gambar 13 Pembangkitan ROI Audio dari 4.wav Dimulai dari Titik ke i = 1,2,,2L K, j = 1,2,,2 p.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menggunakan serial port (baudrate 4800bps, COM1). Menggunakan Sistem Operasi Windows XP.

BAB I PENDAHULUAN. dibidang penjualan alat elektronik seperti Computer, Notebook, Tablet, Camera, Projector, Printer dan Accesories Computer.

BAB III DATA DAN METODOLOGI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Perangkat keras yang digunakan untuk merancang sistem ini adalah: Processor : Intel Pentium IV 2,13 GHz

BAB 3 PENGENALAN KARAKTER DENGAN GABUNGAN METODE STATISTIK DAN FCM

BAB 3 METODE PENELITIAN. Bahan dan peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian penerapan metode Jaringan Syaraf Tiruan Learning Vector

4 Notepad dan Microsoft Excel sebagai editor data.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Generalisasi =

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian adalah tahapan atau gambaran yang akan dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Kelas. Kelas. p q r s t u v w x y Level Transformasi.

Bab III PERANCANGAN SISTEM STEGANOGRAFI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V IMPLEMENTASI (Evaluation Phase dan Deployment Phase)

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Tahapan penelitian. Praproses Data

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGENALAN IRIS MATA MENGGUNAKAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK DENGAN EKSTRAKSI CIRI LOG-GABOR FILTER NINA MARIA PRIYATINA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 merupakan desain penelitian yang akan digunakan pada

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Provinsi Gorontalo

SISTEM PENDETEKSI SENYUM BERDASARKAN METODE EDGE DETECTION, HISTOGRAM EQUALIZATION, DAN NEAREST NEIGHBOR

Jl. Nakula 1 No. 5-11, Jawa Tengah Telp : (024) , 2

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi

III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN

4 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SISTEM PENGENALAN BARCODE MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. manusia dengan menggunakan metode Gabor Filter dan Algoritma

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

IDENTIFIKASI VARIETAS DURIAN BERDASARKAN TEKSTUR DAUN MENGGUNAKAN K-NEAREST NEIGHBOR DENGAN CIRI STATISTICAL TEXTURES ROSITA TRI INDRATI

UJI KINERJA FACE RECOGNITION MENGGUNAKAN EIGENFACES

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian dalam hal ini adalah Abstraksi dari karya ilmiah dan skripsi pada

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. ini dan pengujian data adalah sebagai berikut: Harddisk 250 Gigabytes. Sistem operasi Microsoft Windows 7 Ultimate

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Lingkungan Pengembangan Data Mining HASIL DAN PEMBAHASAN Preprocessing Data

Segmentasi Dan Pelabelan Pada Citra Panoramik Gigi

Transkripsi:

4 Perangkat keras berupa Notebook: Processor intel Core i3 2.2 GHz. RAM kapasitas 2. GB. Harddisk Kapasitas 5 GB. Monitor pada resolusi 1366 x 768 piksel. Merek Acer Aspire 475. Perangkat lunak berupa: Sistem operasi Microsoft Windows 7 Profesional. Aplikasi pemrograman Matlab 7.7..471 (R28b). HASIL DAN PEMBAHASAN Segmentasi Langkah pertama dalam sistem pengenalan iris mata ialah memisahkan daerah iris mata pada suatu citra mata. Hal ini disebabkan daerah iris mata dipengaruhi bulu mata dan kelopak mata. Proses segmentasi dilakukan dengan melakukan deteksi tepi Canny. Tahap awal pada proses segmentasi ini ialah lokalisasi pupil dan lokalisasi iris. Untuk melakukan lokalikasasi pupil dilakukan deteksi tepi Canny. Pada deteksi tepi ini dilakukan pencarian tepi dari pupil dengan menggunakan nilai threshold tertentu. Hal ini disebabkan perbedaan tingkat kecerahan citra. Hasil deteksi tepi Canny dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 Hasil deteksi tepi Canny, sebelum dilakukan segmentasi, setelah dilakukan deteksi tepi Canny. Setelah deteksi tepi, dilakukan pencarian titk pusat dari pupil. Proses ini dapat dilakukan dengan cara mencari nilai piksel 1 untuk memperoleh wilayah pupil terluas. Selanjutnya dilakukan pengecekan antara perpotongan garis horizontal dan vertikal. Setelah itu akan dilakukan pencarian jari-jari pupil dan akan didapatkan titik pusatnya. Ilustrasi pencarian titik pusat dan jari-jari pupil dapat dilihat pada Gambar 3. Variabel Yo, Y 1, Xo, dan X 1 merupakan batas tepi dari wilayah pupil. Variabel Y didapat dari rata-rata penjumlahan Yo dan Y 1, sedangkan variabel X merupakan nilai titik pusat dari pupil yang didapat dari rata-rata dari penjumlahan Xo dan X 1. Jari-jari pupil didapatkan dari rata-rata selisih antara Yo dan Y 1, dan Xo serta X 1. Gambar 3 Ilustrasi pencarian titik pusat dan jari-jari pupil. Setelah didapatkan titik pusat dan jari-jari pupil, akan didapatkan wilayah collarette (lokalisasi iris). Wilayah ini didapatkan dengan menambahkan wilayah terluar pupil dengan 2 piksel. Ilustrasi wilayah collarette dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4 Ilustrasi wilayah collarette (iris). Histogram Citra Hasil dari segmentasi yaitu daerah collarette akan diambil histogramnya. Histogram citra iris ini berada pada rentang -255, namun yang diambil ialah yang lebih besar dari. Hal ini disebabkan nilai piksel yang mengandung informasi pada citra hasil segmentasi adalah piksel yang bernilai lebih besar dari. Gambar 5 menunjukkan histogram dari hasil segmentasi citra. Gambar 5 Hasil histogram citra citra hasil segmentasi, histogramnya. Pelatihan dan Pengujian 5 1 15 2 25 3 Proses pelatihan dan pengujian dilakukan menggunakan algoritme k-nearest neighbor terhadap tiga subset yang saling lepas dari data 25 2 15 1 5

5 histogram iris mata kanan, iris mata kiri, dan gabungan keduanya sesuai dengan 3-cross fold validation. Untuk fold1, fold2, dan fold3 dilakukan pemilihan acak sebanyak 1 kali dengan menggunakan algoritme KNN sebagai algoritme klasifikasinya, dengan nilai k=1 dan k=3 untuk menentukan nilai k yang paling baik. Pembagian subset dapat dilihat pada Lampiran 5. Pengenalan dengan Mata Kiri Dari 9 data mata kiri, data dibagi menjadi 3 subset yang tiap subset berisi 3 data dari setiap kelas. Percobaan terus dilakukan hingga setiap subset pernah menjadi data uji. Setelah itu, dilakukan pemilihan acak untuk fold1, fold2, dan fold3 sebanyak 1 kali untuk menentukan nilai k yang menghasilkan nilai akurasi terbaik. Gambar 6 Akurasi setiap iterasi pengenalan Berdasarkan Gambar 6 dapat disimpulkan bahwa iterasi kedua memiliki hasil akurasi tertinggi yaitu sebesar 86.7% dengan k=1. diperoleh pada k=1. Gambar 7 menunjukkan 1 8 6 4 2 1 8 6 4 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Gambar 7 Akurasi nilai k pada pengenalan Dari Gambar 7 akurasi tertinggi sebesar 86.7% dengan k=1. Untuk mengetahui record yang salah diklasifikasikan dari iterasi kedua digunakan confusion matrix yang disajikan pada Tabel 1. Confusion matrix iterasi lainnya disajikan pada Lampiran 3. Tabel 1 Confusion matrix pengenalan mata kiri iterasi kedua hasil prediksi aktual 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 7 2 2 8 1 3 8 1 4 7 1 1 5 1 1 7 6 9 7 9 8 9 9 9 1 2 1 1 5 Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa kelas 1 merupakan kelas yang memiliki nilai akurasi yang paling kecil dibandingkan kelas yang lain setelah diklasifikasi. Hal ini dipengaruhi oleh nilai histogram dari data uji kelas tersebut memiliki nilai histogram yang lebih mendekati nilai histogram data latih kelas yang diidentifikasikan sebagai kelas yang salah. Tabel 2 Statistik nilai rata-rata dan standar deviasi kelas 7 dan kelas 1 7 1 Data Standar Ratarata deviasi rata Standar Rata- kedeviasi 1 53.6 25.2 42.4 23.4 2 55.9 25.4 45.5 25.1 3 52.9 25.4 49.4 22.7 4 55.4 25.7 38.5 22.7 5 53. 24.8 4.4 22.5 6 55.1 25.4 44.4 22.7 7 54.5 23.9 44.2 21.9 8 54.9 24.8 41.8 22.3 9 57.8 24.9 45. 25.3 Standar deviasi 1.5.5 3.2 1.2 Pada Tabel 2 disajikan perbandingan nilai standar deviasi dan rata-rata kelas 1 dengan kelas 7. Dari Tabel 2, nilai rata-rata kelas 7 tidak berbeda jauh antar datanya, sedangkan untuk kelas 1 terdapat banyak perbedaan. Begitu juga dengan nilai standar deviasi dari data tersebut. Nilai rata-rata menunjukkan lebar dari histogram. Standar deviasi menunjukkan posisi dari histogram. Semakin berbeda nilai standar deviasinya, artinya datanya semakin

6 beragam, sehingga akurasi klasifikasinya juga akan semakin kecil. Pada Gambar 8 ditunjukkan ilustrasi histogram pada kelas 1 yang diklasifikasikan sebagai kelas 8 dan kelas 1 itu sendiri. Sementara itu, kelas yang tidak terklasifikasi dengan benar ditunjukkan pada Lampiran 4. 18 16 14 12 1 8 6 4 2 18 5 1 15 2 25 3 diperoleh pada k=1. Gambar 1 menunjukkan 1 8 6 4 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 16 14 12 1 8 6 4 Gambar 9 Akurasi setiap iterasi pengenalan (c) Gambar 8 Ilustrasi nilai histogram pada kelas yang dikenali kelas 1 ilustrasi wilayah collarette kelas 1 yang dikenali sebagai kelas 8 dan histogramnya ilustrasi wilayah collarette kelas 8 dan histogramnya (c) ilustrasi wilayah collarette kelas 1 dan histogramnya. Dari pengenalan mata kiri dapat disimpulkan nilai k terbaik sebesar 1 dengan akurasi tertinggi 86.7%. Pengenalan dengan Mata Kanan 5 1 15 2 25 3 Dari 9 data mata kanan, data dibagi menjadi 3 subset yang tiap subset berisi 3 data dari setiap kelas. Percobaan terus dilakukan hingga setiap subset pernah menjadi data uji. Setelah itu, dilakukan pemilihan acak untuk fold1, fold2, dan fold3 sebanyak 1 kali untuk menentukan nilai k yang menghasilkan nilai akurasi terbaik. Berdasarkan Gambar 9 dapat disimpulkan bahwa iterasi kelima memiliki hasil akurasi tertinggi yaitu sebesar 88.9% dengan k=1. 2 2 18 16 14 12 1 8 6 4 2 5 1 15 2 25 3 Dari Gambar 1 akurasi tertinggi sebesar 88.9% dengan k=1. Untuk mengetahui record yang salah diklasifikasikan pada iterasi kelima digunakan confusion matrix yang disajikan pada Tabel 3. Gambar 1 Akurasi nilai k pada pengenalan Tabel 3 1 8 6 4 2 Confusion matrix pengenalan mata kanan pada iterasi kelima hasil prediksi aktual 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 8 1 2 8 1 3 8 1 4 9 5 1 7 1 6 1 8 7 9 8 2 1 6 9 1 8 1 9

7 Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa kelas 5 dan kelas 8 merupakan kelas yang memiliki nilai akurasi yang paling kecil dibandingkan kelas yang lain setelah diklasifikasi. Hal ini dipengaruhi oleh nilai histogram dari data uji kelas tersebut memiliki nilai histogram yang lebih mendekati nilai histogram data latih kelas yang diidentifikasikan sebagai kelas yang salah. Pada Gambar 11 ditunjukkan ilustrasi histogram pada kelas 8 yang diklasifikasikan sebagai kelas 2 dan kelas 8 itu sendiri. (c) Gambar 11 Ilustrasi nilai histogram pada kelas yang dikenali kelas 8 ilustrasi wilayah collarette kelas 8 yang dikenali sebagai kelas 2 dan histogramnya ilustrasi wilayah collarette kelas 2 dan histogramnya (c) ilustrasi wilayah collarette kelas 8 dan histogramnya. Dari pengenalan mata kanan dapat disimpulkan nilai k terbaik sebesar 1 dengan akurasi tertinggi 88.9%. Pengenalan mata kanan lebih baik dibandingkan dengan pengenalan mata kiri untuk penelitian ini. Namun, nilai akurasi penelitian ini lebih kecil jika dibandingkan dengan penelitian Zaki (211) yaitu 93.3%. 16 14 12 1 8 6 4 2 25 2 15 1 5 25 2 15 1 5 1 15 2 25 3 5 1 15 2 25 3 5 5 1 15 2 25 3 Pengenalan dengan Gabungan Mata Kiri dan Kanan Dari data uji kanan dan data uji kiri, dihitung masing-masing jarak euclidean-nya, kemudian dibandingkan kedua nilai tersebut, lalu dicari nilai yang lebih kecil. hasil klasifikasi adalah kelas dari jarak euclidean-nya yang lebih kecil. Gambar 12 Akurasi setiap iterasi pengenalan 1 8 6 4 2 1 8 6 4 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Gambar 13 Akurasi nilai k pada pengenalan Berdasarkan Gambar 12 dapat disimpulkan bahwa iterasi kesembilan memiliki hasil akurasi tertinggi yaitu sebesar 91.1% dengan k=1. diperoleh pada k=1. Gambar 13 menunjukkan Dari Gambar 13 akurasi tertinggi sebesar 91.1% dengan k=1. Untuk mengetahui record yang salah diklasifikasikan pada iterasi kesembilan digunakan confusion matrix yang disajikan pada Tabel 4.

8 Tabel 4 Confusion matrix pengenalan mata gabungan pada iterasi kesembilan hasil prediksi aktual 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 8 6 4 2 18 3 18 4 18 5 18 6 18 7 18 8 16 2 9 18 1 2 2 14 Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa kelas 1 merupakan kelas yang memiliki nilai akurasi yang paling kecil dibandingkan kelas yang lain setelah diklasifikasi. Hal ini disebabkan pada data kelas 1 mata kiri iterasi kesembilan memiliki nilai jarak yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai jarak data kelas 1 mata kanan iterasi kesembilan, sehingga ketika digabung akan dikenali sebagai kelas mata kiri yang memiliki nilai akurasi yang lebih kecil. Hasil jarak euclidean diperlihatkan pada Tabel 5 dengan mengggunakan fold1 pada iterasi kesembilan dengan mengambil satu data tiap kelas data uji. Tabel 5 aktual Hasil jarak Euclidean pada iterasi kesembilan kanan Jarak kanan kiri Jarak kiri gabung 1 2 399.6 6 243.7 6 2 2 147.9 2 129.5 2 3 3 115.8 1 156.9 3 4 4 145.6 4 192.3 4 5 5 24.4 5 251.1 5 6 6 189.4 6 141.9 6 7 7 216.3 7 113.9 7 8 8 183.4 8 132.9 8 9 9 19.5 9 273.3 9 1 1 192.8 1 12.8 1 Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa meskipun terdapat kesalahan klasifikasi pada salah satu data mata kanan atau mata kiri sebelum digabung, namun setelah digabung terdapat peningkatan hasil klasifikasi, seperti pada data mata kiri kelas 3 yang diklasifikasikan sebagai kelas 1. Setelah digabung dengan data mata kanan, data tersebut dikenali sebagai kelas yang tepat. Untuk kasus kelas 1, baik pada mata kanan maupun mata kiri, keduanya tidak terklasifikasi sebagai kelas yang benar, sehingga meskipun data kelas 1 mata kiri lebih kecil dibandingkan dengan mata kanan, data tetap dikenali sebagai kelas yang salah. Pada Gambar 14 ditunjukkan grafik perbandingan nilai k pada rata-rata pengenalan mata kiri, kanan, dan gabungan. Dari grafik terlihat bahwa terdapat peningkatan akurasi setelah dilakukan penggabungan data latih. Nilai akurasi tertinggi pada tiap pengenalan terdapat pada k=1. Gambar 14 Akurasi(%) 1 8 6 4 2 1 8 6 4 2 Pengenalan mata Perbandingan nilai akurasi tiap pengenalan. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Gambar 15 Grafik perbandingan akurasi k=1 tiap iterasi. Akurasi(%) 1 8 6 4 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Gambar 16 Grafik perbandingan akurasi k=3 tiap iterasi